Tuesday, June 19, 2012

Gadis Pemuas: Kecelakaan Pesawat

Sudah seminggu aku melayani Mang Ucup dan Mang Yadi secara non stop di rumahku sendiri, sampai hari minggu aku suruh mereka pulang.

“mang Yadi ama mang Ucup pulang dong, aku kan capek ngelayanin terus”.
“yah, 1 hari lagi deh, Rasti sayang, abang ama Mang Yadi masih ketagihan ama vagina kamu”.
“yah, bang, pliis pulang ya, soalnya aku juga pengen nemuin orang tuaku”.
“tau Lo Cup, kan kasihan neng Rasti, masa ngelayanin kita terus”.
“yaudah deh, gak papa, kalau gitu kami beres-beres dulu ya, sayangku”.

Setelah beres-beres aku mengantar mereka sampai ke pintu tanpa memakai baju dan dengan tubuh yang berlumur sperma.

“sayangku, kapan lagi kita ketemu?”.
“hari senin minggu depan ya Mang Ucup,, soalnya selama 1 minggu, aku mau nemuin orang tuaku”.
“ok, kalau gitu, sampai ketemu senin minggu depan ya, sayangku”.
“ati-ati sayang, oh ya Mang Yadi kalau misalnya kapan-kapan mau aku layanin lagi, telpon ke hpku aja ya, nomernya udah aku kasih kan?”.
“udah, nih dia. Ok deh, neng Rasti tapi kayaknya dalam waktu cepat abang bakal nelpon neng lagi deh, soalnya abang ketagihan ama vagina neng, sempit ‘n peret banget”.
“ah, Mang Yadi bisa aja,, udah, nanti dicariin ama keluarganya loh”.
“yaudah, kami pulang dulu, makasih ya atas pelayanannya,,kayak di hotel aja,, hehe”, lalu sebelum mereka pergi mereka meremas-remas payudaraku dan menarik putingku.

“dah,,,”, kemudian mereka naik motor Mang Ucup dan pergi menjauh dari rumahku.

Akhirnya aku bisa mengistirahatkan tubuhku yang kelelahan ini, lalu aku pergi ke kamarku dan merebahkan tubuhku di atas ranjang yang tercecer noda sperma di mana-mana baik yang sudah mengering maupun yang masih basah, lama kelamaan mataku berat dan akhirnya aku tertidur dalam ruangan yang dipenuhi bau sperma. Kubuka mataku yang masih lengket, dan aku meregangkan tubuhku yang kini sudah tidak pegal lagi, kulihat jam dinding ternyata sudah jam 10 siang, aku bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Setelah selesai mandi, aku turun ke bawah untuk makan, kemudian aku membersihkan kamarku dari sperma yang tercecer di lantai maupun di atas ranjang. Lalu setelah semuanya beres, aku menelpon. 




“halo, international airport”.
“ya, bisa kami bantu?”.
“saya ingin memesan tiket pesawat terbang”.
“tujuan mana?”.
“Amerika”.
“atas nama siapa?”.
“atas nama Rasti Lestari”.
“kelas apa, nona Rasti?”.
“kelas VIP”
“baik, terima kasih atas pemesanannya, penerbangan pada jam 1.30 siang”.
“terima kasih”, kemudian aku menutup telpon.

Lalu aku mengemas baju, celana, pakaian dalam, dan segalanya, tapi aku lupa siapa yang akan menjaga rumah ini, untungnya aku ingat kalau tanteku dan keluarganya akan menempati rumahku selama aku liburan seperti biasa. Akhirnya jam 11 siang tanteku dan keluarganya datang, kemudian aku menyediakan makanan dan mengobrol-obrol dengan mereka, aku tau anak tanteku yang pertama yaitu si Yudi selalu mencuri-curi pandang ke arah dadaku, Yudi berumur 15 tahun, jadi aku maklumi betapa dia sangat penasaran melihat payudaraku, tapi aku buang jauh-jauh pikiran nakalku karena sebentar lagi aku akan pergi ke bandara. Tak terasa sudah jam 1/2 1 siang, aku berpamitan kepada tanteku untuk pergi, setelah sampai di bandara aku langsung naik ke pesawat, dan 10 menit kemudian pesawat berangkat. Di sebelahku ada ibu dengan anak perempuannya, ibu itu sangat ramah kepadaku dan anaknya yang berusia 15 tahun itu juga baik dan ramah, akhirnya mereka berdua memperkenalkan diri. Sang ibu bernama Sandra, asalnya dari New York, wajahnya cantik untuk perempuan yang sudah berumur 42 tahun, sedangkan anaknya bernama Monic, dia mewarisi kecantikan ibunya, bahkan melebihi kecantikan ibunya, dan biarpun umurnya baru 15 tahun, tapi badannya hampir menyaingiku karena payudaranya kelihatan sangat montok dan kencang seperti payudaraku.

“nak Rasti, sebenarnya mau kemana?”.
“oh, saya mau ke rumah orang tua saya yang ada di Florida, kalau ibu sendiri?”.
“ini, si Monic ngajak liburan di New York, oh ya memangnya di Indonesia, kamu tinggal dimana?”.
“ya tinggal di rumah orang tua, tapi sama saudara saya, soalnya orang tua saya sering pergi ke Florida karena pekerjaan,,,”.
“oh begitu,,”.
“kalau ibu tinggal di Indonesia atau tinggal di Amerika?”.
“sebenarnya saya tinggal di Indonesia, tapi suami saya dapat kerja di New York, jadi saya dan anak saya berlibur ke New York sekaligus bertemu dengan suami saya,,,”.
“oh, gitu, ngomong-ngomong udah berapa lama tinggal di Indonesia?”.
“10 tahun,, memangnya kenapa?”.
“pantes aja,, bahasa Indonesia ibu lancar”.
“oh, kirain ibu kenapa,,”, kemudian hpnya berbunyi.
“sebentar ya nak Rasti,,”, lalu aku mengobrol dengan Monic.
“kak Rasti, kakak cantik ya,,”.
“kamu juga kok,,,”, setelah itu ibu Sandra selesai menelpon dan kami bertiga mengobrol sambil memakan hidangan sore yang tadi sudah diantarkan oleh pramugari.

Setelah selesai makan, obrolan kami menjadi menjurus ke hal-hal pribadi, ternyata ukuran bh Bu Sandra 36C, dan Monic 32B.

Disaat kami sedang asyik mengobrol, tiba-tiba terdengar suara ledakan.

“para penumpang, harap tidak usah panik, sepertinya pesawat mengalami kerusakan mesin, tolong pakai sabuk pengaman, pelampung dan masker oksigen yang telah disediakan karena pesawat akan melakukan pendaratan darurat”.

Aku melakukan semua yang disuruh, dan setelah itu aku menutup mataku dan berdoa agar aku selamat, tiba-tiba aku mendengar suara benda jatuh ke air dan guncangan yang hebat, setelah guncangan aku sudah tidak sadar.

Tiba-tiba aku sadar dan merasakan rasa sakit yang hebat di kepala dan sekujur tubuhku, dan ternyata tubuhku mengambang di air. Dengan sisa-sisa tenagaku, aku berenang ke arah pantai yang terdekat. Setelah sampai di tepi pantai, aku merangkak agar lebih aman dari sapuan arus, lalu aku rebah di pasir sambil merasakan nyeri di sekujur tubuhku dan kepalaku, aku terus terbaring di pasir sampai malam. 

Tiba-tiba aku merasakan seseorang mendekatiku, kemudian tubuhku diangkat oleh orang itu, aku sudah terlalu lemah untuk melihat siapa orang itu. Yang aku tau, aku sudah berada di dekat api unggun, akhirnya aku melihat wajah orang itu karena diterangi api unggun, ternyata orang itu adalah seorang kakek dengan tampangnya yang sangat arif dan bijaksana juga badan yang tegap.

“maaf, aku akan memberimu obat”, lalu dia meminumkan suatu ramuan yang sangat pahit kepadaku. 

Awalnya aku ingin muntah, kemudian aku diberikan suatu ramuan lagi, tapi kali ini rasanya sangat manis sehingga rasa mualku tadi akibat rasa pahit jadi hilang. Lalu si kakek mendekati api unggun dan membakar sesuatu, sementara aku masih lemas terbaring di tanah dengan bajuku yang sudah sobek dimana-mana begitu juga dengan celana jeansku.

Beberapa menit kemudian lukaku tidak terasa perih lagi dan badanku juga tidak lemas lagi sehingga aku bisa duduk dan menyapa kakek itu.

“mmm,,, pak, terima kasih ya, udah nolongin saya”.
“oh, gak apa-apa, udah jadi tugas buat saya, nolongin orang”.
“bapak juga korban kecelakaan pesawat Air Zone ya?”.
“ya, untungnya luka saya gak parah jadi saya bisa selamat, oh ya perkenalkan nama saya Bambang”.
“nama saya Rasti, ngomong-ngomong ramuan apa yang bapak berikan ke saya?”.
“oh, itu ramuan dari berbagai macam tanaman obat jadi rasanya sangat pahit, ya kan?”.
“ehm,,,”, balasku sambil menganggukkan kepalaku.
“tapi, fungsinya apa, pak?”.
“luka adek gak terasa perih lagi kan?”.
“oh itu, fungsinya, terus yang kedua buat apa?”.
“biar badan adek jadi seger”.
“oh gitu, itu terbuat dari apa?”.
“dari madu, tanaman obat, dan sperma babi hutan”.
“sperma babi hutan? Gimana cara bapak ngedapetinnya?”.
“gak usah ditanya, yang penting adek selamat”.
“yaudah, tapi ngomong-ngomong bapak kok bisa tau banyak obat sih?”.
“dulu saya tentara, jadi saya diajari cara bikin obat kalau ada di hutan dan untungnya hutan ini banyak tumbuhan obatnya”.
“ooh gitu,,,”.

“pantes aja badannya tegap, bekas tentara toh, wah pasti kontolnya gede ‘n berurat, jadi pengen liat”, pikirku dalam hati.

“oh ya pak, lagi masak apa sih?”.
“lagi masak daging kelinci buat makan malam, oh ya dek Rasti gak jijik kan kalau makannya gak pake bumbu apa-apa?”.
“saya sih kalau laper, semua saya sikat, pak”.
“untung dek Rasti bukan cewek manja jadi bapak gak perlu repot-repot”, kemudian kami tertawa bersama, tak lama kemudian dagingnya matang juga.
“hmm,, baunya enak nih”, lalu dia menyerahkan daging kelinci yang sudah matang itu dan kami mulai makan.

Ketika aku sedang enak-enaknya melahap daging, aku melihat dia mencuri-curi pandang ke arah tubuhku yang dibalut dengan pakaian yang sudah compang-camping. Tadinya sih, aku gak ada niat untuk menggodanya, tapi setelah melihat dia begitu, aku jadi ada niat untuk menggodanya.

“mmmhh, kayaknya boleh juga nih ngasih tubuh gue ke pak Bambang, itung-itung balas budi lagian gue juga pengen nyobain kontolnya”, kemudian aku mulai menyusun rencana.

“pak Bambang, bapak punya baju buat aku gak?”.
“gak ada tuh,,”.
“aduh, gimana ya,, badanku udah gatel, deket sini ada sungai gak pak?”.
“oh, dek Rasti mau mandi ya, disana ada sungai”.
“yaudah pak, saya mandi dulu ya”.

Segar rasanya setelah mandi, setidaknya badanku tidak lusuh lagi meskipun luka masih berbekas di badanku. Baju dan celana jeans serta bhku kubuang karena rencanaku setelah ini kembali ke pak Bambang dengan telanjang bulat untuk membuatnya semakin menginginkanku.

Lalu aku berjalan ke tempat pak Bambang tadi dengan telanjang bulat dan berpura-pura menutup dada dan vaginaku dengan kedua tanganku, setelah sampai di hadapan pak Bambang.

“Dek Rasti, kok telanjang?, baju dek Rasti kemana?”.
“gak tau pak, begitu saya abis mandi, baju saya udah ilang”.
“oh, mungkin baju dek Rasti dicuri monyet”.
“kena dia, gue bo’ongin”, pikirku.
“yaudah, nih pake baju bapak aja biar gak kedinginan”.
“makasih pak, ngomong-ngomong udah jam berapa sih pak?”, balasku sambil memakai kaos pak Bambang.

“oh, gak tau dek, jam bapak rusak”.
“oh,, gitu ya pak”.

Ternyata kaos pak Bambang hanya bisa menutupi sampai 5 cm di bawah vaginaku saja sehingga jika aku duduk pasti kaos itu akan terangkat dan vaginaku bisa terlihat jelas. Aku memancing obrolan ke hal-hal yang lebih nakal, ternyata sudah 10 tahun dia tidak dilayani oleh seorang wanita karena dia tetap setia kepada istrinya yang sudah meninggal, sekarang dia tinggal di rumahnya dengan anaknya dan beserta keluarganya.

“maaf dek Rasti, sebenarnya tidak sopan menanyakan ini, tapi boleh gak bapak pegang dada dek Rasti? soalnya bapak udah gak tahan, tapi kalau gak boleh juga gak apa-apa”.
“mmmm,,,, gimana ya? Boleh deh pak, nih silakan”.
“bener nih, dek Rasti, makasih ya...”.

Kemudian tangannya mulai meraba-raba dadaku, meremas-remas dadaku secara perlahan dari belakang, lalu tanpa kusuruh tangannya sudah menyusup ke balik bajuku. Kedua tangannya memegang kedua buah payudaraku seperti sedang memegang 2 melon, dia mulai meremas-remas kedua payudaraku lagi tapi kali ini dia juga memilin-milin dan menarik-narik putingku. Meskipun dia sedang bernafsu, dia tetap meremas-remas payudaraku secara lembut, sepertinya dia tidak ingin menyakitiku walau sekecil apapun. 5 menit kemudian, sepertinya dia sudah puas meremas-remas payudaraku dan mengeluarkan tangannya.

“dek Rasti, makasih ya, udah biarin bapak grepe kamu,,,”.
“gak usah makasih, saya juga merasa enak, kok”.
“ngomong-ngomong payudara dek Rasti ukurannya berapa sih?”.
“34B, kenapa?”.
“pantes aja dipegangnya terasa mantap di tangan bapak, udah gitu payudara dek Rasti masih kencang lagi, sering minum jamu ya”.
“ya semacam itulah. Ngomong-ngomong pak, masa cuma grepe-grepe doang?”.
“maksud dek Rasti apa?”.
“aku mau kok ngelayanin bapak”.
“ngelayanin bapak, kok Dek Rasti mau? padahal kan bapak udah tua”.
“karena bapak udah nolongin saya, saya mau balas budi, dan hanya ini yang bisa saya berikan”, sambil membuka kaos yang membalut tubuhku.
“beneran nih, dek Rasti?”.
“bener, pak. Mulai saat ini tubuh saya tersedia 24 jam untuk memuaskan bapak, dan bapak gak perlu khawatir, saya gak punya penyakit menular”.
“24 jam?”.
“iya, pokoknya kapan dan dimana saja bapak mau, saya akan melayani bapak, tapi ada 1 syarat, kita pake aku-kamu aja gimana?”.
“syaratnya gampang banget, yaudah boleh gak aku mulai sekarang?”.
“silakan, terserah kamu, kan sekarang badanku milik kamu”.

Lalu dia mulai mendekati tubuh telanjangku, pertama-tama dia melumat bibirku, aku balas dengan melumat bibirnya juga, kemudian dia mulai memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku juga memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit, kami bercumbu seperti sepasang kekasih yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu.

Seusai dia puas mencumbuku, dia menurunkan ciuman dan jilatannya terus sampai akhirnya mulutnya tiba di payudaraku yang montok. Dia menjilati payudaraku setiap senti demi senti bahkan dia juga menjilati ketiakku, sepertinya dia sangat tergila-gila dengan tubuhku karena sama sekali dia tidak ada rasa jijik sedikit pun menjilati ketiakku sampai basah oleh air liurnya, dan juga payudaraku sudah basah oleh air liurnya. Kemudian dia mulai mengulum putingku, memainkan putingku dengan lidahnya, dan kadang-kadang dia menarik-narik putingku secara perlahan, sementara aku mendesah dan tubuhku menggelinjang karena aku merasakan vaginaku sudah sangat gatal karena birahiku sudah melebihi puncak akibat foreplaynya. Dia sudah puas memainkan mulutnya di payudaraku, kemudian dia langsung menjilati vaginaku, mulai dari paha, selangkangan, bibir vaginaku, bibir dalam vaginaku, dan juga dia menyentil klitorisku dengan lidahnya.

“aaaahhhh,,,,oohhhh,,,,hhmmmm,,,,terus”, desahku.

Akhirnya tubuhku mengejang dan orgasme melanda tubuhku yang menyebabkan cairanku mengalir deras langsung menuju mulutnya yang sedang asik menjilati vaginaku, cairanku langsung diseruput habis olehnya hanya dalam hitungan 7 detik.

“wah, kamu aus ya? cairanku langsung abis”.
“hehe, soalnya cairanmu manis sih, gurih lagi”.
“ayo, pak, sini biar aku bukain celananya”.

Aku sudah membuka celana panjangnya, dan kusiapkan hatiku untuk melihat penisnya yang ada di balik boxernya. Ketika aku sudah membuka boxernya, penis itu langsung muncul. Ternyata penisnya lumayan besar, dengan ukuran panjang 22 cm, dan diameter 10 cm, penis itu mengacung tegak ke arah wajahku.

“wah, pak Bambang, ternyata gede juga”.
“gimana, Rasti, kuat gak?”.
“kuat dong”.
“yaudah kamu ambil posisi doggy style ya”.
“tar dulu dong pak, biar saya kulum dulu biar licin”.
“yaudah nih”, kemudian dia menyodorkan penisnya ke mulutku.

Aku mulai mengemuti kepala penisnya, kujilati batang penisnya yang berurat itu sampai ke pangkalnya, serta melahap buah zakarnya.

“nah, sekarang udah licin nih”.
“ayo mulai, tapi Rasti, nanti spermanya aku semprot dimana?”.
“di dalam vaginaku aja ya,,,”.
“gak takut hamil?”.
“udah deh, pokoknya ntar harus di vaginaku, aku pengen ngerasain angetnya sperma kamu, nah baru deh selanjutnya terserah kamu nyemprot dimana”.
“ok, yuk kita mulai”.

Lalu aku bertumpu pada kedua lutut dan sikuku yang kutaruh di tanah, kemudian pak Bambang mulai memposisikan dirinya di belakangku.

“wah, Rasti, kamu masih perawan ya? Kayaknya masih sempit banget”.
“aku udah gak perawan kok. Udah ah, ayo pak, aku udah gak sabar”.

Lalu dia mengelus-elus sekitar vaginaku dengan penisnya, dan dia mulai memposisikan kepala penisnya di depan vaginaku, kemudian dia mulai memasukkan penisnya ke dalam vaginaku secara perlahan-lahan.

Senti demi senti penis Pak Bambang menyeruak masuk ke dalam vaginaku, dan urat-urat yang menghiasi penisnya bergesekan dengan dinding vaginaku membuat aku merasa semakin nikmat.

“oooohhhh Rasti,,,sempit banget!!”.
“aaa,,,,yooo paak,,,,masukiiin,,,teruuusss!”.

Akhirnya, penis pak Bambang tertanam di vaginaku, dia mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku. Gesekan urat-urat penis pak Bambang dengan dinding vaginaku membuatku semakin merasa keenakan. Dalam waktu 15 menit tubuhku sudah mengejang dan akhirnya aku orgasme, sementara pak Bambang masih asik memompa penisnya keluar masuk vaginaku. 20 menit kemudian aku merasakan penis pak Bambang berdenyut-denyut di dalam vaginaku.

“aaahhhh,,, Rasti,, aku keluar!!!”.

Lalu pak Bambang menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku, beberapa kali semburan.

“enak banget vagina kamu, peret banget,,,”.
“yaudah, pak, kita istirahat dulu ya…”.
“tapi, ntar lagi ya…”.
“ya pak, tenang aja”.

Aku duduk beristirahat di pangkuannya, sementara dia duduk di sebatang pohon yang sudah ia tebang dan dijadikan tempat duduk olehnya.

Selama beristirahat pak Bambang terus melumat bibirku dan tangannya meremasi kedua buah payudaraku.

“aduh pak, kok diremes-remes terus sih?”.
“abisnya aku suka banget ama dada kamu, sekel ‘n kenceng banget”.
“ah, kamu bisa aja… Gimana pak, udah cukup belum istirahatnya?”.
“kayaknya udah, emang kenapa, kamu pengen lagi”.
“ya nih, abisnya aku gak tahan ngeliat penis bapak nganggur”.
“wah, gak nyangka ya cewek secantik kamu ternyata nakal juga”.

Kemudian dia menyuruhku untuk membelakanginya sambil memeluk pohon yang ada di dekat kami, rupanya dia ingin menyutubuhiku dari belakang dengan posisi berdiri.

“boleh gak aku masukkin penis aku ke pantat kamu?”.
“gak perlu minta izin,, dimana aja boleh kok”.
“tapi boleh gak nyemprot di dalam anus kamu?”.
“udah aku bilangin, tubuh aku milik kamu jadi terserah kamu”.
“yaudah,, aku mulai ya,,”.

Kemudian dia mulai memasukkan penisnya ke dalam anusku secara perlahan. Ternyata, biarpun aku sudah sering melakukan anal sex tapi karena ukuran penis pak Bambang lumayan besar, aku merasa sedikit kesakitan. Sepertinya, dia tau kalau aku kesakitan jadi dia benar-benar memasukkan penisnya secara perlahan, akhirnya dari kepala penis pak Bambang sampai ke pangkal batangnya tertanam di dalam anusku. Setelah penisnya tertancap di dalam vaginaku, dia berkomentar.

“lobang pantat kamu sempit banget, kalau kayak gini bisa-bisa cuma tahan 15 menit”.

Aku membalasnya dengan menolehkan kepalaku ke belakang dan memberikan senyumanku padanya, kemudian dia mulai menggenjotku sambil kedua tangannya terus menerus meremas-remas payudaraku. Seperti yang dia bilang, sekitar 15 menitan dia sudah menyemburkan spermanya di dalam lubang anusku. Kemudian dia mengeluarkan penisnya dari anusku, dan tentu saja spermanya meleleh keluar dari anusku.

“Rasti, jalan-jalan yuk, kan jarang bisa jalan-jalan di hutan sambil telanjang”.
“yaudah yuk,,,,tapi bapak udah apal belum hutan ini, tar kita malah kesasar”.
“gak apa-apa kesasar asalkan masih ada kamu di sampingku”.
“ah, bapak jago ngegombal deh,,,”.
“tapi tenang aja, aku udah lumayan apal, soalnya udah beberapa kali aku ngiter-ngiter di daerah dekat sini dan juga aku tau jalan ke pantai tempat aku nemuin kamu”.
“yaudah mendingan ke pantai aja yuk, siapa tau masih ada orang yang selamat selain kita”.

Lalu pak Bambang menggandeng tanganku untuk berjalan bersamanya. Selama perjalanan, kami mengobrol yang diselingi remasan demi remasan di kedua buah payudaraku, pak Bambang memang sangat tergila-gila dengan payudaraku yang kencang dan montok seperti yang tadi dia bilang. Ternyata, lumayan jauh juga jarak dari tempat kami tadi ke pantai. Di tengah-tengah perjalanan, aku melihat penisnya yang menciut karena dingin.

“aduh, aduh, kasihan penis pak Bambang kedinginan, boleh gak aku angetin?”.
“boleh, tapi pake mulut ya,,”.
“beres,,sayang”. Kemudian kami berhenti, dan aku mulai mengulum penisnya yang lama kelamaan mulai membesar.
“aaahhh,,,mulut kamu anget banget”, desahnya.

12 menit kemudian dia menyemburkan lahar putihnya ke dalam mulutku yang langsung kutelan tak bersisa. Setelah spermanya habis kuminum dan penisnya kujilati sampai mengkilap, kami melanjutkan perjalanan kami. Di pantai, kami berjalan-jalan sekitar pantai dengan harapan menemukan orang yang selamat, tapi ternyata sia-sia. Tak ada satu orang pun kami temukan, tapi pak Bambang menemukan tas khusus kempingnya, di dalamnya ada tenda, sleeping bag, dan berbagai peralatan lainnya. 

Kemudian kami berjalan ke tempat kami tadi untuk mendirikan tenda. Seperti tadi, selama perjalanan dia meremas-remas payudaraku dan setelah sampai di tempat kami tadi, dia memintaku untuk mengulum penisnya sebelum mendirikan tenda. Seusai kukulum, dia mulai mendirikan tenda sementara aku memasak 2 daging kelinci yang tadi kami tangkap saat perjalanan pulang. Setelah dia selesai mendirikan tenda, kami memakan kelinci yang sudah aku masak tadi, lalu dia mengajakku masuk ke tenda untuk beristirahat sambil ‘menghangatkan’ diri.

Pak Bambang sama sepertiku, meskipun tidak bisa lama-lama menahan orgasme tapi setelah istirahat sebentar nafsu dan tenaganya memuncak lagi persis sepertiku sehingga di dalam tenda itu sudah berkali-kali dia menyemburkan spermanya baik di mulut, anus, maupun vaginaku, tapi sepertinya jumlah semburan spermanya tak berkurang meskipun dia sudah berkali-kali menyemprotkan spermanya kepadaku yang senang hati menerimanya. Entah sudah berapa kali kami melakukan persetubuhan, akhirnya kami memutuskan untuk tidur agar tidak terlalu lemas besok pagi. Mungkin hanya 4 jam kami tidur, tiba-tiba terdengar suara, aku dan pak Bambang langsung keluar tenda dan kaget melihat banyak laki-laki berkulit hitam memakai topeng, memegang tombak, dan tanpa memakai apa-apa.

“Rasti, cepat lari, biar aku tahan mereka!!!”.
“ta,,,tapiii,,,,”.
“cepat larii!!!”.

Dengan berat hati aku lari meninggalkannya yang tetap menghadapi mereka hanya untuk melindungiku, sebelum aku masuk ke dalam hutan, aku menoleh ke belakang untuk melihatnya sekali lagi, rupanya dia sedang bertarung dengan orang-orang itu, tapi akhirnya perut Pak Bambang ditusuk dengan tombak oleh salah seorang dari mereka. Aku lari ketakutan ke dalam hutan yang lebih hebat dengan sekuat tenaga sambil menangis memikirkan pak Bambang yang telah dibunuh oleh orang-orang hitam itu. 

Karena lariku tidak beraturan, kakiku tersandung kemudian kepalaku membentur keras batu yang lumayan besar dan aku langsung tidak sadarkan diri dan aku tidak tau apa yang akan terjadi pada tubuhku selanjutnya… 

Akhirnya lama kelamaan aku mulai sadar, aku merasakan kepalaku sakit sekali karena terbentur batu, kepalaku juga berdarah, aku menyeka darahku dengan punggung tanganku. Lalu aku perlahan bangun dengan sakit yang masih terasa di kepalaku, setelah kondisi badanku sudah tenang, aku baru ingat kalau sebelum aku pingsan aku sedang dikejar-kejar segerombolan orang yang aneh. Kemudian aku melihat sekitarku tapi percuma saja karena keadaan yang gelap gulita, karena aku sama sekali tidak mengenakan apa-apa di tubuhku, dinginnya malam menusuk sampai ke tulangku. Aku bingung harus kemana karena aku hanya melihat pohon-pohon tinggi yang menghalangi pandanganku tapi aku bisa mendengar ada suara aliran air karena suasana sangat sepi sekali. Aku memutuskan untuk mencari dimana aliran air itu, jadi aku masuk ke dalam hutan yang lebat.

Ternyata lumayan jauh, tapi akhirnya sampai juga. Karena aku sangat haus, aku tidak memperdulikan lagi betapa dinginnya air sungai itu, setelah beberapa teguk tenggorokanku terasa sangat segar, selain meminum air sungai aku juga mencuci dahiku yang berdarah serta wajahku. Karena tanggung aku sekalian saja membasuh tubuhku juga, tapi akibatnya, setelah selesai aku menggigil karena sangat dingin, aku sedang berpikir bagaimana caranya agar tubuhku hangat.

“mendingan gue lari di tempat aja”, pikirku.

Kemudian aku mulai lari di tempat untuk menghangatkan tubuhku, setelah badanku sudah agak hangat, aku berhenti lari di tempat. Tiba-tiba aku mendengar suara dari semak-semak, aku langsung menoleh ke sumber suara itu dan melihat disana ada sekelompok serigala yang sedang mengintaiku, aku bingung harus bagaimana jadi aku langsung lari dari tempat itu, tentu saja para serigala itu langsung mengejarku ke dalam hutan. Ketika aku sudah terkejar oleh para serigala itu, aku menginjak perangkap jala dan aku langsung tertarik ke atas. Setidaknya aku selamat dari para serigala itu, dan aku bisa beristirahat sebentar.

Aku bangun ketika aku merasakan tangan dan kakiku diikat, setelah aku membuka mataku rupanya aku tangan dan kakiku diikat di kayu yang sedang digotong oleh 2 orang yang berkulit hitam. Aku merasa seperti hasil buruan yang baru ditangkap oleh mereka, aku hanya menutup mataku dengan pasrah karena aku mengira sebentar lagi aku akan dibunuh dan mungkin dimakan oleh mereka. Tak lama kemudian, tubuhku terasa berhenti bergoyang-goyang, aku membuka mataku melihat orang-orang berdiri mengelilingiku, lalu tubuhku ditaruh secara perlahan, dan ikatan di kaki dan tanganku dilepaskan. Baru aku berpikir untuk menerobos kerumunan orang-orang hitam yang mengelilingiku, tubuhku sudah diangkat oleh 2 orang yang membawaku tadi ke tiang kayu yang sangat besar dan terletak di atas tempat yang seperti panggung. Mereka mendirikanku disana dan mengikat pergelangan tangan dan kakiku lagi di tiang kayu itu, setelah mengikatku kedua orang hitam itu turun dari panggung dan masuk ke sebuah tenda berbentuk aneh yang kuduga tenda itu adalah rumah mereka.

Sementara aku seperti menjadi tontonan di atas panggung oleh orang-orang yang berdiri di depanku. Tubuhku yang putih mulus dapat terlihat jelas oleh mereka, dan karena mereka tidak memakai apa-apa aku bisa melihat penis para lelaki hitam itu mulai menegak karena melihat tubuhku, dan para wanitanya menelusuri setiap senti tubuhku, mulai dari wajah, payudara, perut, selangkangan, paha, sampai kakiku dengan mata mereka. Lalu dari sebuah tenda yang lebih besar dari tenda-tenda yang lain keluar 4 orang, 2 orang adalah orang yang tadi membawaku, 1 orang lagi badannya bungkuk dan membawa tongkat memakai baju dan celana, sedangkan 1 orang yang terakhir badannya tegap dan besar, dan memakai baju dan celana yang sepertinya terbuat dari bulu hewan. Mereka mendekat ke arahku, mereka berdiri disana menatap tubuhku dari kepala sampai kaki.

“zufubaba,,,,,gikaluno”.
“tidak, jangan bunuh aku”.
“fagira kohkulune,,,jaemkahuwaeti”.
“tidak, jangan makan aku”.

Karena aku tidak mengerti bahasa mereka, aku mengira mereka akan membunuh dan memakanku, tapi aku kaget ketika pria bungkuk itu berbicara.

“tenang saja, gadis muda. Kami tidak akan membunuhmu apalagi memakanmu”.
“kamu bisa bahasa Indonesia?”.
“ya, tapi kita bahas nanti saja”.
“zokulafa,,,homura,,,pokeramu”, kata pria bungkuk itu kepada semua orang, lalu semua orang itu pergi melakukan aktivitas yang lain, sementara 3 orang yang tadi datang bersama si pria bungkuk turun dari panggung dan masuk ke dalam tenda.

“ayo, nona, mari ikut saya ke rumah saya”.
“baik, terima kasih pak”.

Lalu ikatanku dilepas dan dituntun masuk oleh pria bungkuk ke rumahnya, setelah di dalam aku disuguhi minuman dan makanannya lalu mengobrol dengannya.

“perkenalkan, nama saya Ulfsaar,, saya adalah seorang dukun di desa ini”.
“namaku Rasti, ngomong-ngomong ini dimana?”.
“ini di pulau Harla, pulau yang sangat terpencil”.
“oooh begitu, tadi yang lain pada ngomong apa sih?”.
“begini, nak Rasti dianggap dewi kesuburan dan juga dewi kekuatan”.
“kok bisa kayak gitu?”.
“iya, karena tubuh kamu yang putih mulus dan juga seksi, kepala suku jadi menganggap kamu adalah seorang dewi”.
“kepala suku, maksud pak Ulfsaar yang memakai baju tadi?”.
“ya, di desa ini yang boleh memakai baju dan celana hanya kepala suku dan juga dukun”.
“oohh begitu,,”.
“ngomong-ngomong kok kamu bisa sampai kesini?”.
“kecelakaan pesawat, untungnya aku ditolong jadinya aku bisa selamat”.
“terus, orang yang nolong kamu sekarang dimana?”.
“udah meninggal, dibunuh ama orang-orang berkulit hitam yang pake topeng”.
“pake topeng? Untung kamu bisa selamat”.
“memang kenapa?”.
“mereka adalah suku Kupo yang merupakan musuh suku kami yaitu suku Baro. Mereka adalah suku kanibal yang sudah banyak memakan anggota suku kami, jadi kami memutuskan untuk berperang dengan mereka 3 hari lagi”.
“ooohh, begitu, untung aku bisa lari, tapi kalian gak kanibal kan?”.
“gak, tenang aja kok”.
“tenang deh, ngomong-ngomong bahasa indonesia pak Ulfsaar lancar banget?”.
“saya punya teman yang tinggal di pulau Jawa”.
“ooh, gitu”.
“nona, boleh gak saya manggil nama kamu, terus pake aku-kamu?”.
“boleh kok pak, oh ya aku kan jadi dewi terus gimana?”.
“oh ya, aku hampir lupa, ayo aku antar kamu ke sungai buat mandi”.
“mandi? Emangnya mau ada apa?”.
“kepala suku ingin ngecek kamu dewi beneran atau gak”.
“caranya?”.
“kamu akan disetubuhi oleh kepala suku, kamu gak keberatan kan?”.
“gak kok, aku malah seneng, tapi kenapa gak bapak aja yang ngetes aku?”, balasku sambil menjilat pipinya.
“gak boleh, harus kepala suku yang pertama kali mencicipi tubuhmu baru aku dan semua pria dewasa di desa ini”.
“semua pria….?”.
“ya, dan rata-rata semua pria disini mempunyai penis yang ukurannya lebih dari 20 cm”.
“waw, tapi aku masih bingung gimana caranya aku dianggap dewi beneran?”.
“kepala suku akan menyetubuhimu dalam waktu 2 jam, jika dalam 2 jam kamu gak pingsan, kamu bakal dianggap dewi beneran”.
“2 jam?! Kalau gitu aku bisa bener-bener puas donk”.
“yaudah, aku cek vagina kamu dulu”, lalu dia jongkok di depan vaginaku, dia melebarkan bibir vaginaku dari 2 jari kirinya, dan memasukkan 2 jari kanannya ke dalam vaginaku dan menggali dalam-dalam di vaginaku.
“hmm,, vagina kamu sangat sempit, pasti kepala suku bakalan suka, yaudah sekarang kamu mandi dulu”. 

Kemudian aku dituntun keluar, orang-orang itu langsung menatapku, aku hanya tersenyum karena aku tidak bisa bahasa mereka. Di sungai, aku membasuh tubuhku yang lusuh dengan air sungai yang jernih dan menyegarkan sementara Ulfsaar menikmati pemandangan tubuh putih wanita cantik yang dibasuh dengan air, mungkin ini pemandangan paling indah yang pernah dilihat olehnya. Setelah mandi, Ulfsaar menuntunku kembali ke desa.

“Rasti, boleh gak aku ngeremes dada kamu?”.
“loh, bukannya harus kepala suku dulu yang merawanin tubuhku?”.
“kan cuma ngeremes doang, jadi boleh”.
“kalau boleh sih, ya udah silakan”.
“makasih, abisnya dada kamu montok banget”.

Lalu dia meremas-remas dadaku dan memelintir kedua putingku selama perjalanan. Ketika sudah hampir masuk desa, dia berhenti meremas-remas payudaraku. Ternyata para suku Baro sudah menunggu di depan tempat yang seperti panggung itu sementara si kepala suku sudah berdiri di atas panggung itu seperti menantiku.

“oh ya, Rasti kepala suku bernama Utha”.

Kemudian dia menuntunku ke atas panggung, lalu menyerahkan tanganku ke Utha dan Ulfsaar turun dari panggung. Genderang drum berbunyi membuat irama musik yang membuatku bersemangat, Utha mulai mengelus-elus kepalaku, kemudian dia mulai melumat bibirku yang mungil dengan bibir tebal dan hitam miliknya, Utha memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku membalasnya dengan memainkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit. Aku berciuman dengannya sangat lama seperti sepasang kekasih yang berpuluh-puluh tahun tidak bertemu. Setelah puas melumat bibirku, Utha melepaskan ciumannya sehingga terlihat ludah kami yang menyatu, kemudian dia mulai menurunkan ciumannya ke leher jenjangku, aku hanya menutup mataku untuk lebih meresapinya.
Ciumannya terus turun hingga sampai di payudaraku yang kenyal, Utha melumat senti demi senti dari bongkahan payudaraku, sementara putingku dihisap-hisap dan digigit kecil yang membuat putingku menjadi sangat keras. Setelah dia mulai menurunkan ciuman dan jilatannya lagi, aku bisa bekas-bekas merah di kulit payudaraku, ciuman Utha sampai di pusarku, dia menggelitikku dengan memainkan lidahnya di sekitar pusarku.

Aku melihat orang-orang lain termasuk Ulfsaar sangat serius sekaligus terangsang melihat kepala suku mereka sedang asyik mengerjai tubuh putih seorang cewek muda yang sangat cantik. Akhirnya ciumannya sampai di vaginaku, Utha langsung memainkan klitorisku dengan lidahnya, tubuhku menggelinjang keenakan. Lidah Utha yang kasar membuat jilatannya jadi semakin terasa nikmat yang menjalar di seluruh tubuhku, dan juga dia menjilati bibir vaginaku serta menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya, karena aku tidak kuat menahan rasa nikmat lagi, 5 menit kemudian aku orgasme.
Cairanku diseruput habis oleh Utha, setelah habis meminum cairanku.

“lafura zagofamu…”.
“Rasti, kepala suku suka ama cairan kamu, manis banget katanya”, aku hanya tersenyum.

Sepertinya Utha sudah tidak sabar ingin menancapkan batang kejantanannya itu ke dalam vaginaku yang sangat sempit, lalu Utha mulai melepaskan celananya yang hanya berupa sepotong kain itu. Betapa terkejutnya aku, ternyata penis Utha lebih besar dibandingkan penis-penis yang pernah aku ‘handle’, aku mentaksir penis Utha mempunyai panjang 29 cm dan diameternya 10 cm. Pertamanya sih aku agak takut juga melihat penis sebesar itu, tapi aku juga jadi tidak sabar ingin merasakan kenikmatan dari penis perkasa itu. Lalu aku tidur terlentang di atas panggung sehingga vaginaku yang merah merekah terpampang jelas di hadapan orang-orang yang menonton, aku memberi isyarat dengan telunjukku kepada Utha seolah menantangnya untuk segera ‘mencoblosku’.

Sepertinya Utha mengerti maksudku, karena dia langsung meletakkan kepala penisnya itu di depan bibir vaginaku. Dia mulai memasukkan kepala penisnya ke dalam vaginaku secara perlahan, biarpun kelihatan seram dan kekar rupanya dia tidak ingin membuat aku kesakitan mungkin juga karena aku dianggap dewi jadi dia takut kalau aku sampai marah. Seperti yang sudah kuduga, penisnya tidak bisa semuanya masuk ke dalam vaginaku, mungkin hanya 3/4 nya saja. Ketika terasa sudah tak bisa masuk lagi, Utha mulai memompa penisnya, aku merasa vaginaku menjadi bertambah lebar karena diameter penis Utha yang besar. Tapi, lama kelamaan rasa sakit itu hilang seiring dengan rasa nikmat yang semakin menjalar di tubuhku karena urat-urat penis Utha terus menerus bergesekan dengan dinding vaginaku. 15 menit kemudian, aku orgasme untuk yang kedua kalinya tapi Utha masih kelihatan tenang memompa vaginaku dan tentu saja sambil melumat bibir mungilku dan memainkan lidahnya di rongga mulutku, aku hanya bisa membiarkan lidahnya bermain di mulutku dan kubalas membelit lidahnya dengan lidahku.

Sudah sejam, si kepala suku Utha memompa penisnya di dalam vaginaku, aku sudah lebih dari 5 kali orgasme tapi dia belum orgasme. Akhirnya, beberapa menit kemudian aku merasakan urat-urat penisnya berdenyut di dalam vaginaku dan dia juga mempercepat sodokannya. Aku merasakan semburan spermanya sangat hangat dan juga sepertinya dia menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku sampai lebih dari 7 kali sempuran sehingga aku merasakan spermanya meleleh keluar dari vaginaku.

Setelah semburan spermanya berhenti, Utha beristirahat sebentar dengan penisnya yang sudah mulai mengecil masih tertanam di vaginaku. Kemudian, setelah nafasnya sudah tidak tersengal-sengal, dia mencabut keluar penisnya dari vaginaku, sementara aku yang sudah mengumpulkan tenagaku kembali langsung bangun dan mengulum penis Utha yang berlumuran dengan spermanya serta cairanku sendiri sehingga rasa sperma Utha dan cairanku bercampur sehingga tercipta rasa yang sangat kusukai. Sambil kukulum, Utha bertolak pinggang dan menoleh ke Ulfsaar.

“hia,,,firaniho,,,ukani,,,paemi”.
“hia,,,das parehotuma”.

Setelah aku melepaskan kulumanku, Utha langsung turun dari panggung dan masuk ke rumahnya.

“hia,,,pahorutami,,,farhu”, kemudian orang-orang itu bersorak gembira.

“Ulfsaar, tolong ceritain dong, tadi kamu ngomong apaan aja”.
“oh ya, aku lupa, gini,, kepala suku udah percaya kalau kamu seorang dewi kesuburan dan kekuatan”.
“terus,, apaan lagi?”.
“karena kamu udah dianggap dewi, jadi mulai sekarang kalau kepala suku udah selesai menyetubuhi kamu, aku dan semua laki-laki yang mulai umur 18 tahun harus menyetubuhi kamu juga”.
“haaahh,, emang ada berapa cowok yang harus aku layani?”.
“sekitar 20 orang,, kamu gak apa-apa?”.
“gak apa-apa kok, aku malah seneng”.
“yaudah Rasti, sekarang aku duluan ya”.

Ternyata penis Ulfsaar tidak sebesar penis Utha, penisnya hanya berukuran 18 cm dan diameternya 5 cm, tapi teknik memompanya lebih bervariasi.

Sudah 1 jam tubuhku digenjot oleh Ulfsaar, sudah beberapa kali aku orgasme, selain tekniknya bervariasi, dia juga menyelingi dengan mencumbuku serta menjilati kedua buah payudaraku. Tak disangka 1/2 jam ke depan, Ulfsaar masih getol memompa penisnya ke dalam vaginaku, sedangkan aku sudah mulai kelelahan akibat orgasme terus menerus. Akhirnya, Ulfsaar menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku, aku menutup mataku untuk lebih merasakan hangatnya semburan sperma Ulfsaar di vaginaku. Seperti sebelumnya, aku melakukan ‘cleaning service’ ke penis Ulfsaar sambil mengumpulkan tenaga. Setelah penisnya sudah bersih, Ulfsaar mencabut penisnya dari mulutku.

“nah, Rasti, abis ini kamu bakal terus-terusan disetubuhi, kamu udah siap?”. 

“aku siap kapan aja kok, asalkan ada selang waktunya”.

Kemudian, Ulfsaar turun dari panggung dan mulailah tubuhku digunakan oleh orang-orang hitam itu untuk memuaskan nafsu mereka dan vaginaku dijadikan tempat pembuangan sperma mereka.

Tubuhku dilanda orgasme terus menerus, tapi aku masih kuat karena masih ada selang waktu antara satu laki-laki dengan laki-laki yang lain sehingga aku bisa mengatur nafas dan mengumpulkan tenaga sebelum melayani laki-laki yang selanjutnya. Penis yang tertanam di vaginaku bermacam-macam ukuran mulai dari kecil, sedang, maupun sangat besar meskipun tidak sebesar penis Utha. Setelah semuanya selesai dan matahari sudah muncul, Ulfsaar memapahku untuk berjalan ke rumahnya, aku berjalan dengan sperma yang menetes dari daerah selangkanganku karena daerah itu benar-benar dibanjiri sperma. Akhirnya, aku sampai di dalam rumah Ulfsaar, kemudian aku dibaringkan di tempat tidurnya, dengan telaten, Ulfsaar membersihkan daerah selangkanganku yang ‘kebanjiran’ sperma. 

Sementara, aku sudah sangat kelelahan sehingga aku menutup mataku dan lalu tidur. Aku membuka mataku dan melihat Ulfsaar sudah tidak ada, aku bangkit dari tempat tidur Ulfsaar dan keluar, ternyata matahari sudah mencuat di atas.

Ketika aku keluar dari rumah, warga sekitar menyapaku dengan bahasa mereka, aku hanya bisa tersenyum karena aku tidak mengerti bahasa mereka. Aku merasa badanku gatal-gatal, aku memutuskan untuk mandi di sungai terdekat, sungai yang ditunjukkan Ulfsaar waktu itu. Ternyata, Ulfsaar sedang melakukan sesuatu di tepi sungai.

“Ulfsaar, kamu lagi ngapain?”.
“oohh, aku lagi bikin ramuan”.
“ramuan apaan? Kok aneh gitu sih”.
“ini, ramuan buat kamu”.
“buat aku?”.
“iya, kepala suku ingin minum susu kamu”.
“susu aku?? gimana caranya, kan aku belum pernah hamil?”.
“makanya, aku bikin ramuan ini, supaya kamu bisa ngeluarin susu”.
“terus, ada manfaat lain gak?”.
“ada, kulit kamu jadi putih ‘n kencang, dan payudaramu tetep kenceng, tapi payudara kamu bisa membesar”.
“mantep banget khasiatnya, tapi payudaraku bisa sampai seberapa gede?”.
“38C mungkin, kamu gak apa-apa kan?”.
“38C?! Ya gak apa-apa, kebetulan aku juga lagi pengen ngegedein dada aku, tapi ada efek negatifnya gak?”.
“kalau ramuan ini, gak ada efek negatifnya”.
“yaudah, sini aku minum”. Kemudian aku meminum ramuan itu.
“kok rasanya hambar?”.
“iya, sebenarnya rasa ramuan itu pahit, tapi aku tambahin madu biar gak pahit”.
“ooh gitu, yaudah aku mandi dulu ya”.

Kemudian, aku mulai membilas tubuh putihku dengan air sungai yang dingin dan menyegarkan itu. Aku sengaja sedikit membilas tubuhku dengan agak menggoda agar Ulfsaar menjadi bernafsu, benar dugaanku Ulfsaar langsung mendekatiku dan mendekap tubuhku dari belakang, lalu menciumi leherku dan sekitar kupingku.

“udah, mendingan kita mandi bareng aja yuk, mau gak?”.
“yaudah, aku buka baju dulu ya”.

Dalam sekejap, Ulfsaar sudah telanjang bulat. Tubuhnya yang hitam dan sudah bungkuk serta penisnya yang sudah menegang itu terpampang jelas di hadapanku. Kemudian, Ulfsaar mendekati tubuh putihku yang tidak terbalut apa-apa dan langsung memelukku, aku juga membalasnya dengan memeluknya. Lalu kami berdua saling mencumbu, sementara kedua tangannya memegangi bongkahan pantatku sambil memasukkan jarinya ke dalam lubang anusku.

“Rasti, kayaknya pantat kamu sempit banget ya”.
“emang kenapa, bapak mau coba?”.
“mau banget sih, tapi harus kepala suku dulu yang merawanin pantat kamu”.
“oh ya, aku lupa, yaudah tusuk vaginaku aja”.
“tapi sebelumnya, aku mau ngerasain vagina kamu dulu”.
“yaudah, aku tiduran dulu”.

Kemudian aku tiduran dan melebarkan kakiku untuk memberikan akses pada Ulfsaar. Tanpa disuruh lagi Ulfsaar langsung membenamkan wajahnya ke selangkanganku, dan langsung menjilati daerah sekitar vaginaku, aku baru sadar kalau lidah Ulfsaar sangat panjang. Ulfsaar menjilati bibir vaginaku mulai dari kiri ke kanan, menjilati klitorisku, dan juga menjilati vaginaku dari atas ke bawah, serta memasukkan lidahnya yang panjang itu ke dalam lubang vaginaku. Aku menggelinjang kesana kemari karena tekstur lidah Ulfsaar yang kasar menambah sensasi nikmat di vaginaku, belum lagi lidahnya bisa masuk ke dalam vaginaku, sehingga lidahnya yang panjang itu bisa menyentuh dinding vaginaku dan pastinya itu menambah kenikmatan.

5 menit kemudian, tubuhku mengejang ke atas menandakan tubuhku mengalami orgasme.

“aaakkkhhh,,,,aku,,,keluaaar!!”.

Ulfsaar tidak membuang waktu lagi, cairanku langsung diseruput habis olehnya, dan juga setelah cairanku habis diminum olehnya, Ulfsaar masih menyedot-nyedot vaginaku hingga tetes terakhir, setelah cairan vaginaku benar-benar habis diminumnya, Ulfsaar bangun.

“kamu kayak orang aus aja, sampai disedot-sedot kayak gitu”.
“abisnya, cairan kamu manis banget kayak madu”.
“ah, kamu berlebihan”.
“bener kok, aku jadi ketagihan, boleh lagi gak?”.
“boleh kok, pokoknya tubuhku boleh diapain aja ama kamu”.
“yaudah,,, aku jilatin vaginamu lagi ya”.
“tapi sekarang kamu yang tiduran, soalnya aku juga pengen ngerasain penis kamu”.

Lalu, Ulfsaar tiduran di atas tanah dan aku tidur di atas tubuhnya dan mengambil posisi 69 sehingga vaginaku di depan mukanya, dan juga penis Ulfsaar menantang tegak di depan wajahku. Langsung aja, aku masukkan penis Ulfsaar ke dalam mulutku, sementara vaginaku sudah mulai dijilati lagi oleh Ulfsaar.

Aku mulai menjilati batang penisnya, kepala penisnya, dan buah zakarnya. 4 menit kemudian, aku orgasme lagi dan cairanku diminum oleh Ulfsaar sampai habis.

“yuk, Rasti, aku udah gak tahan pengen nusuk kamu”.
“yaudah, kamu tetep tiduran aja, biar aku yang kerja duluan nanti baru kamu”.

Aku berdiri di atas penisnya, dan mulai menurunkan tubuhku secara perlahan, dengan tuntunan tanganku, penis Ulfsaar menerobos masuk ke dalam vaginaku. Aku menggerakkan tubuhku naik turun, dan juga kadang-kadang aku menurunkan tubuhku agar aku bisa mencumbu Ulfsaar. Setiap 30 menit, kami berganti posisi, dan setelah 1 1/2 jam kami bersetubuh akhirnya penis Ulfsaar mulai berdenyut, aku memintanya untuk menyemburkan spermanya di dalam mulutku. Setelah penisnya dicabut, aku langsung mengulum penisnya. Kuemut kepala penisnya, kusentil-sentil lubang kencingnya dan kadang-kadang kujilati buah zakarnya, akhirnya hadiah yang kutunggu-tunggu keluar juga.

Sperma hangat Ulfsaar langsung menyemprot ke dalam mulutku yang langsung kutelan habis, setelah habis aku masih mengulum penisnya untuk mendapatkan sisa-sisa sperma yang ada di lubang kencingnya. Kemudian aku melepaskan penisnya yang sudah mulai mengecil, dan aku melihat suatu barang di tepi sungai.

“Ulfsaar, benda apa itu?”.
“aku tidak tau, aku menemukannya di pantai”.
“ah, itu tasku”, dengan segera aku menghampiri tasku, tapi tidak ada baju karena semua bajuku ada di koper bukan di tas.

Tasku hanya berisi pil pencegah kehamilan, hpku, dan alat-alat kosmetikku. Tapi, sayangnya hpku rusak karena terendam air, hilang sudah harapanku untuk bisa pulang.

“Rasti, kita balik ke kampung yuk”.
“emangnya, mau ada apaan lagi?”.
“habis ini, kepala suku bakal merawanin anus kamu, dan setelah itu semua laki-laki akan menyodok anus kamu”.
“kalau gitu, aku minum obat dulu ya, biar aku gak hamil”.
“oo, yaudah”.

Kemudian aku merogoh tas kecilku dan menemukan obat, ternyata selain pil pencegah kehamilanku, ada pil obat kuat milik Mang Ucup waktu itu yang bisa membuatku segar terus menerus meskipun aku terus menerus orgasme.

“Ulfsaar, abis aku minum obat ini, aku bakal pingsan, kamu gendong aku balik ke pemukiman ya”.
“yaudah, ok”.

Kemudian, aku minum obat kuat Mang Ucup dan juga pil pencegah kehamilanku. Dalam waktu 5 menit, kepalaku pusing dan langsung pingsan, aku sudah tidak sadarkan diri. Dan sebentar lagi tubuhku akan menjadi sarana pelampiasan nafsu suku Baro.

Aku bangun membuka mataku melihat disekitarku Ulfsaar sedang mempersiapkan sesuatu, aku bangun dari ranjang sambil mengucek-ngucek mata.

“eh, kamu udah bangun, gimana enak gak tidurnya”.
“enak banget, ngomong-ngomong kamu lagi ngapain sih?”.
“oh, aku lagi buatin makanan buat kamu, kan kasihan kamu belum makan”.
“wah, kebetulan, aku laper banget”.

Kemudian Ulfsaar menaruh makanan di depanku, aku langsung mengambil dan menyantapnya karena aku sangat lapar, sementara Ulfsaar membuatkan minuman. Tak kusangka ternyata makanan suku Baro ini sangat enak karena rasanya sangat pas di lidahku, maka dari itu aku lebih lahap memakan makanan itu sambil meminum minuman yang telah disediakan Ulfsaar.

“wah, gak nyangka ya, kamu cantik tapi makannya ganas juga”.
“abisnya, aku laper banget sih”.
“hehe,,yaudah makan yang banyak, biar kamu nanti gak lemes”.
“ok, tenang aja”, lalu aku mulai makan lagi sampai benar tidak ada sisa di piring yang terbuat dari tanah liat itu.

Aku mengelap mulutku dengan punggung tanganku dan minumannya juga kuhabiskan.

“woah, enak banget”.
“bagus, sekarang kita keluar, kepala suku Utha dan yang lain udah gak sabar pengen nyobain pantat kamu”.

Kemudian, aku dan Ulfsaar keluar dari tenda dan semua orang langsung menengok ke arah kami setelah itu mereka semua membungkukkan badan mereka karena aku dianggap dewi oleh mereka. Aku jadi merasa tidak enak disembah seperti ini, tapi aku tidak bisa menyuruh mereka untuk bangun karena aku tidak bisa bahasa mereka. Kami berdua berjalan menuju panggung yang menjadi tempat persetubuhanku sebelumnya, sambil berjalan aku berpikir apa nanti anusku tidak luka karena penis mereka besar-besar, karena memikirkan itu aku jadi agak takut, tapi aku tetap maju karena birahiku sudah memuncak akibat memikirkan bagaimana tubuhku akan dinikmati oleh mereka.

Akhirnya aku sampai di depan Utha, setelah itu Utha dan Ulfsaar berbicara.

“zanunari kokuandekan?”.
“cahiramunto susuna uja daluar”.

Lalu, Utha berbicara kepada 2 pengawal yang ada di sampingnya, sementara aku bertanya kepada Ulfsaar.

“tadi kalian ngomong apa sih?”.
“tadi kepala suku Utha nanya, apa kamu udah bisa ngeluarin susu, aku bilang udah”.
“oohh, gitu, terus kapan mulainya?”.
“ya abis kamu tunjukkin pantatmu ke semua orang”.
“ooh gitu”.
“nah sekarang, kamu agak bungkuk”.

Lalu, aku membungkukkan badanku dan membelakangi para penonton sehingga pantat dan vaginaku yang menggugah selera terpampang jelas di hadapan para suku Baro yang berkumpul di depan panggung. Kemudian, Utha berdiri di sampingku.

“purahota oranku wukan”.

Aku bertanya kepada Ulfsaar yang ada di depanku.

“tadi, kepala suku ngomong apa?”.
“sekarang, dia mau ngorek-ngorek vagina ‘n pantat kamu di depan rakyat”.
“waw, asik”.
“kamu suka kalau ditonton orang banyak ya?”.
“iya, aku suka banget”.
“yaudah, siap-siap ya”.

Utha mendekatiku dari samping, dia langsung memainkan jarinya di sekitar bibir vaginaku sedangkan aku berpegangan pada Ulfsaar yang ada di depanku. Utha memasukkan 1 jarinya yang lumayan besar itu ke dalam lubang vaginaku, aku menggelinjang keenakan, lalu Utha mulai menggerakkan jarinya keluar masuk vaginaku, tentu saja aku merasa nikmat. Tapi, belum selesai aku menikmati, Utha memasukkan 2 jarinya lagi ke dalam vaginaku sehingga 3 jarinya yang besar itu berada di dalam vaginaku sehingga vaginaku benar-benar terasa penuh. Rasanya menjadi lebih nikmat daripada sebelumnya, aku hanya bisa mendesah pelan merasakan nikmat yang mendera tubuhku, dia terus mengorek-ngorek vaginaku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. 5 menit kemudian, aku mengalami orgasme dan cairanku langsung mengalir deras membasahi 3 jari Utha yang ada di dalam vaginaku, setelah jarinya berlumur cairanku, Utha memasukkan 1 jarinya ke dalam anusku, rupanya untuk melumasi anusku agar nanti tidak perih.

Setelah melumasi anusku, Utha mengeluarkan jarinya dari anusku, sementara aku melihat ke atas untuk menatap mata Ulfsaar dan melemparkan senyumku yang indah padanya. Ulfsaar membalas dengan tersenyum juga, lalu aku disuruh berdiri oleh Ulfsaar dan menghadap ke arah penonton, para suku Baro langsung bertepuk tangan. Tubuh putih mulusku terpampang jelas di depan suku Baro yang berkulit hitam itu, Utha tiba-tiba langsung melumat bibir mungilku dan memainkan lidahnya di dalam mulutku yang kubalas dengan memainkan lidahku juga sehingga lidah kami saling membelit satu sama lain. Setelah itu, Utha melepaskan ciumannya sehingga aku bisa mengambil nafas, lalu Utha menurunkan ciumannya ke leher jenjangku dan menciumi setiap senti leherku yang membuatku kegelian. Akhirnya ciuman Ulfsaar sampai ke payudaraku, dia menjilati seluruh bagian payudaraku kecuali putingku, tapi setelah seluruh bagian payudaraku dijilati olehnya, Utha langsung mengulum putingku, ketika dia menyedot puting kananku tiba-tiba terasa ada yang mengalir dari payudaraku.

Aku tidak tau yang apa yang disedot Utha dari payudaraku, tapi akhirnya aku tau setelah Utha berganti menghisap puting kiriku, aku bisa melihat cairan putih keluar dari putingku ternyata itu adalah susuku, aku memoles puting kananku dengan jariku sehingga susuku ada di jariku, aku langsung menjilati dan mengulum jariku sendiri yang berlumur susuku sementara Utha masih sibuk menghisap susu yang keluar dari puting kanan dan kiriku secara bergantian. Tak kusangka, begitu aku mencicipi susu yang keluar dari putingku itu rasanya manis seperti susu yang sudah diberi gula sehingga aku jadi ketagihan dengan rasa susuku sendiri yang sangat manis itu, pantas saja Utha menghisap susuku seperti orang yang kehausan. Setelah puas meminum susuku, Utha melepaskan hisapannya terhadap putingku dan langsung menjilati vaginaku, dia telusuri daerah selangkanganku, bibir vaginaku, dan ketika lidahnya menyentuh klitorisku, tubuhku langsung menggelinjang karena terasa geli sekaligus nikmat, sementara aku meremas-remas payudaraku sehingga susu memancar keluar dari kedua putingku.

Utha tetap menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya itu yang panjang dan kasar itu, akhirnya 5 menit kemudian tubuhku menggelinjang yang menandakan aku akan orgasme, seperti biasa cairan vaginaku yang manis itu langsung diseruput oleh Utha. Rupanya, Utha ingin segera menanamkan penisnya di dalam anusku karena dia langsung bergerak ke belakangku dan langsung menuntun penisnya sendiri ke lubang anusku, setelah sudah tepat berada di depanku, Utha langsung memasukkan penis besarnya ke dalam lubang anusku.

“aahh,,, aaauuuwwcc!!”, teriakku pelan ketika perlahan demi perlahan penis besarnya menyeruak masuk ke dalam lubang anusku yang sempit, urat-urat yang ada di batang penis Utha bergesekan dengan dinding lubang anusku sehingga yang tadinya sakit menjadi nikmat.

Akhirnya, penis besar milik Utha amblas tertelan oleh lubang anusku, Utha tidak bergerak mungkin supaya aku terbiasa dulu.

Setelah aku terbiasa, Utha langsung menggerakkan penisnya keluar masuk pantatku secara perlahan.

“aahhh,,,emmmhhh,,,uuuhhhh!!”, desahku ketika penisnya bergerak keluar masuk lubang anusku yang sangat sempit.

Lama-lama Utha menaikkan frekuensi kecepatan genjotannya terhadap lubang anusku sehingga aku jadi tambah merasa nikmat, aku terus dipompa dari belakang sehingga wajahku menghadap para suku Baro yang menonton persetubuhanku dengan kepala suku mereka. Dalam kenikmatan, aku masih bisa melihat para suku Baro dengan raut wajah penuh nafsu apalagi para lelakinya, mereka benar-benar terlihat sudah tidak sabar ingin segera menikmati tubuh putihku. Sambil menggenjotku, Utha meremas-remas kedua buah payudaraku sehingga susuku memancar keluar dari putingku ke arah para penonton membasahi wajah mereka, tapi mereka malah membiarkan wajah mereka penuh dengan susuku. Aku merasakan lubang anusku melebar karena penis Utha yang terus bergerak keluar masuk berukuran besar.

15 menit kemudian, aku mengalami orgasme yang kedua sedangkan Utha sama sekali tidak terlihat akan orgasme. Tiba-tiba sambil terus menggenjotku, Utha berkata sesuatu kepada Ulfsaar yang ada di sampingnya.

“dekvagona u entat”.
“daiz”.

Lalu Ulfsaar berjalan ke depanku, sementara Utha menghentikan genjotannya, setelah Ulfsaar berada di depanku.

“tadi, kepala suku Utha bilang apa?”.
“aku disuruh masukkin penisku ke vagina kamu”.
“jadi aku dimasukkin 2 penis gede sekaligus?”.
“iya,”.
“yaudah, masukkin aja”.

Entah bagaimana caranya, penis Ulfsaar bisa masuk ke dalam vaginaku dan penis Utha masih tertanam di anusku padahal kami dalam posisi berdiri. Sekarang tubuh putihku dihimpit 2 pria berkulit hitam, tubuhku bagaikan kapas yang berada di tengah-tengah 2 roti gosong, lalu Utha mulai menggerakkan penisnya keluar masuk anusku sementara penis Ulfsaar keluar masuk vaginaku dengan irama yang berbeda jadi ketika Utha sedang menarik penisnya keluar dari anusku, Ulfsaar menggerakkan penisnya masuk ke dalam vaginaku, begitu juga sebaliknya.

Karena itu, sensasi yang timbul menjadi lebih nikmat sehingga dalam waktu 10 menit aku sudah orgasme yang ketiga kalinya. Bunyi kecipak air terdengar setiap kali Ulfsaar memompa penisnya karena cairan vaginaku tertahan oleh penis Ulfsaar yang mengisi vaginaku. Tentu saja sambil menggenjot vaginaku, Ulfsaar melumat bibirku dan memainkan lidahnya di dalam rongga mulutku sementara Utha memelintir kedua putingku, tapi aku hanya bisa terdiam karena bibirku sedang dilumat oleh Ulfsaar sehingga aku tidak bisa mengeluarkan suara. Selama 57 menit, mereka terus menggenjot tubuhku tanpa henti dan tanpa berganti posisi, meskipun aku sudah berkali-kali orgasme tapi tubuhku tidak merasa lemas karena aku sudah minum obat kuat untuk wanita. Tak lama kemudian, akhirnya aku merasakan penis mereka berdenyut-denyut di dalam 2 lubangku, setelah beberapa detik kemudian mereka berdua menyemprotkan benih mereka ke dalam lubang anus dan vaginaku secara bersamaan sehingga 2 lubangku itu terasa sangat hangat dipenuhi sperma mereka.

Lalu mereka mencabut keluar penis mereka dari lubang anus dan vaginaku, tanpa disuruh lagi aku langsung berjongkok dan menarik kedua penis itu ke samping kanan dan kiri dari wajahku. Aku melakukan ‘cleaning service’ ke 2 penis itu hingga benar-benar bersih, rasa sperma mereka memang benar-benar lebih gurih dari sperma yang pernah aku rasakan selama ini. Setelah bersih, Utha menghadap ke arah penonton.

“zukareng, zewec ina bedas kaliun antot”.

Tanpa aku tanya lagi, Ulfsaar langsung menerjemahkan apa yang dikatakan Utha.

“Rasti, kepala suku Utha bilang sekarang tubuh kamu milik suku Baro jadi siapapun rakyat suku Baro boleh nyetubuhin kamu”.
“ooohhh, pantes aja yang laki-laki keliatan seneng”.
“ya iyalah, para pria suku Baro kan jarang bisa nyetubuhin cewek cantik dan seksi kayak kamu”.
“aahh, bisa aja,, aku jadi malu”.
“yuk sini, kamu disetubuhinnya di bawah aja, takut panggungnya nanti rubuh”.
“ok deh”, lalu Ulfsaar menggandeng tanganku dan menuntunku turun panggung sementara Utha kembali masuk ke dalam tendanya.

“nah, sekarang, kamu sendiri ya, soalnya aku mau siapin segala sesuatu buat perang ngelawan suku Kupo besok dengan kepala suku”.
“ok, tapi sebelumnya bilang dulu ke mereka, jangan main kasar”.
“puru rokyut sikeluan, dowi todak mae maun kesur, joda jungan maun kesur yi”.
“daiz”, jawab mereka serentak.
“aku udah bilang ke mereka, jadi kamu tenang aja”.
“makasih ya”, seraya mengecup pipinya.
“aku tinggal ya”.

Lalu Ulfsaar pergi meninggalkanku, setelah itu tanpa aba-aba para kaum lelaki langsung mengerumuni tubuh putih mulusku dan berebut untuk meremas-remas semua bagian tubuhku yang bisa diremas. Tubuhku sudah seperti kapas putih yang terombang-ambing di samudra hitam karena jika setelah salah satu dari mereka sudah menyemprotkan sperma mereka baik ke dalam lubang anus, mulut, maupun vaginaku, tubuhku langsung dioper ke temannya yang lain sehingga aku sampai tidak tau lagi siapa yang sedang menggenjot mulut, anus, dan vaginaku karena tubuhku dioper kesana kemari.

Entah sudah berapa penis yang memasuki tubuhku, entah berapa lelaki yang telah berejakulasi dan menyemburkan spermanya ke dalam tubuhku. Tubuhku memang benar-benar menjadi sarana pelampiasan suku Baro, tapi meskipun begitu seluruh tubuhku tidak belepotan sperma karena mereka semua menyemburkan sperma mereka ke dalam tubuhku dan karena mulut, anus, dan vaginaku sudah ‘diperawani’ oleh kepala suku mereka jadi mereka bebas menyemprotkan sperma mereka ke 3 lubangku sesuai keinginan mereka masing-masing. Mungkin sudah 10 jam tubuhku dibuai kenikmatan dan dilanda orgasme yang tidak ada hentinya, akhirnya mereka semua sudah tidak bertenaga lagi, tapi aku masih bertenaga karena obat yang kuminum.

Selanjutnya, dengan bahasa isyarat mereka menyuruhku untuk bertumpu dengan kedua lutut dan kedua tanganku, lalu ada 2 orang wanita yang mendekat ke arahku. Satunya memegang 2 buah kursi kecil dan satunya lagi 2 buah ember kecil yang kosong, wanita itu menaruh 2 ember tadi tepat di bawah kedua buah payudaraku yang menggelantung dengan indah. Setelah itu salah satu wanita itu meremas-remas payudara kananku sehingga susu memancar keluar dari puting kananku langsung ke ember yang ada di bawah payudara kananku, dan wanita satunya lagi melakukan hal yang sama terhadap payudara kiriku.

Tak lama kemudian, kedua ember itu sudah penuh dengan susu yang keluar dari putingku, aku berpikir kalau ini sudah selesai karena kedua wanita itu bangkit sambil masing-masing membawa satu ember yang penuh dengan susu cap Rasti. Tapi, ternyata ada 2 wanita lagi yang datang dan melakukan hal yang sama, dan seterusnya.

“kenapa susu gue gak abis-abis ya, apa gara-gara ramuan si Ulfsaar?”, pikirku dalam hati.

Tapi, aku tidak terlalu memikirkannya karena remasan-remasan itu membuatku mencapai orgasme yang ke sekian kalinya, dalam keadaan masih ‘diperah’, aku melihat seorang wanita yang telah memeras susuku, menuang ember susunya ke dalam sebuah gelas dari tanah liat dan dia memberikannya kepada seorang lelaki dan seorang anak kecil yang sepertinya mereka adalah suami dan anaknya.

Akhirnya aku mengerti perananku dalam suku Baro, aku tidak hanya dewi kesuburan yang menjadi tempat pelampiasan nafsu mereka, tapi aku juga dijadikan ’sapi perah’ bagi mereka. Rupanya, mereka memerah susuku bukan hanya untuk manusia saja tapi mereka juga memeras susuku untuk hewan peliharaan. Tapi aku tidak peduli karena meskipun tanpa penis laki-laki, aku bisa mencapai orgasme karena para wanita itu selain meremas-remas payudaraku kadang-kadang mereka juga memainkan putingku. Akhirnya dalam waktu 2 jam aku selesai ‘diperah’, dan karena efek obat kuatku sudah habis, aku merasa rasa kantuk yang teramat sangat sehingga aku tidak tahan lagi dan menutup mataku.

Aku bangun dan menyadari aku berada di tempat yang sudah tidak asing lagi yaitu rumah Ulfsaar.

“Rasti, kamu udah bangun? Gimana, enak gak tidurnya?”.
“enak banget, badanku jadi seger banget”.
“Ulfsaar, kok badanku gak dibersihin sih?”.
“soalnya…”.
“kenapa, oohh aku tau, kamu belum puas kan nyetubuhin aku?”.
“kok kamu tau?”.
“kan insting sex aku kuat”.
“bisa aja kamu”.
“yaudah, sini, Ulfsaar sayang”, kataku seraya menggerakkan tanganku untuk memanggilnya.

Dia mendekati tubuh putihku yang terbaring di sebuah tikar, sebelum dia menyodorkan penisnya.

“Ulfsaar, sekarang udah malem apa udah mau pagi sih?”.
“masih malem kok, emang kenapa?”.
“gak kok, nanya doang”, balasku sambil memasukkan penisnya ke dalam mulutku.

Aku permainkan batang kejantanannya di dalam mulutku dengan lidahku, kutelusuri setiap milimeter penisnya dengan lidahku, aku yakin tidak ada bagian penisnya yang lolos dari jilatanku. Setelah 10 menit.

“Rasti, kayaknya aku udah gak tahan pengen nusuk kamu”.
“yaudah tusuk aja”, balasku sambil melebarkan kakiku.
“hmm, masih ada sperma di vagina kamu”.
“kan kalau aku cuci sekarang, vaginaku juga bakal kotor lagi ama sperma kamu”.
“hehe,, lagian kamu punya badan udah kayak bener-bener dewi”.
“udah ah, ayo dong, aku udah gak tahan nih pengen di tusuk”, balasku.

Ulfsaar langsung menancapkan penis besarnya ke dalam vaginaku sehingga aku sedikit berteriak karena agak sakit, tapi aku malah suka dan karena mulutku juga belepotan dengan sperma yang sudah mengering maka Ulfsaar tidak melumat bibirku sehingga aku bisa mengeluarkan suara desahan dan erangan sesukaku. Ulfsaar mengangkat kakiku dan mendorongnya hingga kedua kakiku berada di samping kanan dan kiri kepalaku. Dalam posisi seperti ini, aku merasakan penis besar milik Ulfsaar lebih masuk ke dalam vaginaku sehingga rasanya menjadi sangat nikmat, rupanya Ulfsaar sudah sangat gemas terhadapku karena dia menggenjot vaginaku tanpa ampun dan tanpa memperdulikanku. Kemudian, dia mencabut penisnya dari vaginaku dan memasukkannya ke dalam anusku, sepertinya dia ingin mencoba 2 lubangku sekaligus.
2 lubangku digenjot oleh Ulfsaar secara bergantian dengan posisi ini selama kurang lebih 15 menit.

“Ulfsaaarr,,,ganti posisi dong,,,pegel nih”.
“ok,,ok,, maaf”.

Kemudian, dia melepaskan kakiku dan kini dia yang berbaring di bawah sedangkan aku diatas sehingga sekarang aku yang memegang kendali, aku bisa mengatur iramanya sesuai keinginanku. Kadang-kadang aku bungkukkan tubuhku ke depan agar Ulfsaar bisa menyedot susu dari putingku, dan kadang-kadang aku memutar badanku 360 derajat agar penis Ulfsaar terasa terpelintir di dalam vaginaku yang tentu saja membuat sang pemilik penis jadi mengerang keenakan dan juga Ulfsaar mencabut penisnya lalu menancapkannya ke dalam anusku, begitu juga sebaliknya, dia melakukan itu setiap 3 menit sekali. Tubuhku terus digarap oleh Ulfsaar, sampai akhirnya 30 menit kemudian, Ulfsaar menyemprotkan spermanya di dalam vaginaku. Setelah selesai, Ulfsaar menarik tubuhku ke arahnya agar dia bisa melumat putingku dan menghisap susuku.

“Rasti, kamu mau mandi gak?”.
“mau dong, badanku udah gatel-gatel nih”.
“yaudah, ke sungai sana”.
“aahh,, takut,, temenin aku dong”, balasku dengan nada manja.
“dasar,,, manja,,,”, balasnya sambil mencubit puting kiriku.

Kemudian, kami berdua pergi keluar rumah Ulfsaar dan aku melihat suku Baro ada yang sedang makan dan juga ada yang sedang minum susu, tentu saja susu yang mereka minum adalah susuku. Aku berjalan diantara mereka, ada yang menepuk pantatku, ada juga yang mencubit pahaku. Tak lama kemudian, kami sudah sampai di sungai.

“yaudah, mandi sana”.
“aahh,,,mandiin dong”.
“iya, iya, aku mandiin”.
“nah, itu baru Ulfsaar sayangku”.

Kemudian, dia memandikanku sambil meraba-rabai tubuh putihku, dia membersihkan noda-noda sperma kering yang ada di mulut, anus, dan vaginaku dengan cara menggosok-gosokkan tangannya.

“Ulfsaar sayang, sekalian dong dalemnya dibersihin”.
“ok, putri cantik”.

Kemudian dia memasukkan 2 jari tangan kanannya ke dalam anusku dan 2 jari tangan kirinya ke dalam vaginaku yang membawaku mencapai orgasme dalam waktu 12 menit.

“ayo, Ulfsaar sayang, sekarang sabunin dadaku ya”.
“ok”.

Ketika aku sedang asik dimandiin oleh Ulfsaar, tiba-tiba punggung Ulfsaar tertusuk sesuatu dan itu adalah tombak, aku melihat kalau yang melempar tombak adalah orang yang memakai topeng atau suku Kupo.

“Ulfsaar, lari,,, cepat”.
“taapii,,,,”.
“cepaaatttt !!!”.

Tanpa berpikir panjang lagi aku mengambil langkah seribu, meski sebenarnya berat meninggalkan Ulfsaar tapi daripada aku terbunuh. Rupanya, suku Kupo sudah menyerang desa Baro karena aku melihat asap dari kejauhan, jadi aku langsung merubah lariku ke arah yang aku sendiri tidak tau. Dengan nafas yang tersengal-sengal dan kaki yang lecet karena aku tidak memakai alas kaki, aku berlari dengan kencang sekaligus ketakutan, entah berapa meter yang sudah kutempuh. Karena aku kecape’an, aku berhenti dan menengok ke belakang.

“untung gue gak dikejar,,,hhhh”, kataku sambil tersengal-sengal.

Setelah aku sudah bisa mengatur nafasku, aku baru sadar kalau keadaan masih gelap. Dalam kesunyian, aku berjalan ke arah sumber bunyi yang membuatku penasaran. Ternyata suara yang kudengar berasal dari pantai, aku senang sekali karena berada di tempat yang terbuka tidak seperti hutan, dan aku bertambah senang ketika aku menemukan koperku terbawa arus di pinggir pantai. Karena koperku bisa kutemukan, aku bisa berpakaian lagi, tapi setelah itu aku bingung harus kemana setelah ini karena aku tidak punya tempat tujuan. Aku memutuskan untuk istirahat dengan selimut yang ada di koperku.

“lumayan, supaya gak lemes”, pikirku.

Ketika sedang asik-asiknya tidur, aku mendengar suara berisik sehingga aku membuka mataku untuk mencari tau bunyi apa itu. Rupanya malam sudah berganti menjadi pagi sehingga mataku agak silau, tapi aku belum menemukan bunyi itu, aku jadi penasaran dan menengok ke kanan dan ke kiri. 

Rupanya, bunyi itu adalah helikopter yang menuju ke arahku, aku melambai-lambaikan tangan agar terlihat oleh pilot helikopter, dan tidak hanya helikopter tapi juga banyak kapal yang datang seperti mencari sesuatu.

Rupanya, mereka adalah tim SAR untuk mencari korban kecelakaan pesawat yang aku tumpangi, lalu aku ditolong dan di naikkan ke helikopter, ternyata yang selamat tidak hanya aku seorang tapi lumayan banyak yang selamat.

“aaahhh,,,,akhirnya bisa pulang,,,”.

Setelah aku menaiki helikopter, pilot helikopter langsung menerbangkan helikopter dan menjauhi pulau yang menjadi tempatku menyaksikan pembunuhan secara langsung. Aku lega akhirnya bisa pulang, dan aku berharap agar aku tidak mengalami kejadian seperti ini lagi. 




Setelah 2 tahun sejak aku mendapat kecelakaan, sekarang aku sudah kuliah mengambil jurusan design graphis karena memang itulah hobiku. Tak disangka sejak kejadian itu, tubuhku sekarang menjadi tambah sekal saja karena payudaraku kini berukuran 36B dan bongkahan pantatku semakin kencang dan padat, juga kulitku semakin putih karena aku rajin merawat tubuhku. Oh ya, gara-gara kejadian kecelakaan pesawat 2 tahun lalu, aku bisa mengeluarkan susu dari putingku meskipun umurku baru 19 tahun dan aku juga belum pernah hamil, ini dikarenakan aku meminum suatu ramuan dari suku yang merawatku ketika aku terdampar di sebuah pulau. Dan 7 bulan lalu aku mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan aku menjadi mandul, aku sedih karena rencanaku sehabis kuliah aku ingin mencari pendamping hidup dan mengakhiri petualangan-petualangan gilaku, tapi ternyata takdir berkata kalau aku tidak boleh berhenti menjalani petualangan sex yang gila.

Sebenarnya aku sudah bosan karena dari SD, SMP, SMA, bahkan sampai kuliah aku menjadi primadona, tapi apa mau dikata, mungkin sudah menjadi kodratku. Dan resikonya menjadi primadona, ya banyak cowok yang berusaha pdkt padaku, mulai dari cowok kaya, cowok ganteng, bahkan sampai cowok yang pinter berusaha mati-matian untuk dekat-dekat denganku. Tapi dari mereka semua tak ada yang kuanggap serius karena aku memang malas punya pacar, dan temanku tidak hanya cowok saja tapi temen cewekku juga segudang karena aku tidak pernah menolak siapapun yang ingin berteman denganku.

Ada satu cowok gendut yang selalu diam sendirian, dan dia gemetaran jika kuajak bicara, aku malah jadi penasaran dengan cowok gendut yang biasa dipanggil ‘Batang Baja’ itu, dan kebetulan ada tugas final yang harus dibuat oleh 2 orang dalam 1 kelompok. Setelah dosen keluar, para cowok & cewek yang ada di kelas datang ke mejaku untuk memintaku sekelompok dengan mereka, tapi aku ingin menyelidiki si ‘Batang Baja’ ini.

“Rasti ama gue ya”.

“ama gue aja, Rasti!!”, teman-temanku saling berebut menginginkanku menjadi teman sekelompok mereka.

Aku tidak tau apa alasan teman-teman cewekku menginginkanku menjadi kelompok mereka, tapi aku tau motif utama para cowok ingin aku menjadi teman kelompok mereka yaitu agar bisa puas melihat tubuhku dan mungkin saja mereka berniat memperkosaku.

“maaf, temen-temen, aku udah punya temen kelompok”.

“siapa ?!!”, jawab mereka serentak.

“si Batang Baja”.

Semuanya langsung menengok kepadanya, sementara Batang Baja sendiri menundukkan kepalanya.

“yah,,”.

“sori ya”.

“gak apa-apa kok Ras”, jawab salah seorang temanku.

Lalu mereka langsung membubarkan diri, dan Batang Baja masih terdiam seorang diri, aku mendekatinya dan duduk di sampingnya.

“Batang Baja, gak apa-apa kan kalo gue jadi temen kelompok lo?”.

“nnn,,,ggaa,,kkk,,,apa,,,,apaa”, jawabnya terbata-bata.

“kok kalo ngomong ama gue, lo gemeteran gitu sih?”.

“eeeee,,,,”.

“ayo dong, santai aja kalee”.

“aa,,,bisnya,,,gu,,,gu,,,eee,,”.

“lo kenapa, ngomongnya biasa aja”.

Akhirnya dengan semangat dariku, dia mulai berbicara denganku secara biasa.

“gue gak enak ngomong ama lo”.

“kenapa, gue ngebosenin ya?”.

“bukan gitu, justru kebalikannya”.

“maksud lo apa, sori nih, aku telmi”.

“ya, lo kan cantik masa ngomong ama gue yang jelek kayak gini”.

“ya ilah, gitu doang, ama gue santai aja kalee, lagian kan sekarang kita sekelompok”.

“beneran nih kita sekelompok?”.

“bener, lo mau gak 1 kelompok ama gue?”.

“wuih, gue mau banget, siapa sih yang gak mau sekelompok ama lo”.

Batang Baja ini mempunyai nama asli yang cukup bagus yaitu Mario David Carpester, badannya agak gendut, wajahnya tidak jelek juga tidak ganteng, kulitnya putih, tingginya sama sepertiku dan tentu saja umurnya sama sepertiku yaitu 19 tahun.

“Baja, berat badan lo berapa sih?”.

“86 kilo”.

“lo gak ada rencana buat ngurusin badan?”.

“ada sih, cuman, gue doyan makan n laper mulu jadi susah deh”.

“huu, dasar lo, eh kita langsung bikin tugas kita yuk, mau gak?”.

“tapi kan, deadline tugas masih 3 hari lagi”.

“iya, gue tau, tapi kalo kita ngerjain duluan kan, besok-besok kita bisa tenang”.

“bener juga apa kata lo”.

“bener kan, lagian lo kan jago tuh jadi 1 hari doang pasti udah selesai”.

“lo kali yang lebih jago”.

“udah, ah jangan merendah, karya-karya lo kan lebih bagus dari punya gue”.

“hehe,, terus kita ngerjainnya di kost gue apa di rumah lo, Ras?”.

“di rumah gue aja yuk biar lebih enak ngerjain tugasnya”.

“ok deh”.

“tapi naik apa ya?”.

“kan gue bawa motor kalo kuliah”.

“oh, lo bawa motor, kenapa gak bilang ama gue dari tadi, yaudah yuk kita berangkat sekarang”.

“yok”.

Lalu kami berdua menuju tempat parkir, selama kami jalan berdua, teman-teman kampus yang lain melihat kami, mungkin mereka berpikir “kok Batang Baja bisa jalan bareng ama Rasti?”.

Setelah sampai di tempat parkir, Batang Baja menuju motornya, tak kusangka motornya bagus dan berbodi besar, yah seperti motor yang digunakan pembalap-pembalap internasional.

“wow, motor lo bagus ‘n sesuai ama lo?”.

“maksud lo apa?”.

“iya, motor lo segede yang punya”.

“enak aja lo, ayo cepet”.

“ok boss”.

Lalu aku naik membonceng di belakangnya.

“ee, Baja, gue boleh pegangan ma lo gak?”.

“boleh aja, lo takut jatoh ya?”.

“iya, gue takut, jadi lo bawanya jangan kenceng-kenceng ya”.

“iye, iye, gampang, udah cepet pegangan”.

Aku memeluk badannya yang besar itu dengan erat karena aku memang takut sekali jika naik motor, untungnya Batang Baja mengendarai motor dengan pelan dan hati-hati sehingga aku jadi tidak takut. 

Selama perjalanan aku mengobrol berbagai macam hal dengannya, mulai dari dosen, teman, dan bahkan pengalaman pribadinya, dia bercerita padaku kalau dia suka pada salah satu teman cewekku yang bernama Ana.

“beneran, lo suka ama si Ana? kalo bener, tar gue bilangin ke dia”.

“ja,,,jangan,, dia kenal aja kagak ama gue”.

“yah kenalan lah, susah amat”.

“nah itu dia masalahnya, gue gak PD”.

“gak PD kenapa?”.

“kan biasanya cewek cantik ngeliatnya fisik”.

“iya sih, si Ana emang nganggep fisik lebih penting, tapi gak semua cewek cakep ngeliat fisik contohnya gue”.

“boong lo”.

“iya, kalau gue mentingin fisik, pasti gue udah jadi rebutan cowok-cowok”.

“terus kenapa lo belum punya cowok ampe sekarang?”.

“cowok-cowok yang ngedeketin gue ada maunya, tau sendiri kan”.

“iya-iya, gue tau, oh ya nih belok kemana?”.

“tuh depan bentar lagi rumah gue”.

Akhirnya kami sampai di rumahku yang baru karena rumah ortuku yang dulu dijual sebab ortuku pindah ke luar negeri dengan pembantuku juga, jadi aku dibelikan rumah yang lebih kecil dan sederhana daripada sebelumnya karena aku tinggal sendirian.

“rumah lo kayaknya nyaman banget ya”.

“iya dong, kan ni rumah gue rawat terus, yaudah yuk masuk”.

Kemudian kami berdua turun dan masuk ke dalam rumahku yang kecil tapi sangat nyaman karena semua ruangan kupasangi ac kecuali kamar mandi tentunya.

“minum apa nih?”.

“udah, jangan repot-repot”.

“masa tamu gak disuguhin minuman, udah mau minum apa?”.

“mmm,,, soft drink aja deh”.

“yaudah, bentar ya”.

“oh ya, wc dimana gue mau cuci muka dulu”.

“tuh disana”.

Kemudian aku ke dapur sementara Batang Baja ke kamar mandi. Aku juga sekalian ke kamarku untuk mengganti bajuku supaya aku tidak gerah, setelah berganti baju dengan kaos yang biasa kupakai di rumah yaitu kaos putih yang longgar dan celana hotpants, lalu aku pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk Batang Baja, setelah itu aku kembali ke ruang tamu dimana Batang Baja sedang menonton tv yang ada di ruang tamu.

“buset, baju lo kok kayak gitu?”.

“sori banget nih, soalnya gue lebih nyaman pake kayak gini, gak apa-apa kan?”.

“gak apa-apa sih, cuman gue kaget aja”.

“yaudah, lo langsung ke kamar gue aja, soalnya komputernya ada di kamar gue”.

“gue boleh bawa minuman gue kan?”.

“ya bolehlah, udah sana, gue mau ngunci pintu dulu”.

Setelah mengunci pintu, aku langsung menyusul Batang Baja yang sudah lebih dulu menuju kamarku. Ternyata, dia sudah mulai mengerjakan tugas sendirian sambil meminum minuman yang tadi kubuatkan untuknya.

“nih gue bawain makanan, kacang ‘n kue-kue”.

“boleh gue makan kan?”.

“gak boleh, bolehnya diliatin aja. Ya boleh lah, ngapain gue capek-capek bawa kesini kalo gak boleh di makan”.

Sambil makan dan minum, dia mengerjakan tugas sementara aku berdiri dan sedikit membungkuk di sampingnya untuk melihat apa yang sedang dilakukannya. Karena aku membungkuk, payudaraku jadi berada tepat di samping kepalanya sehingga ketika dia menengok ke arahku, matanya langsung disuguhi pemandangan yang indah yaitu payudaraku yang montok dan kencang. Aku tidak tau kalau kadang-kadang dia mencuri-curi pandang ke arah dadaku karena aku terfokus pada komputer, setelah dia sudah mengeluh capek.

“Ras, gantian dong capek gue nih!”.

“iye, iye, sini gue gantiin, lo istirahat aja dulu”.

Lalu aku duduk di depan komputer dan mulai mengerjakan sementara dia tidur-tiduran sambil melihat hpku, aku lupa belum menghapus video bokep yang direkam temanku ketika aku sedang disetubuhi 5 orang pekerja bangunan. 

Aku terlambat menyadari hal itu, tiba-tiba Batang Baja mengunci pintu lalu mendekatiku yang masih serius mengerjakan tugas. Dia langsung meremas-remas payudaraku dari belakang kursi.

Aku langsung meronta-ronta dan bangun dari kursi secepat mungkin setelah aku berhasil melepaskan remasannya.

“mau ngapain lo Baja?”.

“sori, gue udah gak tahan ngeliat bodi lo”.

Lalu dia mendorong tubuhku ke tembok, setelah badanku sudah merapat ke dinding, Batang Baja memegangi kedua tanganku, aku meronta-meronta untuk melepaskan diri tapi aku tak berdaya melawan Batang Baja karena badannya yang besar. Aku hanya bisa pasrah ketika dia mulai melumat bibir mungilku, dia mainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, sebenarnya aku ingin bermain dengan lidahnya tapi aku geleng-gelengkan kepalaku agar terkesan mengadakan perlawanan, itu semua kulakukan supaya nafsu birahinya jadi semakin bertambah. Sambil melumat bibirku, dia juga meremas-remas payudaraku sehingga birahi semakin mengambil alih diriku yang membuatku tanpa sadar meremas-remas penisnya yang masih terbalut celana jeansnya. Dia melepaskan cumbuannya.

“Ras, lo emang bener-bener idaman para cowok”, aku hanya memberikan senyum manisku kepadanya.

Lalu dia mulai membuka kaosku dengan paksa karena dia sudah sangat bernafsu melihatku yang sudah pasrah padanya, setelah kaosku terbuka dia langsung membuka Bhku sehingga payudaraku yang berukuran 36B dan putih mulus terpampang jelas di hadapannya.

“anjrit, toket lo mantep banget”.

Lalu dia merebahkan tubuhku ke ranjang, kemudian dia mulai menelusuri satu senti demi satu senti dari payudaraku dengan lidahnya, aku hanya bisa mendesah pelan ketika tekstur lidahnya yang kasar menyentuh kulit payudaraku yang halus. Setelah itu dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke kedua putingku secara bergantian dan kadang-kadang dia memelintir serta memilin-milin kedua putingku. Ketika dia memasukkan putingku ke mulutnya dan mulai menghisapnya, kurasakan susuku langsung mengalir keluar dari putingku menuju ke mulut Batang Baja.

“kok ada susunya sih?”.

“udah isep aja, mau gak?”.

“mau dong, susu lo manis banget gitu”.

Lalu dia mulai menghisap kuat-kuat putingku seperti ingin menyedot habis susu yang keluar dari putingku. Batang Baja menghisap susu dari kedua putingku secara bergantian, setelah puas menyeruput habis susuku, dia berkomentar.

“parah, baru kali ini gue nyobain susu cewek udah gitu manis lagi”, aku tidak berkata apa-apa. 

Kemudian, dia mulai membuka hotpants serta cdku.

“mmhh, wangi apaan nih?”, setelah itu dia mengendus-endus vaginaku.

“ooh, taunya dari sini. Ras, memek lo wangi melati ya, harum banget memek lo”.

“kan gue rawat terus, jadinya udah pasti wangi dong”.

“kalo gini sih, gue jadi tambah nafsu aja ama lo”.

“udah, mau dicobain apa mau diendus-endus doang?”.

“hehe,,sori,,abisnya gue kagum banget ama bodi lo”.

Kemudian, dia mulai menjilati bibir vaginaku yang masih tertutup rapat, dan juga Batang Baja melebarkan bibir vaginaku dengan 2 jarinya. Karena aku mencukur habis rambut kemaluanku jadi daerah selangkanganku yang putih mulus tambah kelihatan bersih, aku mendesah pelan ketika lidah Batang Baja menyapu bibir vaginaku. Akhirnya, dia menemukan klitorisku, tentu saja tanpa ragu-ragu lagi dia langsung menyentuh klitorisku dengan lidahnya sehingga aku mendesah dengan lebih kencang dari sebelumnya.

“aaaahh,,,,mmmmhhh!!”, desahku ketika dia menyentil-nyentilkan lidahnya ke daging kencilku yang sangat sensitif.

“buset, klitoris lo manis banget”.

“yaudah, terusin dong jangan berhenti”.

“ok,,”.

Lalu dia meneruskan aktivitasnya yang tertunda, tapi kali ini dia memasukkan 2 jarinya ke dalam lubang vaginaku dan menggerakkan 2 jarinya itu keluar masuk vaginaku. Vaginaku terasa penuh karena diisi 2 jari Batang Baja yang besar-besar.

“ah, gue tambahin ah”.

“jaaannnggg….”, belum selesai aku berbicara Batang Baja sudah menambahkan 1 jarinya lagi ke dalam vaginaku sehingga kini vaginaku benar-benar terasa penuh sesak daripada sebelumnya.

“awwhhh,,,mmmhhh”.

Erangku, tapi sepertinya Batang Baja tak menghiraukanku karena dia terus melakukan aktivitasnya. Dia mengobok-obok vaginaku sementara aku hanya bisa mengigit bibirku sendiri sambil menahan rasa nikmat yang tiada taranya.

Aku merasa sudah tidak tahan lagi hingga tubuhku mengejang dan aku menekuk tubuhku keatas.
“aaaahhhh,,,”, desahanku karena aku mengalami orgasme dan mengalirlah cairan dari vaginaku dengan deras langsung mengucur keluar membasahi 3 jari Mario yang sedang mengubek-ubek vaginaku.

Setelah cairanku sudah terkuras habis, Batang Baja berkomentar.

“wuih, cairan lo banyak juga, Ras”, aku hanya diam tidak membalas perkataannya.

“Ras, boleh kan gue nyobain cairan lo?”.

Aku hanya mengangguk pelan karena aku sudah lemas. Mario menjilati cairanku yang ada di jarinya, dia menjilati jarinya sendiri sampai benar-benar bersih dari cairanku.

“waw, cairan lo manis kayak madu, jadi pengen lagi nih”.

Lalu Batang Baja melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang banjir karena cairanku sendiri bisa terlihat jelasnya.

“mmhh,,, memek lo menggoda banget”.

Batang Baja langsung membenamkan wajahnya ke lembah kenikmatanku yang sudah banjir oleh cairanku.

“sslluuurrppp….slluurrpp”, bunyi yang muncul ketika Batang Baja menyeruput cairan yang ada di daerah vaginaku.

Aku merapatkan kakiku sehingga kepala Batang Baja terhimpit kedua pahaku, rupanya Batang Baja tau kalau aku tidak mau dia berhenti sehingga dia lebih menaikkan frekuensi jilatannya dan ketika lidahnya mengenai klitorisku, aku merasa badanku dialiri listrik dan aku mendesah seperti orang yang sedang kecape’an. Batang Baja sadar kalau lidahnya mengenai klitorisku sehingga kini dia lebih memfokuskan jilatannya ke klitorisku. Karena G-spotku ada di klitorisku, aku lebih cepat mencapai orgasme daripada sebelumnya, tentu saja semua cairan yang keluar dari vaginaku langsung diseruput habis olehnya. Setelah orgasmeku yang kedua itu, aku melepaskan himpitan pahaku kepada kepala Batang Baja, tapi Batang Baja masih tetap membenamkan wajahnya di vaginaku untuk membersihkan sisa-sisa cairanku yang masih ada di bibir luar vaginaku.

“udah dong, jangan dijilat terus, geli tau”, kataku seraya menepuk kepala Batang Baja.

“he,,,he,,,he,,, sory, abisnya memek lo manis ‘n wangi banget, gue jadi gak mau pisah ama memek lo”.

“ah, ada-ada aja lo, tapi memek gue enak banget ya?”.

“beh, bukan enak lagi tapi mantab, btw lo juga bisa ngeluarin susu ya?”.

“ya, gimana susu gue?”.

“manis juga, lo pake apaan sih, kok bisa manis dua-duanya kayak gitu?”.

“mau tau?”.

“iya”.

“mau tau aja deh”.

“hmm,, dasar”.

“he,,he,, eh, gue aus nih, gue mau ambil minum, lo mau gak?”.

“sini, lo gue gendong”.

Tubuh telanjangku diangkat, lalu aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya dan melingkarkan tanganku ke lehernya, kami berdua seperti sedang bulan madu. Dia menciumi wajahku, dan bibirku selama berjalan ke dapur, aku membalasnya dengan melakukan hal yang sama.

“kita kayak suami istri aja ya”.

“kalo istri gue secantik lo, gue bakal ngentotin lo terus-terusan”.

“aahh, gue jadi malu, he,,he”.

Setelah sampai di dapur, Batang Baja menurunkanku dan aku mengambil minuman di kulkas dengan sedikit membungkukkan badanku sehingga pantat bulatku terekspos jelas ke Batang Baja, dan dia langsung menepuk pantatku.

“eh, nakal ya, pake nepok pantat gue segala”.

“abisnya pantat lo ngegemesin sih”.

“maksud lo?”.

“ya, pantat lo tuh bulet ‘n kenceng banget”.

“iya dong, siapa dulu pemiliknya, Rasti”, balasku sambil menggoyang-goyangkan pantatku ke arahnya. 

Lalu, aku minum air jus yang kuambil dari kulkas.

“loh, lo gak minum?”, tanyaku sambil menaruh gelas yang sudah kosong.

“ngapain minum kayak gituan, kan ada susu lo”.

Dengan semangat 45, dia langsung meremas-remas payudara kananku sedangkan payudara kiriku disedot Batang Baja sampai pipinya kempot. Susuku yang hangat dan manis langsung mengalir keluar menuju mulut Batang Baja.

“mmhh,,manis banget”.

“udah dong, lo kira gak geli apa”.

“he,,he,,sori deh”.

“gue cuma bercanda kok, sedot aja sepuas lo”.

“asik!!”.

Lalu dia menyedot susu dari payudara kanan dan kiriku secara bergantian selama kurang lebih 5 menit, lalu dia menyudahi sedotannya.

“udah belum minum susunya?”.

“udah puas gue minum susu lo, eh Ras, gantian dong, lo yang isep punya gue”.

“ah ogah ah”.

“ayo dong, pliis..”.

“emang untungnya apa gue isep punya lo?”.

“kalo lo isep punya gue, lo gue beliin apaan aja yang lo mau deh”.

“bener?”.

“bener, ya,,ya mau ya”.

“he,,he,, gue cuma becanda kok, gue bukan cewek matre kalee”.

“jadi lo mau ngisep ****** gue?”.

Aku membalasnya dengan tersenyum dan juga mengangguk. Aku berjongkok untuk membuka celananya, sementara Batang Baja membuka bajunya, setelah celana jeansnya sudah kubuka, aku langsung membuka celana dalamnya dan penis Batang Baja langsung menyembul keluar untuk menyapaku. Tanpa berpikir panjang lagi, aku langsung memasukkan penisnya ke dalam mulutku, aku langsung jilati kepala penisnya yang membuat pemiliknya menggelinjang, mungkin karena terasa nikmat sekaligus ngilu. Tiba-tiba Batang Baja menekan penisnya ke dalam mulutku, untungnya penisnya tidak terlalu panjang sehingga aku hanya sedikit tersedak, kini Batang Baja memaju mundurkan penisnya ke dalam mulutku seperti sedang menggenjot vaginaku.

Aku hanya bisa diam menerima sodokan-sodokan Batang Baja terhadap mulutku, tapi lama kelamaan aku merasa tidak enak juga karena penisnya yang gemuk memenuhi mulutku, sementara mulutku sedang digenjot olehnya tanganku memijati buah zakarnya dengan perlahan. Setelah beberapa menit, dia mengerjai mulutku, Batang Baja berhenti memompa mulutku sehingga kini aku yang bekerja, aku emut kepala penisnya secara perlahan sambil tanganku terus memijati buah zakarnya. Lalu aku telusuri batang penisnya dengan lidahku dari pangkal ke kepalanya dan sebaliknya, kemudian aku menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku, setelah puas bermain dengan penisnya, aku memainkan mulutku di buah zakarnya sampai-sampai daerah selangkangan Batang Baja basah semua karena jilatan-jilatanku. Tapi ketika aku sedang asik-asiknya menjilati lolipop daging milik Batang Baja, lolipop itu berdenyut-denyut yang menandakan sebentar lagi akan orgasme, dengan terpaksa aku menghentikan aktivitasku.

“yah, masa udah mau ngencrot sih?”.

“abisnya lo jago banget sih ngisepnya”.

“yaudah, kita cooling down dulu ya”.

“ok, tapi ke kamar lo yuk, capek nih berdiri”.

“iya, iya, yuk”.

Kemudian, aku dan Batang Baja pergi menuju kamarku dalam keadaan bugil, tentu saja dia menciumiku selama berjalan ke kamarku. Setelah sampai di kamar, Batang Baja menyuruhku untuk tidur terlentang di ranjang, tentu saja aku mengikutinya karena aku juga tidak tahan lagi ingin disuntik. Batang Baja naik ke atas ranjang dan menyiapkan penisnya di depan vaginaku, lalu Batang Baja melebarkan kakiku sehingga vaginaku yang bersih terlihat jelas. Dia mengelus-eluskan penisnya ke atas dan ke bawah menelusuri bibir luar vaginaku sehingga birahiku menjadi naik kembali, lalu Batang Baja menaruh kepala penisnya di pintu masuk lubang surga dunia milikku. Kemudian dengan perlahan dia memasukkan penis gemuknya ke dalam vaginaku yang sudah lapar akan penis, tanpa usaha yang keras, penis Batang Baja dengan mudah amblas ditelan vaginaku karena penisnya tidak terlalu besar dan juga karena vaginaku sudah dilumasi oleh cairanku sendiri.

Aku melingkarkan kakiku ke pinggangnya, sementara dia belum mulai memompa vaginaku karena dia ingin merasakan betapa hangat dan sempitnya vaginaku, selain itu dia juga ingin menciumku tapi tidak bisa karena tertahan perutnya yang gemuk. Akhirnya dia mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan irama yang perlahan untuk membiarkan aku terbiasa dengan penis gemuknya yang membuat vaginaku terasa penuh meskipun tidak terlalu besar. Sementara Batang Baja menggerakkan Mr. P nya keluar masuk vaginaku, Batang Baja juga meremas-remas kedua buah payudaraku dengan kedua tangannya sehingga susuku memuncrat keluar dari putingku. Sodokan demi sodokan menerjang vaginaku, rupanya Batang Baja belum terlalu lihai dalam hal mengaduk-adukkan tongkatnya di dalam vagina seorang wanita karena dia memompa vaginaku tanpa irama yang jelas, kadang cepat kadang lambat. Tapi meskipun pompaan Batang Baja tidak berirama, itu sudah membuatku menggelinjang keenakan.

Tak terasa sudah 20 menit Batang Baja mengaduk-aduk vaginaku dengan batangnya, kurasakan tubuhku sudah tidak tahan lagi menikmati kenikmatan yang bersumber dari vaginaku dan menjalar di sekujur tubuhku seperti aliran listrik. Dan akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi, tapi aku juga merasakan penis Batang Baja mulai berdenyut-denyut di dalam vaginaku sehingga aku harus menahan orgasmeku agar kami berdua mencapai klimaks secara bersamaan. Dengan susah payah aku menahan klimaksku sampai 5 menit ke depan.

“aahh,,,Ras,,,guuee,,,kkeeluuarr!!!”.

“gguuee,,jjugga”.

Akhirnya aku mencapai orgasme dan mengeluarkan cairan dengan deras dari dalam vaginaku, bersamaan dengan itu Batang Baja juga menyemburkan spermanya ke dalam vaginaku. Vaginaku benar-benar terasa hangat karena cairanku dan sperma Batang Baja bercampur aduk di vaginaku, aku merasakan Batang Baja menyemprotkan sperma ke dalam vaginaku sebanyak 5 kali semburan. Setelah penis Batang Baja sudah memuntahkan semua lahar putihnya, kami beristirahat dengan nafas tersengal-sengal, tentu saja Batang Baja sudah mencabut penisnya keluar dari vaginaku.

Aku merasakan hangatnya sperma dan cairanku mengalir keluar dari vaginaku menuju ke kasurku. Aku menolehkan muka untuk menatap mata Batang Baja, begitu juga dengan Batang Baja menatap mataku dengan penuh arti.

“Ras, maafin gue ya”.

“kenapa?”.

“gue ngencrot di dalam memek lo”.

“ya eelah, gitu doang, nyantai aja lagi”.

“bener, gak papa?”.

“bener kok, eh btw, lo udah berapa kali ngesex ama cewek?”.

“baru kali ini doang kok”.

“Hah? Yang bener?”.

“bener, emang kenapa?”.

“kok lo tau sih cara foreplay?”.

“kan gue cowok jadi gue tau caranya lewat film-film bokep yg gue pinjem dari TAURUS889”.

“oohh,,gitu”.

“nah, lo sendiri dari umur berapa udah gak virgin?”.

“jangan ah, itu rahasia gue”.

“oh, sori-sori”.

“gak apa-apa, eh iya, tugas kita belum selesai tuh, gara-gara lo pake nafsu segala”.

“sori banget deh, tadinya gue juga mau serius ngerjain tugas, tapi ngeliat lo pake hotpants, gue jadi nafsu”.

“yaudah, sana kerjain, gue mau mandi dulu biar wangi lagi”.

“tapi ntar gue boleh ******* ama lo lagi kan?”.

“nggg…tau deh, liat nanti ya”.

Aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang telah menjadi tempat pelampiasan nafsu Batang Baja sementara Batang Baja mengerjakan tugas. Setelah tubuhku wangi kembali, aku kembali ke Batang Baja dengan telanjang.

“Baja, gue telanjang aja, gak apa-apa kan? Kan lo udah ngeliat body gue ini”.

“iya, gue malah seneng kalo lo gak pake baju”.

“huu, dasar lo, udah sana lo kerjain tugas, gue mau nonton tv dulu”.

“eh, tapi ntar gantian ye, masa gue ngerjain sendiri”.

“ok, ntar bilang aja kalau lo udah capek”. 15 menit kemudian, Batang Baja sudah kelihatan capek.

“Ras, gantian dong, gue capek nih”.

“ok, lo istirahat dulu sana”.

Aku dan Batang Baja terus bergantian mengerjakan tugas kami sampai jam menunjukkan 7.30 malam.

“Ras, lo tinggal disini sendirian?”.

“iya, emang kenapa?”.

“apa lo gak takut?”.

“takut apa? Maling? Hantu? Gak takut gue”.

“tapi apa lo gak kesepian?”.

“iya sih, kadang-kadang sepi juga”.

“nah, kalo gitu, boleh gak gue nemenin lo sampe 3 hari?”.

“hah, kos-kosan lo gimana?”.

“gampang deh pokoknya, boleh ya?”.

“kok maksa banget, pasti ada maksud tertentu”.

“nggak, biar tugasnya bisa selesai”.

“apa bener, cuma ngerjain tugas, ngomong aja yang jujur ama gue”.

“hehe,,, gue juga pengen ngentotin lo sih, abisnya gue ketagihan ******* ama lo”.

“hmm, gimana ya?”.

“ayo dong Ras, pleaasee”.

“iya, iya, lo boleh nginep”.

“gue juga boleh belajar ******* ama lo gak?”.

“iya, iya, gampang, udah sana pulang ambil baju”.

“ok, Tuan Putri yang cantik secantik bidadari”.

“aah, jangan gitu dong, gue jadi malu nih,, hehe”.

“yaudah gue pulang dulu ya”.

Aku mengantarnya sampai ke pintu rumahku tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi tubuhku, ketika kami berdua berada di pintu rumahku, Batang Baja tiba-tiba merunduk dan menghisap susuku dari payudara kananku sementara tangannya meremas-remas payudara kiri.

“Bajaa,,jangan,,,ntar,,keetauaan oraang”.

“sori, sori, abisnya gue gemes banget ngeliat toket lo, montok banget sih”.

“huu, untung gak ada orang, jadi kita gak ketauan, udah sana”.

“yaudah, ntar gue balik lagi ya”.





Hanya dalam waktu 30 menit, Batang Baja sudah ada di depan pintu rumahku dan memencet bel, aku membukakan pintu dalam keadaan yang masih telanjang karena di rumah aku lebih suka tidak memakai apa-apa.

“Baja, cepet banget lo udah nyampe sini lagi”.

“soalnya gue udah gak sabar pengen ******* lagi ama lo”.

“huu,,dasar”.

Tiba-tiba Batang Baja menciumi leherku dan bibirku serta meremas-remas pantatku.

“Baja, sabar dong, tutup dulu pintunya, abis itu baru lo boleh ngapain aja”.

“ok, oh ya, kebetulan gue bawa viagra nih”.

“viagra? Lo emang niat bawa?”.

“iya, supaya bisa ngentotin lo terus-terusan”.

“yaudah, kalau gitu selama 3 hari lo bebas ngentotin gue sesuka lo asalkan lo yang ngerjain tugas”.

“ok, deal ya?”.

“deal”.

“ok, mulai yuk”.

Lalu Batang Baja meminum viagra dan langsung menggarap tubuhku semalam suntuk, dan jika efek viagra sudah habis, dia meminum viagra sehingga Batang Baja bisa mengobok-obok vaginaku dengan penisnya semalaman.

2 hari kulalui bersama Batang Baja di rumahku, kami satu kelompok dalam mengerjakan tugas final. Tugas yang kuanggap sulit itu bisa dikerjakan Batang Baja dalam 2 hari saja dengan imbalan yaitu aku harus melayaninya kapanpun dia mau, tapi aku tidak keberatan melayaninya kapanpun dia mau karena dia sangat lembut kepadaku. Selama 2 hari dia menginap di rumahku aku mengajarinya berbagai macam posisi saat bersetubuh supaya permainan kami lebih bervariasi dan tidak membosankan. Jam 10 pagi di hari ketiga, setelah puas menyetubuhiku, Batang Baja mengajakku ke kampus untuk menyerahkan tugas dan makalah laporannya.

“Ras, ayo, ke kampus nyerahin tugas”.

“ayo”.

“eh,, ras, ntar dikampus gue boleh gandeng tangan lo gak?”.

“emang kenapa harus gandengan tangan? Emangnya gue truk gandeng”.

“jangan marah dong, gue kan cuma nanya kalo lo gak mau juga gak apa-apa”.

“gue gak marah kalee, emangnya kenapa sih?”.

“temen-temen gue ngejek gue gak bakal dapet pacar..”.

“oh, gue ngerti, ntar di kampus gue pura-pura jadi pacar lo, ya kan?”.

“nah, lo tau, gimana lo mau gak?”.

“iya, gampang deh”.

“tapi misalnya gue nyium bibir lo di depan temen gue boleh gak?”.

“mmhh,, gimana ya?”.

“kalo lo gak mau juga gak apa-apa”.

“boleh kok”.

“yang bener lo? Lo gak malu? Lo kan celer di kampus”.

“gue gak malu, biarin aja apa kata orang, btw celer apaan?”.

“cewek populer”.

“ooh, ampir gue salah denger”.

“pasti dengernya peler, ya kan?”.

“hehehe…”.

Lalu kami pergi ke kampus, setelah menyerahkan tugas ke dosen, sang dosen memberi nilai A karena hasil kerja kami dibilang bagus oleh dosen itu. Aku sangat senang karena aku tidak mengerjakan apa-apa tapi dapat nilai A, setelah menyerahkan tugas ke dosen berarti aku bisa santai selama 2 bulan ke depan. Batang Baja mengajakku ke teman-temannya yang sedang berada di kantin.

“guyz, nih kenalin cewek gue”.

“Rasti, cewek lo? Mimpi aja lo, haha”, teman-teman Batang Baja mengejeknya.

“dibilangin, gak percaya, tanya aja langsung!!”.

“pasti si Batang Baja bo’ong, iya kan Ras?”.

“enggak, gue emang udah jadian ama si Batang Baja”.

“tuh kan, gue bilang apa”.

“ah, masih gak percaya, jangan-jangan lo ngancem Rasti y kan?”.

“beneran kok, yaudah, sekarang gue cium Rasti deh, kalo dia nolak berarti gue bo’ong”.

Lalu Batang Baja memelukku dan kemudian melumat bibirku, dia mainkan lidahnya di dalam rongga mulutku, aku menutup mataku dan membalas memainkan lidahku sehingga lidah kami saling membelit. Lumayan lama juga kami berciuman di depan teman-teman Batang Baja, mungkin sekitar 45 detik, lalu kami menyudahi ciuman kami.

“tuh kan, Rasti gak nolak”.

“wah,, enak banget lo ciuman ama Rasti, gue jadi pengen nih”.

“iya, gue juga”.

“sama”.

“enak aja, emangnya bibir gue gratisan”.

“bercanda doang Ras”.

Lalu kami tertawa bersama-sama.

“udah ya guyz, gue ama Batang Baja mau jalan dulu”.

“ati-ati Ras, tar kalo lo berdua makan, pasti lo ketempuan”.

“iye, kan si Baja makannye banyak”.

“dasar lo pade, ngejek gue mulu, udah ye, gue ama Rasti mau jalan dulu”.

Lalu kami berdua pergi meninggalkan teman-teman Batang Baja dan menuju tempat parkir.

“gimana akting gue bagus kan?”.

“bagus, apalagi ciuman lo”.

“hm, dasar lo, eh kita mau kemana nih?”.

“kemana ya, enaknya, lo maunya kemana?”.

“ke mall yang ada bioskopnya yuk”.

“ok”.

Lalu kami berdua naik motor dan pergi dari tempat parkir, aku sengaja memeluk Batang Baja karena selain aku takut, juga supaya dadaku tertekan ke punggungnya. Di tengah perjalanan, kami berdua mengobrol.

“Ras, gue boleh jadi pacar lo gak?”.

“maksud lo, jadi pacar beneran?”.

“iya, gimana boleh gak?”.

“tapi, bukannya lo suka ama Ana?”.

“iya, tapi kayaknya gak mungkin, lagian kan gue deket ama lo udah gitu lo lebih cantik dari Ana, jadi mendingan gue nembak lo, mumpung lagi ada kesempatan”.

“tapi ngapain kita pacaran, kan lo udah pernah ngeliat badan gue”.

“maksud lo?”.

“bukannya tujuan cowok macarin cewek biar bisa ngesex ama tuh cewek, ya kan?”.

“ya sih, tapi kan gue pengen punya pacar beneran”.

“bener mau jadi pacar gue?”.

“beneran, suer deh”.

“yaudah, kita pacaran”.

“asik”.

“eh, ati-ati, ntar nabrak”.

“sori, btw gue boleh manggil lo sayang kan?”.

“terserah kamu”.

“ok, sayangku”.

Setelah sampai di mall, kami makan makanan cepat saji.

“eit,, jangan makan yang itu”.

“kenapa?”.

“itu banyak minyak, tar kamu tambah gendut, mending kamu makan salad”.

“tapi,, kan enak”.

“mau kurus gak?”.

“iya deh iya”.

Setelah makan, kami langsung bergegas karena film yang akan kami tonton sudah mau dimulai. Film yang kami tonton film horor, karena aku tidak terlalu takut dengan film horor jadi aku menyaksikan film dengan biasa-biasa saja. Anehnya, Batang Baja malah menutup mata seperti orang ketakutan.

“kamu kenapa,, ketakutan ya?”.

“nnnggakk kok!!”.

“alah, jangan boong, muka kamu udah pucet gitu,,haha”.

“iya deh, aku ngaku”.

“badan doang gede, nyali ciut,”.

“jangan ngatain aku mulu dong”.

“maaf deh,,, ok?”.

“iya, Rastiku sayang”.

“sssttt,,, jangan berisik dong”, kata orang yang duduk di sebelahku.

“maaf,,maaf”. Lalu aku menyaksikan film horor lagi.

Setelah filmnya selesai, aku dan Batang Baja keluar dari studio. Batang Baja kelihatan pucat dan mengeluarkan keringat dingin.

“Ayang, kamu takut banget ya?”.

“he,,eh”.

“aduh kasihan ayangku,, yaudah kita jalan-jalan dulu supaya lupa”.

Selama kami berjalan-jalan, orang-orang di mall melihat kami dengan tatapan aneh. Tak sengaja aku mendengar percakapan dua orang ibu ketika aku dan Batang Baja melintas di depan mereka.

“kok cowok gendut kayak gitu bisa dapet cewek cantik ya?”.

“pake pelet kali ya”, lalu kedua ibu itu tertawa.

Kelihatannya Batang Baja tak menghiraukan perkataan kedua ibu tadi.

“sayang, kok pada ngeliatin kita sih?”.

“gak tau deh, udah biarin aja”.

“ngomong-ngomong aku pengen ke wc nih”.

“yaudah, kita ke wc dulu abis itu kita pulang ya”.

“ok deh, cewekku yang cantik ‘n seksi”.

“apaan sih, udah ah, yok ke wc”.

Tak lama kemudian, kami sampai di depan toilet.

“udah sana, aku juga mau ke toilet”.

“maunya bareng-bareng”.

“yee,, tar kalo aku masuk ke wc cowok, aku diapa-apain lagi”.

“yaudah kalo gitu, aku ke wc cewek”.

“kalo kamu mau digebukin sih silakan”.

“udah ah, jangan bcanda”.

Lalu aku masuk ke wc cewek, dan Batang Baja masuk ke wc cowok, tidak lama kemudian aku selesai dan keluar kamar mandi, kulihat Batang Baja sudah menungguku.

“ayang, kamu lama banget sih?”.

“namanya juga cewek,, lagian kan buat kamu juga”.

“hehe,,”.

“pake ketawa lagi, btw aku udah capek nih, pulang yuk”.

“yuk,,”.

Akhirnya kami pun pulang ke rumah, setelah sampai di rumah aku langsung menuju kamarku dan merebahkan tubuhku di ranjangku yang empuk sementara Batang Baja sedang memasukkan motor ke garasi. Tak terasa aku mulai mengantuk dan mataku juga sudah mulai menutup dengan perlahan, tapi aku terbangun lagi karena aku merasakan payudaraku sedang diremas-remas.

“sayang, jangan dong, aku mau tidur nih”.

“yah, aku udah gak tahan nih”.

“please yank, aku capek banget, mending kita tidur dulu, ntar terserah kamu deh, mau sampe pagi juga aku ladenin deh, tapi biarin aku tidur dulu ya”.

“bener ya, awas kalo bo’ong”.

“iya, iya, udah sini tidur di sebelahku”.

“kamu gak ganti baju dulu?”.

“oh ya, tapi aku telanjang aja ah, males ganti baju”.

“ntar aku nafsu, gimana?”.

“tahan dong, masa gak bisa sih”.

“cowok mana yang bisa nahan nafsu kalo ngeliat body kamu. Kamu pake baju aja udah bikin cowok nafsu, apalagi kalo telanjang”.

“yaudah, aku kelonin kamu supaya kamu tidur duluan”.

“gue boleh sambil nyusu kan?”.

“dasar kamu,,, yaudah boleh sambil nyusu, tapi jangan ngerangsang aku ya”.

“ok, ayangku”.

Lalu aku mengeloni Batang Baja dengan mengelus-elus kepalanya sementara Batang Baja menghisap kuat-kuat susu yang keluar dari putingku. Akhirnya, Batang Baja tertidur lalu melepaskan kulumannya terhadap putingku dan mataku pun mulai menutup hingga akhirnya aku berpetualang di dunia mimpi. Aku terbangun ketika merasakan daerah selangkanganku seperti sedang dijilat oleh seseorang, spontan kubuka mataku lebar-lebar dan melihat ke daerah selangkanganku, rupanya Batang Baja sudah membenamkan wajahnya diantara kedua pahaku dan menjilati vaginaku.

“aaahh,,,Bajaa...!!”.

“sori ayang, aku gak tahan ngeliat body kamu”.

“yaudah, lanjutin aja”.

Kemudian Batang Baja melanjutkan aktivitasnya yaitu menjilati vaginaku. Desahanku semakin kencang ketika lidahnya mengenai klitorisku, karena Batang Baja tau kalau lidahnya mengenai klitorisku, dia jadi lebih memfokuskan jilatan-jilatannya kepada daging kecilku yang sangat sensitif itu. Sapuan lidah Batang Baja membawaku ke puncak kenikmatan sehingga cairan vaginaku mengalir keluar dengan deras yang langsung diseruput habis oleh Batang Baja.

“memek kamu emang manis banget rasanya”.

“manis sih manis tapi bilang-bilang dong kalo ngejilat memek orang”.

“maaf sayang, jangan marah dong”.

“hehe,,kena kamu, aku cuma becanda kok, aku gak marah”.

“dasar kamu”, balas Batang Baja sambil mencubit putingku.

“yank, aku seneng deh nginep di rumah kamu”.

“iya, kamu seneng, aku repot”.

“repot kenapa?”.

“tiap hari kan, kamu minta jatah mulu sampe 5 jam lagi”.

“hehe,, maaf deh, lagian body kamu seksi banget sih bikin aku horny terus”.

“oh ya, coba kamu nimbang berat badan sana”.

Lalu Batang Baja menimbang berat badannya dengan timbangan berat di kamarku.

“wah, turun 2 kilo, tadinya kan gue 86 sekarang jadi 84, asik...”.

“gimana gak turun, selama kamu nginep disini kan jarang makan, paling-paling minum susuku udah gitu kan kita olahraga di ranjang terus jadi kamu keringetan pasti itu semua bikin berat kamu turun”.

“nah, aku ada ide, kan kita libur 2 bulan, gimana kalo aku tinggal disini terus kamu ngebantu aku diet”.

“yee,, enak aja, apa untungnya, adanya ntar aku malah repot”.

“yah, please, masa gak mau bantu pacar sendiri sih?”.

“yaudah, tapi 1 syarat kamu harus nurutin semua aturan diet yang kubuat ya, gimana?”.

“ok”.

“yaudah kalo gitu, tunggu bentar ya”.

“mau kemana?”.

“udah, tunggu dulu sini”. Aku pergi ke dapur dan membuat minuman, lalu kembali ke kamar.

“nih minum”.

“apaan neh?”.

“minum aja dulu, ntar baru komentar”. Kemudian, Batang Baja meminum minuman yang tadi kubuat.

“yang, minuman apaan nih? Kok aku jadi ngerasa kenyang kayak gini”.

“di minuman itu udah aku campur obat aku yang bikin orang jadi gak laper”.

“keren banget obat kamu”.

“lumayan kan, bisa ngebantu kamu diet”.

“iya, terus dietnya gimana?”.

“gini nih, kan kalau kita keringetan, berat kita bisa turun”.

“terus?”.

“nah, kamu harus olahraga terus supaya keringatan”.

“kapan mulai?”.

“sekarang”.

“hah!? sekarang, gimana caranya?”.

“yah, ayang masa gak ngerti”, balasku sambil mengelus-elus vaginaku.

“oh, olahraga ranjang, wah kalo dietnya kayak gini sih, aku jadi semangat”.

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment