Wednesday, June 20, 2012

♥ ♥ Memoirs of Geisha ♥ ♥ Chapter 3


Pejantan buruk rupa untuk betina yang cantik jelita, Engkos Sutisna untuk Shinta. Mang Engkos begitu dia dipanggil, cleaning service sekolah. Petugas kebersihan kamar mandi guru maupun siswa/i dalam lingkungan SMU dan juga SMEA. Sementara di bagian SMP yang terpisah pagar kawat sudah ada petugas sendiri. Mang Engkos, lelaki berambut tipis dengan sedikit jambul Tintin, bibir tebal, mata belo dan yang khas darinya adalah gigi tonggos tak merata. Diny menatap kosong tak percaya. Shinta, kakak kelas yang menjadi idolanya beserta seluruh siswi baik seangkatan maupun di bawahnya. Terkenal cantik, pintar dan selalu membuat diri bangga bisa dekat apalagi bicara berdua dengannya. Kini sedang menikmati cumbuan Mang Engkos school janitor. Apa-apaan…?. Pak Suparno menyeret Diny masuk ke kelas untuk dipamerkan, mendekati Mang Engkos dan Shinta.

“Ya ampuun Kos, kowe ini…saya aja udah nyoblos muncrat berkali-kali, eeh sampean masiiiih aja ‘njilat memek kerjaannya” keluh Pak Suparno.

“Hehehe, habis enak pisan ini memek. Bos juga kemana aja, bulan madu sama lonte baru nih ?” sahut Mang Engkos kurang ajar.

“Biasa, musti diplonco dulu Huak hak hak hak”.

“Iya No, si Engkos pan naksir berat sama Non Shinta…abis tuh memek, rakus bener dia. Dikekepin seharian ini kagak dibagi-bagi gua” protes Abah.

“Ho-oh, gua juga kaga dibagi-bagi acan tu nonok…padahal pan gua juga mau nyicip Non Shinta yang kece entu…keburu doer dah kayak yang ngemut !” timpal Babeh, membuat semua bandot disitu tertawa brengsek.

“Sialan si Babeh…eh Beh, urusin Mpok Ipah bini di rumah. Malah ngewein daun muda, udah bau tanah juga”, Mang Engkos balas menyahut, semakin keraslah tawa itu.

“Gimana barang barunya Bos ?, mantep Hm ?” tanya Abah seraya jalan menghampiri. Pak Suparno mengacungkan jempol dimana yang lain paham akan kode tersebut, dan lantas cengengesan.

“Kalo udah puas, gua jajal ya Bos hehehe”.

“Gua juga mao dong cicip-cicip yak” timpal Babeh meninggalkan Dimar, ikut mendekat.

“Tenang aja…bisa diatur..” sahut Pak Suparno ringan, tanpa persetujuan Diny si pemilik tubuh. “Tapi nanti ya, sebulan atau dua bulan gitu…sampe saya bosen dulu” tambahnya.

“Yah, sama aje kayak si Engkos..keburu ringsek tu memek” celetuk Abah, semua bandot terbahak-bahak mendengarnya.

“Daripada ringsek sama kowe orang…wong, pada doyan meme’”.

“Si Engkos ‘gak kedengeran lagi suaranye ?” sindir Babeh.

“Biarin aja, dia lagi asyik… ‘gak usah diajak” ledek Abah.

“Enak Kos ?” ledek Abah lagi. Mang Engkos mengacungkan jari jempol terjepit jari tengah dan telunjuk, lalu teriak di selangkangan Shinta. “Enak gila…Sluurph, Ah !”, semua tertawa sinting karenanya.

Rok Shinta disingkap, prosesi jilmek pun bisa terlihat dimana mulut bertautan dengan vagina. Gigi tonggos Mang Engkos menceruk bibir kemaluan Shinta secara perlahan namun pasti. Shinta mendesah dengan pipi merah, malu adegannya ditonton khalayak umum, terutama Diny adik kelas yang sangat meng-idolakan dirinya. Perasaan school idol tersebut bercampur aduk antara pelecehan dan kenikmatan. Babeh mupeng menyaksikan adegan jilmek Shinta,

“Rasa apaan Kos ?”, tanya Babeh penasaran.

“Rasa strooberi” sahut Mang Engkos ingin membuat Babeh iri.

Abah kembali mendekati Sabrina, begitu juga Babeh balik ke Dimar yang masih setia berlutut. “Kos, cepet selesain !, kita mau pindah ke sebelah” kata Pak Suparno sambil berjalan menghampiri Babeh dan Abah. 

Shinta menatap sayu pria buruk rupa yang naksir berat padanya, sudah berjam-jam vaginanya jadi mainan mulut pria tersebut. Bukan belas kasihan didapat, malah moncong yang menyedot kuat. Betis Shinta mengayuh naik turun yang berarti suka diperlakukan demikian. Mulut Mang Engkos seolah ingin menarik lepas memek Shinta untuk ditelannya mentah-mentah. Entah apa yang didapat suami Shinta kelak, karena pastinya Mang Engkos telah mengacak-acak bagian paling pribadi Shinta. Diny pilu pada keadaan idolanya tersebut. Ia melihat sekeliling dengan wajah tak percaya. Dimar digeluti Babeh, Sabrina dikerjai Abah, Shinta digarap Mang Engkos dan terakhir dirinya dengan Pak Suparno. (Gila, ini semua gila !), ia menggeleng kepala. Begitu busuk isi sekolah, meski belum tahu persis bagaimana duduk masalah masing-masing individu.

“Emang ‘da paan Bos di samping ?” tanya Babeh sebagai orang baru, Diny juga bertanya dalam hati, apa maksud TU bejat tersebut.

“Oo, nanti Babeh juga taulah heh heh…udaah, terusin aja dulu !” sahut Pak Suparno mudah, menganggap para gadis boneka yang bisa dimainkan sesuka hati.

Abah dan Babeh kembali ke aktivitas awal, mempermainkan vagina lewat vibrator yang masih setia menyumbat. Kedua bandot itu menakut-nakuti dengan menggoyang remote dan berjingkrak persis orang tak waras.

“Jangan Beh, jangan !, ampun” iba Dimar, Sabrina ikut memohon.

“Huehehe, bisa sih bisa diampunin…tapiii, isep dulu ‘tul ga Beh ?”.

“Yak, sepong ampe keluar trus telen…baru kita ampunin” sahut Babeh seraya berkacak pinggang.

Dimar dan Sabrina tak punya pilihan, terpaksa meraih penis di hadapannya dengan mulut. Menelusuri batang dengan lidah dari pangkal hingga kepala. Karena tidak dibantu tangan, tentu bibir tipis mereka harus kerja extra keras.

“Ooookh, Engg…Haaaah !”, kedua bandot melenguh menikmati sepongan. Namun na’as bagi kedua bunga sekolah itu, tiba-tiba..Wrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !. “eMmmppfff !!!”, mata jelita mereka terbelalak.

“Eit, awas kegigit !” ancam Abah.

Pinggul Dimar dan Sabrina bergoyang seksi, menikmati boran vibrator di vagina dengan tangan terikat kebelakang. Kedua bandot itu menjambak dan memaju mundurkan kepala mereka. Birahi Pak Suparno meninggi karenanya, wajah Diny ditampar dengan penisnya, buat gadis itu sadar dari lamunan. Pak Suparno memejet hidungnya untuk memaksa Oral juga. Diny menggumam tak jelas saat mulutnya penuh terisi penis. Gerakan Pak Suparno tak kalah buas sampai-sampai hidung Diny terbenam di kerimbunan bulu kemaluan. Buah zakar menepuki dagu. Diny hanya bisa membuka rahang lebar-lebar, liurnya tumpah buahkan bunyi kecipak.

<#><#><#>

“Aaahh…engh, Mang”, dengan gairah meninggi, Shinta meremas payudaranya sendiri sebagai ekspresi nikmat.

“Neng, Mamang ewe aja ya kalau begitu sekarang” bisik Mang Engkos seraya berdiri, “Jangan Mang jangan !, udah ya”, Shinta menggeleng. Tanggapan tukang bersih kakus itu hanya seringai mesum dan mengocok penisnya. Tangan Shinta ditepis berulang kali karena mencoba menghalangi.

“Hiyaa”, Jress !!”, dengan tiba-tiba Mang Engkos menyentak hingga batang penis masuk seluruhnya.

Shinta memekik nikmat, liang vaginanya yang sudah banjir lendir dan air liur buatnya mudah untuk dihuni. Mulut Mang Engkos meliur, naksir berat pada liang memek gadis obsesinya yang basah namun liat itu, lantas dia bergerak brutal maju mundur. Keduanya mendesah dan melenguh bagai paduan suara, dua kelamin yang berlainan jenis itu bergesekan. Kulit kasar penis dan dinding sutra vagina yang berdenyut hangat, buat persetubuhan yang dirasa Mang Engkos enak berkali-kali lipat.

“Mang.Hgg…keraaashh…gede.Aaaahh, Ssssh !”. Mang Engkos merem melek keenakan. Meski tidak beruntung dalam hal materi maupun wajah, penisnya berbanding terbalik, dia nikmati legit vagina sambil memandangi wajah anggun Shinta pemiliknya.

Shinta merasa nikmat juga sedikit perih. Hal yang lumrah dirasa wanita saat berhubungan dengan pria kasar, sakit berbalut nikmat. Gadis itu mengeraskan pegangan di sisi meja yang ditidurinya, pasrah terpental-pental dengan mulut megap-megap. Kakinya yang bersepatu selop tebal hitam mengapit pinggang Mang Engkos.

“Memek Neng enak..pisan Ooh…” celoteh si tonggos itu, begitu keras ia menyodok sampai-sampai meja terseret mundur.

Taplak meja yang tertindih tubuh, Shinta tarik untuk ia gigit. Menjerit histeris nikmati sodokan demi sodokan yang dihantar tukang bersih kakus sekolahnya. Tubuh school idol tersebut melengkung serasa dibelah dua, tak tahan dengan sodokan yang terlalu dalam. Cairan orgasme tercurah dari liang vaginanya, dimana penis masih keluar masuk. Mang Engkos pun ejakulasi kemudian, menggeram bergetar penuh kenikmatan. Diny melihat cairan putih kental menggelayut tumpah ke lantai dalam jumlah yang banyak sewaktu Mang Engkos menarik keluar penis dari vagina Shinta disela oralnya ke Pak Suparno. Penderitaan birahi Shinta belum berakhir disitu, karena Mang Engkos membalik tubuhnya, diatur hingga kakinya memijak lantai.

<#><#><#>

“Uuggh…enak Eenggh…terus..Ohook !” suruh para bandot. Dimar, Diny dan Sabrina bergumam dipaksa oral seks.

Abah dan Babeh memaju mundur pinggul berlawanan jambakan, sedang Pak Suparno dengan hentakannya di lengan Diny.

HHRNGGH !!, HHRNGGH !!, HHRNGGH !!, geram Pak Suparno, membetot tangan Diny yang dicengkramnya ke arahnya.

Memperlakukan bibir mungil yang tak bersalah itu seolah-olah vagina pelacur, hingga penisnya meluncur masuk tenggorokan Diny.

CROT CROTT !, sperma Pak Suparno bermuncratan, membuat Diny mual namun tak berdaya. “Teleen..telen lontee. Semuakh !!” bentak bandot TU itu. Selang berapa detik, Abah Ro’un dan Babeh Ti’ung nyusul menggeram seram. Keadaan memualkan itu sama dirasakan Dimar dan Sabrina, Babeh dan Abah menekan kepala mereka hingga terbenam di kerimbunan bulu kemaluan.

Dimar takut sekali melihat Babeh melotot ke arahnya. Begitu juga Sabrina, melihat mata Abah yang belo itu semakin besar. Alhasil, para budak terpaksa menelan sperma tuannya walaupun dirasa asin menjijikkan. Mata mereka terpejam dengan air bening menetes dari sisi mata. Para bandot merasa gagah dengan takluknya budak. Mereka mencabut penis seenaknya setelah dirasa habis semburan. Para gadis pun langsung terbatuk-batuk berusaha mencari udara dan menelan yang tersisa. Sperma yang belepotan keluar mulut, disapu bandot dan menyuruh para gadis membersihkan di tangannya.

“Fiuuh…enak betul ya. Coba istri saya kayak mereka hak hak hak” kata Pak Suparno.

“Iya, anak gadis sekarang kece-kece tapi pinter nyepong” ejek Babeh.

“Bukan cuman ‘ntu, doyan nenggak peju juga” sambung Abah yang disambut gelak tawa.

“Naah, saya punya usul !”, Pak Suparno bangkit setelah kembali bertenaga.

“Apa, apa No ?”, Abah dan Babeh antusias. Sementara Diny, Dimar dan Sabrina menanti usul yang pasti aneh itu dengan jantung berdetak kencang.

“Gini…”, Pak Suparno menjinjing Diny yang masih berlutut, dan mendudukannya di sisi Dimar, sehingga deretan gadis cantik itu bertambah. Para bandot berdecak kagum merasa beruntung, koleksi ‘boneka sex’nya bertambah.



Antara Diny, Sabrina dan Dimar bertukar pandang satu sama lain. Rasa malu, penasaran dan iba melihat ke sesama. Namun mereka berpikir ulang, bahwa ini bukan waktunya memikirkan nasib orang lain, tapi lebih baik bagaimana harus bersiap diri terima siksaan birahi.

“Kos, kowe ikut ‘nda ?”.

“Enggalah Bos saya…lanjut aja sok”.

“Kos, sekali-kali bareng napah…jangan sendirian aja” keluh Abah.

“Iya lu Kos, gak kompak !” timpal Babeh.

“Bukan gitu..Neng Shinta pan udah kelas 3, sebentar lagi keluar…jadi harus puas saya” terang Mang Engkos.

“Ya udah…yuk kita-kita saja lanjut” sela Pak Suparno bermaksud meredakan suasana yang hampir tegang karena keegoisan Mang Engkos. Pria tonggos itu asyik mendoggy Shinta yang desahan-nya sudah lemah, tanpa peduli pandangan kesal Abah dan Babeh padanya.

Manusia-manusia macam Mang Engkos, Babeh Ti’ung, Abah Ro’un dan Pak Suparno adalah bandot yang mementingkan kepuasan diri. Membuat budaknya orgasme, hanya sebatas pelecehan dan hanya ingin menertawakan.

<#><#><#>

Pak Suparno berjalan ke arah meja yang terdapat bungkusan berisi Toy sex. Diny dag dig dug, ternyata bandot itu mengambil benda yang sama. Wajahnya langsung memelas, ia menggeleng takut. Bagaimanapun juga, ini hal pertama bagi dirinya. Abah dan Babeh malah tertawa memuakan. Kaki Diny yang berlutut merapat, disepak Pak Suparno, tapi hanya terbuka sedikit.

“Heh, buka lonte !” perintah bandot tersebut. Diny terus menggeleng. Dia tadi melihat pemandangan yang membuat darah berdesir pada Dimar dan Sabrina ketika vaginanya di’bor’ Dildo Vibrator yang dipegang tuannya itu.

Plaak !, tampar Pak Suparno, membuat pipi Diny memerah.

“BUKA !” bentaknya Seerrr…meneteslah air mata dikarenakan rasa takut sekaligus tertekan. Bandot itu membentang lebar pahanya, tangan Diny masih refleks berusaha melindungi diri.

Deg !!, ia melihat mata Pak Suparno melotot ke arahnya.

“Iket aja tangannya No, biar ‘gak bandel” saran bejat Abah.

Pak Suparno diam sejenak, yang kemudian berjalan ke bungkusan itu. Kembali dengan seutas tali, Diny hendak bangun ingin melarikan diri dari siksa birahi. Namun Abah dan Babeh langsung sigap menangkap, kedua tangannya diluruskan kebelakang, pergelangan disilangkan lalu diikat simpul ketat. Pak Suparno memerintah Abah dan Babeh untuk membuka lebar kedua belah kaki Diny. Mereka dengan senang hati melakukan itu, menahan agar tidak berontak sekalian mengelus kemulusannya. Petugas sekolah bagian penerima uang SPP itu menempatkan vibrator di bibir vagina Diny.

“Jangan pak ampun Huu.hu.hu”. Pipi Diny pun basah, air matanya tumpah ruah.

“Tenang Neng, nanti juga ketagihan kayak mereka”, tunjuk Abah pada Dimar dan Sabrina, kedua gadis itu tertunduk malu meski hati mereka pastilah geram dilecehkan seperti itu.

“Aaaggh…Aaggh…Aggh !! erang Diny. Dia beserta vaginanya menolak keras kehadiran vibrator. Pak Suparno terus memaksa, bajingan itu menekan dildo sambil melebarkan bibir vagina Diny, namun terlalu besar untuk liang yang masih peret itu, ia pun tak rela.

“Aduh, ko’ susah masuknya, udah dijebol masih juga bandel…memek sialan !”, makinya tak berotak.

“Wah, ini sih musti digelitik dulu No huehehe” usul Abah mesum.

“Iya nih…musti bikin nonok Neng Diny banjir dulu” tambah Babeh menyeringai.

“Hmm, bai’lah…sampeyan orang bantuin ya”.

“Boleh No ?” tanya Babeh dan Abah bersamaan tampak antusias.

“Boleh, asal jangan meme’nya saja sementara ini” jawab Pak Suparno ringan.

“Siap grak !, Huak hak hak, dicopy Bos” sahut Babeh riang gembira tertawa gila.

‘Wrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!’. Dildo vibrator itu berputar dan bergetar sekaligus dengan maksimal.

‘wrrr…rrrrrrrrrr !!’, volume vibarator dikecilkan hingga berotasi minim. Pak Suparno menempelkannya di bibir vagina Diny kembali.

“Aaaaahhh !”, Diny mendesah, ia merasakan nikmat yang belum pernah dirasakannya. Batang berujung bundar itu menggelitik, sementara para bandot menyerang dengan cumbuan.

Pak Suparno meraih payudara kanan Diny dengan mulutnya, sebelah tangannya meraba paha. Abah mencupang leher dengan kedua tangan menangkup bongkah pantat. Babeh menjambak Diny hingga terdongak untuk dipaksa berpagutan, sesekali lidahnya menjilat pipi Diny yang putih mulus.

“Nyam, nyaam…cup !, manyis kayak orangnya hihihi, Slurrph.Cuph !” celoteh Babeh.

“Emm..Aaaahh, Ssst Aaaaaahh..Sssst Aaaaaaaaaahhh !” desah Diny dirangsang Mandi Kucing oleh para bandot, buatnya merinding kenikmatan.

Pak Suparno menggoyang berputar Dildo di bibir vagina Diny naik turun. Leher Diny yang di cupang Abah memerah. Sementara Babeh, tak jemu menjilati pipinya sambil berceloteh manis.

“Haaahh…Haaaahh…Hhaaaaaaahh…!” nafas Diny berat diambang orgasme. “Iyaahh… IyYaaaaahHh !. Pak Suparno mencampakan Dildo yang membuat Diny blingsatan, dan secepat kilat membenamkan wajahnya ke memek Diny.

“Sshrrpph…Sssrrphh cep cep enak, Sluuurrpph..Aah, Ee’!”, Pak Suparno bertahak, rasa dahaga birahinya sirna berkat menenggak jus cinta Diny.

Abah dan Babeh pun tertawa mendengar tahakan itu. Tubuh Diny ambruk, namun ditahan para bandot, mereka mendiamkannya sesaat mencari tenaga. Tentu tangan mereka tak berhenti menggerayang.

“Gimana No…gurih ?” tanya Abah cengengesan.

“Wuih, manis ‘Un bukan gurih lagi, Brrr !”, Pak Suparno meniru orang kedinginan. Abah dan Babeh menyambut kembali dengan gelak tawa.

“Pipinya aja manis…apalagi memeknya” ujar Babeh.




“Tolong dong”, Pak Suparno meraih Vibrator yang tadi dicampakkannya ke lantai.

Diny yang masih berburu udara, hanya bisa pasrah memejamkan mata. Abah dan Babeh memeganginya agar tidak melawan. Pak Suparno menekan masuk vibrator itu ke vagina Diny, Bleess !!.

“Auhh…pak.Hggh…Angghh !” erang Diny karena belum terbiasa dengan benda aneh di vaginanya.

Mereka melepaskan tubuh Diny yang kelojotan dari berlututnya untuk menyesuaikan diri. Berhasil, wajah Diny yang tadi meringis, kini terlihat horny. Para bandot yang sudah berpengalaman itu tahu benar, Abah dan Babeh segera menjejer Sabrina dan Dimar berentet tiga. Mereka berjoget sambil menggoyang remote siap untuk bermain. Ketiga gadis cantik jelita itu menggeleng kepala sebagai ungkapan ‘jangan dilanjut !’.

“Gimana kalo kite tarohan ?” usul Abah, para gadis putus asa mendengar itu.

“Boleh…siapa takut” sahut Babeh seenaknya, seharusnya Sabrina yang ditanya.

“Gimana aturannya ?”, Pak Suparno bertanya.

“Gini, yang kalah…cewenya boleh dientotin sama yang juara 1 & 2, yang juara 2 boleh ngentotin yang kalah, tapi gak boleh ngentotin yang menang…yang menang berhak atas semua, bayarannya senin gimana ?”, ide cabul brilliant Abah satpam sekolah.

“Boleh-boleh, seru tuh huak hak hak”, tawa Babeh serasa pemenang saja. Pak Suparno sedikit keberatan dengan pembagian jatah Diny, ia terdiam sejenak.

“Udahlah No, cepet ato lambat memek Diny bakal gua pake’ juga” hasut Abah agar Pak Suparno melunak, TU biadab itu berpikir lagi.

“Iya deh”, Pak Suparno terhasut.

Babeh dan Abah menyeringai, tentu Dimar dan Sabrina lebih berpengalaman dalam hal ini.

“Ok, kalo begitu semua siap…satu..dua..ti”. ‘Wrrrr…Rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr !!’. Dildo vibrator beraksi.

“Aaaahh…Aaaaaaaaaaaaahhhh !!”. Para gadis berkelojotan, pinggul mereka bergoyang seksi, lendir vagina mulai membanjiri lantai.

Vibrator mengaduk-aduk isi liang yang renyah merah merekah. Getaran tubuh mereka seirama dengan getar vibrator tersebut. Nikmat, nikmat sekali apa yang dirasakan Diny. Ini hal pertama dalam hidupnya dipermainkan sedemikian rupa, baru pernah vaginanya. Pak Suparno yang baru pertama kali mempermainkan Diny seperti ini lupa mengecilkan volume. Sedangkan Abah dan Babeh tangkas, curang lantas mengecilkan volume, jadi yang mengerang paling keras disitu Diny. Meski baru saja orgasme, rasa seperti diaduk-aduk buatnya cepat kembali menggapai klimaks. Diny pun melejang-lejang kenikmatan, Pak Suparno mematikan alat itu agar budak seksnya menikmati orgasmenya. Walaupun kesal berarti Senin harus gigit jari menyerahkan budak barunya tersebut. Abah dan Babeh langsung Tos. Diny ambruk karena ini sudah orgasme yang kesekian kalinya, Pak Suparno menangkap dan merebahkannya di lantai. Sabrina menyusul, baru Dimar setelahnya. Pekerjaan sampingan Dimar buat dia lebih bisa bertahan. Abah sorak sorai gembira bukan main, hari Senin dia akan dapatkan memek Diny dan Sabrina selain Dimar budaknya sendiri. Babeh setidaknya bisa menggarap Diny dan Sabrina.

<#><#><#>

Mendekati ejakulasi, mata Mang Engkos melotot menyeramkan. Bibir tebalnya ternganga pamerkan ketonggosan gigi. Racauannya sangat kotor, menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Shinta pun di ambang orgasme, ia lempar taplak meja yang digigitnya. Mang Engkos melesakkan dalam-dalam, hingga meja terseret ke depan. Tukang bersih kakus itu kelojotan tak tentu arah merasakan nikmat ejakulasi dari gadis obsesinya. Shinta sendiri mengucurkan lendir hasil orgasmenya, tubuhnya bergetar. Mereka berdua melepas lenguhan penuh kepuasan. Mang Engkos duduk di bangku guru untuk istirahat sejenak sehabis memisahkan diri. Shinta berbalik rebah di meja mencari oksigen. Gilanya, Babeh malah konak melihat Shinta meski tubuhnya porak poranda. Sambil mengocok penisnya, Babeh mendatangi Shinta. Shinta sudah tidak bertenaga, hanya mampu menangisi nasib dalam hati, kepalanya bergeleng ke kanan dan kiri seolah-olah berkata tidak pada pemerkosa yang menghampiri. Ia berusaha menahan niat kotor itu dengan menggerakkan kedua tangan menutup daerah incaran, meki.

“Oi, oi…mau apa Beh ?!” tegur Mang Engkos, tahu maksud Babeh.

“Mau ngentotin Non Shinta-lah, emang ngapain lagi ?!” jawabnya ringan.

“Waduh…jangan dong !. Neng Geulis saya ini”, Mang Engkos keberatan. Hati Shinta sejenak terasa sejuk adem ayem mendengar kata-kata Mang Engkos, bagai Pangeran kuda putih yang mencoba melindungi Tuan Putri.

“Alaah, dia tuh sama ama nyang laen…cuma perek” ujar Babeh.

“Biar perek ya perek saya, bukan perek Babeh…Babeh kan udah punya Neng Sabrina”.

“Jangan curang lu, emang gua kagak tau…Parno bilang lu semua juga pada tukeran pan, masa gua kagak boleh !” protes Babeh keras.

“Eeh, udah-udah…edan sampeyan semua, gara-gara memek pada bertengkar…kita tuh mustinya kerja sama bukan rebutan memek gini” sela Pak Suparno menengahi keributan.

“Kos, udah…ngalah sama Babeh, dia kan orang tua disini” nasihat Abah.

“Iya tapi kan…Neng Dimar aja tuh, saya masih pengen”, Mang Engkos membela diri.

“Gua udah pernah ngentotin Non Dimar, Abah aja ngasih !” ucap Babeh keras sambil melotot.

Mang Engkos ciut melihatnya, ternyata ia hanya bertenaga besar terhadap gadis, giliran ditantang sesama lelaki kecut.

“Maang, tolongin Shinta Mang !” pinta Shinta pada Pangerannya yang bergigi tonggos.

“Neng Shinta, kasih Babeh kesempatan yah” kata si Pangeran yang ternyata pecundang.

Shinta menitikkan air mata, baru saja dia senang dengan pembelaannya, tapi harus kecewa. Shinta bagai Istri yang diminta Suami untuk pengganti bayaran hutang saja.

“Non Shinta ayuu…punya kita musti kenalan nih hihihi”. Babeh tertawa cekikikan menggoda Shinta.

Sedikit telat untuk berontak, tapi Shinta tetap mencoba melindungi kewanitaannya. Walaupun sudah lemas, ia tidak mau mudah disetubuhi begitu saja. Shinta bergerak mundur, sayang dia hanya gadis manis lemah gemulai, tangannya ditangkap Babeh yang kemudian dicengkram sebelah tangan. Babeh menuntun penisnya mendekati vagina, Shinta terus bergerak melawan secara naluriah wanita. Babeh merasa kesulitan dan kesal.

“Hiih !!” geramnya, membalikan tubuh remaja Shinta hingga school idol itu mengaduh.

Tubuhnya dipaksa tengkurap di meja oleh Babeh untuk dinikmati habis-habisan. Tubuh itu miring kesamping, terlihat semakin menggiurkan di mata mesum Babeh, karenanya ia makin bernafsu. Dengan satu gerakan lagi, Babeh membalik Shinta hingga telungkup total. Babeh menarik kakinya agar bagian pinggul ke kaki mengambang, sehingga Shinta tidak bisa berontak.

“Jangan Beh…Iyaaah !”. Cruukk !, jari Shinta mencakar meja, bertahan agar Babeh gagal menyenggamainya.

Tapi apa mau dikata, kejahatan selalu menang melawan kebaikan di dunia nyata. Babeh persis tukang minyak tanah yang mendorong gerobak di jalan, nafsu besar buatnya kuat memanggul Shinta hanya dengan sebelah tangan, sebelahnya mengarahkan penis. Babeh mendorong masuk penis sedalam mungkin hingga amblas seluruhnya. Zlebb !.

“Bujug, Nngh…pantes lu doyan ‘ma nonoknye Kos, Hnggh…liat beneeer !” oceh Babeh dengan nafas sesak, lantaran penisnya terjepit vagina Shinta yang sempit legit.

Tanpa buang waktu lagi, Babeh langsung menggenjot penuh nafsu. Rekan-rekannya yang sinting memberikan semangat seperti sedang nonton pertandingan bola di Tv saja. Edan memang para binatang berwujud manusia itu, Babeh makin bersemangat jadinya. Biar bagaimanapun, Shinta salah satu gadis remaja yang pasti dipantau seluruh bandot di sekolah, termasuk Babeh. Mang Engkos panas menyaksikan budak obsesinya disetubuhi gila-gilaan di depan matanya, ia beranjak mendekati Sabrina yang duduk bersimpuh di lantai terikat. Sabrina takut melihat mimik Mang Engkos yang terlihat garang, kelihatan sekali ia ingin membalas perlakuan Babeh melalui dirinya. Mang Engkos melewati Diny, Dimar, Abah dan Pak Suparno yang hanya menggeleng kepala tahu apa yang akan dilakukan olehnya.

“Sakit Mang, aduuh !” keluh Sabrina, karena si tonggos itu menarik kasar lengannya.

“Berisik lonte”, dengan sinting, Mang Engkos menjambak Sabrina dan menyeretnya ke meja deret kedua dekat pintu. Gadis blasteran yang wajahnya mirip Cornelia Agatha itu hanya bisa mengaduh, Gabruk !!.

Tubuh seksi Sabrina dilempar dengan kasar ke meja bagai melempar barang yang sudah usang, Sabrina nungging di pinggir meja. Mang Engkos tidak mengindahkan permintaan ampunnya, dia gelap mata dan geram dengan perlakuan Babeh ke Shinta. Babeh menoleh sejenak ke arah Sabrina karena sedikit gaduh. Kakek itu lantas mengomel tak jelas lihat Mang Engkos menampari pantat Sabrina hingga bilur kemerahan. Dia semakin gahar menyodok, terlalu bernafsu, lupa betapa sempitnya vagina Shinta. Alhasil, persetubuhan pun tak berlangsung lama. Mendekati klimaks, Babeh melepas papahannya di paha Shinta, menyodok deras sambil meracau jorok.

“Gile nonok lu…gile nonok luu…gile nonok lu.Hggh Hnggh !” geram Babeh menjambak rambut terkuncir Shinta seraya melesakkan penis dalam-dalam, hingga Shinta terpentok nungging di pinggir meja, CROTT !!.

Penis Babeh berkedut-kedut, sperma menyemprot berkali-kali. Babeh menganga dengan lidah terjulur dan keluar liur menikmati ejakulasi. Shinta harus kembali pasrah vaginanya disembur lagi mani pria yang tak bertanggung jawab.

“Ooh, Non Shinta udah kece legit nonoknye”, celoteh Babeh penuh kepuasan sambil menarik keluar penisnya dari memek Shinta, sperma tercecer di lantai. Kakek penjual jajanan kantin itu mengistirahatkan tubuh tuanya di sebuah kursi.

<#><#><#>

Babeh selesai, Mang Engkos baru saja mulai. Plaakk !!. tamparnya di dubur Sabrina, Sabrina mengaduh kesakitan.

“Diam lonte…berisik !” bentak Mang Engkos lagi. Sabrina takut melihatnya melotot sangar, ia membuang muka.

“Aawh, ampun Mang udah.Aawh !”. Mang Engkos dengan keras kembali menampar pantat Sabrina terus berulang-ulang.

Tukang bersih kakus itu baru berhenti saat Babeh datang menghampiri, mereka bertukar pandang dengan penuh kebencian satu sama lain. Para gadis benar-benar diperlakukan seperti pelacur, setelah puas seenaknya ditinggalkan. Mang Engkos tambah kesal melihat vagina Shinta memar tak berbentuk. Begitu juga Babeh tak kalah kesalnya melihat pantat Sabrina bilur merah tergores sedikit keluar darah.

“Eh, tunggu dulu Kos” sergah Pak Suparno, melihat adanya perselisihan yang tidak sehat bagi kerja sama mereka, sebagai sesama ‘Tuan’ tentu harus kompak pikirnya.

“Ada apa Bos ?”.

“Gini…saya lihat sampeyan sama Babeh bersitegang”.

“Abis Babeh sih duluan…” keluh Mang Engkos.

“Udahlah Kos…kan udah dibilang, kasih kesempatan orang tua…lagian dari awal saya udah bilang sama kowe orang, musti siap bagi-bagi jatah”, nasihat cabul Pak Supano.

“Betul itu” sela Babeh merasa dibela.

“Nah, buat Babeh…kudu liat dulu situasinya, jangan main serobot depan mata. Minta ijin dulu sama yang punya !” sela Pak Suparno mengenengahkan, seolah tidak memihak salah seorang diantara mereka.

“Iya tuh…gitu dong, baru adil” ujar Mang Engkos merasa terbela juga.

“Nah, berarti dua-duanya salahkan…ya udah, kowe orang kudu baikan. Kita kan musti bersatu kalo mau nguasai lonte-lonte ini. Kalau kita kepecah belah, mereka nanti pada lari” terangnya. Semua terdiam sejenak, Babeh dan Mang Engkos saling tatap.

Keduanya pun damai bersalaman.

“Maaf ya Beh tadi…saya jadi emosi”, Mang Engkos meng-awali.

Ternyata sebagai cleaning service, ilmu etikanya cukup baik dimana orang yang lebih muda harus mengalah untuk minta maaf terlebih dahulu pada yang lebih tua, meski yang muda bukan yang pertama salah.

“Iya, gua juga maap yak…laen kali gua nunggu penawaran Non Shinta dari lu dulu, baru gua sikat…kalo lu mau Non Sabrina bilang aja ya”.

“Sip deh…mulai sekarang, Babeh juga bilang aja kalo mau Neng Shinta Ok”.

Keduanya lantas menyeringai, dua individu yang berkolaborasi dalam satu visi dan misi, sayang dalam hal mesum. Sementara Shinta dan Sabrina makin putus asa mendengarnya.

“Nah, gitu dong…baru temen, jangan temen makan temen” ledek Pak Suparno, semua bandot disitu tertawa kemenangan, sebaliknya para budak makin putus harapan karena para tuannya semakin solid.

“Oh iya…kita ke sebelah yuk sekarang” ajak Pak Suparno.

“Emang ada ‘paan disane ?” sahut Babeh sebagai orang baru. Diny yang juga ‘barang’ baru ikut bertanya-tanya dalam hati, apa maksud TU biadab itu.

“Oh…itu, ada yang pesta ngewe juga kaya kita gini” jelas Mang Engkos.

“Bujug buneng, ada siape lagi…wah-wah, parah lu No…masa cuman gua yang kagak lu kasih tau” keluh Babeh.

“Eheheh, maaf deh Beh…ini dikasih tahu, mangap yak”, Pak Suparno cengengesan.

“Ada siape disane ?” tanya Babeh penasaran.

“Oh, ada Neng Anggi..Neng Lita..Neng Orin…”

“Anggita Katalina, Shelita…Maureen ?, Ah nyang bener lu Kos…gua naksir banget ‘ma tuh cewek tiga, anak SMEA pan ?” tandas Babeh antusias memotong bicara.

“Yee, Babeh sih semua ABG juga demen” ledek Mang Engkos disambut gelak tawa.

Dalam kelelahan tubuh, Diny mencatat dalam hati karena ada hal baru lagi. Nama-nama itu dikenalnya sebagai Genk Orin, tiga pelajar SMEA yang terkenal cantik, bahkan membuat beberapa siswa SMA berlomba untuk memilikinya.

“Heh heh heh sialan, gua serius juga…suer lu Kos ada tuh perek tiga ?” tanya Babeh lagi penasaran penuh kemesuman.

“Iya, makanya denger dulu saya ngomong…belum selesai juga”.

“Iye deh”.

“Neng Anggi…Neng Lita…Neng Orin…Neng Fisti…Neng Nancy…Pak De Us us… Me”.

“Us us tukang parkir ?” sela Babeh.

“Iya ah jangan dipotong dulu, nafsu bener”, Mang Engkos gemas, yang lain tertawa.

“Eeh iye ye gua lupa, terusin Tong !”.

“Pak De Us us, Memet, Bari sama Pak Kasman…ada lagi saya nggak kenal”. Diny terenyuh mendengar nama kedua sahabatnya, Fisti dan Nancy disangkanya menjadi korban juga.

“Bujug, parah lu semua..orang luar kayak Memet malah dikasih memek…si Bari juga nih, dasar anak durhaka…Bapak sendiri gak dibagi jatah, gak dikasih-kasih tau acan…Dedemit dasar” omel Babeh kesal.

“Bukan gitu Beh, ada jalannya…kayak Babeh sama saya aja, prinsip kita kan kalau bisa nambah lonte tapi jangan nambah pejantan. Soalnya ribet kayak Babeh sama Engkos tadi, rebutan memek jadi berantem” terang Pak Supano sok bijak.

“Yaah elu No, sohib gua…kalo nyang laen sih masa bodo…tapi gua pan salah satu yang dituain disini…kudu wajib dikasih jatah dulu, umur gua pan ‘gak lama lagi” ujar Babeh.

“Nah, justru karena enggak lama lagi itu…tobat Beh, malah mau nambah memek”, ledek Mang Engkos lagi dan semua ketawa terbahak-bahak.

“Udah udah, ngalor ngidul aja sampeyan…yuk kesana” gagas Pak Suparno.

“Ho-oh deh nyok kesane !”, Babeh bersemangat, diikuti yang lain.

<#><#><#>

Pak Suparno membentak keras Diny agar bangun, Mang Engkos membangukan Shinta yang masih terkapar. Abah menyadarkan Dimar yang masih telungkup di lantai dengan menampar pipi pantat dan menjambaknya. Babeh menepuk pipi Sabrina kecil-kecil agar bangun bersiap diri. Tali yang masih mengikat tangan di lepas.

“Semua pada bawa ?” tanya Pak Suparno mengenai strap hitam berantai yang dikenakan Diny untuk dilingkarkan di leher budak seks masing-masing.

“Bawa Bos” sahut yang lain. Pak Suparno mengangguk bagai Guru yang senang karena PR darinya dikerjakan semua anak didiknya.

Setelah itu, semua bandot melepas pakaian mereka. Urutan dari kiri Sabrina, Diny, Shinta dan Dimar, dipaksa merangkak bertumpu pada kedua telapak tangan dan lutut. Pakaian yang masih melekat berikut sarung tangan putih khas paskibraka ditanggalkan, celdam hitam yang masih tersangkut diloloskan dan para bandot memakainya di kepala. Leher dikalungkan gelang budak bertali rantai. Syal merah putih yang terkalung di leher, dilepas dan diikat melingkar di lengan kanan, hingga warna putih merahnya kontras, menambah ke-empat gadis itu semakin seksi dipandang. Jadilah para bidadari didandani para iblis. Tali rantai dipegang masing-masing ‘Tuan’. Puas sekali nampak para bandot, menatap budak seksnya dandan ala pelacur berkali-kali. Tanpa bosan mereka berceloteh,

“Ck ck ck, cantiknya…seksinya anak-anak sekarang ya” komentar mesum para penjahat kelamin berumur tersebut, sambil mengocok penis dan menggerayangi penuh nafsu.

Diny sekilas menatap penuh kekecewaan pada Shinta, kakak kelas yang di-idolakannya itu. Tadinya ia ingin mengutarakan masalah ini dan meminta solusi, selain cantik Shinta memang dikenal sebagai gadis smart. Tapi melihat dia sendiri dalam kesulitan, Diny pun berpaling kecewa. Shinta membuang muka tak enak, mereka sudah seperti kakak beradik hingga membuat iri beberapa teman Diny yang juga ingin dekat dengan Shinta.

Diny berpikir ulang bahwa tak boleh dia bersikap seperti ini. Shinta pasti sama seperti dirinya, tidak menginginkan aib menjadi runyam. Maka, Diny pun kembali menatap Shinta dengan senyuman, Shinta balik membalas. Disaat semangat hidup kembali berkobar, Pak Suparno tiba-tiba berteriak sinting.

“Siap grak, Pereeek jalan !”. Plaak !, Diny mengaduh sakit pantatnya ditampar keras TU bejat itu.

Wajah Shinta, Dimar dan Sabrina meringis. Pilu dan ngilu mendengar bunyi tamparan berikut jerit derita teman sependeritaan mereka. Plaaak ! terdengarlah jerit susulan dari mereka. Rupa-rupanya Pak Suparno memberi ispirasi bagi bandot lain untuk mengikuti. 4 pasang Beauty and the Beast itupun berjalan menyusuri sekolah. Pemandangan ini lebih mengenaskan dari yang pertama. Kali ini ada 4 gadis seksi merangkak dengan 4 pria tua mesum dibelakangnya, mengenakan celdam para gadis itu di kepala. Mereka tertawa budaknya yang seperti binatang piaraan saja. Vagina memar belepotan sperma terlihat dari belakang, mengundang olok-olok yang merendahkan. Para bandot itu bahkan membanding-bandingkan, siapa diantara para budak yang paling belepotan. Mereka terkadang gemas menampar pantat yang bergelombang seksi, karena tubuh bergetar akibat rasa malu dipandangi dari belakang berposisi merangkak nungging. Terutama Diny, ini hari pertama jalan seperti ini bersama teman-temannya yang terkenal sangat cantik di sekolah.

“Stop !” teriak Abah menghentak tali rantai Dimar, hingga si cantik semok itu berhenti, yang lain otomatis mengikuti.

“Kenapa ‘Un ?” tanya Pak Suparno.

“Gua punya ide nih No, huehehe” seru Abah cengengesan, membisik sesuatu ke telinga Pak Suparno.

Para budak menanti dengan jantung berdegup kencang, Pak Suparno tersenyum cabul mendengar ide brilliant lagi dari Abah.

“Bagus, ya udah sana cepet !” kata Pak Suparno, Abah berlari kecil kembali ke kelas.

“Oi, ada ‘paan sih ?!” Babeh penasaran. Pak Suparno hanya menyeringai, Mang Engkos garuk-garuk kepala karena ikut penasaran. Tak lama Abah pun kembali dan para bandot semuanya cengengesan. Para bidadari yang penasaran menoleh satu-persatu.

(Oh No), batin Diny. Semua gadis kembali memalingkan wajah menggerutu yang dalam keadaan tak berdaya karena penderitaan birahi akan bertambah.

“Saya kira ada apa hihihi boleh juga sih” komentar Mang Engkos.

“Nih satu-satu, biar pada punya buntut huehehe” gagas Abah cabul.

Segera, para bandot menyepak lebar kaki gadis, memasukkan dildo penis ke vagina masing-masing budak. Pak Suparno ke Diny, Abah ke Dimar, Mang Engkos ke Shinta dan Babeh pada Sabrina. Para bandot tersenyum saat mendorong dildo masuk. Blessh !, begitu mudah amblas karena vagina dipenuhi jus cinta dan sperma. Tubuh ke-empat gadis itu mengejang. Lidah mereka sedikit terjulur, gambaran betapa lezat moment tersebut. Satu sisi merasa benci dibudaki secara tidak manusiawi, sisi lain menikmati diperlakukan seperti ini. Kontradiksi hati yang takkan pernah terampungi. Setelahnya, para bandot melumuri pelumas ke sekujur pantat, lalu memasukkan rentetan bola karet yang semakin ujung semakin besar, sebesar bola Pim-pong ke dalam pantat. Para gadis mengerang, Diny yang bersuara paling lantang karena ini yang pertama kali baginya. Para bandot terbahak-bahak melihatnya, Plaakk !!.

----------

“Ayo lonte, jalan lagi !. Ayooh !!” bentak para bandot, ke-empat gadis itupun merangkak lebih lanjut. Namun baru selangkah…“Aaaaaaahhh…Yahhhhhh..Sssshh !!”.

Para gadis mendesah nikmat bersahut-sahutan, kepala tertunduk dan tubuh bergetar. Para bandot tertawa brengsek, menampar pipi pantat dan juga pangkal dildo, hingga membuat tubuh seksi para gadis semakin bergetar hebat. Sungguh keadaan yang mengenaskan namun menggairahkan. Setelah para gadis itu bisa menyesuaikan diri, barulah mereka kembali merangkak menuju lokasi penyiksaan birahi berikutnya.

<#><#><#>

Baru beberapa langkah, ada sesosok Aki-aki sedang menarik gerobak sampah berwarna oranye persis gerobak SOR, menggenggam ikat pinggang hitam, tak jauh dari tempat keempat pasang beauty and the beast. Gerobak itu terlihat bersih karena bukan sampah yang ada di dalamnya. Melainkan lima gadis cantik berpakaian basket dengan wajah serta tubuh kulit putih salju bermandikan sperma. Pakaian basket itu berwarna merah menyala, headband pink melingkar di-jidat, kunciran rambut hitam di-pergelangan tangan kiri dan kalung budak bertali rantai. Rambut sebahu yang biasa terkuncir sudah tergerai acak-acakan, di beberapa tempat ada bercak sperma. Celana training hitam ketat tanpa celdam melorot ke lutut, dan yang paling menjadi pusat perhatian walaupun dari kejauhan adalah kewanitaan. Vagina para gadis itu diluberi sperma. Menggambarkan bahwa Aki-aki itu pasti tadi menekan penisnya dalam-dalam, muncrat hingga tak tertampung. Vagina tersebut hilang tak terlihat, hanya ada gumpalan cairan kental putih pekat yang menggunung, berkumpul di satu titik. Para bidadari berpakaian basket itu melempar pandang ke arah Diny Cs. Mereka mencengkram gerobak sampah besi yang mengurungnya, menatap sendu tak berdaya dari dalam bagai narapidana yang terkurung di balik jeruji. Angel in Cage !, istilah yang tepat untuk mereka. Dimana si penarik gerobak seorang Aki-aki tua renta bertubuh kurus, kulit hitam telanjang menjijikkan dengan penis tertidur lemas puas, sepuas yang terlukis di wajah pemiliknya. Puas dengan kemenangan, senang akan keberuntungan. Edan ! edan betul pemandangan tersebut, namun seksi sekali karena kontrasnya. Membuat ke-empat pasang beauty and the beast terpana menghentikan langkah. Diny menyebut sebuah nama dalam hatinya, (Ta..Tasya… M…), belum selesai dengan ketidak percayaannya, sebuah suara menyela.
“Ooi, Mbah… Mbah Katim”, panggil Mang Engkos pada Aki-aki yang merupakan tukang sampah komplek sekolah dari SMP-SMEA juga SMU, lebih tua dari Babeh sekalipun kira-kira umur 70 thn-an, karena itu pula dipanggil Mbah.

Si Aki mengenali suara yang memanggil namanya, dia menoleh dan menghentikan laju gerobak yang ditariknya.

“Dari mana mau kemana Mbah ?” teriak Mang Engkos.

“Mau ke gudang dari belakang…sekali-kali mumpung sepi ganti suasana, masa di gudang terus ngentotnya Hak hak hak hak” sahut Aki itu ringan sambil ketawa terbahak-bahak.

Seolah menyenggama basketball girl yang cantik-cantik itu seenak beruknya, sembarang, sesuka hati memperlakukan vagina mereka layaknya Bank sperma. Bebas menyetor kapanpun dan dimanapun. Kelima gadis itu terkenal di sekolah dengan sebutan Tasya ‘n the genk, dengan Anastacia ketua mereka sekaligus kapten basket.

“Gak ikut pesta sama kita-kita Mbah ?” tawar Abah berteriak.

“Enggalah..sampeyan aja, malam minggu enak pesta nonok sendirian hak hak hak !”sahut Mbah Katim tertawa jelek, jadilah dia sejelek-jeleknya makhluk.

Saat sedang asyik berbincang, dua gadis yang dikenal bernama Stacy dan Vika memanjat gerobak, hendak melarikan dari dari ‘tuannya’. Merasakan gerobak bergoyang, Mbah Katim refleks melayangkan ikat pinggang ke udara. Ctaaaarr !!!.

“Kyaaa !” jerit kedua dara jelita itu.

“Masuk !, mau kemana ?!” bentak Mbah Katim sambil berkacak pinggang dengan gagah. Stacy dan Vika langsung turun dari gerobak dengan wajah takut.

“Ta’ giniin memek sampeyan semalem suntuk sampe endak bisa pipis…MAU ?!” bentak Mbah Katim melotot sambil menunjukkan jari jempol terjepit ke arah kedua gadis itu.

Kelima bidadari itu menggeleng dan menjerit bernada tinggi. Mereka berpeluk erat di dalam gerobak, takut melihat kakek penguasa tubuh mereka marah besar. Keadaan itu terlihat bagai Gajah yang dikendalikan Pawangnya saja. Merasa budak seksnya sudah terkendali, Mbah Katim tertawa menyebalkan sambil berkacak pinggang lagi. Kemudian dia menoleh ke arah Diny dan bertanya dengan suara keras.

“No…itu baru ya ?” tanya Mbah Katim, melihat Diny langsung ‘on-line’, kejantanannya ingin segera mencicip ‘daging segar’.

“Iya Kang, nanti ya kalo mau coba…pasti ta’ kasih !” sahut Pak Suparno pada Kakaknya yang sama bejat itu.

“Ya wis ta’ tunggu, Hiya”, Mbah Katim menarik gerobak dan beranjak pergi.
Pak Suparno dan yang lain menatap penuh iri, sebab Mbah Katim jarang berbagi. Giliran budak seks orang dia sikat, budak seksnya dikuasai sendiri. Itulah yang membuat Mang Engkos ber-ego tinggi, dia lebih dekat dari Pak Suparno, Adiknya sendiri. Penyakit egois tidak berbagi budaknya menular ke Mang Engkos. Pak Suparno menampar pipi pantat Diny lantas menghentak tali rantainya, aba-aba untuk kembali meneruskan perjalanan. Tibalah mereka di penghujung jalan, tempat tujuan yang tak lain adalah sebuah ruang luas terbuka tempat latihan cheers. Dikelilingi bangku-bangku taman dan hijau tanaman. Cermin untuk melihat kesalahan gerak cheers di dalam ruangan itu, memantulkan beberapa pasang persetubuhan. Musik cheers ‘Magalena’ dari Sergio Mendez menambah hot suasana. Diny serasa di sebuah theater, hanya saja theater penuh adegan sex, ia berharap apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi. Ia melihat pemilik warung rokok depan sekolah Memet, sedang asyik menggenjot Shelita dari belakang, dimana disampingnya Bari dengan posisi sama pada Maureen. Dilihat dari mimik Shelita dan Maureen yang meringis sakit, tampaknya Bari dan Memet sedang berlomba, siapa yang lebih dulu Anal klimax, dialah yang menang. Di dekat situ, Anggita Katalina menaik turunkan tubuh-nya di atas penis Pak de Us-us tukang parkir sekolah sambil disandwich Egi, siswa yang terkenal nakal.

Tak jauh dari situ di bangku taman, terlontar sesaat pandangan licik dari Fisti dan Nancy kedua sahabat ke arah Diny dimana mereka duduk mengangkang berderet dengan vagina dilahap dan dijilati habis-habisan Pak Kasman petugas perpustakaan. Mereka berdua toss, seakan senang melihat Diny menjadi budak seks Pak Suparno. Kala itu, ia belum tahu apa kaitan kedua sahabatnya itu dengan kehadiran Egi satu-satunya pelajar, orang baru yang tidak dikenal Mang Engkos..Babeh dan Abah sekalipun, terkecuali Pak Suparno. Sambil melihat adegan yang berlangsung, Pak Suparno memainkan Dildo yang menyumbat vagina Diny maju mundur. Wajah gadis malang itu pun makin sayu terangsang. Ketiga bandot lain mengikuti apa yang dilakoni Pak Suparno ke masing-masing budaknya. Pak Suparno mengocok gencar hingga jus cinta Diny meluber keluar, ia tertawa menang. Tata usaha bejat moral itu mencampakkan Dildo dan mengganti dengan penisnya ke liang cinta Diny. Mereka berdua kembali bersetubuh untuk yang kesekian kali, yang tak dapat dihitung dengan jari. Pembantaian birahi besar-besaran berlangsung hingga malam hari, diterima para bidadari berstatus pelajar di sekolah itu. Hari terasa panjang, terutama bagi Diny yang baru pernah mengalaminya. Sinar mata Diny perlahan redup, seusai orgasme seiring muncratan sperma Pak Suparno di liang cintanya. 

The End


sumber : www.meremmelek.net

1 comment:

  1. There is SHOCKING news in the sports betting industry.

    It's been said that any bettor needs to look at this,

    Watch this now or stop betting on sports...

    Sports Cash System - Automated Sports Betting Software

    ReplyDelete