Tuesday, June 19, 2012

Penari Erotis

"Buka semua," kataku. 

Kau mengernyit sambil menatapku, "Semua?" 

Aku hanya mengangguk. 

Mengamatimu membuka satu-persatu pakaianmu. Celana panjang yang segera meluncur ke lantai setelah kamu lepaskan kancing pengaitnya, lalu kemeja dan kaos dalam, hanya menyisakan celana dalam. Kau tersenyum, seolah berusaha memastikan kesungguhan kata-kataku tadi. 

Aku membalas senyumanmu dan mengangguk. 

Dan helai pakaian terakhir yang melekat di tubuhmu pun terlepas juga. Memperlihatkan penismu yang sudah mulai terbangun dari tidur siangnya. 

Aku menarik kursi ke tengah ruangan dan memintamu duduk di sana. 

"Tunggu ya.." kataku, membalikkan badan untuk menyiapkan berbagai peralatan yang sudah kusiapkan sejak semalam, tanpa sepengetahuanmu. 

Tak lama, hentakan musik dari intro lagu (Oh No) What You Got milik Justin Timberlake terdengar dari speaker yang baru saja kupasang. 

Sesaat kemudian, kita saling bertatapan, tanpa berkata apa-apa, tapi seolah sama-sama tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dan sama-sama tersenyum. 

Mengikuti irama yang menghentak, aku mulai meliukkan tubuh di hadapanmu. Membiarkanmu duduk saja dan menonton. Sesekali menyentuh kulitmu, merangsangmu. 

Kugoyangkan pinggul ke kanan dan ke kiri secara bergantian, memunggungimu, lalu perlahan mundur ke arahmu. Sampai kedua sisi pinggangku mengenai lututmu, aku kembali meliukkan tubuhku, kali ini naik dan turun di antara kedua tungkai kakimu. Rupanya kau mulai tidak tahan dan mulai membelai pinggulku. 

Tapi permainan baru saja dimulai. 

Kuletakkan tanganmu kembali ke lengan kursi. Sementara aku melanjutkan kembali tarianku. 

Aku berbalik. Dan yang kulihat kini adalah matamu yang tertutup, kepala menengadah, tubuhmu meregang. Rambut halus di sekujur tubuhmu mulai berdiri. Begitu juga penismu. Yang berada tepat di hadapan wajahku. 

Aku mengecupnya pelan dan kau mengerang. 

Saatnya kita mulai permainannya, Sayang. 

Sambil terus meliukkan tubuhku, aku mulai melepas satu-persatu pakaianku. Cardigan dan rok terusan, menyisakan bra dan celana g-string. Lalu kembali membalikkan tubuhku memunggungimu. 

Aku terus meliuk-liuk, sambil membiarkanmu melihat bagaimana tanganku berusaha melepaskan kaitan bra di punggung. Membiarkannya meluncur dari bagian atas tubuhku ke lantai. 

Dan akhirnya, aku menunduk, seolah menyodorkan pantatku ke arahmu. Bergoyang ke kanan dan kiri, menggodamu, dan kau pun tak tahan untuk tidak menyentuhnya. Saat kau mulai meremasnya, aku maju dan menjauh. Lalu melepaskan celana ke lantai. 

Dengan ujung jari-jemariku, kemudian kusentuh pergelangan kakimu.. naik ke tungkai, hingga ke lutut. Lalu bersamaan dengan saat jemariku mulai menjelajahi bagian luar pahamu, aku mendekatkan tubuhku dan membiarkan penismu bersentuhan dengan kedua payudaraku. Kau mengerang lagi. 

Sementara jemariku masih menari di kakimu, aku mulai menggesekkan penismu di antara belahan kedua payudaraku. 

Ke atas, lalu ke bawah. 

Dari bawah, aku bisa melihat kernyitan wajahmu, kau berusaha menahan nafsu yang mulai tak terkendali. 

Perlahan aku berdiri sambil menciumi perut, naik ke dada, lalu bibirmu. Dan seolah tak sengaja membiarkan bibir vaginaku mengecup kecil penismu. Kau menyambut ciuman bibirku dengan buas. Mengulum dengan liar. Aku menghentikannya segera. 

Tapi kau tidak mau itu terjadi. 

Kau menarik tubuhku mendekat, lalu mulai meremas payudaraku. Aku mendorong tanganmu, nyaris kalah dengan kekuatan tenagamu yang mendorongku ke arah berlawanan. Akhirnya kau menyerah saat aku berusaha meletakkan tanganmu kembali ke lengan kursi. 

Sebelum tanganmu mulai berulah lagi, aku segera melangkahkan kaki ke luar. Melintasi pahamu, sambil membiarkan rambut-rambut vaginaku menyentuhnya, lalu melangkahkan kaki yang satu lagi ke luar. Memainkan jari-jariku di lenganmu, sampai ke leher bagian belakang. Kau menundukkan kepala, seolah menyediakan tempat bagi jemariku untuk menari. 

Kepalamu kutengadahkan ke belakang, hingga berada di antara kedua payudaraku. Tanganku kembali menari, menjelajahi bahumu, dadamu, menyentuh kedua puting, turun ke perut, dan -ini yang kutunggu!- menyentuh penismu dan menggenggamnya erat. 


"Aaarrgghhhh," eranganmu semakin keras. 

Dan kau tahu? Aku semakin bergairah melihatmu seperti ini! 

Kujilati bagian belakang lehermu, bagian sampingnya, lalu ke telinga. Sambil terus memainkan penismu dengan tanganku. 

Merasakan penismu menegang dan semakin membesar setiap saat aku memainkannya, membuatku semakin bergairah. Semakin panas. Semakin tak sabar ingin mendorongmu ke atas tempat tidur dan menggagahimu di sana. 

Tapi belum saatnya. Belum saatnya! 

Kali ini bukan kau saja yang sulit menahan diri untuk tetap terus melanjutkan permainan. Aku juga! 

Aku kembali berputar ke bagian samping lalu ke bagian depan tubuhmu. Memainkan jemari dan tanganku di sekujur kulit tubuhmu sambil terus menikmati pemandangan wajahmu yang berusaha menahan diri. Matamu tertutup, tanganmu menggenggam erat lengan kursi. 

Dan saat aku mulai menjilati sepasang bola di bawah penismu, kau mengerang semakin keras. Aku pun semakin bersemangat untuk memainkan lidahku, menjilati keduanya dan penismu bergantian. Lalu mengulumnya, memainkannya di dalam rongga mulutku. 

Aku kemudian melepaskan penismu, mulai menjilati perutmu, naik ke atas, hingga menciumi bibirmu. 

Menarik tanganmu untuk berdiri dari tempat duduk. Membawamu ke arah tempat tidur. 

Hanya beberapa saat sebelum kita tiba di sana, kau sudah mendorongku ke atasnya. Menahan tubuhku telentang, lalu sesegera itu pula kau menancapkan penismu ke dalam vaginaku. 

"Aaaarrggghhhhhhh," kali ini aku yang tak bisa menahan erangan itu meluncur dari mulutku. 

Kau menggerakkan pinggulmu maju-mundur, membuat bagian dalam vaginaku merasakan gesekan penismu masuk dan keluar. Berulang kali. 

Kau memegang kedua tanganku hingga aku tak bisa bergerak. Sementara kau terus memainkan pinggul dan penismu di dalam vaginaku. 

Aku nggak tahan, Sayaaannggg!! 

Lalu aku mencengkeram erat tanganmu yang jemarinya terselip di antara jemariku. Tubuhku mengejang, aliran listrik menjalar dari vagina ke seluruh tubuh, bahkan sampai ke ujung kepala. 

Vaginaku mulai berkedut! 

Bukannya menghentikan gerakanmu, kau malahan terus menggerakkan pinggulmu maju dan mundur. 

Dan aku pun berhasil melepaskan tanganmu yang menahan tanganku, lalu memelukmu erat-erat. Hingga vaginaku terasa basah. 

Kau pasti tahu apa penyebabnya. 

Ah, semestinya 'kan aku yang menggodamu, kenapa justru aku yang orgasme lebih dulu? 

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment