Tuesday, June 19, 2012

Friska's Diary Chapter 3 : Tragedi ‘Hot’Tel

Malam itu setelah mendengar curhatan Nana, aku memutuskan untuk memesan 2 botol Vodca untuk kita berdua. Baru minum setengah botol, kepalaku sudah tidak tahan lagi dan mataku juga terasa berat. Akhirnya, dalam keadaan mabuk, Aku tertidur di sebelah Nana yang mungkin saja juga mabuk. Di pagi yang cerah itu, sebuah kecupan lembut membangunkanku dari tidur. Aku bisa merasakan kehangatan bibir Nana yang menempel di atas bibirku. Aku membuka mataku sedikit serta menggeliatkan tubuhku.

“Pagi beib” Nana berbisik di telingaku.

“Pagi… kok pagi banget bangunnya?” aku membalas sapaannya.

“iya nih…aku pengen ngajak kamu ke gym…hehehe” ia masih menciumku, tapi kali ini merambat turun ke bagian tengkuk, Tuk…!!, aku mengetuk kening Nana hingga kepalanya terdorong kebelakang ketika ciumannya merambat semakin nakal, aku terkekeh kecil dan bibir Nana meruncing ia mengusap-ngusap keningnya,.bibirku ikut meruncing kemudian cup…, bibirku dan bibirnya beradu ,untuk beberapa saat lamanya kami terdiam sambil saling berpelukan menikmati hangatnya pelukan sepasang “kekasih” dipagi hari sebelum Nana kembali tersenyum manis dan mengulum bibirku dengan lembut, jemarinya merayap nakal, masuk kedalam piyamaku dan terus merayap menyelinap memasuki Braku, ih-uh…, tubuhku menggelinjang kegelian ketika jemari Nana menggelitiki puting payudaraku yang mengeras.

“Idih, Nana, geli ah..”Aku meronta lembut,kemudian melepaskan diri dari ciuman dan pelukan Nana , tubuhku duduk di atas tempat tidur kemudian merapihkan rambutku yang masih berantakan.

“Fris,” Nana memanggilku.

“mmm?” aku hanya menggumam dan masih merapihkan rambutku.

“kamu cantik kalo lagi kaya gini…hehehe” Nana tersenyum padaku ketika duduk , aku membalas senyumannya dan kembali menutup mataku karena aku masih ngantuk, ada sesuatu yang ganjil dari tingkah laku Nana di pagi hari ini, hmmm, Nana kenapa yah ? nggak biasanya dia seperti ini.

“hhmm?? Makasih Na… kamu kenapa sih? aneh banget” aku bertanya heran dengan tingkah lakunya.

“ga apa apa kok Fris. nih, di handphonemu ada sms dari kak Dedi” Nana memberikan handphone Black Berryku yang sekarang ini sedang booming.

Aku melihat isi sms itu

Fris..hari ini kamu masih nginep di hotel kan? Dasar anak nakal! Kok ga kabarin kakak? Ntar kakak bilang apa sama Ayah kalau kamu tidak ada di rumah??

Begitulah bunyi sms yang ada di layar handphoneku. Aku menekan tombol Reply lalu mulai mengetik sms.

Aku ada di hotel Sianpar bareng Nana, aku mau liburan di sini…kakak jangan ganggu aku ya…masalah ayah, nanti aku yang minta izin…

Kemudian aku menekan tombol Send yang ada di Black Berryku. Tak lama setelah itu, kakakku kembali membalas smsku tadi.

Ya udah…selamat bersenang senang deh…tapi nanti jangan lupa siap siap jam 10 ya!

“jam sepuluh??” kataku dalam hati sambil mengernyitkan dahiku menatap layar handphone itu.

Maksud kakak apa??

Aku kembali membalas sms yang menurutku ga jelas banget itu. Tetapi sepertinya, kakakku tidak membalas smsku lagi. Aku menghela nafas panjang membayangkan apa yang akan terjadi nanti pada jam sepuluh., Aduh Kak Dedi mau ngapain ya ?? ,aku mencurigai sms terakhir yang dikirimkan oleh Kak Dedi, Aku yakin kakakku sudah menyiapkan sebuah rencana, tapi apa rencananya ?? aku kembali menarik nafas kemudian menghembuskannya perlahan untuk meredakan kegelisahan di hatiku.

“Hey!! Beib…kok bengong sih?ada apa?ke gym yuk!” Nana melambaikan tangannnya di depan mukaku yang sedang terbengong., lamunanku buyar seketika oleh lambaian tangan Nana., aku mengerlingkan ekor mataku dengan nakal kemudian menggeleng-gelengkan kepalaku, aku melemparkan sebuah senyuman untuk menutupi kegelisahan dihatiku.

“ga apa apa kok..hehe..kayanya aku masih mau tidur deh Na, kamu sendiri bisa ke gym kan…kamu udah laper?”

“belom sih beib..emangnya kamu laper?” tangan Nana yang lembut membelai lembut rambutku yang masih sedikit kusut.

Aku hanya menggelengkan kepalaku sambil tersenyum manja kepada Nana.

“aku mau olahraga dulu baru makan…hehe ya udah kamu tidur dulu aja ya nanti aku bawain makanan buat kamu” Nana memegang tanganku dan membaringkanku lagi di atas tempat tidur kemudian mengangkat selimut tebal untuk melindungi tubuhku dari dinginnya AC ruangan hotel ini.

“Cupph, Muachhh….”Setelah selesai menyelimutiku, Nana mencium pipiku ia mengambil sejumlah uang di dompetnya kemudian berpamitan denganku.

“aku pergi..dadahh” Nana melambaikan tangan ke arahku.

Aku membalas lambaian tangannya kemudian tidur lagi di atas spring bed ukuran king size di kamar hotelku.

*******************************

Kejutan Jam 10

Aku terbangun ketika gagang pintu kamar hotelku diputar. Aku tidak menyadari kalau pintu dalam keadaan tak terkunci. Aku tercengang melihat tubuh kurus dan berkulit hitam ada di depan mataku. Tampaknya aku mengenal orang ini., Item, kurus, Jelek, siapa lagi kalau bukan…….., aming(extravaganza…) ?? ah masa sih ada Aming didepan pintu kamarku ??

“kak Dedi?!” pikirku dalam hati melihat sesosok orang seperti kak Dedi. Pandangan mataku masih belum begitu jelas, aku memincingkan mataku agar dapat mengenali sosok kurus yang menyelinap masuk kedalam kamar hotel, pada saat yang bersamaan dengan tertutupnya pintu kamar aku mendengar sebuah suara yang tidak asing lagi.

“pagi sayang..” tampaknya aku mengenali suara itu., DUGGGGGG…!! Jantungku melompat sangking kagetnya, aku mendengar suaranya, suara yang tidak ingin aku dengar, suara yang ingin aku hindari.

Aku baru sadar apa yang dimaksudkan kak Dedi dengan jam 10 itu karena sekarang ini jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Mataku langsung membuka sepenuhnya., aku panik ketika kesadaranku menyuguhkan sesosok makhluk yang tidak asing lagi, dia adalah……..KAK Dediiiii…….!!!! Aduh….!! Gawat….!! Gimana kalau Nana Tahu…!! Aku harus mengusirnya keluar…!! HARUS…!!!

“kakak! Ngapain ke sini!! Aduhh ntar kalo Nana liat gimana kak!!!” aku segera bangun dari tempat tidurku dan menuju ke pintu kamar tempat dimana kakakku masuk.

“udah lah Fris…kita main sebentar doang yuk mau yah kakak udah kangen nih hehehe” sepertinya kak Dedi mulai gelap mata lagi., aku terkesima oleh pandangan matanya yang beringas, aku berusaha menepiskan tangannya yang kurang ajar, aku berusaha meredakan nafsu liar kak Dedi, aku berusaha menjelaskan kepadanya bahwa aku tengah berlibur bersama Nana dan sebentar lagi Ia akan kembali kekamar, namun kak Dedi tidak mempedulikan penjelasanku , ia semakin kasar dan liar merangsek dan mendesak tubuhku.

“kakak!! Jangan!! Aduuuhh” tubuhku terbanting di atas spring bed king size yang ku tiduri tadi akibat dorongan kuat tangan kakakku pada kedua bahuku. Tanpa ba bi bu lagi, kakakku langsung menerkamku sehingga membuat aku semakin panik. Kedua tanganku di santukan ke atas kepalaku dan di tekan oleh tangan kanan kakakku sementara kakiku sudah di tindih kakinya sehingga aku tak dapat bergerak lagi.

“kakak!!! Jangan kak….please!!nanti Nana pulang!” kakakku tak memperdulikan rengekanku. Ia mengeluarkan seutas tali dari sakunya kemudian menarik tangan kiri ku dan di ikatnya di sudut ranjang bagian kiri dan tangan kananku juga diikatnya di sudut ranjang bagian kanan. Sementara kakiku masih bebas bergerak.

“kakak mau ngapain sih?!” aku mulai ketakutan karena kondisiku sudah tak berdaya seperti ini.

Kakakku tidak menjawab. Ia bangkit dari tempat tidur kemudian mengunci pintu kamarku. Kakakku mulai membuka pakaiannya satu persatu hingga yang tersisa hanya celana dalamnya saja yang sudah menggembung bagian di bawah perutnya. 

“kakak!!ga usah pake di iket kali…sakit nih!” aku merengek manja.tetapi kak Dedi tidak menjawab apa apa., uh, ikatan kak dedi yang terlalu kuat menyakiti pergelangan tanganku, aku semakin gelisah ketika Kak Dedi mulai merangkak naik keatas ranjang, tangannya merayap mengelus pinggulku kemudian merayap naik kearah dadaku, wajah kak Dedi semakin mesum ketika tangannya mulai menyentuh permukaan baju Piyamaku dibagian dada, deru nafasnya semakin memburu keras.

“kak lepasin dong!!!” aku masih terus meronta. Kakiku tak bisa diam karena remasan tangan kakakku di bagian buah dadaku terasa nikmat sekali membuat kakiku mengejang dan aku merasakan ada sedikit rasa geli karena ulah tangannya yang satu lagi di daerah selangkanganku., berkali-kali aku menelan ludah ketika merasakan remasan dan elusan-elusan nakal diselangkanganku, tubuhku menggelepar dipermainkan oleh kak Dedi.

Dengan amat bernafsu, kak Dedi mempreteli kancing piama yang kupakai serta menyingkap cup bra berukuran 32B milikku membuat buah dadaku sekarang ini tidak terlindungi apa apa lagi. Kemudian mulutnya mulai nakal melumat puting payudaraku yang sudah mulai tegang. “C-pok!”,tubuhku merinding ketika puncak payudaraku terlepas dari mulut Kak dedi, karena terlepas ?? bukan…!! Tubuhku merinding Karena tarian lidah kak dedi yang memainkan puncak payudaraku, mengait dan menggelitiki putting susuku yang mengeras., ouch ampunnnn, geli-geli-nikmat yang basah dan hangat mulai menyerang nafsu birahiku, bagaikan air yang dipanaskan diatas bara api, air yang dingin itu menghangat, memanas dan akhirnya bergolak panas, demikian juga halnya dengan nafsu birahiku yang kini meletup-letup hebat., aku melenguh ketika mulut Kak dedi terbuka lebar dan mencucup kembali puncak payudaraku.

“aaahhhhh kakk….jangaann sekkkaaranghhhhh” nafasku mulai berat. Nafsuku mulai naik. Kakakku sepertinya mengetahui hal itu dan perlahan ia melepaskan kulumannya di puting payudaraku dan mulai melumat bibirku.

“kakkkk eemmmphhhhhhh” bibirku dilumat habis olehnya. Aku hanya bisa pasrah menerima desakan lidah kakakku pada bibir mungilku ini. Tangannya juga tidak bisa diam mengelus elus bagian selangkanganku yang masih terlindung oleh celana dalam dan celana panjang seragam dengan baju piamaku.

Perlahan libidoku mulai naik. “Sial! Lagi lagi aku tak bisa mengontrol diriku!” Umpatku dalam hati. Rontaanku berkurang menjadi gerakan lembut yang erotis menikmati cumbuan kakakku. Sebenarnya aku tidak menginginkan ini, tetapi tubuhku sudah menagih untuk di puaskan. Dengan rasa berat hati akupun larut dalam permainan kakakku., Unnnhhh, Tubuhku mengejang ketika tangan kak Dedi menyelinap masuk kedalam celana piyamaku, jemarinya menguruti selangkanganku yang semakin basah, garukan-garukan jemari kak Dedi terasa semakin nikmat, hingga aku semakin terlena menerima perbuatan bejatnya yang semena-mena.

Tak lama kemudian aku membalas lumatan itu,kedua mataku terpejam sambil membalas lumatan-lumatan bibir kak Dedi, bibirku dan bibir kak Dedi bergelut, saling meraih dan merengkuh, saling kulum dan saling mengemut. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima membuatku tak berdaya lagi dengan apa yang dilakukan kakakku. Kini di pikiranku hanya satu, ‘menuntaskan hawa nafsu yang sedang menguasaiku’. Setelah meremas-remas dadaku beberapa kali, Tangan kak Dedi kembali merayap turun ke arah selangkanganku. Kemudian ia menarik turun celana piamaku yang panjang. Lalu terlihatlah vaginaku yang masih terlindungi oleh celana dalam kuning yang kupakai. Refleks, kakiku mengatup ketika celana piamaku berhasil diloloskan kakakku. Sepertinya kakakku sudah horny berat. Ia melepaskan celana dalamnya dan penis yang sudah memerawaniku itu kembali terpampang di depanku.

“kak…nanti Nana pulang….jangan dong please…” aku masih melarang kakakku untuk melakukan penetrasi di bagian vaginaku, sebenarnya aku menginginkannya tapi aku masih terlalu malu untuk mengakuinya., rasa Gelisah-Malu-Ingin-Khawatir-Horny berbaur menjadi satu, rasa-rasa itu bersatu untuk menyiksaku, sementara Kak Dedi berusaha merayuku agar aku mengikuti keinginannya, memuaskan nafsu bejatnya yang meminta pelampiasan, dan korbannya adalah Aku, Friska..

“Ayo lah sayang…sekali ini saja… yah?!” rayu kakakku dengan nada yang sedikit membujuk.

“Gak! Aku ga mau kak!! jangan paksa aku!” dengan nada yang sedikit ketus aku menjawab kakakku. Aku agak sedikit takut ketika aku melihat perubahan ekspressi wajah kakakku yang berubah ketika aku mengatakan itu.

“Oke lah…kalau ga mau di mulut yang ini ( kak Dedi memegang bibir vaginaku ), masih ada mulut lain kok” katanya singkat.

Aku kaget sekali dengan ucapan kakakku ini. Tiba tiba tangannya merambat naik dan memencet kedua lubang hidungku. Aku berusaha untuk menahan nafas sebisa mungkin. Tapi, apalah artinya manusia tanpa oksigen, bagai tanaman tanpa air.

“eemmphhh…..hosshhh hoshhh…” Akhirnya aku tidak kuat juga menahan nafasku. aku membuka mulutku untuk mengambil udara agar aku tidak mati kehabisan oksigen. Namun, bukan udara yang ku dapat, melainkan penis besar milik kakakku langsung masuk kedalam mulutku.

“hmmpphhhhhhmmphhhh…” aku meronta ronta karena penis itu membuat aku sulit bernafas, namun semakin aku meronta, membuat kakakku menjadi semakin bernafsu untuk menjejalkan batang penisnya kedalam mulutku, keningku mengernyit ketika ujung penis kak Dedi menekan kerongkonganku., lidahku menggeliat berusaha menekan laju penis kak Dedi,UMMMMHHH…!! Satu sodokan keras membuat kepalaku terdorong kebelakang, Sekali lagi, Lagi dan satu kali lagi hingga aku termegap kewalahan, Akhirnya aku memutuskan untuk diam dan melayani penis yang sudah memerawaniku hari itu.

“nahh..gitu baru anak baikk…ayoo..isep terus..” kakakku kembali melecehkanku dengan kata katanya yang membuat mukaku panas. Aku mulai memaju mundurkan kepalaku meski agak sulit untuk bergerak, tapi aku ingin cepat cepat menyudahi aksi kakakku.

Aku menghisap penis yang sedang kukulum ini kuat kuat hingga kakakku menggelinjang kenikmatan karena hisapanku. Mataku kadang melirik kearahnya dan melihat ekspresinya yang merem melek menikmati kulumanku yang memang kusengaja membuatnya cepat selesai., kuhisap sambil kumainkan ujung lidahku memutari kepala penisnya , sesekali ujung lidahku terayun menggelitiki lubang kencing kak Dedi, Hemummmmhh, kedua pipiku mengempot-ngempot ketika aku menyerang dengan hisapan-hisapan kuat untuk merobohkan batang penis kak Dedi., yessss…!!usaha kerasku mulai membuahkan hasil. Penis itu terasa berkedut kedut kuat didalam mulutku,. Aku yakin sekali sebentar lagi kakakku akan memuntahkan spermanya. Kepalaku sekarang sudah tidak lagi bergerak sendiri, melainkan kini kepalaku di tahan oleh kakakku kemudian dengan sedikit kasar, ia memperkosa mulutku. Memaju mundurkan penis besar itu sampai menusuk nusuk kerongkonganku.

“hhmmmppphhhmmhhhh…” aku mulai panik karena penis itu masuk makin dalam dan terasa seperti berkedut kedut makin lama makin kencang. Dan benar saja, tak lama kemudian, crrroottt…crroottt… cairan putih kental dan sedikit memiliki bau yang khas itu muncrat dari penis kakakku di dalam kerongkonganku. Aku hanya bisa pasrah menerima semprotan-semprotan cairan kental itu,, Bau Sperma kak Dedi tercium keras di dalam rongga mulutku, cairan itu terasa kental, kesat , berlendir, menjijikkan sekali rasanya ketika mulutku dipenuhi oleh lender-lendir sperma Kak Dedi, aku berusaha menarik kepalaku dari penis Kak Dedi yang mulai terkulaididalam mulutku. .

“uhhuukkk..uhhuukkk..hkk…” ketika penis itu sudah keluar seluruhnya dari mulutku, aku memalingkan wajahku ke samping dan terbatuk batuk akibat sperma yang menyembur deras di dalam kerongkonganku.

Tak lama setelah aku terbatuk. Kakakku langsung menindihku lagi. memainkan tangannya di daerah selangkanganku. Menggosok gosok bibir vaginaku, membuat aku seakan terbang melayang layang akibat kenikmatan yang kudapat dari gesekan tangan kakakku dengan bibir vaginaku yang masih terlindung celana dalamku. Sementara, di bagian atas, lidahku dan lidah kakakku juga saling beradu dan saling bertukar air liur membuat nafsuku makin naik. Ditengah badai kenikmatan yang menimpaku, tiba tiba kakakku berhenti melakukan aktifitasnya. Aku sedikit kecewa karena sedang enak enaknya, kakakku malah menyudahinya.

“Fris, kali ini kakak mau main sama teman kamu itu ya” bagai tersambar petir aku mendengarnya, Ahh ?? permintaan gila apa ini ?? Kak Dedi ingin “bermain” bersama Nana sahabatku. .

“kakak!!! Jangan macam macam kak!! Jangan Nana kak!!! Kakak boleh kok perkosa aku sampe kakak puas. Tapi jangan temanku!!” aku panik sekali mendengar omongan kakakku barusan.

“Kalau kamu sih, kakak bisa pake sampe puas” kata kata itu terdengar panas di telingaku. “tapi kalau temenmu itu, kan kakak ga bisa sering sering pake..hehehe ayo lah Fris” kakakku memohon kepadaku.

“kak! Jangan apa apain Nana!! Please…” aku kembali memohon kepada kakakku.

“gini aja deh, kamu pilih mana? mau ‘Video’(episode1) rekaman kamu akan jatuh ketangan ayah, atau kamu kasih Nana ke kakak? ” kakakku memberikan dua pilihan yang membingungkan.

“kak, apa ga ada pilihan lain?” aku kembali bertanya.

“aduh ini anak mau pilihan apa lagi sih?” sepertinya emosi kakakku mulai naik lagi. 

“ya udah tapi kakak jangan kasar sama dia! Janji ya!” aku terpaksa mengatakannya karena aku juga tidak mau ‘video’ itu sampai ke tangan ayah, aku tidak mau Ayahku mengetahui anaknya yang tercinta ini sudah berbalut noda-noda hitam yang terlarang, rasa khawatir-marah membuatku berani menatap mata kak Dedi.

“Kakk…!! Ingat ya…!! Jangan kasar-kasar sama Nana..!!” aku berusaha memastikan sekali lagi.

“iya iya..” balas kakakku.

Kakakku turun dari tempat tidur. Mengambil selembar saputangan yang dilumuri oleh obat bius. Aku sudah tau apa yang akan dilakukan kakakku., untuk sesaat ada rasa bimbang yang menggangu hatiku , Nana…, maafkan aku…, maafkan aku yang tidak berdaya ini….,aku mengepalkan tanganku sambil memandangi Kak dedi dengan geram.

“Fris, kamu pura pura meronta pada saat Nana datang ya! Kakak mau sembunyi dulu” bisik kakakku yang sudah melipat saputangan itu dan menggenggamnya. Kemudian kakakku memakai bajunya, merapihkan bajuku yang tadi sempat tersingkap kemudian memasangkan celanaku yang tadi sempat di pelorotkan. Kakakku berjalan berjingkat lalu bersembunyi di dalam lemari pakaian yang terdapat di kamar hotelku, untuk sesaat terbersit niatan untuk mengunci pintu lemari itu dan meninggalkan kakakku terkunci didalam lemari baju itu., jika saja aku tidak dalam keadaan terikat.

Aku melirik jam yang menunjukkan pukul 10.30. berarti sudah 30 menit kakakku berada di sini. Dan mataku tertuju pada derit pintu kamarku. Sepertinya Nana sudah kembali

“ASTAGA FRISKA!!!” Nana berteriak kaget ketika melihatku dalam posisi terikat tapi aku masih mengenakan pakaian lengkap, Nana begitu Panik menyaksikanku yang terikat tak berdaya diatas ranjang.

“Na tolongin aku!! Tadi ada orang aneh masuk dan menyergapku” aku mulai merengek dengan nada yang manja. Terpaksa aku harus membohongi sahabatku ini. Sedih rasanya melihat Nana jatuh ke tangan kakakku. Tapi, apa dayaku sekarang? Aku sudah tidak bisa apa apa lagi.

“iya iya….aduu duhhh kok bisa sih kaya gini Fris…” setelah menaruh box makan yang baru saja di belinya di atas meja, ia menghampiriku dan membuka ikatan yang mengikat diriku.

Sebenarnya aku ingin berteriak ketika melihat kakakku berjingkat jingkat perlahan. Aku bisa melihat penis yang masih bersembunyi itu mulai mengeras. Celana jeans yang kakakku pakai tampak menggembung di bagian retsletingnya.

Tiba tiba “hhmmmmmmmffffpphhhhhmmmmmfpfffphhhhhhhhhhhhhhhhhh ” Nana sempat meronta sebentar dan tak lama, ia jatuh pingsan karena terkena pengaruh obat bius.

“akting yang bagus Fris…hehehe…cakep juga ya si Nana kalau lagi tidur hehehe” kakakku memeluk tubuh Nana yang sudah lemas kemudian membaringkannya di sebelahku.

“kak! Bukain iketannya. Sakit nih!” aku mengeluh

“iya iya sabar” kakakku berjalan ke sudut sudut ranjang dan membuka ikatanku.

“sekarang, kamu bukain semua bajunya Nana, tinggalin bra sama celana dalemnya ya”



Aku hanya dapat menuruti perintah kakakku saja karena jika aku melawan, kakakku tak segan segan untuk menyakitiku. Dengan rasa dongkol dan rasa bersalah di dadaku aku menuruti keinginan kak Dedi. rasa sesal semakin menyiksa hati kecilku, karena aku sebenarnya tidak ingin menuruti keinginan kak Dedi , aku tidak ingin menyerahkan Nana kepada Kak Dedi, namunnnnnn, Apalah dayaku untuk melawan tindakan bejat kakakku yang mengancamku dan memperlakukanku dengan semena-mena sekehendak hatinya yang sudah habis dimakan nafsu bejat. Tanganku mulai bergerak menaikkan kaos ketat yang di pakai oleh Nana dan setelah itu, aku menarik celana training yang ia pakai sampai ia hanya tinggal memakai bra dan celana dalamnya saja. Setelah selesai membuka baju Nana, kakakku melemparkan tali yang tadi dipakai untuk mengingkatku dan menyuruh mengikat kedua tangan Nana menjadi satu.

“kak apaan sih?!!?! Kesiniin HP-nya!!” aku kaget sekali karena kakakku merekam semua kegiatanku menelanjangi Nana.

“Ini sebagai senjata kalo kamu macam macam, kakak ga bakal segan segan kasih video ini ke Nana, biar temen kamu bisa ngeliat sendiri kalo kamu yang nelanjangin dia…hehehehe” kak Dedi menyunggingkan senyum liciknya.

Aku hanya bisa menunduk pasrah karena aku tau posisiku sekarang sedang tidak menguntungkan. Lebih baik aku menuruti saja kemauan kakakku yang bejat ini, aku semakin geram dan gemas, semula ia menggunakan Ayah untuk mengancamku, kemudian kini menggunakan Nana agar aku semakin patuh dan menuruti keinginan bejatnya. Ia melihat ada tiang di atas tempat tidurku. Kemudian, kak Dedi menyangkutkan tali yang baru hingga menggantung di tiang besi yang lumayan kuat. Kemudian kakakku mengikat talinya dengan tali yang menyatukan kedua pergelangan tangan Nana. Kini aku tau apa yang kakakku ingin lakukan kepada Nana.

Ia ingin menyetubuhi Nana dalam keadaan berdiri. Tampaknya Nana masih pingsan, kakakku mengangkat tubuh Nana ke samping tempat tidurku dan menarik tali yang menggantung itu hingga dapat menahan berat tubuh Nana. Kini Nana sudah dalam posisi terikat dengan kedua tangannya terikat menjadi satu dan menggantung. Kakinya masih terlihat lemas. Tubuhnya condong kedepan dan matanya masih tertutup rapat., Kak Dedi mulai memeluk tubuh Nana dari belakang, kedua tangannya merayap dengan liar menggerayangi lekuk liku tubuh Nana, sesekali kak Dedi menggigit gemas tengkuk nana hingga meninggalkan bekas gigitan kemerahan. Kakakku mulai membuka bajunya kembali. Sementara aku hanya bisa diam di atas tempat tidurku. Aku hanya melihat kakakku melakukan apa yang seharusnya tidak di lakukan terhadap temanku. Ia mulai meremasi payudara Nana yang kenyal dan ranum itu, kak Dedi mengarahkan batang penisnya sambil menarik pinggul Nana, “C-ploph!”, telingaku mendengar suara becek yang keras ketika kak Dedi merojokkan batang penisnya kedalam cepitan vagina Nana dari arah belakang, Aku menyaksikan kak dedi mulai memacu batang penisnya menyodoki Vagina nana yang masih terikat-terbius tak sadarkan diri, suara-suara becek terdengar semakin keras ketika gerakan-gerakan Kak dEdi semakin brutal dan liar, Kak dedi menolehkan wajahnya menatapku, ada senyum kepuasan dan kemenangan yang tersirat diwajahnya , sementara penisnya masih terus bergerak liar menggasak dan merojoki liang vagina Nana. aku memalingkan wajahku kearah lain ketika rasa sesal semakin menyiksa hati kecilku. Kemudian,aku mendengar suara langkah kaki kakakku menghampiriku dan…..

“hhmmmmmmmffhhhhhhhhhhhhhmmphhhhhhH…………” aku tak melihat kalau sapu tangan yang di pakainya untuk membius Nana, masih di pegangnya dan ia membekap hidungku dengan itu juga. Kemudian semua pandanganku menjadi gelap dan aku tak bisa melihat apa apa dan kesadaranku mulai menghilang, semuanya menghilang.., lenyap…begitu saja,kesadaranku digantikan oleh kegelapan….

********************************

Kejutan dari kakakku kembali berlanjut

Aku tersadar sudah berada di atas tempat tidur yang lumayan empuk. Pandanganku gelap, aku tak bisa melihat apa apa, belakangan aku menyadari mataku sedang di tutup dan tubuhku juga terikat. Tanganku di ikat kebelakang sehingga kedua tanganku menekuk kebelakangku. Kakiku juga di ikat. Seluruh tubuhku di ikat. Aku tak bisa bergerak dengan bebas. Tapi, rasanya kok dingin sekali? ASTAGA!! Aku sudah telanjang bulat?!

Dimana aku? Siapa yang mengikat diriku?, berjuta pertanyaan menghantui pikiranku.

Aku tersadar ketika sepertinya ada yang naik ke atas spring bedku.

“siapa kamu??hey…jangan macam macam!” aku menggeliatkan tubuhku sedikit karena tangan orang yang belum kukenal itu meraba raba tubuhku yang penuh dengan ikatan ini., bahkan tangan orang itu berani mengelus-ngelus puncak payudaraku, rasa takut bercampur dengan rasa geli ketika tangan orang itu mulai mencubit-cubit putting susuku,, aku meringis ketika putik payudaraku dicubit dengan keras.

“kamu cantik sekali…tak percuma aku menyewamu hehe” aku terpaku mendengar kata kata itu, hah ? menyewa…..?? telingaku semakin panas mendengar kata yang menusuk harga diriku, aku bukan barang…!! BUKANNN…..!! batinku menjerit keras ,

“Kamu jangan bercanda! Siapa kamu?!?! Lepasin!!” aku meronta lagi, emosiku memuncak mendengar kata-kata orang itu yang melecehkanku, aku marah.., sangat marah sekali ketika ia meremas selangkanganku..

“hehe…kalo ga karena Dedi yang gila duit itu, gua ga bakal bisa dapetin cewe secantik dan se-sexy lu hehe…katanya Dedi, servisan lu mantep kan?mau donk di servis juga.. Hehe” mukaku terasa panas mendengar ejekan orang yang tak aku kenali ini, kak Dedi?? Otakku mulai mencerna semuanya, kakakku menjual tubuhku kepada orang ini, dug..! dugg…!! Detak jantungku semakin tidak beraturan antara emosi dan takut.

“bukain iketannya! Please….” Akhirnya aku hanya bisa memohon karena makin aku meronta, pasti akan membuat dia makin menyiksaku dengan omongannya yang menusuk hati, belum lagi colekan-colekan nakalnya yang merayapi tubuhku, hembusan-hebusan nafasnya yang sengaja dihembuskan diantara sela-sela leherku, sepertinya orang yang tak kukenal ini sangat menikmati ketidak berdayaanku.

Perlahan aku merasakan ikatan di sekujur tubuhku mulai mengendur, tetapi, tangan dan kakiku masih terikat karena ikatan tersebut terpisah antara tangan dan kakiku dengan ikatan tubuhku. Aku hanya bisa menggeliat lega karena saat ini ikatan yang membuatku sesak nafas kini sudah terbuka. Pria itu membuka penutup mataku. Aku mengerjap kerjapkan mataku. Penglihatanku masih buram karena lama sekali mataku ini tidak mendapat cahaya. Pandanganku mulai jelas. Perlahan namun pasti aku bisa melihat orang yang sudah ‘menyewa’ dari kak Dedi.

“Rendy?” tiba tiba kata kata itu keluar dari mulutku. Aku teringat dengan wajahnya yang diperlihatkan oleh pak Warto kepadaku. (episode 2)

Sekilas, tampaknya pria itu bengong melihatku mengenalinya. Ia mendekatkan wajahnya ke arahku.

“haa..??kamu tau aku?” kalimat penuh kebingungan masih terdengar jelas di telingaku.

“tau lah…kamukan anak orang kaya yang bodoh…” jawabku ketus.

“apa katamu?!” tampaknya Rendy mulai marah, kedua tangannya mencengkram bahuku hingga aku sedikit meringis kesakitan.

“aduhh…sakitttt!! Lepasiinn!!” aku berusaha melepas cengkraman tangan Rendy dibahuku. Tetapi apa daya tenaga wanita yang bertubuh mungil sepertiku ini. Aku hanya memalingkan mukaku ketika Rendy menatapku dengan penuh nafsu.

“ayo katakan lagi!!” bentak Rendy.

Aku agak sedikit kaget atas bentakannya, tetapi nyaliku tidak menciut sedikitpun, aku tidak akan ketakutan, atas bentakannya, atas sinar matanya yang mengancamku, dengan tajam aku balas memandang matanya dalam –dalam sebelum aku membentaknya dengan keras…

“Anak orang kaya tapi bodoh…pllaakk!!” tamparan keras mendarat di pipiku yang putih mulus tanpa jerawat dan tamparan itu berbekas merah pada pipiku. Tubuhku yang semula terduduk dari tempat tidur, kini roboh ke samping kanan karena tamparan keras di pipi kiriku.

“hk..hkk…..” aku mulai menangis terisak memegangi pipiku yang terasa perih dan panas, aku tetap menatapnya dengan tajam walaupun sebenarnya pandangan mataku kabur terhalangi oleh air mataku.

“Sepertinya kamu memang harus di ajarkan cara bersopan santun ya!” Rendy sepertinya mulai marah akibat tindakanku. Tangan Rendy yang berotot itu menarik tubuhku hingga aku terlentang di hadapannya., Unhhh, aku mengeluh ketika tubuhnya menindih tubuhku yang mungil , kedua tangannya memelukku erat-erat, dengus nafasnya terdengar semakin keras memburu ketika ia menggeluti tubuhku.

“hhmmmfffhhhppphhhhhhh” aku meronta lagi ketika mulut Rendy melumat habis bibirku yang merah merekah ini hingga aku sedikit kesulitan untuk bernafas.

“hmmm…..ssrupp” suara mulut Rendy yang menyeruput air liurku yang masih mengalir dari bibirku. Daerah sekitar bibir kami berdua basah dan sepertinya Rendy sangat bernafsu menggumuliku., Dengus-dengus nafas liar rendy terasa hangat menerpa pipiku, berkali-kali ia melumat-lumat bibirku hingga aku terengah berusaha mengambil nafas, tubuhku gemetar ketika telapak tangannya yang kasar merayapi permukaan tubuhku yang halus mulus.

“aahhh…hentikann…..udahhhh ammpunn Rennn aahhhhh” aku kembali mendesah ketika kepala Rendy turun dari muluku menuju buah dadaku yang putingnya sudah mengacung tegang. 

“hmmm….masih mau hhmm…minta ampun?” kata Rendy di sela sela kegiatannya mengulum puting payudaraku., aku mendesah panjang ketika ia mengunyah putting susuku, ujung lidahnya bergerak memutari putikku kemudian membasuh bulatan payudaraku bergantian yang kiri dan yang kanan.

“sial! Aku terangsang!” aku mengumpat diriku dalam hati yang mulai menerima rangsangan rangsangan yang di berikan Rendy.

Aku memilih untuk diam sambil menggigit bibirku untuk menahan gelombang kenikmatan yang di berikan Rendy kepadaku.

“nggghhhhhhh..” desahku tertahan ketika salah satu jari Rendy mulai merambat turun membelai bibir vaginaku yang sudah becek sekali akibat di rangsang terus menerus olehnya., jari Rendy mencoblos belahan vaginaku, bukan hanya satu tapi dua buah jari sekaligus diselipkannya kedalam belahan bibir vaginaku, Aku merintih ketika jari rendy bergerak seperti sedang menggaruk-garuk dinding vaginaku.

“aahhhhhhhh…..aahhh…udahhh..ammppunnnn..aampuunnnn aaaaaahhhhhhhhhhh” aku mendesah panjang ketika gelombang orgasme melandaku. Seluruh tubuhku mengejang dan dari lubang vaginaku mengeluarkan cairan cintaku yang sangan banyak hingga meluber keluar. Tetapi kedua jari Rendy yang di pakai untuk mengocok liang vaginaku masih terus bergerak tanpa ampun, membuat aku merasakan rasa ngilu pada vaginaku.

“aduuhh…udaahhhhh….ampunn Rennn….aahh….ampuunnn…” aku meringis dan tubuhku bergerak tak karuan untuk mengeluarkan jari tangan Rendy di dalam liang vaginaku.

“hmm…rasain nih…!! Ayoo goyang lagii sayang…..heghh..” jari Rendy bergerak makin dalam menusuk vaginaku, membuat aku makin meronta.

Aku menggeliatkan diriku dan menaikkan diriku agar jari itu terlepas dari vaginaku hingga aku terbentur oleh ujung ranjang kemudian berusaha bangun hingga posisiku terduduk dan jari tangan itu masih tetap mengocoki vaginaku.

“aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhh” aku mengejang lagi karena tak lama setelah itu, aku kembali orgasme hingga seketika tubuhku langsung melemas dan merosot hingga aku terlentang kembali di atas tempat tidur.

Aku bisa merasakan Rendy sudah mengeluarkan jarinya dari dalam vaginaku., selangkanganku terasa basah akibat cairan orgasmeku yang membasahi pahaku sebelah dalam., aku memalingkan wajahku kearah lain ketika mataku dan mata Rendy bertatapan dengan tidak sengaja, suara kekehan mesumnya membuatku sebal, muak sekali rasanya ketika tangannya merayap menggerayangi lekuk liku tubuhku, aku mencoba untuk beristirahat dan mengendalikan diriku. Tetapi aku hanya dapat beristirahat untuk beberapa saat saja dan kemudian aku merasakan ada benda tumpul yang keras dan hangat mulai berusaha menembus liang vaginaku. Rasanya benda itu tidak muat di dalam sana yang cukup sempit, benda itu terlalu besar untuk liang Vaginaku yang sempit-mungil, namun Rendy seolah tidak peduli, ia terus berusaha menjejal-jejalkan kepala penisnya, perutku mengejang kembang-kempis menahan desakan kepala penis Rendy , desahan panjangku disambut oleh suara tawa ejekan Rendy ketika batang penisnya menggeliat semakin dalam dan lebih dalam lagi…… .

“ampunn Renn..jangan…please..aahhh” aku memohon kepada Rendy yang masih bernafsu meraba dan menciumi bagian bagian sensitive tubuhku. Sambil perlahan menjejalkan penis besarnya ke lubang vaginaku, setelah itu Rendy melakukan gerakan mengompa, ia memompa liang VAginaku dengan batang penisnya , benda itu mengganjal dan mengait liang mungilku, tusukan demi tusukan membuat birahiku semakin melayang jauh , semakin jauh keatas…,aku memekik kecil menahan dentuman nikmat diwilayahku yang terintim.

“aaahhh…….Rennn udahhh..ngghhhhhhhh..ccrrrrttttt” gelombang orgasme begitu hebat melandaku yang membuat tubuhku mengejang sesaat dan melemas kembali. Tetapi penis itu tidak mau berhenti bergesekan dengan dinding vaginaku., Rendy malah semakin bernafsu untuk memompakan batang penisnya menusuk-nusuk liang Vaginaku, ia begitu liar dan ganas memacu benda diselangkangannya, ditusukkan, diputar dan disentakkannya batang penis itu menghantam dan mengaduki liang Vaginaku yang peret.

“aahhh….cukkupp.cukupp…ngghh…ammpuunnn….aahhhhhhhh hh crrrrrrttt” tak lama setelah orgasme yang melandaku tadi, lagi lagi aku sudah orgasme lagi. Sudah 10 menit Rendy menggenjot tubuhku yang sudah lemas ini. Aku hanya bisa pasrah menerima segala kenikmatan akibat gesekan dinding vaginaku dengan penisnya.

“rreennn aku..keluarrr..nggh….aaaaahhhh…..aaaaahhhhhhh..ccr rrrrrttt” lagi lagi aku orgasme untuk yang ketiga kalinya.

“ngghhh….dikit lagi.….ngghh…ahhh…crroottt..crrroottttt” Rendy menyentakkan penisnya dalam dalam dan menumpahkan spermanya di dalam vaginaku.

Sebenarnya ada rasa takut hamil juga dalam diriku. Tetapi aku menikmati kehangatan sperma itu didalam vaginaku. Rendy roboh disebelahku yang masih terikat diatas tempat tidur.

“Ren?” aku memberanikan diri memanggilnya.

“hmm?” ia hanya menggumam.

“Nana mana?”

Rendy menyalakan televisi yang berada di depan tempat tidur dan aku tercengang melihat gambar yang tersaji di layar televisi itu. Di situ ada Nana yang sedang dikerubuti ramai ramai oleh orang orang yang berkulit hitam dan berwajah seram. Nana tampaknya masih terpengaruh obat bius yang di berikan kakakku.

“Ren! Kamu apain Nana???!!!” kataku mulai panik.

“itu bukan salahku, tetapi kakakmu telah memberikan penawaran menarik kepadaku” Rendy kemudian memelukku yang berada di sampingnya.

“Ren tolong lepasin Nana!!” aku memohon kepada Rendy dengan tatapan penuh harap.

“kamu itu udah beruntung sama aku di sini, emangnya kamu masih pengen nyobain penis penis mereka?” Rendy seperti memarahiku.

“bukan gitu!!” mukaku memerah karena malu. Sesaat terdiam kemudian aku menyakinkan diriku untuk berkata. “Aku mau memuaskan mereka asal kamu lepasin Nana”.

“ga usah sok jadi pahlawan deh! Ngaku aja kalo kamu tuh ga puas kalo Cuma satu penis masuk ke lubang kamu? Jujur aja yah, muka kamu itu nafsuin banget dan yang bikin aku yakin nafsu kamu gede banget adalah ini” kata Rendy yang kemudian memegang daerah selangkanganku hingga membuatku kaget karena daerah itu menjadi sangat sensitive bila disentuh.

“ngghhh..Aku ingin kamu lepasin Nana, please!” aku menghela nafas panjang dan meyakinkan diriku.

“ya udah kalo emang kamu maunya gitu…sebentar ya…” Rendy mengambil handphonenya kemudian memencet sebuah nomor handphone.

Aku bisa melihat dari layar televisi, salah satu orang dari mereka mengangkat handphonenya.

“halo, Jon ke kamar gua sekarang…biarinin si Nana di sana, mending lu pada ke sini aja… gua kasih barang baru!” mendengar perkataan Rendy, mukaku sedikit panas, tetapi aku hanya bisa menunduk diam di atas tempat tidur.

“kamu baik baik sama mereka yah…aku mau pergi dulu..” Rendy membelai rambutku kemudian mencium keningku. Tetapi aku masih diam dan tidak berani menjawab. Aku melihat Nana di layar televisi itu masih terbius pingsan dan orang orang itu tampaknya tidak terlihat lagi.

“Ren! Lepasin!” kataku manja sambil menunjukkan ikatan yang membelit pergelangan tangan dan pergelangan kakiku. Kemudian Rendy melepaskan ikatanku.

“Lebih baik kamu pakai baju dulu..dan kamu harus bertingkah melawan mereka berenam, biar kamu kelihatan nafsuin” Rendy memungut bajuku yang berserakan di sekitar tempat tidurku.

“Ih ngapain mesti suruh suruh..ga usah disuruh saja aku ga mau diperkosa sama orang orang jelek itu” kataku kesal dalam hati.

Aku meraih baju yang di berikan Rendy, kemudian memakainya. Kini aku sudah berpakaian piama tidur yang sejak tadi pagi kupakai. Aku melihat keadaan sekitar dan sepertinya orang orang itu masih lama datangnya. Aku berjalan menelusuri kamar yang besar itu. Aku tersadar aku sekarang berada di ruang VVIP Gold Class milik hotelku ketika aku melihat sebuah papan bertuliskan Sianpar Hotel. Sebenarnya aku sedikit terkejut, karena kamar yang aku tempati saat ini bernilai puluhan juta untuk satu malam. Aku berjalan lagi hingga sekarang aku berdiri didepan lemari pakaian. Kubuka lemari itu dan aku menemukan koperku disana. Aku mengangkat koper itu dan mengambil baju ganti dan handuk putih besar yang kubawa. Aku segera beranjak menuju kamar mandi mewah yang berada tak jauh dari lemari pakaian. Aku memeriksa kunci kamarku yang ternyata terkunci dari luar. Kepanikan sesaat melandaku, tetapi aku berusaha tenang dan kemudian aku beranjak menuju kamar mandi. Kukunci pintu kamar mandiku dan aku mulai melepaskan satu demi satu pakaianku. Aku melihat diriku di depan cermin besar yang ada di kamar mandi itu. Sesosok tubuh mungil, berkulit putih bersih tetapi aku sangat kesal sekali karena luka akibat tali yang mengikatku masih berbekas di daerah lenganku. Aku masuk kedalam shower room dan menutup tirai yang menjadi pintu masuknya. Aku memutar keran shower dan syuurrrr air shower yang hangat membasahi tubuhku. Segala kepenatanku hilang sesaat ketika tubuhku terguyur air hangat itu. Aku merileksasikan diriku untuk mengatasi rasa lelahku.

Singkat cerita, aku sudah selesai mandi dan aku keluar dari shower room. Tubuhku yang basah kelihatan mengkilap dibawah sinar lampu membuatku sedikit berpikiran nakal. Aku membayangkan betapa sexynya tubuhku ketika aku bermandikan keringat ketika aku diperkosa oleh kak Dedi dan Kak Reno yang dapat membuat mereka berdua semakin bernafsu menggarap tubuhku. Aku sedikit terangsang akibat lamunan itu. Aku tersadar lalu menggeleng gelengkan kepalaku untuk membuyarkan lamunan itu. Aku meraih handuk putih yang kubawa tadi untuk mengeringkan tubuhku. setelah aku rasa seluruh tubuhku sudah kering, aku mengambil bra yang berukuran 32B dan memakaikannya untuk menutupi buah dadaku. Kemudian aku memakai celana dalamku dan rok berukuran mini kira kira 15 cm di atas lutut, setelah itu baju putih berbahan kaos yang ketat sehingga dapat mencetak lekukan tubuhku.

“hfffffhhmmmphhhffffffffffhhhhhhhhhh” aku terkejut sekali karena ketika aku keluar dari kamar mandi, aku bisa melihat keenam orang itu langsung menyergapku.

“ayo kita main di kasur aja!” sepertinya, aku dapat mengenali suara itu. Itu seperti…kak Reno??!!! Tetapi aku belum bisa melihat jelas karena sekarang aku sangat panik melihat keenam orang yang datang secara tiba tiba.

“ahh…jangannn…tolloongggg..”aku berusaha melawan sergapan mereka dengan segenap tenagaku.

“aduuduu…..adoohh…” aku menggigit tangan yang berusaha membekap mulutku hingga pemilik tangan itu berteriak kesakitan.

“Nakal juga ini cewe…udah non enakan diem layanin kita aja” kata salah satu dari mereka yang berambut gondrong diikat kebelakang dan kumisnya menyatu dengan jenggotnya, menambah seram mukanya yang jelek.

“Fris, kamu masih ingat aku kan?” aku mengalihkan pandanganku ke arah suara itu berasal. Dan benar saja apa dugaanku, itu pasti kak Reno.

“Kak Reno??? jangan kak….ampunn” aku mengiba kepada kak Reno walaupun aku tau kalau aku tak akan lepas dari mereka. 

“Ah ini cewe sok jual mahal. Bajunya udah sexy begini pasti udah siap buat layanin kita kita!!” aku semakin panik mendengar perkataan salah satu dari mereka yang kemudian di sambut sorak sorai ke lima orang temannya yang berada di dekatku. Mereka semua melucuti satu persatu pakaianku hingga aku tidak mengenakan sehelai benangpun kemudian aku yang sudah bugil ini di giring menuju tempat tidur yang ada di ruangan itu.

“nghhhhh…aahhhhh…jangannnnhh….”aku mendesah karena salah satu jari mereka masuk dan mengaduk aduk liang vaginaku.

“Heh!, jangan ngelawan lagi atau kita semua bakal main kasar sama lu!” kak Reno mengancamku. Ternyata yang mengaduk aduk liang vaginaku adalah jari kak Reno.

“ampunn kak..jangan…” Aku hanya bisa mengiba karena sekarang ini aku sudah tidak bisa apa apa lagi. Aku hanya diam pasrah seperti boneka ketika mereka mulai menggerayangi tubuhku.

“hhmm….emang bener bener..hhmm udah siap kita garap ini cewe..wangi banget…hhmm” kata salah seorang dari mereka yang berambut botak sedang mengendus dan menciumi tengkukku.

“eemhh….aaahhhhhhhhhhhh…” aku memejamkan mataku menikmati sentuhan tangan tangan mereka di sekujur tubuhku.

“Nih Fris, Emut!” kak Reno menyodorkan penisnya dan menggosokkan kepala penis itu di depan bibirku.

“hhmpphhhhhh” aku berusaha untuk melawan orang yang sedang mengerubungiku. Tetapi memang dasar cowo! Semua cara dilakukan demi mendapatkan kepuasannya. Kak Reno berusaha menyumbat pernafasanku dengan kedua tanyannya yang menjepit batang hidungku. Aku masih meronta, tetapi rontaanku semakin menguras sisa sisa oksigenku. Mau tidak mau aku membuka mulutku untuk mengambil nafas dan Hap! Penis kak Reno kini masuk kedalam rongga mulutku.

“hahahaha….hajar bos abisin mulutnya” teriak seorang dari mereka.

“hhmmmpphhhmmmmmmmmmm….” Aku mendesah tertahan karena penis kak Reno kini sudah menyodok nyodok kerongkonganku ketika seorang dari mereka yang bergigi tonggos memainkan lidahnya di daerah klitorisku membuatku makin terangsang.

Kedua tangan kak Reno sekarang memegang kepalaku dan menggerakkannya maju mundur hingga aku agak kesulitan untuk bernafas. Namun tak lama kemudian penis yang tadi aku hisap tiba tiba di tarik keluar oleh pemiliknya. Kak Reno langsung berbaring terlentang di sebelahku dengan penis besar yang sudah mengacung tegak. Kemudian orang orang yang sedang mengerubutiku mengangkat tubuhku dan menjatuhkannya di atas tubuh kak Reno. Aku terduduk di atas perut kak Reno yang sedikit buncit itu.

“Masukin dong Fris!” bagai terhipnotis, aku mengangkat tubuh bagian bawahku dan tanganku memegang penis kak Reno yang sudah tegang. Aku menurunkan tubuhku perlahan dan terasa sekali penis itu sudah mulai masuk membelah vaginaku.

“aahhhhhhh..ngghh….aaaaaaaaahhhh” aku mendesah nikmat ketika penis itu amblas seluruhnya di dalam liang vaginaku.

“non angkat tangannya dong” suara seseorang yang tiba tiba berbisik di telingaku. Aku yang sudah amat terangsang ini langsung saja mengangkat tanganku keatas. Setelah itu, tiba tiba ada sepasang tangan dari sela sela ketiakku muncul dan meremas payudaraku yang sejak tadi bergoyang goyang indah karena hentakan penis kak Reno dari bawah. Tangan itu meremas payudaraku dengan lembut dan sesekali memilin putingku yang membuat aku makin terbang ke awang awang.

“ahhh…….aduuhh..ngghhh…aduhh aku sampaii……aahhhhhhhhhhhhhhhhhhh” erangan panjang menandakan aku telah mendapatkan orgasmeku. Seluruh badanku mengejang seperti tersengat listrik. Otot vaginaku juga menegang dan meremas remas penis kak Reno yang masih tetap bergerak menyentak nyentakkan penisnya.

Kini bagian selangkanganku dan selangkangan kak Reno mulai basah karena cairan vaginaku yang meluber sampai keluar dan setiap sentakan penis kak Reno menimbulkan bunyi “plok plok plok”.

“aahhh…udah….ngghh…kakkk..udahh…..aahhh aww!!” aku menjerit kecil ketika salah seorang dari mereka mendorong tubuhku hingga sekarang aku menindih tubuh kak Reno. Aku tak sempat melihat orangnya. Tetapi ketika kepalaku jatuh di samping kepala kak Reno, bibirnya langsung menyerbu bibirku. Aku tak melawan kali ini, aku membalas perlakuannya itu terhadap diriku.

Tiba tiba dua orang dari mereka yang ada di kanan dan kiriku menarik kedua tanganku dan menyuruhnya mengocok penis mereka yang ukurannya lebih besar dari genggaman tanganku. Aku hanya bisa pasrah menghadapinya. Aku merasakan sesuatu membasahi lubang anusku. Aku segera melepaskan ciuman kak Reno dan melihat kebelakang apa yang terjadi. Ternyata si gigi tonggos itu mengolesi lubang anusku dengan handbody lotionku. “sialan! Pakai barang orang seenaknya saja!” umpatku dalam hati.

“..jangan di situ jangann…aku ga mau…aku ga..mmphphhhmmhhpphhhh” aku makin panik ketika salah seorang dari mereka memalingkan kepalaku kedepan dan menjejalkan penisnya kedalam mulutku. Aku mulai panik mengingat rasa sakit yang aku derita saat lubang anusku diperawani oleh kak Reno.

“tahan ya Fris…nanti juga nikmat kok” kata kak Reno berusaha menenangkanku sambil meremasi payudaraku.

“wah si non ini udah ga sabar ya mau saya coblos” ejek si tonggos itu.

Aku hanya diam dan berkonsentrasi mengulum penis yang ada di depanku sambil kedua tanganku mengocok kedua penis orang itu. Aku baru tersadar, hanya ada 5 orang saja yang sedang menggarapku sekarang. “Mana satu orang lagi?” tanyaku bingung. Aku merasakan sesuatu benda tumpul menggosok gosok lubang anusku. Aku berusaha untuk tenang ketika penis si tonggos itu mulai masuk merobek lubang anusku yang baru satu kali dimasuki penis yaitu penis kak Reno.

“woi pelan pelan! Ntar kontol gw kegigit sama si Non” kata seorang yang penisnya sekarang ini kukulum. Dari mukanya aku yakin sekali orang ini berumur 30an dengan kumisnya yang agak tebal mirip seperti pak raden.

“Adoooohhhh….non jangan di gigit non…aaaarrrrrghhhh…..adoh” tak sengaja aku menggigit penis yang kukulum untuk menahan rasa sakitku karena si tonggos menyetakkan penisnya hingga seluruh bagian penisnya amblas ke dalam lubang anusku.

Si pak raden itu langsung menarik penisnya keluar dari mulutku. Aku sedikit tertawa geli melihat penis yang tadi ku kulum di bagian samping sampingnya ada bercak merah bekas gigitanku tadi. Untungnya tidak putus.

“PLAK!” tamparan keras mendarat di pipiku. Sepertinya si pak raden itu marah denganku. Aku tak berani melepaskan kedua tanganku yang masih terus mengocok kedua penis pemerkosaku yang lainnya. Aku hanya diam sambil menatap kak Reno yang ada di bawahku yang tangannya sibuk meremas buah dadaku.

“Heh perek! Lu udah berani gigit kontol gua ya?! Ntar lu bakal dapetin balasan yang setimpal!” ancam si pak raden. Aku menjadi sedikit ngeri setelah mendengar perkataan orang yang menamparku itu.

“ngghhhh..aaaaaaahhhhhhh…ammpuunnnn hentiikann.. aahhhhhhhh” aku merasakan kedua penis yang menancap di dalam vaginaku dan lubang anusku mulai bergerak memompa diriku secara bergantian. Rasa yang dulu pernah kurasakan di sekitar lubang anusku, sekarang terulang lagi tapi kali ini bukan penis kak Reno yang masuk, malah penis itu lebih besar dari milik kak Reno.

Orang di sebelah kananku yang kukocoki penisnya dengan tangan kananku melepaskan penisnya dari genggamanku dan bergerak mendekati bibirku. Aku hanya bisa pasrah ketika dia menyodorkan penisnya kedalam mulutku.

“ayoo..isep yang kuat non!! Aahhh..ccroooott crroottt crootttt” penis yang kukulum akhirnya memuncratkan cairannya didalam mulutku dan aku langsung menghisap penis itu kuat kuat agar penis itu tidak dapat berdiri lagi untuk beberapa waktu, dengan begitu ia tidak akan mengambil giliran untuk menyicipi liang vaginaku atau lubang anusku.

“aahhh..non…aku sampai non…aahhhhh..ccrroott ccrroottt” si tonggos itu menyentakkan penisnya makin dalam ke lubang anusku dan memuntahkan spermanya di dalam anusku.

“Ahh….lepasin dari situ..please…sakitt…” aku memohon kepada si gigi tonggos itu untuk melepaskan penisnya dari lubang anusku.

“iya non…aduh sempit banget sih lobang pantat lu..haha” kata si tonggos yang kemudian mulai menarik perlahan penisnya keluar dari lubang anusku.

Setelah beberapa lama aku meringis kesakitan, akhirnya penis si tonggos keluar juga. Aku merasa sedikit lega karena lubang anusku kini tidak di sesaki penis besar milik si tonggos lagi. Aku meraih penis yang kupegang dengan tangan kiriku dan memasukkannya kedalam mulutku.

“wahh…non Friska ini udah professional ya kayaknya! Kekekekek” kata seorang yang sedang kukulum penisnya.

Sementara kak Reno hanya diam di bawahku. Seperti orang tidur, aku melihat matanya yang sudah tertutup rapat tapi penisnya masih tetap menancap dengan kokoh di dalam vaginaku. Aku tak bisa menatapnya lama, karena kepalaku di angkat hingga aku mendongak lagi dan mengulum penis yang sempat ku lepaskan tadi.

“Ayo non, dikit lagi gua ngecrot” kata orang itu yang mulai menggerakkan penisnya dengan liar.

“mhmhhhppfffhhh..mhpphhh” tanganku berusaha menekan paha orang itu, tetapi apa dayaku sekarang melawan seorang pria. Tiba tiba aku merasakan sesuatu menyemprot vaginaku.

“ahh..Fris…pijitan kamu bikin aku cepet ngecrot ya” kak Reno membuka matanya dan meremas kedua payudaraku yang menggelantung bebas di hadapannya.

Orang yang ada di depanku juga menyentakkan penisnya hingga spermanya muncrat semua di dalam tenggorokanku.

“uhukkk..huk..uhukk” Aku terbatuk batuk ketika penis itu keluar dari mulutku.

“Udah biasa ngemut kontol kok masih batuk aja sih lu!” bentak orang yang kukulum tadi. Kak Reno dan orang yang kukulum itu turun dari ranjangku dan memakai baju mereka kemudian meninggalkanku seorang diri di atas tempat tidur. Aku tergeletak lemas dengan noda sperma yang meleleh sedikit dari mulutku. Tubuhku rasanya sudah mau hancur setelah di setubuhi mereka depan belakang. Tak sadar, beberapa saat kemudian aku mulai tertidur. Dalam tidurku, aku dapat melihat jelas sesosok tubuh putih mulus dengan rambutku yang hitam kontras sekali dengan kulit putihnya didepan sebuah layar.

“Itu aku!! Lalu, siapa mereka?” aku bertanya dalam hati sambil menatap layar yang berada di depanku. Layar itu menayangkan diriku yang sedang meronta ronta ketika salah satu dari mereka menancapkan sebuah penis plastik yang cukup besar dan motifnya berbintil bintil sehingga aku bisa melihat diriku merintih keenakan di dalam layar itu. Tetapi, mengapa rasa dimasuki penis buatan itu sangat begitu terasa di dalam vaginaku? Aku tersadar dari tidurku. Posisiku sekarang ini sudah berubah seperti awal aku memasuki kamar ini. Kedua tanganku terikat kebelakang, serta tali tali yang melilit tubuhku. Aku tergeletak tak berdaya di atas tempat tidur ini lagi.

“Cklek” sejenak pandanganku beralih melihat perlahan gagang pintu kamar yang aku tempati saat ini mulai berputar mengikuti arah dimana ada tulisan ‘open’. Aku sedikit panik tetapi, apa yang bisa ku lakukan sekarang?

“Hei manis…udah bangun ya…nih, abang bawain oleh oleh untuk kamu” Aku menyadari suara yang menyapaku itu. Itu adalah orang yang tadi penisnya sempatku gigit pada saat aku mengulumnya. Aku sedikit terkejut bahwa hadiah yang ia kasih adalah sebuah benda plastik dan rupanya seperti penis dengan panjang kira kira 15 cm dan diameter 4cm.

“Kamu suka kan sayang?? Ini buat balesan lu udah gigit kontol gue tadi!” orang itu yang tadinya lemah lembut, tiba tiba membentakku seakan menjelma menjadi orang yang galak. Aku semakin ketakutan ketika si tonggos itu dengan kasarnya memasukkan dildo itu kedalam vaginaku. Aku hanya dapat merintih tertahan karena mulutku kini penuh dengan saputangan yang baunya tidak karuan ini.

“hhmmmffffhhhmmmmpphphhh” aku semakin keenakan saat si tonggos itu mulai mengaduk aduk vaginaku dengan alat yang cukup besar itu hingga aku memejamkan mataku untuk menikmati setiap permainannya di liang vaginaku.

“Ayo manis, goyang terus rasain nih, gue bakal bikin memek lu ancur!” si tonggos itu membentakku lagi. kata kata terakhirnya membuatku merinding ngeri, tapi adukan dildo itu di dalam vaginaku tidak mampu meredam rasa takutku.

Tak lama setelah itu, seorang lagi masuk kedalam kamar ini. “Oh my God! Again??!!!” lirihku dalam hati.

“Gimana Tuan putri kita? Udah lu puasin blom jon?” Tanya orang yang baru masuk itu.

“Beres Ren! Ini dia lagi keenakan memeknya gua aduk aduk pake mainan plastik ini” kata si tonggos semakin menekan dan memutar dildo itu dengan kasar.

“hhmmfffhhh” aku sedikit menjerit kecil ketika si tonggos yang belakangan kuketahui bernama Jonny ini mehujamkan penis plastik itu kedalam liang vaginaku hingga membentur dinding rahimku.

“Tuh kan Ren, gue bilang juga apa…ini cewe udah gleper gleper memeknya di masukin sama mainan…apa lagi sama beneran?hahaha” Jonny kembali mengejekku. Aku mulai sedikit membuka mataku. Ternyata yang tadi masuk adalah Rendy. Aku melihat ekspresi wajahnya tampak sekali ia menikmati live show di depannya dengan kondisiku sekarang yang tak berdaya ini.

“ni cewe enaknya di apain ya?” Si tonggos bertanya kepada Rendy.

“Kita siksa aja di sini…sekarang kita main sama si Nana” mataku membuka seluruhnya ketika Rendy menyebutkan nama Nana. Aku mulai panik dan aku berusaha meronta untuk melepaskan diri dari ikatan ini.

“hhmmffhh…hhmmffhh” aku menggertakkan tubuhku menandakan aku mencegah mereka untuk menikmati tubuh temanku.

“Udah deh Fris, aku tau kok kamu masih belom puas kan? Nih aku kasih oleh oleh buat kamu..nikmatin ya” Rendy mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ya ampun! Sebuah vibrator yang bentuknya kecil dengan kabel di ujungnya yang menyambungkannya pada sebuah remote.

“Jon, masukin ini ke dalem memeknya trus lu pakein celana dalamnya! Trus lu stel remotnya di angka 3 aja biar dia bisa agak rileks” kata Rendy yang menginstruksikan Jonny untuk memasukkan alat baru itu kedalam liang vaginaku.

“hhmffhhhmmpphhh” tubuhku sedikit mengejang ketika penis plastik tadi di keluarkan. Si tonggos memakaikan celana dalamku dengan paksa, kemudian ia menyelipkan alat kecil itu kedalam liang vaginaku.

“krreekk..kreekk..kreekkk” suara deritan remote yang diputar oleh si tonggos mengiringi fungsi dari alat yang menancap di dalam liang vaginaku.

“hhmmmffhhh…mmfffhhhhhh” aku hanya bisa mendesah tertahan akibat rasa geli yang amat sangat timbul di selangkanganku. Tetapi lama kelamaan alat itu mulai menunjukkan kepandaiannya. Perlahan, otot vaginaku mulai meremas dan merespon alat kecil yang bergetar di dalam liang vaginaku itu.

“kamu bisa liat dari TV kok Fris..hehehe aku pergi dulu yah manis hehehe” Rendy memegang daguku sesaat setelah ia membuka kain yang menyumpal mulutku, ia bersama Jonny meninggalkanku sendirian di kamar yang besar ini dalam keadaan tak berdaya dengan tubuh terikat erat seperti ini, di tambah lagi liang vaginaku yang sudah mulai becek karena ulah alat kecil yang bergetar di dalamnya. “Uhhh! Lebih baik aku mati dari pada hidup seperti ini!!” aku menyesali diriku sendiri dalam hati.

“nghhhh…aahhhhhhhhhhh” aku mengerang panjang ketika alat kecil yang berada dalam liang vaginaku ini membuatku orgasme yang ke tiga kalinya. Tetapi, setelah orgasme yang membuat diriku melayang, alat ini tidak kunjung berhenti bergetar di dalam vaginaku. Perlahan , rasa ngilu mulai terasa hingga aku menggeliat geliatkan tubuhku untuk melepaskan alat ini.

“ngghhh…tolongg…ahhhh” aku berusaha minta tolong, tetapi memang sial nasibku berada di ruangan besar yang kedap suara. Meskipun ada yang lewat tetap saja tidak akan mendengar teriakanku.

Aku tak kuat menahan siksaan ini lagi. tak lama setelah itu, aku pingsan karena kelelahan orgasme berkali kali.

******************************

Nana Sidestory

Sekilas tentang diriku, namaku Nana. Seorang siswi kelas 3 Sma di sekolah yang cukup ternama di Jakarta. Wajahku yang cukup cantik dan tubuhku yang sexy membuatku menjadi jajaran cewe cewe paling diincar di sekolahku. Aku seorang gadis keturunan Chinese Filipina dan aku memiliki postur tubuh yang cukup tinggu dan aku bersyukur karena dikaruniai wajah yang cantik serta kulit yang putih. Ayahku warga Negara Indonesia keturuan Chinese, sementara ibuku juga warga negara Indonesia namun masih ada keturunan Filipina dari Almarhum nenekku. Aku terlahir di keluarga yang cukup kaya dan ayahku adalah direktur utama salah satu perusahan pertelevisian di Indonesia. Aku adalah putri satu satunya di keluargaku. Aku merupakan anak paling kecil di antara ketiga kakakku. Kakak pertamaku Gerson, berumur 29 tahun dan sudah menikah sekarang tinggal di NewYork bersama istrinya menjalankan bisnis mertuanya yaitu pengiriman cepat Fedex yang berpusat di Amerika. Sementara kakak keduaku Shendy, berumur 25 tahun dan ia bekerja sebagai pemilik salah satu profider internet berbasis wireless connection terbesar di Indonesia. Dan aku anak ke 3 dari pasangan ayah ibuku dan sekaligus anak paling bungsu. Tubuhku serasa melayang, mataku sedikit berat, dan udara di sekitarku sungguh dingin sekali. Aku belum begitu menyadari apa yang terjadi. Bukankah aku tadi bersama Friska? mana dia? Dimana aku sekarang? Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepalaku. Semuanya gelap, sangat gelap, mungkin ruangan ini gelap? Atau mataku yang di tutup oleh penutup mata? Oh, dimana aku sekarang?

“cklek” aku dapat mendengar suara pintu itu terbuka. Aku tak tahu arahnya dari mana, tetapi aku dapat merasakan suara langkah kaki beberapa orang yang datang.

“Siapa kalian?! Hey! Lepasin!” aku mulai panik.

“hhmmffhhppphhhhhhhh” aku mulai panik ketika bibirku dilumat habis oleh seorang dari mereka.

“aah….lepasinn…pergi kalian!! Aahhhh” aku meronta lagi pada saat tangan tangan mereka yang kasar meraba tubuhku yang sudah telanjang sejak tadi.

Orang itu membuka penutup mataku “Rendy?!” aku kaget sekali karena yang selama ini memperlakukanku dengan lembut sekarang berubah menjadi kasar

“Hai sayang…kali ini aku mau cobain ini kamu” kata Rendy sambil meraba daerah vaginaku yang masih terlindungi oleh celana dalamku.

“ihh…Rendy! Perjanjian kitakan ga sampai bersetubuh!!!” kataku mengingatkan Rendy.

“tapi sekarang perjanjian kita sudah ganti manis..hehe” mendengar perkataan Rendy membuatku sedikit ngeri juga. Bagai mana tidak, aku pernah melihat Rendy melakukan live show di depanku dengan wanita yang ia sewa dari sebuah club ternama di Jakarta. Wanita itu sampai mengerang ngerang minta ampun ketika Rendy terus menyodok vaginanya ketia ia orgasme.

“To, gunting tali atasnya” Rendy menyuruh salah satu anak buahnya untuk menggunting tali yang membuat tubuhku menggelantung ini. Setelah tali itu di gunting, aku segera roboh di atas tempat tidur dengan tangan yang masih terikat, orang orang yang sejak tadi berada di sekitarku langsung mengerumuniku.

“hmmmpphh…jangan….tolonggg..mpphhh…..” aku berusaha meronta dari kepungan para lelaki bejat ini, namun aku tak bisa berbuat banyak. Karena gerakan gerakan tubuhku, membuat mereka menjadi semakin mudah untuk melucuti bra dan celana dalamku sehingga aku telanjang bulat.

“aaaaaaaahhhh…udaaahh…..aahhhhhhhh” aku mulai panik ketika vaginaku dimasuki oleh jari nakal mereka.

“berentii..udahhh..ngghhh….aahhh…” aku sengaja mengejang dan menghentakkan tubuhku untuk menghindari jari jari mereka. namun, tetap saja aku tidak bisa lepas dari ikatan yang melilit tanganku ini serta kerumunan orang ini yang menindih tubuhku.

“Udah lah, lebih baik kamu layani kita saja..dari pada teman kamu Friska kita apa apakan?” ancam salah seorang dari mereka.

Aku tak menjawab sepatah katapun. Tubuhku lemas semua dan aku mendadak berhenti mendesah. Aku teringat dengan Friska. “Dimana kamu sayang?” hanya itu pertanyaan yang ingin aku ketahui jawabannya. Selama beberapa jam aku di dalam kamar ini hanya bisa melayani mereka dengan wajah yang kaku tanpa desahan sedikitpun. Mereka hanya menjadikanku sebagai alat pemuas nafsu. Sekarang adalah bagian terakhir. Penis besar milik Rendy terus memompa tubuhku dari belakang. Dengan tanganku bertumpu pada meja rias di kamar itu. Aku tak mendesah sama sekali. Aku kehilangan gairahku.

“Ahh…ccrooott crrootttt…” Rendy mendesah sambil menyentakkan penisnya lebih dalam di lubang vaginaku lalu memuntahkan lahar panas itu di dalamnya.

“oke..kamu menang..kamu dari tadi belum orgasme kan?” Rendy membalikkan tubuhku dan memegang kedua pundakku. Perlahan ia mendekatkan bibirnya ke bibirku. Jantungku terasa berdetak lebih kencang tak seperti biasanya. “Ahhh..perasaan apa ini?!” aku bertanya dalam hati.

“ccupp” kecupan lembut bibir Rendy mulai beradu dengan bibirku. Kami saling berpangutan mesra. “Akhirnya aku bisa merasakan kehangatan yang sesungguhnya dari seorang pria” kataku dalam hati. 




“Nana, Aku sayang kamu” aku ingin ia bicara seperti itu. Ayo bicara Ren!!

“Nana,…”

“Ayo bilang Aku Sayang Kamu!!” Hatiku mulai berdebar.

“Nana, aku..”

“Sayang Kamu!!” Hatiku makin berdebar kencang.

“Nana, aku suka sama…”

“Sama aku!! Ayo bilang sama aku!!!” aku berteriak dalam hatiku. Mukaku mulai memerah karena hal ini.

“Nana, aku suka sama Friska!”

“Deg! APa?!!!” Hatiku bagaikan diledakkan oleh bom atom seperti Hirosima dan Nagasaki yang dijatuhkan oleh amerika. Hatiku hancur lebur dan tak karuan. Tubuhku langsung lemas dan aku terjatuh duduk di atas karpet bulu yang melapisi lantai ruangan ini. Kepalaku tertunduk kebawah menyesali pengharapanku yang tadi hanya sia sia.

“Na, Kamu kenapa?” Rendy berusaha membangunkanku dan membopongku ke atas tempat tidur. Aku tak menjawab sepatah katapun. Ingin rasanya aku mengeluarkan air mata, namun aku tak mau mengeluarkannya di depan Rendy

Putih, putih, dimana mana putih…

Apa aku sekarang di surga? Ah tidak mungkin! Orang sehina aku apa pantas masuk surga? Dimana aku? Mengapa ada jarum infus di pergelangan tanganku?ada rasa sakit yang menggigit ketika aku berusaha menggerakkan tanganku.

“Selamat siang nona Friska, maaf kita periksa dulu ya” aku terkaget ketika mendengar suara ramah seorang suster yang menghampiriku. “oh tidak apa yang terjadi?! Kenapa aku ada di rumah sakit?” aku mengeluh dalam hati.

“Sus, kenapa aku bisa ada di sini?” aku bertanya kepada suster yang sedang memeriksa denyut nadiku.

“nona di bawa oleh kakak nona katanya nona pingsan di kamar” kata suster dengan ramah.

“kakak? Sekarang orang yang membawaku itu dimana?” aku bertanya heran.

“orang itu sudah pulang nona…lebih baik nona istirahat saja ya… nanti kalau ada apa apa, pencet tombol yang ini ya” suster itu menunjuk sebuah tombol merah yang berada di atas meja rumah sakit.

Aku memejamkan mataku meratapi nasibku di hotel milikku sendiri. Penderitaanku baru saja dimulai.

***************************

Seorang pria berjalan hilir mudik dengan gelisah, berkali-kali ia menendang pintu kamarnya, berkali-kali pula ia memaki dengan kasar, entah kenapa pria itu berlaku sedemikian aneh……, berkali-kali pula Pria itu menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kencang…

“Gila….!! Ini Gila…..!!“ Rendy semakin gelisah, entah kenapa hati rendy tidak tenang ketika tadi sore Dedi menelponnya, Friska kini berada dirumah sakit,entah kenapa yang terbayang oleh Rendy bukanlah kemolekan Friska semata, namun ia mengkhawatirkan Friska seutuhnya, benih-benih cinta mulai tumbuh dihati Rendy yang keras dan gersang.

“Ahhh..??! apa ini Air Mata ?? “ Rendy mengusap sudut matanya, semenjak dewasa rendy tidak pernah meneteskan air mata, namun kini ?? air matanya menetes untuk seorang gadis , hanya untuk seorang gadis saja…!! dan nama gadis itu adalah FRISKAA…!!!

Nah bagaimanakan kelanjutan cinta Rendy,

Akankan Friska menerima cinta dari Rendy….??

No comments:

Post a Comment