Tuesday, June 19, 2012

Friska's Diary Chapter 5 : Penderitaanku Kembali Dimulai

Lari! Sembunyi! Itulah yang terus berada di otakku sekarang ini. Ia terus mengejarku semenjak aku pulang dari rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan kakakku. Ia terus mengejarku untuk melayani nafsu binatangnya. Aku tak berani keluar kamar hingga ayahku pulang. Selama ini aku kebutuhan panganku dapat terpenuhi melalui memesan delivery yang langsung diantarkan ke kamarku. Tubuhku terlihat sedikit kurus karena sudah 3 hari ini aku hanya makan satu kali. Mungkin kalau mentalku tidak kuat aku akan bunuh diri disini. Aku masih ingin hidup!!!! Aku masih mau menikmati masa mudaku! Aku tidak mau kehilangannya begitu saja. Uang yang diberikan ayahku sudah mulai menipis. Aku harus hemat hemat untuk dapat bertahan hidup dikamarku. Hari hari kuhabiskan hanya menonton tv. Kakakku bagai singa kelaparan memasang cctv didepan pintu kamarku sehingga jika aku keluar kamar ia bisa langsung tahu dan akhirnya ia dapat memangsaku.

*** awal dari penderitaanku ***

“Krrryuuuukkkk………..” Aku memegang perutku. Rasa lapar ini sudah tidak bisa di tahan lagi. Aku harus mencari sesuatu yang bisa di makan. Dari kemarin, kerjaanku hanyalah meminum air dari keran kamar mandiku. Semua air yang keluar di rumah ini sudah melalui proses pemasakan dan sterilisasi, jadi jika aku kehabisan stock air mineral, aku bisa meminumnya dari keran. Nasibku di sini sudah seperti tahanan, lebih tepatnya tawanan perang yang tidak diberi makan dan tidak boleh kemana mana. Oh malangnya nasibku. Kalau aku keluar pastinya seribu jebakan akan datang mengancam diriku. Mau tidak mau aku harus mencoba mengatur siasat. Waktu terus berjalan. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 19.00, mungkin kakakku sudah bosan menungguku sekarang ini. Aku mencoba untuk membuka pintu kamarku perlahan. Aku melihat sejenak ke luar, sepertinya kosong. Aku mengeluarkan foam yang biasa kupakai untuk mengerjai temanku yang berulang tahun dulu, kemudian aku menyemprotkan foam itu ke arah cctv. Aku langsung buru buru keluar dari kamarku dan beranjak menuju kamar tamu yang terletak tidak jauh dari pintu utama. Aku buru buru masuk dan mengunci pintu kamar tamu yang sekarang ini menjadi tempat pelarianku. Semua aman terkendali. Aku sedikit menghela nafas. Tiba tiba lampu menyala dan aku sangat terkejut melihat kakakku berdiri didekatku sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Wuaaaaaa!!!!” Aku berteriak memekik ketika melihat kakakku.

Belum sempat aku membuka kunci pintu itu lagi, aku sudah dipiting oleh kakakku kemudian ia melempar tubuhku diatas ranjang tamu.

Oh tidak! Jangan lagi! Aku tidak mau.

“Kakak ampunn aku ga mau kakkk, tolonggg toolll…hhhmmmfffhhhpphhh” teriakanku berhentik ketika bibirku sudah dibekap oleh tangannya yang cukup besar.

“Hhmmmhh… Udah lama kamu yah gak mau main ama aku.. Dasar sombong”

Aku hanya bisa melotot karena tangan dan mulutku terkunci oleh kakakku. Aku tidak bisa meronta lebih kuat lagi karena tenagaku sudah terkuras habis dan asupan makanan juga sedikit sehingga tubuhku serasa lemas sepanjang hari. Tubuhku merinding dan melemas sejenak ketika kakakku menjilati tengkukku.

“Oohhh sssshhhh” aku mendesis nikmat. Lama sekali aku tidak merasakan perasaan ini.

“Tuhkan kamu munafik banget jadi cewe, baru di giniin aja uda terangsang” ejek kakakku sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Kak jangan, aku ga mau… Ooohhhhh” sial! Kakakku sedang berusaha membangkitkan birahiku. Ia sengaja menekan nekan payudaraku sehingga membuatku sedikit terangsang hebat.

“Yakin ga mau? Kalo di giniin gimana??” Tanya kakakku sambil meraba raba selangkanganku sehingga refleks kedua pahaku menjepit tangan kakakku.

Aku hanya menunduk malu dan mengalihkan pandanganku dari kakakku.

Perlahan kakakku membuka baju kaos ketat yang kugunakan sehingga kini aku hanya tinggal memakai bra warna pink serta celana pendek model hotpants yang masih melindungi daerah terlarangku. Refleks aku menyilangkan kedua tanganku walau aku sudah sering begini dengannya tetapi masih saja ada rasa malu. Ini adalah kesempatanku untuk kabur dari kamar ini. Aku harus berusaha menggoda kakaku. Dengan tatapan nakal aku mulai berbaring kembali dan aku pura pura tertidur. Sepertinya kakakku sudah mulai terburu nafsu. Ia mulai menindihku kemudian membalikkan tubuhku hingga kini aku terbaring terlentang dihadapannya. Kemudian ia mulai mencium bibirku dengan ganasnya. Aku hanya bisa mengimbanginya sesaat sampai akhirnya ketika aku mulai kewalahan karena ia sudah menyingkap bra ku dan memalinkan puting payudaraku. Itu adalah salah satu titik sensitiveku yang bisa membuatku menyerah oleh nafsu.

“Aaaaahhhhhh kakkk” aku mendesah nikmat ketika ia mulai mempermainkan puting susuku.

Oh tidak, rencanaku terancam gagal total. Tapi, aku sudah terlalu enak, aku ingin merasakan yang lebih dari ini. Semua pikiranku berkecamuk karena di satu sisi aku tidak ingin menjadi budak seks lagi tetapi di sisi lain aku menikmatinya.

“ketawan deh acting kamu…” ejek kakakku penuh kemenangan.

Ia menjilati tengkukku kemudian ia membisikkan sesuatu di telingaku

“hmm kali ini kamu akan aku bikin lemes sayang..” bisik kakakku yang membuatku bergidik ngeri.

“kak, please, aku mau keluar” pintaku manja.

“ckckckck” kakakku menggeleng gelengkan kepala. “kamu ini manusia macam apa sih, masa baru di giniin aja uda mau keluar??” ejek kakakku yang sukses membuat mukaku memerah.

“bukan itu… tapi aku mau keluar rumah” kataku sedikit terbata bata.

“kamu mau pergi ke mana sayangg.. ??” Tanya kakakku sambil menciumi tengkukku.

“nggghhh… aku mau makan kak.. please kakk…….” kataku sambil membelai rabut kakakku dan memeluk kepalanya.

“hmmm… tapi abis itu kamu jangan kabur ya”

“iya iya iya.. aku ga kabur kok…” kataku sedikit semangat.

“apa jaminannya?” Tanya kakakku singkat yang membuat aku berhenti bersemangat.

“emm… kakak ambil aja jam tanganku yang di belikan papa di eropa” jawabku memberikan negosiasi.

“hmmm gak mau” jawab kakakku singkat.

“bukannya itu yang kakak mau dari dulu??” tanyaku heran.

“Itu masih belum menarik Fris, coba yang lain…” jawab kakakku sedikit angkuh.

“trus maunya apa dong kak??” Tanyaku.

“hmm aku mau kamu pake ini aja sebagai jaminannya” tawarnya sambil mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. alat itu bentuknya seperti torpedo dan ada sedikit kabel yang menempel di alat itu.

“apa itu kak??? Eeehhh….. ehh mau apa sih” belum sempat aku tau itu apa, kakakku sudah dengan kasar memeloroti celana berikut celana dalamku kemudian ia mengangkangkan pahaku.

“kakak mau apa… ehh.. jangan macam macam kakk nggghhhhhhhh” aku terkaget karena kakakku menjilati bibir vaginaku. Yang membuatku meninggit bibirku sendiri.

“rasanya memang beda dengan wanita lain. kamu lebih enak sayang..ssrrlllppppp” kata kakakku sambil menjilati serta menyeruput bibir vaginaku yang membuatku menggeliat kesana kemari.

“kakkk oohh… udaaaahhh …aduuhhhhh” aku sedikit terkejut sesuatu benda dingin tertancap di dalam liang vaginaku.

“ih apaan sih kak..” protesku.

ia kemudian mengeluarkan sebuah remote kecil dan…

“ctekk”

“aaahhhhh……..” aku langsung mengeluh nikmat benda itu bergetar cukup keras di dalam vaginaku.

Badanku menggeliat karena siksaan alat ini. Tanganku lemas saat akan mengambil dan mencabut kabel yang ada di antara bibir vaginaku.

“kakkk ooohh…. Udahhhh pleaseee” aku memohon kepada kakakku berharap ia menyudahi siksaannya dengan mainan barunya ini. Kakakku sukses menjinakkanku. Aku kalan.

“Inget ya sayang, kamu jangan macem macem atau alat yang ada di dalam sini”

“awww” aku memekik kecil ketika kakakku tiba tiba mencengkram vaginaku.

“akan bergetar menyiksamu dengan kenikmatan itu” lanjutnya.

“sekarang pakai bajumu kakak tunggu di mobil, jangan lama yah karena kakak masi ingin main sama kamu” aku mengelak ketika tangan nakal kakakku berusaha membelai daguku.

Mukaku memerah, aku gagal menjalankan siasatku. Kini aku sudah terjebak dalam pengaruh nafsu birahiku sendiri.

*** kegilaan kakakku di Restoran ***

Singkat cerita kini aku sudah berada di sebuah restoran italy. Kakakku sempat meremas payudaraku pada saat di perjalanan, untungnya kaca film mobil sports milik kakakku sangat pekat sehingga tidak ada yang dapat melihat apa yang kakakku perbuat terhadapku. Ah sudah lama sekali aku tidak ke sini. Sejak Ayah mulai sibuk dengan urusan kantornya dan tender tender yang membuat keluarga kita semakin makmur. Ketika aku turun dari mobil tiba tiba kakakku kembali mengaktifkan alat itu.

“Ngghhh kakk jangan please” badanku sedikit bergetar menahan rasa nikmat bercampur geli yang terpusat pada liang vaginaku.

Aku memutuskan untuk kembali duduk di mobil.

“kak, please” kataku.

Badanku membungkuk menahan rangsangan yang diberikan oleh alat itu.

“hehe iya deh,,” kata kakakku mengabulkan permintaanku. Kemudian kami berdua langsung masuk kedalam restoran dan menduduki tempat yang sudah dipesan oleh kakakku. 1 meja kecil untuk 2 orang. Di tengah tengah meja terdapat sebuah lilin dan seorang pelayan dating dan menyodorkan buku menu kepada kami.

“emm… kak” kataku sedikit ragu.

“kenapa?” Tanya kakakku.

“kakak yang bayar kan?” tanyaku lagi sedikit berbisik.

“hmmm tapi ada syaratnya!” jawab kakakku

“apa?” tanyaku penasaran.

“tapi kamu mau melakukannya gak?” tanyanya meyakinkan kemauanku.

“iya kak” jawabku tanpa pikir panjang karena perutku sudah benar benar lapar.

Akhirnya aku memesan 3 menu sekaligus untuk mengganjal perutku. Restoran ini lumayan ramai. Banyak pelayan berlalu lalang di depan meja kami.

“kak aku mau ketoilet” izinku.

“gih sana” jawab kakakku singkat. 

Akupun berdiri dan berjalan menuju toilet. Di tengah jalan tiba tiba alat ini bergetar sendiri. Aku melihat ke arah kakaku yang tersenyum melihatku seperti ini. Aku berjalan perlahan sedikit tertatih tatih berusaha menjaga sikapku. Sesampainya di WC, aku hanya bisa menyeka keringatku. Ini benar benar membuatku gila. Alat ini telah menguasaiku sepenuhnya. Aku berjalan pelan pelan, bahkan seorang pelayan menanyaiku

“nona, kamu baik baik saja?”

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan memberikan sedikit senyuman kepada pelayan itu. Akhirnya dengan penuh perjuangan, aku sampai juga di mejaku. Disana sudah tersaji pesanan kami. Aku yang sudah tidak bisa menahan laparku ini segera duduk dan membentangkan serbet penutup baju agar tidak terkena makanan. Aku sedikit lega karena alat ini tidak menyiksaku pada saat aku makan. Aku makan cukup banyak, seperti orang kelaparan saja. Ahh akhirnya kenyang juga. Pelayan datang dan mengantarkan makanan penutup berupa pudding yang nampaknya lezat, tidak pikir panjang aku langsung menyantap pudding itu. Tiba tiba ada seseorang yang memegang kakiku dan meregangkan kedua pahaku. Meja ini memang type meja restaurant yang di mana taplak mejanya menutupi seluruh bagian meja hingga ke lantai. Aku sedikit cemas. Siapa di bawah situ. Perlahan singkap sedikit taplak meja itu. Betapa kagetnya aku melihat kakakku berada di kolong mejaku. Oh tidak sejak kapan ia masuk ke kolong meja.

“Kakakk kau sudah gila ya!!” Omelku pelan takut ada yang mendengarnya.

Tetapi kakakku malah menarik kursiku sampai badanku mentok dengan meja dan kakiku masuk semua ke dalam meja. Celana hotpants yang kupakai ditariknya beserta celana dalamku. Untungnya bangku modelnya tertutup semua sehingga orang orang tidak dapat melihatku. Tepatnya tidak dapat melihat bagian bawahku.

Keringatku mulai bercucuran karena kakakku sudah mulai memberikan rangsangan rangsangan disekitar vaginaku.

“Ssshhhh” aku berdesis nikmat ketika alat yang sedari tadi menyiksa diriku kini sudah di cabut.

Kini kakakku mulai melancarkan aksinya. Kedua selangkanganku membekap kepalanya karena vaginaku terus dirangsang oleh lidahnya. Aku hanya bisa menahan gairah dan nafsu yang telah menggebu gebu ini. Aku hanya bisa bersikap normal didepan para pengunjung restoran ini. Sambil menyendoki puding, aku mulai memakan pudingku dengan perlahan.

“Emmmphh” aku menggigit bibirku ketika lidah kakakku berulang kali memainkan clitorisku.

Benar benar rasa nikmat ini tidak dapat kutahan. Aku tidak tau lagi harus bagaimana lagi aku harus menahan gairah ini. Ahh aku sampaii.. Aku mau aku mauu.. Ahhh akhirnya tubuhku mengejang semua. Nafas panjang keluar dari mulutku. Aku lega karena aku telah orgasme. Sepertinya kakakku pun sudah selesai menyiksaku. Aku segera membungkuk dan menarik hotpantsku.

“Awww, kak jangan aku ga mau pake itu” bisikku ke kolong meja. Tetapi kakakku terus memaksakan memasang alat itu.

Mau tidak mau aku harus menerimanya. Akhirnya penderitaanku usai sudah. Kami bergegas pulang kerumah tetapi sepanjang jalan, kakakku malah menyalakan alat ini lagi. Aku yang sudah kelelahan karena menahan rasa nikmat bercampur geli itu sedari tadi sehingga membuatku merasa sangat lemas. Celana dalamku sudah lembab dan aku sudah lelah mengejang nikmat dari tadi.

“kak, nggghhhhh… to…loongg… mmmaa tikaann… aallaatnyaa” kataku sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri dalam mobil.

******

Seorang berpakaian jas terusan berwarna hitam sedang melihat kedua kakak beradik itu sedang naik ke mobil. Dengan mobil sport 2 pintu miliknya, ia bergegas mengikuti ke mana mobil itu pergi.

******

Dingin, hanya itu yang ku rasakan saat ini, entah mengapa sepertinya badanku dapat merasakan langsung bersentuhan dengan bedcover yang menyelimutiku Aku mulai membuka mataku aku sedikit heran, Dimana aku ini? Jam berapa sekarang? Sepertinya aku kenal dengan kamar ini.

“eeehh” aku kaget karena ketika aku menarik tanganku, ternyata tanganku sudah terikat. Kaki ku juga. Dan aku dalam keadaan bugil. Oh tidak! Jangan lagi!! Aku tidak mau seperti ini LAGI. Papa… tolong aku.

“kamu sudah bangun ya sayang… hehehe” sapa kakakku yang baru masuk dari pintu kamar.

“Lepasin kak!! Apaan sih di kaya giniin segala” kataku sedikit emosi.

Kakakku tak menjawab, ia malah mulai membuka bajunya hingga bugil. Kemudian ia menaiki tempat tidur tempat dimana aku terikat tak berdaya.

“hhhffffhhhhhhhhhhdmmmhhfffffhhhhhhhhhhhhhh”

aku terkejut ketika kakakku memasngkan sebuah bola, bentuknya seperti bola golf dengan lupang lubang di sekitarnya. Kemudian ia mengaitkan sebuah tali di antara ujung dan ujungnya sehingga aku seperti memakai masker tetapi mulutku malah menganga. Ketika aku mencoba bicara, yang ada malah air liurku yang terlus keluar dari mulut. Oh takdir apakah ini?! Kenapa aku menjadi seperti ini LAGI? Belum sempat aku berpikir dan meratapi nasibku, tiba tiba kakakku menancapkan penisnya. Kedalam liang vaginaku.

“aaaarrgghhhh aaaaaakkk aaaiiiitttttttt (kak sakit)” pekikku tertahan oleh bola itu karena liang vaginaku kering sehingga tidak ada pelumas didalamnya untuk melancarkan masuknya penis kakakku.

“a a kkkkkkkkk aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrgghhhhhh…. aa….iitt(kakak argh sakit)” kataku berteriak kemudian meringis ketika kakakku mempercepat gesekan penisnya di liang vaginaku yang masih kering ini.

Air liurku berceceran di sela sela bibirku, rambutku yang panjang kini sedikit lepek karena terkena air liurku. Sementara itu kakakku masih tetap menggenjot liang vaginaku yang masi kering ini. Apa jadinya berhubungan sex tanpa melakukan foreplay dulu, sepertinya kakakku ingin menyiksaku T_T 15 menit aku berteriak teriak tertahan karena kesakitan. Air mataku mengucur deras karena rasa sakit tak tertahankan pada vaginaku. Sepertinya dinding dinding vaginaku robek oleh penis kakakku. Mungkin kakakku tidak tega melihat adiknya seperti ini, kemudian ia membuka bola yang terpasang di mulutku.

“aaarrrgghh kakakkkkkkkkk sakiittttt tau.. Pelan pelan kek!!” kataku berteriak ketika bola itu sudah terlepas dari mulutku.

“ini baru nikmat sayangggg” teriak kakakku sedikit bergairah.

30 menit berlalu, aku masih saja menjadi korban kakakku, kini semua teriakan kesakitanku mulai berubah menjadi lolongan kenikmatan karena kini aku sudah mulai terangsang sehingga mulai ada cairan vaginaku yang keluar membasahi liang vaginaku yang kering.

“aaaahh… kakkkkkkkkkkkkkkkk” aku berteriak kencang ketika aku mencapai orgasme pertamaku.

Kedua tanganku yang terikat di ujung-ujung ranjang menggenggam tali dengan kuat dan tubuhku terlonjak lonjak menyambut gelombang orgasme yang tak kunjung mereda.

“kakk aaahhhhh berenti kaakkk aaaahhhh ngiluuuu… adduuhhhh” kakakku tak kunjung berhenti menggenjot tubuhku. Rasa ngilu terus menghampiri bagian vitalku ini ketika bergesekan denga penis kakakku.

Tak lama setelah itu kakakku menggeram dan ia memuncratkan spermanya di dalam vaginaku. Oh tidak bagaimana kalau aku hamil!

“kak! Kalau aku hamil gimana?!” tanyaku panic.

“Tenang sayang tadi pas kamu tidur di mobil, kakak uda cekokin kamu pil KB kok hehehe” kekehnya bangga.

Aku bernafas lega mendengar hal itu.

Kakakku perlahan mencabut penisnya dari liang vaginaku. Rasanya ngilu bercampur nikmat.

“kak, lepasin” rengekku manja.

Tanpa basa basi kakakku melepaskan seluruh ikatan yang mengikat tubuhku. Kemudian aku langsung menarik bedcover dan aku pura pura ngambek dengan tidur menyamping membelakangi kakakku.

“kamu kenapa sayang?” bisik kakakku yang ikut ikutan masuk ke dalam bedcover dan memelukku dari dalam.

Terasa sekali penis kakakku menempel di dekat buah pantatku. Aku hanya diam saja tak bicara. Kemudian aku membalikkan badan. Aku menatap penuh harap.

“kak”

“ya?”

“sampai kapan Friska harus begini?” tanyaku yang membuat mataku sedikit berkaca kaca.

Kakakku terdiam.

“Friska Cape kak! Hhhkk…. Cape.. Friska ga bisa bergaul, Friska ga punya temen kak” tangisku mulai meledak.

Sepertinya kakakku kali ini mengerti, ia membelai rambutku kemudian ia mendekatkan kepalaku ke badannya.

“cup cup.. jangan nangis sayang” bisik kakakku.

Tak ada lagi hasrat nafsu di sini. Ntah mengapa kakakku bisa seperti ini. Kakak yang tega dan keji dan biadap terhadapku bisa berubah menjadi seperti ini. Apakah ini adalah salah satu siasatnya? 

“maafkan kakak, kakak ga akan kaya gini lagi sama kamu” kata kakakku sambil mencium rambutku.

Akhirnya aku tertidur di dalam pelukan kakakku. Kamu berdua tertidur dalam keadaan bugil di kamar kakakku. Kali ini perasaanku merasa lebih baik.

****

Pria dengan mobil sport itu berhenti di depan kediaman Friska. Ia turun dan berjalan setengah mengendap. Kemudian dengan kawat yang ia bawa, ia bisa mencongkel pintu masuk kedalam rumah. Dengan sigap ia mulai mencari wanita yang ia cari kesetiap ruangan di rumah itu.

“Friska, bangun!” bisik seseorang yang sepertinya ku kenal.

“hey bangun!” bisik orang itu lagi.

Aku mulai membuka mataku perlahan. Aku mengerjap ngerjapkan beberapa kali karena pandanganku masih buram. Seorang pria memakai kaos dan celana jeans panjang dengan gaya rambut khas harajuku. Hmmm, siapa dia?! Aku langsung terbangun dari tidurku.

“mmhhhhhhhgffdffhfhhffhhhh” ia membekap mulutku. Kemudian pria itu meletakkan telunjuknya di arah bibirnya menandakan isyarat aku harus diam.

“ini aku Rendy, masa kamu lupa!” bisiknya.

Aku tersadar akan mukanya, karena penampilannya sedikit berubah dari yang dulu. Kemudian secara refleks aku memeluknya dengan erat. Aku merasakan sesuatu sedang bergejolak di dalam diriku. Tetapi itu semua pudar karena aku tersadar karena aku sedang bugil di depannya. Aku langsung melepas pelukanku dan menarik bedcoverku sehingga menutupi sekujur tubuhku. Aku melihat sekeliling tapi aku tidak menemukan kakakku.

“Mana kakakku?” tanyaku heran.

“ia sedang keluar tadi bersama temannya” terang Rendy.

“Friska ayo kita pergi dari sini!” ajak Rendy.

“Aduh Ren, kamu jangan macem macem deh, nanti kalo papaku tau bisa kacau urusannya!” tolakku halus.

“Fris, daripada di sini kamu jadi budak seks kakakmu!” teriaknya sedikit tetapi masih dalam keadaan berbisik.

“PROK PROK PROK (tepuk tangan) BAGUS!! Baru di tinggal sebentar ternyata ada tamu tidak di undang di sini!”

Aku terkaget ketika kakakku membuka pintu kamar sehingga Rendy siap siaga untuk melindungiku. Ia mengambil kuda kuda untuk melawan kakakku.

“oh, loe berani sama gue?!” bentak kakakku.

“EH BAJINGAN TENGIK!! Jangan ganggu FRISKA! Ato loe berurusan sama gue!” bentak Rendy. Entah kenapa perasaaanku berdegup kencang ketika Rendy mengucapkannya, hatiku sedikit berbunga bunga.

Tetapi apa yang terjadi selanjutnya membuat situasi berbalik. Kakakku dengan gampang membuka laci di samping beja belajarnya kemudian ia mengambil pistol handgun aku tidak mengetahui type berapa tetapi itu adalah pistol ASLI yang di berikan papaku dari kedutaan besar New Zearland. Kakiku melemas, aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti.

“Berani macam macam? 10 peluru di sini bakal gue sarangin di tubuh Loe!” bentak kakakku.

“Rendy, udah Ren jangan macem macem Ren” kataku panik.

Mendengar perkataanku itu, Rendy kemudian menurunkan kuda kudanya kemudian ia tertunduk lemas.

“aww.. kak jangannn” kataku meronta karena kini kakakku menerkamku di atas tempat tidur.

Kini ia sudah menindihku dan memegang kedua tanganku dan menekannya hingga sejajar dengan kepalaku. Aku tidak bisa berbuat apa apa, tubuhku sudah di tindih, tanganku sudah tidak bisa bergerak lagi.

“BAJINGAN!!! LEPASIN FRISKA!!!!” teriak Rendy yang matanya mulai memerah seperti orang sedang kurang tidur.

Tetapi Rendy tetap mematung mengingat pisol itu masih dipegang kakakku. Kakakku membangunkanku dan mendudukkanku sehinggia kini posisiku berduduk dengan bersadar dengan kakakku, lalu arah dudukku menghadap kearah Rendy. “hey bocah ingusan, kamu mau belain cewe kaya gini? Yang bisa di giniin” kata kakakku lalu ia melumat bibirku dengan ganasnya. Aku hanya pasrah karena tenagaku sudah habis. Perasaanku sungguh panas, kenapa aku tidak bisa melawan?!

“Atau bisa di giniin?” Kakakku membelai bibir vaginaku dan memainkan clitorisku.

“Ngghhhh..aaahhhhh” aku meleguh sejadi jadinya ketika kakakku semakin cepat menggesek gesek tangannya di bibir vaginaku.

Kakakku beranjak dari tempat tidur kemudian mendekati Rendy. Ia mengoleskan jari jarinya yang belepotan dengan cairan vaginaku di muka Rendy.

“Kakak!!! Stopp jangan seperti ini” Kataku membela Rendy.

“Kamu yakin mau kakak lepasin dia?”

Aku mengangguk.

“Sekarang kalian ikut aku” ajak kakakku.

“Tunggu!! Aku mau pakai baju dulu”

Aku mengambil bajuku yang berserakan di pojok kamar dan memakainya. Aku melihat Rendy dan kakakku sedikit menelan ludah ketika aku memakai bajuku. Kemudian kami berdua keluar dari kamar dan menuju sebuah ruangan. Astaga!! Itu, itu, ituu…Kakakku membawa kami menuju sebuah ruangan yang tadinya dijadikan tempat latihan band, tetapi belum selesai kerjakan ternyata band kakakku sudah bubar.

“Kalian masuk” perintahnya.

Kami berduapun masuk ke dalam kamar itu dan pintupun ditutup dan di kunci oleh kakakku.

“Iihh kakak bukainnn apaan sihh ga lucu dehh!!” Teriakku dari dalem. Sementara Rendy hanya diam saja.

Akhirnya aku menyerah juga. Aku menyenderkan tubuhku dan akhirnya aku merosot turun ke bawah hingga aku terduduk dilantai. Sementara Rendy duduk di sebelahku.

“Aku kawatir dengan keadaanmu” omongnya membuka kesunyian di ruangan ini.

“Kenapa kau datang ke sini?” Tanyaku dingin.

“Aku ingin membawamu pergi”

“Kemana? Kau mau menculikku?

“Ya, bisa dibilang aku mau menculikmu”

“Tapi kenapa kau lakukan ini? Kau lihat sendirikan akibat perbuatanmu kau sendiri yang berada di sini” kataku sedikit kesal.

“Asalkan bisa bersamamu, apapun akan kulakukan”

Hatiku sedikit bergetar mendengar kata yang terucap dari mulut Rendy. Suasana hening.

“Kau tau betapa aku mengkhawatirkanmu pada saat dirumah sakit?”

“Kau tau sejak kejadian itu aku mencintaimu?”

Ia terus bertanya. Tetapi aku hanya bisa berdiam diri. Aku tidak tau harus berkata apa.

“Kenapa kau bisa mencintaiku? Aku orang yang penuh dengan noda” kataku yang sedikit membuat mataku berkaca kaca.

“Kamu ga boleh munafik! Aku juga sama sepertimu!! Jadi kamu jangan pernah bilang kalau kamu penuh dengan noda” bentaknya yang membuat aku kaget.

Aku menangis terisak. Kepalaku menyandar ke bahunya. Airmataku mulai menetes keluar dari mataku.

“Sudah jangan menangis” ia mengelus ngelus kepalaku.

Bibirku yang cukup memerah sepertinya cukup menggoda Rendy untuk mendekat.

Semakin dekat! Lebih dekat lagi! Dan…Seekor makhluk yang paling kubenci melintas di depan kami.

“KECOAAAA!!!!! Aaaaaaaaaaaaaa!!!!” Aku berteriak kemudian bangun dari dudukku. Rendy yang melihat kecoa itu juga langsung bangun.

Aku bergegas menuju pojok dari ruangan ini dan menghindari makhluk mengerikan itu.

“Hhhiiiiiiii” Rendy bergidik dan melompat ketika kecoa itu bergerak ke arahnya.

“Itu itu ambil itu” perintah Rendy menunjuk sebuah buku majalah milik kakakku.

Ia pun mulai mengambil ancang ancang untuk segera membunuh kecoa itu.

1….2…3! Hyaaatt!! Bukkk…. Tetapi sang kecoa tidak segampang itu untuk dibunuh.

Rendypun gagal. Tapi….Sang kecoa mendekatiku.

“Aaaaa… Rendyy tolongggg” teriakku ketika kecoa itu mulai mendekatiku.

Aku berlari mendekati Rendy karena aku takut bila makhluk menjijikan itu menyentuh tubuhku.

“Bunuh dia Renn” kataku berlindung dibalik pundak Rendy.

Aku sebenarnya sedikit tertawa geli ketika ia juga ketakutkan dengan kecoa.

“Kali ini kau tidak akan lolos kawan” ia menyumpahi kecoa itu kemudian ia membuka majalah itu sehingga lebih luas dan semakin besar kesempatan dapat membunuh kecoa itu.

Dannn hupppp!!!! Kretek kretekkk krenyess krenyess… “Mati kau mati kauu dasar makhluk sialan” kata Rendy sambil menginjak injak kecoa itu.

“Makasihhh” kataku reflek kemudia memeluknya dari belakan.

Kami berdua cukup lelah. Hawa yang ada dikamar ini sungguh diluar dugaan. Sungguh panas dan pengap. Sementara itu nafas kami berdua masih terengah engah karena ulah kecoa itu sehingga membuat persediaan oksigen disini semakin tipis.

“Ren, panas banget di sini” kataku sambil mengayunkan tanganku berharap mendapat udara segar.

“Atur nafasmu” perintah Rendy yang masih melihatku masih terengah engah.

Kesadaranku mulai hilang karena menghirum karbondioksida.

“Ren, heehhhhh(suara nafasku berat) tolong sampaikan heeehhh…permintaan maafku kepada ayah” setelah mengucapkan kalimat itu. Aku masih dapat mendengar suara Rendy.

“Friska!! Heyy jangannn jangan berhenti bernafas” heyy Friska!!!”

Tidakkk………. 

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment