Tuesday, June 19, 2012

Yumiko Bidadari Pemilik Apartemen



Sore itu aku bergegas pulang ke apartemenku, aku ingat hari itu adalah hari terakhir pembayaran apartemenku, aku adalah Bobby mahasiswa indonesia yang kuliah sambil kerja di Jepang, aku tinggal di Tokyo yang padat dengan penduduk jadi sungguh sayang dan malu rasanya jika aku sampai terlambat membayar apartemen yang aku tinggali bukan saja harganya relatif murah tapi juga pemiliknya itu lho yang selalu bikin aku gregetan dan gimana geto

Aku tiba dikamarku tepat jam 19:25 lalu setelah menyisihkan sejumlah uang pembayaran sewa apartemen, aku menelepon induk semangku, agak lama juga baru telepon diangkat, lalu suara merdu seorang wanita kudengar ”Hai, Kawamura Yumiko keredomo..., ” ucap lembut terdengar diujung telpon
”Hai, Bobby desu ga...,” sahutku, Yumiko san aku bermaksud membayar sewa apartemen dimana kita bertemu ? ” tanyaku
”Haik Bobby san anda datang saja ke apartemenku nanti saya siapkan kuitansinya”, sahutnya dengan suara mengambang.
Baik lah sebentar lagi saya datang, arigato Yumiko san sahutku lebih lanjut sambil menutup telpon.
Sejenak aku tercenung sambil memikirkan kenapa nada suaranya seperti mengambang, apakah dia baru bangun tidur ? tapi akh mustahil jam segini sudah tidur, paling juga dia setengah mabuk, maklum udara saat ini tengah dingin-dinginnya.
Setelah mandi akupun pergilah ke apartemennya yang terletak beberapa lantai di bawah tempat tinggal ku.
Sesampainya disana aku memencet bel tapi ditunggu sekian lama pintu itu tidak terbuka juga, akhirnya aku coba membuka pintu, dan ternyata tidak dikunci, lalu akupun masuk kedalam sambil memanggil manggilnya
” Yumiko san...., Yumiko san..., dimana anda, aneh tidak ada yang menyahut panggilanku, tapi ruang tamu yang kumasuki tampak terang, sehingga akupun memutuskan untuk masuk dan mencarinya.
Dan disofa tengah ruang tamu itu terlihatlah Yumiko tertidur, sementara diatas meja satu botol sake yang kosong dan satu botol bir yang sama kosongnya dengan cangkir berisi seperempatnya. Akh rupanya bidadari ini tertidur karena mabuk.
Lalu aku memperhatikan Yumiko, dia tertidur dengan memakai kimono dan rupanya dia baru habis mandi, ketika aku mendekat segera tercium bau sabun yang segar. Kupegang tangan atasnya lalu kupanggil namanya, sambil menggoyang-goyangkan tangannya, untuk membangunkannya, tapi tidurnya sungguh nyenyak, dia hanya bergerak sedikit, dari posisi miring menghadap sandaran sofa menjadi terlentang.
Tapi akibanya akulah yang seperti tersengat arus listrik tegangan tinggi, betapa tidak, geraknya tadi membuat posisi kimononya tersingkap, dan tampaklah buah dada serta pahanya yang putih mulus.

Wajah cantik nan ayu dengan sepasang mata terpejam, bibir sensual memerah delima, lalu leher jenjangnya yang putih mulus seolah dipamerkan dengan jelasnya, bagian atas dada yang tanpa cacat, dan sepasang bukit kembar dengan putik merah pink terpampang didepan mata
Semuanya membuat nafasku tertahan didada, lalu pandanganku mulai menelusuri kebagian bawah, akh perut yang rata, dan sesuatu yang sedikit mumbul dibagian selangkang, paha atas yang masih tertutup oleh kimono, serta lutut halus dengan betis yang sempurna.
kemaluanku dibalik celana ini langsung terbangkit dengan dahsyatnya, suaraku bergetar sewaktu aku mencoba memanggil namanya, untuk membangunkannya, ”Yumiko san...” panggilku tapi suara yang keluar tidak lebih dari bisikan parau, mulutku terasa kering. Aku menanti sekejap tapi tidur atau mabuknya sama sekali tidak terusik, lalu dengan sedikit takut-takut aku menggeser bagian bawah kimononya, dan celana dalam tipis menerawang berwarna putih tampak didepan mataku, bayangan hitam yang ada didalamnya kontan mebuat ku tambah sesak nafas.
Lalu aku ingat suaminya seoarng yang sangat sibuk dan jarang pulang diawal-awal malam begini, dan itu membuat keberanianku sedikit bertambah, kuelus seluruh tubuhnya dengan pandangan mataku, dan dengan tangan gemetar aku membuka celanaku, mulai bermasturbasi sambil membayangkan bersetubuh dengan bidadari yang kini tergolek didepan mataku.
Setiap gesekan tangan dengan kemaluanku kubayangkan sbagai gesekan dengan vaginanya, akh... erangku lirih, desakkan arus bawah yang sangat kuat benar benar tidak tertahankan, lalu akhirnya crut................
Terlepaslah beban yang tidak tertanggungkan tadi memancar kemana-mana.
Akupun terhuyung dengan kaki lemas, dan teduduk dilantai untuk beberapa waktu. Ketika aku sudah agak pulih lagi, aku mulai membersihkan cairan mani yang memancar silantai dan di sofa. Dan setelah menyimpan uang pembayaran apartemen, akupun bergegas keluar dan kembali keapartemenku sendiri, dan segera tertidur dengan perasaan yang ringan diatas sofa ruang TV.

Jam duduk di atas TV menunjukkan pukul 22:30 ketika pesawat telpon
berdering. Aku bangun dari tidur-tiduran di depan TV. Gagang telpon pun
kuangkat dari pesawatnya yang tergeletak di samping TV.

"Hai, Bobby desu keredomo...," ucapku sambil menempelkan ujung gagang
telpon
ke telinga.

"A... Kawamura Yumiko desu ga...," suara merdu perempuan menyahut di
telpon.

Deg! Jantungku berdegup keras. Telpon tersebut ternyata dari Yumiko.
Dia sudah tersadar dari tidurnya. Ada apa menelponku malam-malam begini? Tahukah dia dengan apa yang kuperbuat kepadanya dua jam yang lalu?

"A-ada apa?" tanyaku dengan suara agak bergetar.

"Gomenasai... tadi saya terlalu banyak minum. Jadi saya jatuh tertidur
sebelum membuat kuitansi pembayaran apartemen. Uang sewa yang Bobby-san
letakkan di atas meja sudah saya ambil, dan sekarang sudah saya buatkan
kuitansinya. Harap datang ke sini sekarang untuk mengambilnya."

Aku bernafas lega. Ternyata hanya urusan kuitansi. Suara Yumiko tetap
lembut. Tidak bernada tinggi. Berarti dia tidak sedang marah. Berarti
dia tidak tahu kalau tubuhnya kuesek-esek dua jam yang lalu.

Aku lalu menuruni tangga apartemen dan berjalan menuju pintu rumah
Yumiko. Sebelum aku menekan bel pintu, dia sudah membuka pintu. Dia berdiri dengan menariknya, bagai bidadari yang turun dari kayangan. Rambutnya sudah tersisir rapih, dengan bagian belakang dijepitkan ke atas. Dengan gaya sisiran semacam itu, leher jenjangnya yang putih mulus seolah dipamerkan dengan jelasnya. Kimono yang dikenakan masih kimono yang tadi. Kimono yang terbuat dari bahan putih, lembut, dan mengkilat. Dadanya membusung dengan gagahnya, dan putingnya tergambar jelas di kain kimono yang menutup dadanya.

Wow... ada perubahan. Bau parfum! Kini bau parfum yang harum dan segar
terpancar dari tubuhnya. Bau harum yang berbeda dengan wangi sabun
mandi yang tadi terpancar dari tubuhnya.

"Ayo, masuk. Saya ambilkan kuitansinya." Bibir sensual Yumiko
Menyunggingkan senyum. Senyum manis yang amat menggoda nafsuku. Dan berbeda dengan tadi, bibir sensualnya itu sekarang sudah berlapis lipstik tipis berwarna pink. Sexy, ranum, dan segar sekali bibir tersebut. Seolah menantang bibirku untuk melumat bibir tersebut habis-habisan.

Aku melangkah masuk. "Sumimasen...," kataku sambil menganggukkan kepala.

Pintu tertutup secara perlahan karena adanya pegas yang terpasang di dekat engselnya.

Aku kemudian berjalan di belakangnya menuju ruang tamu. Kuperhatikan
Goyang pantatnya yang sungguh aduhai. Gumpalan daging pantat itu tergambar jelas menggunduk di kimono tidurnya. Gundukan tersebut menggial ke kiri-kanan di saat melangkah, seolah menantang batang kejantananku untuk memijit-mijit kekenyalannya.

Yumiko mengambil buku kuitansi dari rak buku, kemudian menyobeknya
selembar.

"Ini Bobby-san, kuitansinya," kata Yumiko sambil memberikan lembaran
Itu padaku. Bibirnya menyunggingkan senyum. Matanya menatap diriku tajam. Namun menurut penilaianku, sunggingan bibir dan tatapan mata itu menantang diriku.

Aku mengulurkan tangan kanan untuk menerima kuitansi itu. Belum lagi
kuitansi kupegang, Yumiko sudah melepaskan kertas kuitansi tersebut.
Akibatnya kertas kuitansi melayang jatuh. Secara refleks tanganku bergerak ke bawah berusaha menyelamatkan kuitansi sebelum menyentuh lantai. Agaknya Yumiko pun melakukan gerak refleks yang sama denganku, bahkan dia bergerak sedikit lebih cepat. Tangan Yumiko berhasil menangkap kuitansi, sementara tanganku dengan tidak sengaja menangkap jari-jari tangan Yumiko.

Aku terpana dengan ketidaksengajaanku. Kehalusan jari-jari tangan Yumiko terasa benar di dalam genggaman tanganku. Sementara posisi tubuh Yumiko yang agak membungkuk membuat mataku dapat melihat belahan payudara montok yang amat mulus itu dengan jelas dari belahan baju kimononya. Edan... kemaluanku berdiri lagi.

Yumiko menatap tanganku yang tanpa sengaja menggenggam jari tangannya.
Kemudian tatapan matanya beralih ke wajahku. Sinar matanya itu... sinar
Mata meminta. Sinar mata orang yang sedang kehausan. Sinar mata orang yang sedang penuh hasrat.

Tiba-tiba Yumiko merangkul pundakku. Buah dadanya menekan dadaku dengan
hangatnya.

"Bobby-san. Buat apa kau berpura-pura," kata Yumiko, "Aku tahu kau
Melakukan masturbasi di sini saat aku tertidur pulas tadi. Saat aku terbangun, rambutku ada yang basah oleh air mani. Dan itu pasti air manimu..."

Yumiko mempererat rangkulannya pada bahuku. Dia berdiri sedikit berjinjit.
Bibir sensualnya yang berwarna pink merekah itu dengan ganasnya mendarat di bibirku dan melumat-lumat bibirku. Nafasku jadi terengah-engah tidak beraturan.

"Kawamura-san...," kataku tersenggal di saat bibirku sedikit terbebas
Dari bibirnya.

"Bobby-san... jangan gunakan nama keluarga saat ini. Panggil saja
namaku... Yumiko...," pinta Yumiko. "Bobby-san... cumbulah diriku... Sudah lama saya merindukan cumbuan hangat yang menggelora... Cumbuan laki-laki jantan yang penuh tenaga... Dan sejak pertamakali melihatmu, saya mendambakan cumbuan geloramu. Saya suka bermasturbasi dengan membayangkan tubuhmu yang tegap berisi... Bila suamiku sedang menggelutiku, kubayangkan bahwa yang menggelutiku itu adalah dirimu..."

Nafsuku terbakar. Ternyata hasratku untuk merasakan keaduhaian tubuhnya yang sudah cukup lama timbul dalam diriku tidak bertepuk sebelah tangan. Ternyata dia juga menyimpan hasrat untuk bercinta denganku.

"Yumiko...," desahku penuh nafsu. Bibirku pun menggeluti bibirnya.
Bibir sensual yang menantang itu kulumat-lumat dengan ganasnya. Tidak
Kusisakan satu milimeter pun bibir itu dari seranganku. Sementara Yumiko pun tidak mau kalah. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak mau kedahuluan oleh lumatan bibirku.

Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuh sexy dan
Kenyal itu sekarang berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku,
Sementara Yumiko pun mempererat pelukannya pada diriku. Kehangatan tubuhnya terasa merembes ke badanku, walau lembaran kain baju masih memerantarai kami.
Payudaranya yang membusung terasa semakin menekan dadaku. Jari-jari
Tangan Yumiko mulai meremas-remas kulit punggungku dari sela-sela lobang leher T-shirt yang kupakai.

"Bobby-san... kita langsung lepas pakaian dulu saja...," kata Yumiko
Sambil berusaha melepas T-shirtku. Aku mengangkat kedua tangan ke atas untuk memberi kesempatan dia mencopot T-shirt. Tercopot sudah kaos yang
Kupakai itu. Kini kedua tangan Yumiko dengan sigap melepaskan ikatan tali celana pendekku. Dan mencopotnya, sehingga aku kini tinggal memakai celana dalam saja.

Yumiko pun merangkul punggungku lagi. Aku kembali mendekap erat tubuh
Yumiko sambil melumat kembali bibirnya. Sambil tangan kiri terus mendekap tubuh, tangan kananku bergerak ke samping pinggang Yumiko dan melepaskan ikatan baju kimono tidurnya. Begitu terbuka kusingkapkan bukaan kimono tadi.
Kemudian kedua tanganku menyusup ke dalam kimono dan langsung mendekap
Erat punggungnya yang berkulit halus. Yumiko kemudian melepaskan
rangkulannya ke tubuhku dan mengayunkan kedua tangannya satu per satu ke belakang agar kimononya terlepas dari tubuhnya. Dan terjatuhlah kimononya ke lantai. Kini dia seperti diriku, hanya mengenakan celana dalam saja.

Dalam keadaan hanya memakai celana dalam saja, kami kembali berpelukan
Erat dan saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel.
Kini kurasakan payudaranya yang montok menekan nakal ke dadaku. Dan
Ketika saling sedikit bergeseran, putingnya seolah-olah menggelitiki dadaku. Kemaluanku terasa hangat dan mengeras di dalam celana dalam. Kemaluanku serasa protes, ingin ikut-ikutan menyerang tubuh mulus Yumiko.

Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggang ramping dan pinggul
besar Yumiko, kemudian menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah
perutku. Kini masih di dalam celana dalam, kemaluanku tergencet perut bawahku dan perut bawah Yumiko dengan enaknya. Sementara bibirku melepaskan diri dari bibir Yumiko, dan bergerak ke arah lehernya. Leher jenjang yang putih mulus dan berbau harum segar itu pun kuciumi, kuhisap-hisap dengan hidungku, dan kujilati dengan lidahku.

"Ah... geli... geli...," desah Yumiko sambil menengadahkan kepala, agar
seluruh leher sampai dagunya terbuka dengan luasnya.

Yumiko pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan.
Dengan posisi begitu, walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya.
Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas
payudara tersebut dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan
dadanya. Aku berdiri dengan agak merunduk. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi payudara. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudara
Yumiko, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya
sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Segala kemulusan dan
kehalusan belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar
dari belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah
tidak rela apabila ada keharuman yang tersisa sedikitpun. Kugesek-gesekkan memutar wajahku di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku.
Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Yumiko. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

"Ah... ah... Bobby-san... geli... geli...," mulut indah Yumiko
mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan, bagaikan
desisan ular yang kelaparan mencari mangsa.

Aku memperkuat sedotanku. Sementara tanganku meremas kuat payudara
Montok yang kenyal Yumiko sebelah kanan. Kadang remasan kuperkuat dan
Kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada puting di atas puncak bukit payudara kanan itu.

"Bobby-san... hhh... geli... geli... enak... enak... ngilu... ngilu..." 

Aku semakin gemas. Payudara aduhai Yumiko itu kumainkan secara
bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot sebesar-besarnya dengan tenaga isap sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kucepit dengan gigi atas dan lidah. Belahan lain kadang kuremas dengan daerah tangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat gagah di puncaknya.

"Ah... Bobby-san... terus Bobby-san... terus... hzzz... ngilu...
ngilu..."
Yumiko mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak.
Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering frekuensinya.

Sampai akhirnya Yumiko tidak kuat melayani serangan-serangan awalku.
Dia dengan gerakan cepat memelorotkan celana dalamku hingga turun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kurapatkan lututku sehingga celana dalam melorot jatuh ke karpet ruang tamu. Jari-jari tangan kanan Yumiko yang mulus dan lembut kemudian menangkap kemaluanku yang sudah berdiri dengan gagahnya.
Sejenak dia memperlihatkan rasa terkejut.

"Sugoi... Bobby-san, sugoi... Batang kemaluanmu besar sekali... Kemaluan pacar-pacarku dulu dan juga kemaluan suamiku tidak ada yang sebesar ini. Sugoi... sugoi...," ucapnya terkagum-kagum. Sambil membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya, jari-jari lentik tangan kanannya meremas-remas perlahan kemaluanku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di liatnya menara kejantananku. Remasannya itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kemaluanku.

"Bobby-san, kita main di dalam kamar saja...," ajak Yumiko dengan sinar
Mata yang sudah dikuasai nafsu birahi. Tangan kirinya mendorong perlahan diriku untuk membebaskan payudaranya dari gelutan wajah dan tanganku. Dia lalu mengunci pintu dari dalam dan membiarkan kunci tetap tertanam di lobangnya agar orang dari luar tidak dapat membukanya. Setelah itu dia menarik tanganku.

Aku dan Yumiko pun berjalan menuju menuju kamar yang ada di sebelah
Ruang tamu. Kamar itu berukuran dua belas tatami. Sebagaimana kamar-kamar tidur tradisional Jepang, kamar itu kelihatan kosong, tanpa perabotan rak atau lemari. Namun di salah satu dindingnya, terdapat dua buah pintu geser dimana di dalamnya terdapat suatu ruang bersusun untuk menaruh futon. Futon adalah kasur tidur yang gampang digulung. Kebiasaan orang Jepang, bila mereka mau tidur mereka membuka futon, sedang bila selesai tidur maka futon tersebut mereka gulung kembali dan mereka simpan di ruang bersusun yang menyatu dengan dinding tersebut. Dengan cara inilah orang Jepang menghemat tempat karena di saat tidak tidur maka kamar tersebut dapat dipakai untuk acara
lainnya.

Yumiko yang tinggal tertutup celana dalam itu berjalan di depanku. Dari
belakang, bentuk tubuhnya sungguh terlihat aduhai. Rambut belakang yang
diikatnya ke atas itu menyebabkan lehernya yang jenjang terlihat jelas
bagian belakangnya. Beberapa helai rambut bagian bawahnya yang pendek
terlepas dari ikatan tersebut dan terjatuh menghiasi lehernya yang
jenjang.
Kulit punggungnya kelihatan licin. Tubuh tersebut meramping di bagian
pinggangnya. Di bawah pinggang, tampak pinggulnya yang melebar dengan
indahnya. Celana dalam pink minimnya tidak mampu menyembunyikan
keindahan gundukan daging pantatnya yang putih dan amat mulus. Gundukan daging pantat itu menggial ke kiri-kanan dengan amat merangsangnya bergerak mengimbangi setiap langkah kakinya. Kemudian bentuk paha dan betisnya amatlah bagus, berkulit putih mulus tanpa terlihat goresan sedikitpun.

Perempuan Jepang bertubuh aduhai itu membuka pintu geser dan mengambil
Satu futon lebar dari dalamnya. Lebar futon itu kira-kira satu tiga per
Empat lebar futon yang kupunyai. Agaknya futon tersebut adalah futon untuk tidur dua orang. Yumiko lalu membuka futon tersebut di atas lantai kamar yang berkarpet tebal berwarna biru tua. Dalam mengatur letaknya, dia merunduk menghadap ke arahku. Buah dadanya yang besar dan montok itupun tampak menggantung kenyal dengan indahnya di dadanya. Di bawah lampu neon, gundukan payudara itu tampak amat mulus dan putih mengkilat. Sementara ujungnya berwarna coklat tua, dengan putingnya yang menyembul gagah di tengah-tengahnya berwarna pink kecoklat-coklatan. Yumiko kemudian mengambil sprei dari ruang susun atas, lalu menutup kembali pintu geser tersebut.
Ketika mengambil sprei, tubuh tampak kanannya kelihatan jelas dari
Tempatku berdiri. Dari samping kanannya, payudaranya kelihatan begitu membusung dengan bagusnya, di mana ujung serta putingnya kelihatan meruncing tajam dengan aduhainya. Sungguh payudara dan puting yang sangat enak dilahap dan disedot-sedot.

Selesai melapisi futon dengan sprei, Yumiko mematikan lampu neon dan
berjalan membelakangiku dalam rangka menghidupkan lampu bercahaya
kuning yang agak remang-remang. Masih pada posisi membelakangiku, dia lalu mencopot celana dalamnya. Wow... luar biasa! Kini tubuh yang membelakangiku itu telanjang bulat, tanpa suatu penutup kain selembarpun. Gumpalan daging di pantatnya yang tadi masih ditutupi celana dalam itu kini terlihat menggunduk dengan amat bagusnya. Di bawah sorot lampu kekuningan, kulit pantat yang putih itu menjadi terlihat kuning licin. Sungguh mulus sekali.

Aku tidak dapat berlama-lama memandang tubuh Yumiko yang sungguh aduhai
itu. Segera kurengkuh tubuhnya dari belakang dengan gemasnya. Kukecup daerah antara telinga dan lehernya. Bau harum dan segar yang terpancar dari kulitnya kuhisap dalam-dalam. Kadang daun telinga sebelah bawahnya yang kebetulan sedang tidak memakai anting-anting kukulum dalam mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung
lehernya yang jenjang. Kujilati pangkal helaian rambutnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Remasanku kadang sangat kuat, kadang melemah. Sementara di bagian bawah, kemaluanku kutekankan ke gundukan pantatnya yang amat mulus. Kemaluanku merasa hangat dan nikmat berada di himpitan pantat kenyal Yumiko dan kulit perut bawahku sendiri.
Sambil telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir
perlahan puting payudara kirinya, sementara tangan kiriku meremas kuat
bukit payudara kanannya dan bibirku menyedot kulit mulus pangkal lehernya yang bebau harum, kemaluanku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke pantatnya.
Yumiko pun menggelinjang ke kiri-kanan bagaikan ikan yang hampir
Kehabisan air.

"Ah... Bobby-san... ngilu... ngilu... terus Bobby-san... terus... ah...
geli... geli...

terus... hhh... enak... enaknya... enak...," Yumiko merintih-rintih
sambil terus berusaha menggeliat ke kiri-kanan dengan berirama sejalan dengan permainan tanganku di buah dadanya. Akibatnya pinggulnya menggial ke kanan-kiri. Goyang gialan pinggul itu membuat kemaluanku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan pada kenyalnya bukit pantatnya merasa semakin keenakan. Batang kemaluanku serasa diremas-remas dan dipelintir-pelintir oleh pantat mulus Yumiko.

"Yumiko... enak sekali Yumiko... enak sekali pantatmu... sssh... luar
biasa... enak sekali...," aku pun mendesis-desis keenakan.

"Hi-hik... Bobby-san... kamu keenakan ya? Batang kemaluanmu terasa besar dan keras sekali memijat-mijat pantatku. Wow... kemaluanmu terasa hangat di kulit pantatku... Ah...

sssh... Bobby-san... tanganmu nakal sekali di dadaku... ngilu, Bob...
ngilu...," rintih Yumiko.

"Benar, Yumiko... tanganku memang nakal... Tetapi penyebabnya karena
payudaramu besar dan kenyal sekali. Payudaramu mulus sekali...
Payudaramu licin sekali... Sssh... luar biasa indahnya..."

"Bobby-san... ngilu... suka sekali kau memainkan buah dadaku... Ah...
Geli ah, geli... Jangan mainkan hanya putingnya saja... geli... remas
Seluruhnya saja..." Yumiko semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku.

"Yumiko... sugoi... indah sekali payudaramu... Kenapa kau tidak jadi
Bintang film saja... Payudaramu lebih indah dari payudara Natsumi Kawahama... Payudaramu lebih bagus dari payudara Ai Iijima... Seharusnya kau jadi bintang film saja..."

"Auw! Bobby-san... remasanmu kuat sekali... Tanganmu nakal sekali...
Sssh... sssh... ngilu... ngilu... Ak... kemaluanmu di pantatku juga nakal sekali... besar sekali... kuat sekali..."

"Habis... pinggulmu bagus sekali... pantatmu kenyal dan mulus sekali...
licin sekali... Wow... pantatmu bergoyang ke kanan-kiri... Edan...
edan... enak sekali..."

Aku semakin bersemangat menekan-tekankan kemaluanku di pantat Yumiko
Yang licin dan mulus sekali itu. Tekanannya menjadi berputar-putar akibat goyangan ke kiri-kanan pinggul Yumiko. Rasa hangat dan enak sekali mengalir semakin hebat di seluruh sel-sel kemaluanku. Seiring dengan rasa enak itu aku semakin meningkatkan permainan tanganku di payudara montok itu dan kecupan-kecupan bibirku di leher dan daun telinganya.

"Sssh... Bobby-san. Ngilu... ngilu... geli... geli... Nakal sekali
tangan, mulut, dan kemaluan kamu. Auw...! Ngilu... ngilu...," suara rintihan Yumiko mulai terdengar melayang. Seolah dia sudah berada di antara alam sadar dan alam tak sadar. "Sudah Bobby-san... aku sudah tidak tahan lagi... Aku inginkan permainan yang sebenarnya... "

Tanpa menunggu aba-aba kedua kalinya, tubuh telanjang Yumiko yang mulus
Itu langsung kubopong ke atas futon. Di dalam boponganku, Yumiko
Merangkulkan tangannya ke leherku sambil bibirnya mengecupi lengan tanganku. Untuk ukuran perempuan Jepang, tubuh Yumiko sebenarnya termasuk istimewa. Kebanyakan perempuan Jepang, tinggi badan mereka hanya sekitar 160 cm, sedang buah dada mereka relatif kecil. Kalau masalah pinggul, mereka memang rata-rata mempunyai bentuk yang melebar dengan bagusnya, yang cukup kontras dengan pinggang mereka yang ramping-ramping. Berbeda dengan Yumiko, dia mempunyai badan yang tergolong tinggi, yakni 167 cm. Payudaranya besar, padat, dan
montok. Pinggangnya ramping, dan pinggulnya luar biasa. Kecuali melebar
dengan bagusnya, gumpalan pantatnya pun membusung ke luar dengan amat
indahnya. Walaupun kulitnya putih dan mulus, namun tubuhnya tidak lunak
dan empuk. Seluruh bagian tubuh yang sudah kugeluti terasa padat dan
kenyal.
Makanya kalau dipandang dari kejauhan kulit tubuhnya mengesankan licin
Dan mulus sekali. Namun untuk membopong tubuh aduhai Yumiko yang berukuran serba istimewa itu bagiku tidak ada masalah. Enteng-enteng saja. Tinggi badanku sendiri 174 cm. Badanku padat dan tegap. Dadaku bidang. Orang-orang Jepang temanku dalam latihan aikido bilang tubuhku sangat atletis ditambah dengan otot-otot badan yang berisi.

Tubuh Yumiko kubaringkan di atas futon. Yumiko tidak mau melepaskan
tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh futon,
tangannya menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang pink merekah itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah.
Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku
mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh
telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindihi tubuh Yumiko. Kemaluanku terjepit di antara
Kemulusan pangkal pahanya dan perutku bagian bawah sendiri. Rasa hangat mengalir ke batang kemaluanku yang tegang dan keras. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Yumiko. Kecupan bibirku pun turun. Kukecup dagu Yumiko yang bagus.
Kukecup leher jenjang Yumiko yang memancarkan bau wangi dan segarnya
Parfum yang dia pakai. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga kemaluanku menekan dan menggesek-gesek paha Yumiko. Gesekan maju-mundur di kulit paha yang licin itu membuat batang kemaluanku bagai diperas dengan gerakan maju-mundur. Kepala kemaluanku merasa geli-geli enak oleh gesekan-gesekan paha Yumiko.

Puas menggeluti leher indah itu, wajahku pun turun ke buah dada montok
Yumiko. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan
dadanya, sementara kedua tanganku meraup kedua belah payudaranya dan
menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup
sepuas-puasku.
Belum puas dengan menyungsep ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya
tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian. Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang besar dan kenyal itu. Kemudian bibirku meraup puncak bukit payudara kiri Yumiko. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang pink kecoklat-coklatan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya, tak ubahnya seperti bayi yang menetek susu setelah kelaparan selama seharian. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.

"Bobby-san... geli... geli...," kata Yumiko kegelian.

Aku tidak perduli. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara
Yumiko. Putingnya terasa di lidahku menjadi keras. Kemudian aku kembali melahap puncak bukit payudara itu sebesar-besarnya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuat-kuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas sekuat-kuatnya dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Yumiko. Sementara kemaluanku semakin menekan dan menggesek-gesek dengan beriramanya di kulit pahanya. Yumiko semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

"Bobby-san... Bobby... ngilu... ngilu... hihhh... nakal sekali tangan
Dan mulutmu... Auw! Sssh... ngilu... ngilu...," rintih Yumiko. Rintihannya itu justru semakin mengipasi api nafsuku. Api nafsuku semakin berkobar-kobar.
Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya.
Sementara kemaluanku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan
Licinnya paha Yumiko. 

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Yumiko dari
gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan
lehernya, sementara tanganku membimbing kemaluanku untuk mencari liang
memeknya. Kuputar-putarkan dulu kepala kemaluanku di kelebatan jembut
disekitar bibir memek Yumiko. Bulu-bulu jembut itu bagaikan
menggelitiki kepala kemaluanku. Kepala kemaluanku pun kegelian. Geli tetapi enak.

"Bobby-san... kamu sudah ingin masuk? Hi-hi-hik... dasar masih perjaka.
Baru pertama kali menggeluti perempuan, jadi tidak sabar untuk merasakan memek perempuan. Hi-hi-hik... kau akan cepat terlempar ke langit ketujuh, Bob. Kau akan segera ejakulasi... Namun bukan masalah, nanti kita dapat melakukan babak kedua..."

Jari-jari tangan Yumiko yang lentik meraih batang kemaluanku yang sudah
Amat tegang. Pahanya yang mulus itu dia buka agak lebar.

"Sugoi... sugoi... kemaluanmu besar dan keras sekali, Bob...," katanya
Sambil mengarahkan kepala kemaluanku ke lobang memeknya.

Sesaat kemudian kepala kemaluanku menyentuh bibir memeknya yang sudah
basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil kugetarkan, kemaluan
kutekankan masuk ke liang memek. Kini seluruh kepala kemaluanku pun terbenam di dalam memek. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum kepala kemaluanku dengan enaknya.

Aku menghentikan gerak masuk kemaluanku.

"Bobby-san... teruskan masuk, Bob... Sssh... enak... jangan berhenti
Sampai situ saja...," Yumiko protes atas tindakanku. Namun aku tidak perduli.
Kubiarkan kemaluanku hanya masuk ke lobang memeknya hanya sebatas
Kepalanya saja, namun kemaluanku kugetarkan dengan amplituda kecil. Sementara bibir dan hidungku dengan ganasnya menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak.
Yumiko menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.

"Sssh... sssh... enak... enak... geli... geli, Bob. Geli... Terus
masuk, Bob..."

Bibirku mengulum kulit lengan tangannya dengan kuat-kuat. Sementara
Tenaga kukonsentrasikan pada pinggulku. Dan... satu... dua... tiga! Kemaluanku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam memek Yumiko dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang kemaluanku bagaikan diplirid oleh bibir dan daging lobang memeknya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi: srrrt!

"Auwww!" pekik Yumiko.

Aku diam sesaat, membiarkan kemaluanku tertanam seluruhnya di dalam
Memek Yumiko tanpa bergerak sedikit pun.

"Sakit Bobby-san... Nakal sekali kamu... nakal sekali kamu...," kata
Yumiko sambil tangannya meremas punggungku dengan kerasnya.

Aku pun mulai menggerakkan kemaluanku keluar-masuk memek Yumiko. Aku
Tidak tahu, apakah kemaluanku yang berukuran panjang dan besar ataukah lubang memek Yumiko yang berukuran kecil. Yang saya tahu, seluruh bagian kemaluanku yang masuk memeknya serasa dipijit-pijit dinding lobang memeknya dengan agak kuatnya. Pijitan dinding memek itu memberi rasa hangat dan nikmat pada batang kemaluanku.

"Bagaimana Yumiko, sakit?" tanyaku

"Sssh... enak sekali... enak sekali... Barangmu besar dan panjang
sekali... sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru lobang memekku...," jawab Yumiko.

Aku terus memompa memek Yumiko dengan kemaluanku perlahan-lahan.
Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut terpilin-pilin oleh dadaku akibat gerakan memompa tadi. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan mengkilik-kilik dadaku yang bidang. Kehangatan payudaranya yang montok itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Kemaluanku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot memeknya sejalan dengan genjotanku tersebut. Terasa hangat dan enak sekali. Sementara setiap kali menusuk masuk kepala kemaluanku menyentuh suatu daging hangat di dalam memek Yumiko. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala kemaluan sehingga aku merasa sedikit kegelian.
Geli-geli nikmat.

Kemudian aku mengambil kedua kakinya yang putih mulus dan
mengangkatnya. Sambil menjaga agar kemaluanku tidak tercabut dari lobang memeknya, aku mengambil posisi agak jongkok. Betis kanan Yumiko kutumpangkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok memeknya perlahan dengan kemaluanku, betis kirinya yang amat indah itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di kemaluanku dengan mempertahankan gerakan maju-mundur perlahannya di memek Yumiko.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di
bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan kemaluan perlahan di memeknya, tanganku meremas-remas payudara montok Yumiko. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas kuat-kuat secara berirama. Kadang kedua putingnya kugencet dan kupelintir-pelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Yumiko pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan alisnya mengimbanginya dengan sedikit gerakan tarikan ke atas dan ke bawah.

"Ah... Bobby-san, geli... geli... Tobat... tobat... Ngilu Bob, ngilu...
Sssh... sssh... terus Bob, terus.... Edan... edan... kemaluanmu membuat
memekku merasa enak sekali... Nanti jangan disemprotkan di luar memek,
Bob. Nyemprot di dalam saja... aku sedang tidak subur..."

Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar kemaluanku di memek Yumiko.

"Ah-ah-ah... bener, Bob. Bener... yang cepat... Terus Bob, terus... " 

Aku bagaikan diberi spirit oleh rintihan-rintihan Yumiko. Tenagaku
Menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk kemaluanku di memek Yumiko. Terus dan terus. Seluruh bagian kemaluanku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh daging-daging hangat di dalam memek Yumiko. Mata Yumiko menjadi merem-melek dengan cepat dan dan indahnya. Begitu juga diriku, mataku pun merem-melek dan mendesis-desis karena merasa keenakan yang luar biasa.

"Sssh... sssh... Yumiko... enak sekali... enak sekali memekmu... enak
Sekali memekmu..."

"Ya Bob, aku juga merasa enak sekali... terusss... terus Bob,
terusss..."

Aku meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kantholku pada memeknya.
Kemaluanku terasa bagai diremas-remas dengan tidak karu-karuan.

"Bob... Bob... sugoi Bob, sugoi... sssh... sssh... Terus... terus...
Saya hampir keluar nih Bob...
sedikit lagi... kita keluar sama-sama ya Booob...," Yumiko jadi
mengoceh tanpa kendali.

Aku mengayuh terus. Aku belum merasa mau keluar. Namun aku harus
Membuatnya keluar duluan. Biar perempuan Jepang yang molek satu ini tahu bahwa lelaki Indonesia itu perkasa. Biar dia mengakui kejantanan orang Indonesia yang bernama Bobby ini. Sementara kemaluanku merasakan daging-daging hangat di dalam memek Yumiko bagaikan berdenyut dengan hebatnya.

"Bobby-san... Bobby... Bobby...," rintih Yumiko. Telapak tangannya
Memegang kedua lengan tanganku seolah mencari pegangan di batang pohon karena takut jatuh ke bawah.

Ibarat pembalap, aku mengayuh sepeda balapku dengan semakin cepatnya.
Bedanya, dibandingkan dengan pembalap aku lebih beruntung. Di dalam
"mengayuh sepeda" aku merasakan keenakan yang luar biasa di sekujur
kemaluanku. Sepedaku pun mempunyai daya tarik tersendiri karena
mengeluarkan rintihan-rintihan keenakan yang tiada terkira.

"Bob... ah-ah-ah-ah-ah... Kimochi Bob, kimochi... Ah-ah-ah-ah-ah... Mau
keluar Bob... mau keluar... ah-ah-ah-ah-ah... sekarang ke-ke-ke..."

Tiba-tiba kurasakan kemaluanku dijepit oleh dinding memek Yumiko dengan
sangat kuatnya. Di dalam memek, kemaluanku merasa disemprot oleh cairan
yang keluar dari memek Yumiko dengan cukup derasnya. Dan telapak tangan
Yumiko meremas lengan tanganku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Yumiko pun berteriak tanpa kendali:

"...keluarrr...!"

Mata Yumiko membeliak-beliak. Sekejap tubuh Yumiko kurasakan mengejang.

Aku pun menghentikan genjotanku. Kemaluanku yang tegang luar biasa
Kubiarkan diam tertanam dalam memek Yumiko. Kemaluanku merasa hangat luar biasa karena terkena semprotan cairan memek Yumiko. Kulihat mata Yumiko kemudian memejam beberapa saat dalam menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada lenganku
perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi
wajahku.
Sementara jepitan dinding memeknya pada kemaluanku berangsur-angsur
melemah, walaupun kemaluanku masih tegang dan keras. Kedua kaki Yumiko lalu kuletakkan kembali di atas futon dengan posisi agak membuka. Aku kembali menindih tubuh telanjang Yumiko dengan mempertahankan agar kemaluanku yang tertanam di dalam memeknya tidak tercabut.

"Bobby-san... kamu luar biasa... kamu membawaku ke langit ke tujuh,"
Kata Yumiko dengan mimik wajah penuh kepuasan, "Sudah dua tahun terakhir ini suamiku tidak pernah membawa aku orgasme. Baru setengah jalan dia selalu sudah keluar. Dalam dua tahun belakangan ini aku mencapai kepuasan seks lewat onani sambil menonton blue film. Aku selalu membayangkan bahwa perempuan yang digenjot dalam film itu adalah diriku. Dan sejak kamu tinggal di sini, aku selalu membayangkan bahwa laki-laki yang menggenjot lawan mainnya di film tersebut adalah kamu."

Aku senang mendengar pengakuan Yumiko itu. Berarti selama aku tidak
Bertepuk sebelah tangan. Aku selalu membayangkan kemolekan tubuh Yumiko dalam masturbasiku, sementara dia juga membayangkan kugeluti dalam onaninya.

"Bobby-san... kamu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan... kamu
perkasa... dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya..."

Aku bangga mendengar ucapan Yumiko. Dadaku serasa mengembang. Dan bagai
Anak kecil yang suka pujian, aku ingin menunjukkan bahwa aku lebih perkasa dari dugaannya. Perempuan Jepang harus kewalahan menghadapi laki-laki Indonesia.
Perempuan Jepang harus mengakui kejantanan dan keperkasaan pria
Indonesia.
Kebetulan aku saat ini baru setengah perjalanan pendakianku di saat
Yumiko sudah mencapai orgasmenya. Kemaluanku masih tegang di dalam memeknya. Kemaluanku masih besar dan keras, yang harus menyemprotkan pelurunya agar kepalaku tidak pusing.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Yumiko, yang di bawah sinar lampu
Kuning kulit tubunya tampak kuning dan licin. Kemaluanku mulai bergerak
keluar-masuk lagi di memek Yumiko, namun masih dengan gerakan perlahan. Dinding memek Yumiko secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas kemaluanku. Terasa hangat dan enak. Namun sekarang gerakan kemaluanku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan orgasme yang disemprotkan oleh memek Yumiko beberapa saat yang lalu.

"Ahhh... Bobby-san... kau langsung memulainya lagi... Sekarang
giliranmu... semprotkan air manimu ke dinding-dinding memekku... Sssh...," Yumiko mulai mendesis-desis lagi.

Bibirku mulai memagut bibir merekah Yumiko yang amat sensual itu dan
melumat-lumatnya dengan gemasnya. Sementara tangan kiriku ikut
menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Yumiko serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur kemaluanku di memeknya.

"Sssh... sssh... sssh... enak Bob, enak... Terus... teruss...
terusss...," desis bibir Yumiko di saat berhasil melepaskannya dari serbuan bibirku.
Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Yumiko dengan kuatnya, aku mempercepat
Genjotan kemaluanku di memeknya. Pengaruh adanya cairan di dalam memek Yumiko, keluar-masuknya kemaluan pun diiringi oleh suara, "srrt-srret
srrrt-srrret srrt-srret..." Mulut Yumiko di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,

"Bob... ah... Bob... ah... Bob... hhh... Bob... ahh..."

Kemaluanku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya.
Kedua tanganku kini dari ketiak Yumiko menyusup ke bawah dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Yumiko pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku. Keluar-masuknya kemaluanku ke dalam memek Yumiko sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, kemaluan kuhunjamkan keras-keras agar menusuk memek Yumiko sedalam-dalamnya. Dalam perjalanannya, batang kemaluanku bagai diremas dan dihentakkan kuat-kuat oleh dinding memek Yumiko. Sampai di langkah terdalam, mata Yumiko membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan, "Ak!" Sementara daging pangkal
pahaku bagaikan menampar daging pangkal pahanya sampai berbunyi: plak!
Di saat bergerak keluar memek, kemaluan kujaga agar kepalanya yang
Mengenakan helm tetap tertanam di lobang memek. Remasan dinding memek pada batang kemaluanku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir memek yang mengulum batang kemaluanku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang kemaluanku. Pada gerak keluar ini Bibir Yumiko mendesah, "Hhh..."

Aku terus menggenjot memek Yumiko dengan gerakan cepat dan
menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak
sekali bekerja di kemaluanku. Tangan Yumiko meremas punggungku kuat-kuat di saat kemaluanku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang memeknya. Beradunya daging pangkal paha menimbulkan suara: Plak! Plak! Plak! Plak! Pergeseran antara kemaluanku dan memek Yumiko menimbulkan bunyi srottt-srrrt... srottt-srrrt... srottt-srrrt... Kedua nada tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Yumiko:

"Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."

Kemaluanku terasa empot-empotan luar biasa. Rasa hangat, geli, dan enak
Yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil:

"Yumiko... Yumiko... sugoi... sugoi... Enak sekali Yumiko... Memekmu
Enak sekali... Memekmu hangat sekali... sugoi... jepitan memekmu enak
sekali..."

"Bob... Bob... terus Bob...," rintih Yumiko, "enak Bob... enaaak... Ak!
Ak! Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."

Tiba-tiba rasa gatal menyelimuti segenap penjuru kemaluanku. Gatal yang
Enak sekali. Aku pun mengocokkan kemaluanku ke memeknya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, kemaluanku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa gatal dan rasa enak yang luar biasa di kemaluan pun semakin menghebat.

"Yumiko... aku... aku..." Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang
Luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah
terbata-bata itu.

"Bob... Bob... Bob! Ak-ak-ak... Aku mau keluar lagi... Ak-ak-ak... aku
ke-ke-ke..."

Tiba-tiba kemaluanku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa gatal yang sudah mencapai puncaknya.
Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding memek Yumiko mencekik kuat sekali. Dengan cekikan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan jebolnya bendungan dalam alat kelaminku.

Pruttt! Pruttt! Pruttt! Kepala kemaluanku terasa disemprot cairan memek
Yumiko, bersamaan dengan pekikan Yumiko, "...keluarrrr...!" Tubuh
Yumiko mengejang dengan mata membeliak-beliak.

"Yumiko...!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Yumiko
sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha meremukkan tulang-tulang
punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya
yang jenjang. Cairan spermaku pun tak terbendung lagi. Crottt! Crottt!
Crottt! Spermaku bersemburan dengan derasnya, menyemprot dinding memek Yumiko yang terdalam. Kemaluanku yang terbenam semua di dalam kehangatan memek Yumiko terasa berdenyut-denyut.

Beberapa saat lamanya aku dan Yumiko terdiam dalam keadaan berpelukan
Erat sekali, sampai-sampai dari alat kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah terpateri erat dengan tubuh depanku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam kemaluanku. Cret! Cret! Cret! Kemaluanku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa ke dalam memek Yumiko. Kali ini semprotannya lebih lemah.

Perlahan-lahan baik tubuh Yumiko maupun tubuhku tidak mengejang lagi.
Aku kemudian menciumi leher mulus Yumiko dengan lembutnya, sementara tangan Yumiko mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bermain sex dengan Yumiko. Pertama kali aku bermain seks, bidadari lawan mainku adalah perempuan jepang yang bertubuh tinggi dan kenyal, berkulit putih mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi air maniku diperas habis-habisan pada pengalaman pertama ini oleh orang semolek Yumiko.

"Bobby-san... Terima kasih Bob. Puas sekali saya. Indah sekali...
sungguh...kimochi yokatta," kata Yumiko lirih. "Malam ini tidur di sini saja ya, Bob?"

Aku tidak memberi kata jawaban. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah
Itu kukecup mesra. Yumiko kemudian mengambil dua buah bantal tipis serta sebuah selimut besar dari dalam rak futon. Aku dan dia tidur bersama tanpa mengenakan selembar pakaian pun di bawah satu selimut. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku.
Bau harum bir yang dia minum masih terpancar dari udara pernafasannya. 

sumber : www.meremmelek.net

1 comment:

  1. If you'd like an alternative to randomly approaching girls and trying to find out the right thing to say...

    If you would rather have women pick YOU, instead of spending your nights prowling around in crowded pubs and nightclubs...

    Then I encourage you to view this short video to uncover a weird secret that has the potential to get you your personal harem of beautiful women just 24 hours from now:

    Facebook Seduction System...

    ReplyDelete