Tuesday, June 19, 2012

Friska's Diary : Behind the scene of Nana

Namaku Nana, gadis keturunan Chinese Filipina, postur tubuhku memang mungil dan aku bersyukur karena dikaruniai wajah yang cantik serta kulit yang putih. Ayahku warga negara Indonesia keturunan Chinese, sementara ibuku juga warga negara Indonesia namun masih ada keturunan Filipina dari almarhum nenekku. Aku terlahir di keluarga yang cukup kaya dan ayahku adalah direktur utama salah satu perusahan pertelevisian di Indonesia. Aku adalah putri satu satunya di keluargaku. Aku merupakan anak paling kecil di antara ketiga kakakku. Kakak pertamaku Gerson, berumur 29 tahun dan sudah menikah sekarang tinggal di NewYork bersama isterinya menjalankan bisnis mertuanya yaitu pengiriman cepat Fedex yang berpusat di Amerika. Sementara kakak keduaku Shendy, berumur 25 tahun dan ia bekerja sebagai pemilik salah satu provider internet berbasis wireless connection terbesar di Indonesia. Dan aku anak ke 3 dari pasangan ayah ibuku dan sekaligus anak paling bungsu. Memang aku adalah anak pendiam. Kerjaanku setiap hari hanya bersekolah, jalan jalan dengan Martha itu juga kalau di ajak. Selebihnya, aku hanya menyibukkan diri di rumah menonton Dvd yang aku beli di salah satu pusat perbelanjaan terkenal di daerahku. Mengapa aku menjadi lesbi seperti sekarang ini, itu karena pada waktu aku kelas 3 Smp, aku memiliki seorang pacar yang telah memerawaniku dan tak lama setelah itu ia meninggalkanku dan jalan dengan wanita lain. Hatiku rasanya teriris berkeping keping. Aku tak kuasa menahan tangisku sejak aku putus dengannya. Aku berfikir, kalau semua pria itu sama saja tak ada yang benar. Semuanya brengsek. Maka mulai saat itu, aku lebih menyukai wanita daripada pria. Banyak sekali teman teman pria di sekolahku yang berusaha mendekatiku, tetapi aku tak menghiraukan mereka. bahkan ada yang menyatakan perasaannya padaku. Tetapi itu semua kutolak dengan halus. Kejadian buruk dimulai pada saat ayahku, kakakku dan pembatu wanita di rumahku pergi. Ayah pergi ke Bandung dengan supir pribadiku. Sementara kakak ke dua ku sedang pergi ke Padang mengurus pembangunan tower baru di sana untuk memperluas jaringan internetnya. Sementara si mbok pulang kampung karena ada urusan yang harus di selesaikan di kampung. Tinggallah aku seorang diri di rumah besar ini. Sebenarnya tidak sendiri juga sih, masih ada ke dua tukang kebunku yang biasa aku panggil, mang Min 23 tahun dan mang Udin 25 tahun. Dan satu lagi adalah pak Togar 41 tahun adalah security rumahku yang bertugas berjaga di dalam rumah. Karena banyaknya kejahatan yang terjadi belakangan ini sehingga kami menyewa satpam sebanyak 10 orang dan 9 lainnya di tugaskan di depan rumah secara bergilir sementara 1 orang di tugaskan di dalam rumah yaitu pak Togar.

Kadang aku suka ngeri mengingat tampang ketiga orang itu. Mang Udin, tampangnya seram, kulitnya hitam legam, serta kurus dan tinggi sekitar 170 cm. Mang Min, tampangnya culun, matanya belo, bibirnya tebal serta berpostur sedang tingginya 165 cm. hanya beda 5 cm lebih tinggi denganku. Pak Togar, satpamku, tingginya 175cm, berbadan tegak, kulitnya hitam, wajahnya sedikit keriput serta rambutnya putih. Mereka bertiga sepertinya sering curi curi pandang ketika aku lewat di depan mereka. Karena biasanya kalau aku di rumah aku memakai celana pendek sehingga mempertontonkan paha mulusku serta baju logar yang bila aku membungkuk, otomatis dari depan akan terlihat buah dadaku yang cukup besar terlindungi bra berukuran 34C. Huh rasanya capai sekali hari ini. Aku baru saja pulang dari acara party temanku yang di adakan di diskotik kawasan kemang. Badanku bau alcohol dan asap rokok. Aku cepat cepat melangkahkan kakiku ke kamarku dan menutup pintu kamarku. Malam itu aku memakai tank top hitam beserta rok mini yang cukup ketat sehingga memperlihatkan tonjolan pantatku. Semua yang ku pakai bernuansa hitam, sehingga menambah gairah setiap laki laki yang melihatku karena kontrasnya antara kulit tubuhku dengan baju yang ku pakai. Biasanya kalau ada papa mamaku, pasti mereka marah kalau melihat puterinya berpakaian senonok seperti ini, makanya sekarang selagi ga ada dia, jadi aku berani untuk memakai pakaian ini. Hitung hitung untuk membuat tubuhku lebih terlihat dan menarik perhatian hehehe. Aku membuka bajuku hingga bugil dan menyemprotkan parfum yang aku beli di Paris pada saat aku liburan. Dan setelah bau alkohol dan rokok aku rasa sudah berkurang, aku merebahkan diriku ke atas ranjang. Merasakan sentuhan lembut bed coverku dan spreiku membuat gairahku naik dan tanganku mulai aktif meraba raba buah dadaku. Nafasku mulai memburu dan kini tangan kananku sudah menggesek gesek bibir vaginaku. 10 menitan sudah aku menggesek bibir vaginaku, sesekali memasukkan jari tengahku ke dalamnya seakan aku seperti di setubuhi oleh tanganku sendiri.

“aaahhhh emmmhhh” aku mendesah tak karuan karena gesekan jari tengahku di klitorisku membuat tubuhku mengejang nikmat menandakan aku hampir orgasme. Mataku terpejam menikmati sensasi tersebut.

Tubuhku bermandikan keringat dan tanganku semakin cepat menggesek gesek serta menusuk nusukkan ke dalam bibir vaginaku. Aku membayangkan seorang bertubuh besar sedang mengagahiku. Membuat fantasiku melayang layang tak karuan. Setelah 15 menitan aku merangsang diriku sendiri badanku mengejang. Rasanya otot vaginaku sudah berkontraksi menandakan aku sudah orgasme. Mataku merem melek menikmati orgasme yang begitu nikmat baru saja terjadi. Banyak sekali cairan cintaku yang keluar. Aku mengambil tissue dan mengelap vaginaku yang berlumuran cairan cintaku yang membajiri daerah selangkanganku.

“Huh tubuhku ga enak banget, keringetan lagi..rambut juga lepek…mandi ah”

Aku meraih handukku kemudian masuk ke kamar mandi. Aku memutuskan untuk berendam sejenak menghilangkan rasa penatku. Aku menyeting panas air di bathup sekitar 35 derajat dan aku mencelupkan diriku di bathup dan tak lama kemudian air di dalam bathupku mulai menghangat. Aku menaruh boddy wash ke dalam bathupku kemudian aku mulai turun dan menggosok tubuhku sehingga membentuk busa tebal yang menyelimuti tubuhku serta permukaan air bathup. Aku memejamkan mataku merasakan hangatnya air yang dapat melepas segala kepenatanku. Tetapi hal buruk baru saja akan di mulai.

“DUG!” pintu kamar mandiku tiba tiba di dobrak oleh seseorang. Aku kaget sekali melihat mang Udin kemudian mang Min masuk kedalam kamar mandi.

“whuaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku berteriak sekencang mungkin sehingga suaraku memenuhi kamar mandiku.

“Halo non…apa kabar..hehehe” mang Udin menyapaku dengan nada yang melecehkan.

“ssstt…halo non Nana, aduh lagi mandi ya….” Mang Min mulai mendekati bathup tempat aku sedang terpojok bersama mang Udin.

Sambil berjalan, mang Udin membuka kaos lusuhnya dan celana pendeknya, tidak lupa celana dalam dekilnya sehingga tubuhnya kini telah telanjang bulat.

Sementara mang Min tak memakai baju sejak tadi masuk sehingga ia tinggal melepas celana hitam pendek yang di bawah perutnya sudah terlihat sesuatu yang menggembung ke depan. Ternyata mang Min tidak memakai celana dalam. Sehingga kami semua sudah telanjang bulat.

“mang Udin mang Min! keluar kalian! Jangan kurang ajar sama saya!” aku membentak mereka. aku menyilangkan tanganku untuk menutupi buah dadaku yang tepampang bebas di depan dua tukang kebunku ini.

“ih galak amat si non sama kita kita…wah Min, ternyata tubuh amoy jaman sekarang mantep benerrrr” mang Udin kembali memuji tubuhku tetapi aku malah panas di buatnya.

“Mang Udin sama mang Min jangan kurang ajar sama Nana atau Nana bilang papa biar kalian berdua di pecat!” aku mengancam mereka. tetapi posisiku sekarang ini sudah terpojok di sudut kamar mandiku dan aku masih di dalam bathup yang penuh busa.

“udah lah non, mana puas sih pake jari doang! Ayo mending kita kita aja yang bikin non puas! GRATIS lho non! Gini hari nyewa gigolo mah susah non, mending kita kita aja hehehehe….ayo Min! kalo kata orang inggris bilang lesss goo!!” mang Udin mengucapkan kata ‘lets go’ dengan logat kampungnya.

“Kemon coy!!” mas Min membalas ajakan mang Udin.

Kini mereka berdua sudah masuk kedalam bathup dan menghampiriku. Aku semakin ketakutan saja melihatnya. Aku hanya duduk menyilangkan tanganku sambil menekuk dengkulku sehingga kepalaku bisa mencium lututku.

“aaawww jangan mang!!” aku meronta ketika tungkai kakiku di tarik oleh mang Udin, memang sial rasanya, badanku merosot sampai ketengah arah tarikan itu.

“hehehe sekarang non Nana mau ngapain hehehe” mang Min sudah memegang kedua tanganku mebuat aku tak bisa meronta.

“Min, cabut tuh peyumbatnya biar kering airnya” perintah mang Udin.

“oke” kemudian mang Min menarik peyumbat bathup sehingga perlahan air di atas bathup mulai mengering.

“Sekarang kita mandiin dulu yah non” mang Udin mengambil shower dan memutar keran shower sehingga membasahi tubuhku yang sejak tadi sudah basah dan mengkilap yang menambah keseksian tubuhku.

“isepin dong non” mas Min menyodorkan penisnya yang sudah menegang dan keras.

“eemmmmppphh gaa mauu” aku menghidar dari penis itu. Kepalaku menggeleng ke kanan kekiri sehingga membuat mang Min kesulitan.

“aduuduuuhhhh panasss mang Udin…ampunnn manggg” aku terkaget dan menjerit ketika air shower yang tadinya dingin berubah menjadi air panas yang membuat aku menggeliat dan mengerang kesakitan.

“isepin punyanya mang Min dari pada lu gua rebus di sini?” ancam mang Udin.

“iya iya…” aku menjawab singkat serta pasrah lalu membuka mulutku. Mang Min sudah melepaskan tangannya dari tanganku sehingga tanganku dapat bergerak menggenggam penis mang Min.

“uhhhh gilaaa manteppp benerr ini….Din, lu mesti cobain mulutnya si non Nana! Mantep bener nih!!” mang Min merancau tak karuan karena kulumanku yang memang cukup membuat lelaki yang pernah ku kulum menjadi ketagihan.

Singkat cerita, aku selalu menjadi bulan bulanan geng Rendy. Ia kadang menyuruhku untuk mengulum penis para anggotanya yang tak lain adalah teman temanku sendiri atau mungkin anak kuliahan tetapi aku lebih seperti alat pemuas nafsu yang ada di dalam perkumpulan itu sehingga kadang aku di perebutkan di dalam geng itu. Rendy selalu menyuruhku datang ke rumahnya kalau rumahnya sedang kosong. Aku rela melakukannya, tetapi aku tidak sampai di setubuhi karena aku sudah menanda tangani perjanjian dengan Rendy. Untunglah Rendy adalah orang yang menepati janji sehingga aku aman aman saja. Setiap bulan uang sebesar 15 juta selalu ku dapat dari rekening Rendy, sehingga aku bisa membeli banyak baju baru dan make up yang lumayan mahal. Tetapi kegiatan itu malah membuat rasa kebencianku terhadap kaum lelaki semakin menjadi jadi.

Kembali ke lap??toppp (eh salah itu sih tukul)

Kembali ke cerita.

“Min kira kira masih perawan ga yah nih si Non Nana?” Mang Udin sudah bersiap menerobos lubang vaginaku. 

“wah lu coba aja deh Din, aduuuuhh non terusss….uuhh..hmmm….” mang Min masih merancau tak karuan akibat kulumanku yang sudah terlatih.

“aaahhh adduuuuhhh mangg sakittt pelan pelannnn” aku melepas kulumanku karena merasakan penis mang Udin sudah mulai masuk membelah bibir Vaginaku.

“waduhhhh perettt benerrr…wahhhhhh auugghhhh.” Mang Udin merancau tak karuan juga merasakan sensasi jepitan vaginaku yang sudah tak virgin lagi namun masih sempit. Karena aku merawatnya dengan baik.

“wah udah jebol Min!! cewe SMA sekarang perek semua yah hahahaha…aduuhh sempitt banget nonn” mang Udin mulai menggenjot tubuhku sehingga aku jadi gelagapan mengulum penis mang Min yang sempat terhenti tadi.

“ayoo noonnn dikit lagiii….uhh uhh uhhh” mang Min menghujamkan penisnya makin dalam kedalam mulutku sehingga membuatku sulit bernafas, kemudian tak lama setelahnya, aku meronta ronta karena tangan mang Min memegang kepalaku dan menekannya dalam dalam menyemprotkan cairan spermanya dalam dalam.

Aku terbatuk batuk karena rasa sperma mang Min tak karuan. Tak jauh seperti rasa penis penis yang pernah merasakan kehangatan bibirku. Tiba tiba terdengar suara dari pintu kamar mandiku.

“ada apa ini ribut ribut di kamar non Nana” aku tercengang melihat pak Togar datang. Hatiku senang melihatnya.

“pak Togar tolong Nana pak, Nana di perkosa” aku merota ronta minta tolong sementara kedua tukang kebunku masih terbengong bengong melihat pak Togar yang ada di depan pintu kamar mandiku.

Suasana hening sejenak. Mang Udin menghentikan genjotannya pada vaginaku. Dan matanya terbengong bengong melihat pak Togar. Begitu pula mang Min yang berdiri seperti patung menatap pak Togar. Tiba tiba ia tersenyum lebar.

“aduhhh ada pesta kok ga ngajak ngajak to Din!!” aku kembali menunduk diam karena pak Togar ada di pihak mereka.

“hehehe…maaf pak Togar, saya kira pak Togar ga mau sama yang beginian” kata mang Udin malu.

“ya jelas maulah Din! Moso awewe bahenol begini ente di pake euy” pak Togar berbicara dengan logat sundanya.

“aahhhh manggg sakitt pelan pelannn dongg!!” aku mendesah lagi karena mang Udin mulai memompa vaginaku yang masih belum terbiasa menerima penis itu dengan kasar.

Pak Togar si tua bangka itu mulai melepas seragam satpamnya, kemudian menutup pintu kamar mandiku. Dan bergabung dengan aku dan mang Udin yang sedang menggarapku. Sementara mang Min sedang duduk duduk di lantai kamar mandi sambil menghisap rokok murahan miliknya.

“emmhhh mmpphhhhh” aku mengap mengap karena bukan lagi penis mang Min yang ku kulum, tetapi mulut yang berkumis milik pak Togar yang kini mulai menjajah bibirku membuatku mengap mengap kegelian karena kulit bibirku beradu dengan kumis tebalnya.

Kini lidah pak Togar sudah masuk menerobos pertahanan bibirku sehingga membuat aku semakin kelabakan menerimanya. Sementara itu, mang Udin masih asik menggenjotku dengan bersemangat.

“aaaahhhhhhhhhhhhhhhh” aku mendesah panjang menandakan aku orgasme untuk yang kedua kalinya hari ini. Badanku mengejang sesaat tetapi mang Udin tidak juga menghentikan kocokan penisnya di dalam vaginaku.

“aduudhhhduhhh mang berhentii aaahhhh aduhhhhh ahhhhhhhhhhhhh” aku kembali mendesah menahan ngilu akibat penis itu tak kunjung berhenti bergerak, membawaku ke orgasme yang selanjutnya.

Badanku lemas semua karena baru saja orgasme melandaku lagi gara gara mang Udin. Tak lama kemudian mang Udin makin cepat menggerakkan penisnya didalam vaginaku. setelah itu ia mencabut penisnya kemudian menyemprotkannya di depan bibir vaginaku.

“aduhduhhhhh mateppp ahhh..nonnn” mang udin merancau tak jelas ketika sedang mengocok penisnya sehingga menyemprotkan spermanya.

Nafasku masih terengah engah sementara pak Togar sudah mulai mengulum puting susuku yang masih tegang akibat terangsang hebat oleh dua tukang kebunku.

“kita pindah ke tempat tidur aja biar lebih hot yuk!” mang Udin menyarankan kepada pak Tigor.

“ayoo” mang Min dan pak Togar menjawabnya dengan senyuman mesum penuh kemenangan.

Mang Udin langsung merapatkan kedua pahaku yang masih mengangkang dan meluruskan kakiku. Sementara mang Min membantu membopong pinggangku. Sementara pak Togar mengangkat kepalaku. Aku yang masih lemas kita tak bisa berbuat apa apa. Kini aku di angkat oleh ketiga orang bejat yang memperkosaku.

“ahhhhhhh” aku kembali mendesah ketika aku di rebahkan di tempat tidurku, buah dadaku langsung di hujani dengan hisapan dan remasan dari mang Min yang sepertinya sudah bernafsu lagi.

Pak Togar tak mau kalah, ia berdiri dengan penisnya yang sudah tegang itu di depan lubang vaginaku.

“pak Togar, pelan pelan pak, jangan kasar!” aku mengingatkan pak Togar sebelum ia ‘mencoblos’ lubang vaginaku.

“siap non!” lalu pandangan pak Togar tertuju pada lubang vaginaku yang baru saja di setubuhi oleh mang Udin.

“aaahhhhhhhhhhh peee…laann…pee llaannn paakk..” aku meringis menahan besarnya penis pak Togar. Lebih besar dari punya mang Udin atau punya pacarku dulu.

Aku hanya dapat menggeliat keenakan dengan rangsangan demi rangsangan yang aku terima dari ketiga orang itu.

Mang Udin menyodorkan penisnya di depan mulutku. Aku sudah tahu apa yang harus ku lakukan. Aku membuka mulutku dan menjulurkan lidahku. Tanganku bergerak memegangi penis mang Udin yang lumayan keras dan besar.

“waduuhh bener lu Min!! enak bener sepongannya! Emang dasar anak SMA sekarang… maish kecil udah jago nyepong! Hahaha” gelak tawa mereka bertiga membuat wajahku menjadi panas. Ingin rasanya aku menggigit penis yang sedang aku kulum ini, tetapi aku tersadar apa resikonya yang akan terjadi nanti. Bisa bisa aku diperkosa sampe mati sama mereka.

“uggghhh memeknya non Nana matepppp ahhh….kalah sama istri bapakkk di kampungg uggghhh” pak Togar merancau tak jelas dan mempercepat genjotan penisnya terhadapku.

“hmmmpphhhhh mhhppphhh” aku hanya bisa mendesah tertahan karena penis mang Udin yang besar memenuhi mulutku yang mungil.

“ayooo nonn isep terusssss ugghhh mamang hampir samapi non!!” rancau mang Udin.

“gila! Baru keluar udah keluar lagi?!” umpatku dalam hati heran pada mang Udin.

Mang Udin mulai tak terkontrol. Tanganya mulai memegang kepalaku sehingga aku tak bisa bergerak bebas lagi. Ia memaju mundurkan kepalaku. Ia memajukan kepalaku sehingga rasanya penis itu masuk sampai kerongkonganku.

“hhmmhppphhhhhhmmphhh” aku meronta ronta sambil mendorong paha mang Udin. Lalu tiba tiba crrroottt crrooott cairan sperma mang Udin muncrat memenuhi rongga mulutku. Aku tersedak dan hampir muntah akibat bau dari penis dan hutan jembutnya yang memang lumayan lebat milik mang Udin. Tak lama kemudian mang Udin melepaskan mulutku dari penisnya. Aku terbatuk batuk karena sperma mang Udin rasanya sedikit aneh. Lega rasanya dapat menghirup udara segar lagi. Sementara itu, pak Togar menarik tubuhku hingga ketepi ranjang. Ia turun dari ranjang dan menaruh kedua tungkai kakiku di pundaknya membuat pahaku merapat sehingga menambah daya jepitan penisnya di dalam vaginaku.

“aahhh…pakkkkkk ennakkk…ahhh” aku merancau tak jelas karena pak Togar sudah mulai menggoyangkan penisnya di dalam vaginaku membuat sensasi yang luar biasa nikmat.

Penis itu terasa makin mengeras dan mengeras. Aku sangat menikmati gejotan dari pak Togar dari pada mang Udin yang aku nilai sangat kasar dan buru buru.

Aku sudah 3 kali orgasme selama di genjot oleh pak Togar. Tubuhku seakan di bawa ke awang awang karena rasa nikmat yang tiada tara itu terus menghujaniku. Aku hanya bisa pasrah di setubuhi satpamku satu ini.

“Kuat juga stamina pak Togar” pikirku dalam hati.

“aaahhh pakkkk ahhhh……aduuhhhhhh aahhhhhhhhh ammpuunn paakkkkk” aku mendesah tak karuan lagi menyambut orgasmeku yang segera datang.

“ayo non..ktia bareng bareng aja non!!” pak Togar kembali mempercepat gerakan pinggulnya sehingga terasa sekali dinding vaginaku mulai memanas akibat gesekan antara penis pak Togar dengan dinding vaginaku.

Aku baru tersadar kalau aku sedang masa subur.

“pak pak..keluarkan di luar pak…aku takut hamil” aku panik langsung berteriak ke pak Togar.

“siap non!” untungnya pak Togar mau mengerti aku.

Ini baru laki laki ke dua yang memperkosaku. Masih ada mang Min lagi yang harus aku layani. Sementara staminaku sudah habis.

“aahhhhhhhhhhhhh” desahan panjang membuatku mencapai puncakku. Tak lama penis pak Togar berkedut kedut dan ia langsung mengeluarkan penisnya dan mengocoknya di depan vaginaku. 

“uuhhh duhhhh aahhh enakkk benerrrr aduh non Nana emang mantep jepitannya” aku diam saja menanggapi pujian mesumnya.

Aku terlentang di tepi tempat tidur. Aku merayap dengan punggungku menuju tengah tempat tidur.

“Saya belom nih non” kata mang Min yang tiba tiba menghampiriku.

“aduhh mang, Nana udah cape nih.. besok aja yah” kataku memelas.

“mang Min ga minta begituan kok non, mang Min cuma mau tidur bareng non hehehe” aku bergidik membayangkan tidur seranjang dengan mang Min si tukang kebunku yang badannya dekil hitam dan bau.

“tapi jangan macem macemin Nana yah mang!” aku memperingatkan mang Min.

“iya non iya…mang Min ga bakal macem macemin non kok hehehe…eh Din sama pak Togar mending istirahat dulu sana di kamar masing masing. Saya mau ambil jatah dulu” kemudian pak Togar dan mang Udin pergi meninggalkan kamarku. Aku bergidik melihat penis yang pertama kali ku kulum itu sekarang sudah tegang lagi. Aku tak tahu harus bagaimana lagi, seluruh tubuhku sudah lemas. Tulang ini serasa mau copot dan ototku pegal pegal semua.

Akupun tidur membelakangi mang Min. Tiba tiba mang Min membisikkan sesuatu di telingaku “non, mamang boleh grepe grepe ga non?”

“eemmm” aku hanya menggumam karena tubuhku sudah terlalu letih untuk melayani satu orang lagi.

Aku merasakan rabaan tangan nakal mang Min semakin liar. Membuat tubuhku menggeliat geliat.

“eemmhhhh” aku mendesah pelan ketika jari jari nakal mang Min bermain main di daerah clitorisku. Rasanya seperti terbang di awang awang.

Tiba tiba aku merasakan sesuatu yang menusuk nusuk di belakang. Aku yakin sekali penis mang Min sudah kembali tegang.

“non…. Mang Min minta jatah ya hehehe” mataku yang tadinya terpejam kembali terbuka lagi mendengar bisikan mang Min. tubuhku merinding karena lidah mang Min menjilati telingaku.

“sshhhhhhhh” aku mendesis ketika tangan mang Min yang tadi bergerilya di daerah clitorisku perlahan naik meremasi buah dadaku.

“non Nana, boleh ga?” kembali mang Min berbisik padaku.

Aku belum bisa memberi kepastian karena tubuh ini sepertinya tak sanggup lagi melayani mang Min.

“huh sudah kepalang tanggung. Aku ingin mencapai kenikmatanku sekali lagi sebelum tidur” aku berfikir dalam hati.

“ssshhhh….aaahhh mang…” tanganku ikut membimbing tangan mang Min yang sedang meremasi buah dadaku.

“mau lagi ga non??sslrrrppp” kali ini setelah mang Min berbisik, ia menjilat dan membuat cupangan di tengkukku.

Aku hanya bisa mengangguk lemah memberikan lampu hijau kepada mang Min untuk menyetubuhiku. Tubuhku yang mungil ini di balikkan oleh mang Min sehingga kami saling behadapan. Tangan mang Min langsung meraih punggungku dan memelukku. Kami berdua berciuman. Saling melumat satu sama lain. Sudah terpengaruh oleh nafsu birahi yang sangat tinggi. Tangan mang Min tidak pernah diam untuk meremasi pantatku sehingga aku menggumam keenakan di sela sela ciuman itu. Mang Min mebaringkan tubuhku hingga aku terlentang di bawahnya. Bibir mang Min berangsur angsur turun melewati leherku kemudian berhenti di puncak buah dadaku sebelah kanan. Kemudian lidahnya dengan lihai mengulum puting susuku.

“eemmhhhh…mang Min….enakkk ahhhhh” aku mendesah tak karuan. Tanganku meremasi rambut mang Min menahan rasa nikmat.

Salah satu tangan mang Min mulai meraba raba daerah vaginaku yang memang sudah becek dari tadi.

“aahhhh…mangg….terusshhhhhhh” aku mendesah tak tertahan karena jari telunjuk dan tengah mang Min keluar masuk lubang vaginaku membuatnya semakin becek.

“manggg………aaahhhhhhhhhhhhhhhhh” desahan panjang yang membuatku melayang layang yang sudah ku tunggu tunggu akhirnya datang juga. Cairan vaginaku sepertinya muncrat banyak sehingga membasahi sedikit spreiku.

“wah non udah keluar ya” cepat cepat mulut mang Udin yang tadinya sibuk dengan puting susuku langsung melumat bibir vaginaku.

“sslrrrruuppppsslrrupppppp” demikian suara yang keluar dari mulut mang Min yang menyeruput cairan cintaku yang meluber banyak.

“Wahh enak nih non…aduhh manissss” aku hanya diam saja.

“non mang Min masukin ya” aku hanya mengangguk lemah. Tenagaku sudah hampir habis. Mungkin jika masih ada 1 orang lagi yang harus aku layani, lebih baik aku pingsan.

“aahhhhhhhhhhhhh” aku mendesah karena merasakan benda hangat yang panjang dan keras itu mulai membelah bibir vaginaku.

“aduuduuhh…nonnn begini ya..eemmhh ngentott sama cewee…hhmmmmmm” aku yang tadinya menutup mataku merasakan penis mang Min yang besar, langsung membuka mataku.

“mang Min masih perjaka?” aku langsung bertanya tak percaya.

“he eh non…hehehe tapi ga apa apa perjakanya mang Min buat non aja…aduuhhh pereetttt” aku terkaget karena mang Min yang aku kira bejat ternyata masih perjaka.

“Wah aku ngambil perjaka orang nih” aku tertawa geli dalam hati melihat perjaka yang ada di depanku ini.

“aahhh manggg…terussshhh aaaaahhhh” aku kembali mendesah ketika penis itu perlahan mulai membuat tubuhku melayang layang. Setiap inci yang masuk memberikan kenikmatan yang tiada tara.

Sepertinya penis itu memang masih perjaka. Aku bisa merasakannya. Sensasi lain dari penis penis yang tadi telah membobolku. Rasanya, seperti apa ya..aku tidak bisa menggambarkannya. Yang jelas beda aja! Hehehe.. Penis mang Min sudah masuk seluruhnya. Ia mulai mengocok penisnya di dalam liang vaginaku.

“aduuhh wahhh perihhh,,,tapii enakk nonnn…pereettt.” Mang Min merancau tak karuan. Aku hanya dapat merem melek menggigit bibirku merasakan penis mang Min yang masih perjaka namun perkasa.

15 menit sudah aku di genjot dalam posisi terlentang. Tampaknya walau masih perjaka, mang Min memiliki daya tahan yang cukup kuat juga. Aku juga mengakui bahwa mang Min memang perkasa. Selama 15 menit itu, aku telah orgasme 3 kali karena nikmatnya penis itu dan rangsangan yang di berikan mang Min di daerah sensitiv lain di tubuhku. Mang Min berhenti mengocokkan penisnya. Kemudian ia menyuruhku untuk menungging.

“non, nungging dong..mang Min pengen coba gaya yang kaya anjing itu” tubuhku masih lemas sehingga mang Minlah yang memaksa tubuhku untuk menungging.

Aku sudah pasrah saja ketika penis itu mulai melesak masuk ke dalam vaginaku lagi. tampaknya kali ini lebih nikmat dari yang pertama.

“Aahhh maanggg ahhhhhhhh” aku kembali orgasme untuk yang ke sekian kalinya hari ini.

Tetapi mang Min juga belum ada tanda tanda akan orgasme.

“mang!! Kok lama banget si..hhhh.aaaahhhhhhhhh,,,, aku capek nihh” aku membalikkan mukakku menatap mang Min.

“sabarr non….aduhh enakk bener memeknya non….bentar lagi juga ngecrot nih non….mau di dalem apa di telen non??” mang Min sepertinya masih keenakan menyetubuhiku.

“wah! Kok kayanya dia professional banget yah” aku berfikir dalam hati.

“dii….lu..aarr….ajaahhhhhhhhhh…..akkuu tell…eeennn maanggg” kataku terputus putus karena mang Min menambah tempo genjotannya.

“aahhh nonn mang Min sampeee….ahhh…” mang Min segera mencabut penisnya dari vaginaku. Aku juga langsung meraih penis mang Min. segera ku kocok dan crrooott crroottt beberapa kali semburan dari penis itu memenuhi mulutku. Aku menelan semua cairan sperma mang Min.

“hehe..makasih ya non, mang Min mau istirahat di sebelah non boleh ga?” aku hanya mengangguk dan tubuhku seketika roboh di atas tempat tidurku karena badanku memang sudah kecapean sejak tadi.

Tak lama setelah itu aku tertidur pulas sekali. Aku tak tahu mang Min sampai kapan menemaniku. Tetapi pada saat aku terbangun, ia sudah tidak ada di sampingku lagi. Jam menunjukkan pukul 7 pagi.

“huh selesai juga penderitaanku” aku menghela nafas panjang.

Tiba tiba, dering handphoneku mengagetkan aku yang sedang bermalas malasan di tempat tidur..

“halo?” dengan suara yang rada malas

“hallo Na, ini Marta” suara dari seberang sana

“oh ada apa Mar?” mataku langsung melek mendengar suara Martha.

“gini Na, kamu temenin si Friska ya di rumahnya. Aku ga bisa nginep nih”

Wah rencana bagus untuk kabur dari pembantu dan satpam rumah yang bejat nih.

“ya udah Mar, kamu jemput aku ya, soalnya supirku lagi nganterin papa ke Bandung”

“okee 10 menit lagi gue sampe ya Na”

Aku terkaget mendengar sisa waktu yang di berikan Marta. Aku menutup handphoneku kemudian mengambil celana jeans panjang warna biru dan kaos lumayan ketat warna pink kemudian aku menutupi tubuhku dengan sebuah blues terusan seperti yang di pakai para detective jepang berwarna hitam. Aku merapihkan pakaianku menaruhnya ke dalam tas dan bersiap di depan rumah menunggu jemputan Marta.

*********************

Back to Friska

Setelah menceritakan apa yang menimpa sahabatku Nana, aku hanya bisa memberinya kasih sayang lebih agar dia tidak terlalu shock. Aku iba kepadanya dan aku ingin selalu melindunginya. Entah ini perasaan cinta atau sebuah empati. Tetapi aku ingin selalu memeluknya. Kini aku sudah mengetahui asal usul mengapa sahabatku ini lebih menyukai wanita ketimbang pria. Aku bisa memaklumi itu. Mungkin karena aku adalah anak yang kesepian juga.

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment