Tuesday, June 19, 2012

The Fallen Princess Chapter 2 : Beast Among The Beauties

“crrrtt…crrrtt..OOKKHHH !!”, semburan sperma yang kental itu bertubi-tubi menerpa wajah cantiknya. Sang gadis cantik itu hanya memejamkan matanya dan menjadikan wajahnya sebagai ‘nampan’ sperma. Penis itu dielus-eluskan oleh pemiliknya ke wajah sang gadis. Gadis itu tersenyum manis sambil meratakan sperma ke seluruh wajahnya. Si pria mengelus-elus rambut sang gadis. Bangga luar biasa sekaligus merasa beruntung sekali, di umurnya yang sudah 42 tahun, dia bisa menggagahi seorang gadis muda yang benar-benar cantik seperti bidadari hampir setiap hari. Apalagi, gadis cantik itu dengan suka hati merelakan tubuhnya dan melayani dengan sepenuh hati tanpa paksaan sama sekali. Penis yang sudah loyo itu dibersihkan dengan seksama oleh sang gadis menggunakan lidahnya sebelum dikeringkan dengan handuk.

“Reisha sayang..makasih ya..bapak bener-bener puas..”.

“iya Pak..sama-sama..Reisha juga kok..”.

“kalo aja..istri bapak secantik ‘n sejago kamu maennya pasti bapak betah di rumah..hehe..”.

“yee..Pak Darto bisa aja ngegombalnya..”, kata Reisha manja.

“ntar sore bapak ke sini lagi ya Sha..”. Reisha hanya tersenyum dan mengangguk. Sudah lebih 3 bulan, Reisha dan Darto berhubungan tanpa diketahui warga sekitar. Darto adalah ketua RT di tempat tinggal Reisha yang baru saja membeli rumah kontrakan. Darto langsung jatuh hati ketika pertama kali melihat Reisha yang waktu itu datang ke rumahnya untuk melapor sebagai warga baru. Wajah cantik, kulit putih merona, dan body yang aduhai. Bagi Darto, Reisha adalah wanita idamannya selama ini, berbeda sekali dengan istrinya yang gendut dan tak sedap dipandang mata. Darto memang dikenal sebagai RT cabul di lingkungannya, dia suka tertangkap basah sedang mencuri-curi pandang ke gadis-gadis muda di kompleknya. Memang warga apalagi para gadis agak risih dengan Darto, tapi sampai sekarang tidak ada kasus pemerkosaan oleh Darto, lagipula Darto adalah RT yang sigap dengan masalah warganya dan cepat dan tepat dalam bertindak tanpa meminta uang jasa, jadi, mau tidak mau, Darto tetap dipilih sebagai RT.

Warga mulai menyadari Darto yang mulai berubah. Darto sekarang menjadi sopan dan santun dan tidak cabul seperti dulu. Sekarang Darto benar-benar cocok jadi RT. Warga memang menyadari sejak kedatangan Reisha, Darto mulai berubah, tapi warga tidak pernah menuduh yang tidak-tidak ke Reisha karena Reisha sendiri ramah dan selalu membantu dan bergaul dengan warga. Bagaimana Darto tidak berubah, sejak Reisha mengiyakan untuk menjadi simpanannya, Darto bisa melampiaskan nafsunya kepada gadis impiannya itu hampir setiap hari dan kesempatan. Darto benar-benar tergila-gila dengan Reisha karena Reisha sangat ahli memuaskannya. Jika istrinya sedang ‘kepingin’, Darto pun melayaninya, tapi dengan membayangkan Reisha yang melayaninya sehingga istrinya benar-benar puas karena Darto begitu bersemangat. Sering Darto keceplosan dan mendesahkan Sha seperti saat sedang menyetubuhi Reisha, untung nama istrinya Aisya, jadi istrinya tidak curiga dan mengira Darto mendesahkan namanya.

Reisha sendiri adalah mahasiswi di sebuah universitas negeri, tadinya dia nge-kost di dekat kampus, tapi dia memutuskan untuk mengontrak rumah sekalian. Dia memang cantik, pintar, dan ramah, tapi di balik semua hidupnya benar-benar hancur. Keperawanannya sudah hilang saat dia umur 15 tahun di tangan pacarnya yang 2 tahun lebih tua darinya saat itu. Tapi, pacarnya meninggalkannya setelah puas memerawani Reisha. Sejak saat itu, Reisha tidak pernah serius pacaran, dia menggunakan kecantikannya untuk dapat keuntungan atau sekedar memainkan perasaan pria. Setiap pria yang menjadi pacarnya pasti pernah merasakan kehangatan tubuh Reisha karena Reisha sekarang sudah menjadi maniak seks. Reisha selalu mencari pacar sesuai dengan moodnya. Jika sedang ingin main-main saja, dia berpacaran dengan brondong yang umurnya 15-17 tahun, tapi jika sedang butuh uang atau sedang ingin ‘permainan’ yang sebenarnya, dia berpacaran dengan om-om yang umurnya 2x lipat atau lebih dari umurnya yang baru saja mencapai 21 tahun, 1 bulan yang lalu.

Reisha dengan mudah mendapatkan pacar brondong dari situs pertemanan Facebook, (pada tau Pesbuk kan? yang bikin orang ol pagi-pagi suntuk sambil ngantuk-ngantuk itu lho..hihi..) dengan agresif karena anak SMA suka dengan cewek yang lebih tua yang agak agresif. Sedangkan, untuk menarik om-om, Reisha tinggal duduk-duduk sendirian di cafe atau restoran. Dalam waktu singkat, pasti ada om-om baik 1 atau lebih yang meliriknya, Reisha pura-pura salah tingkah sambil tersenyum manis karena om-om memang gemas dengan cewek cantik yang malu-malu. Alhasil, Reisha punya banyak koneksi mulai dari pengacara, pengusaha, dokter, dll.

“ahh..pegell..”. Reisha menghempaskan tubuhnya ke ranjangnya yang empuk itu, meluruskan kakinya dan menyalakan tv. Dia menonton dengan tenang padahal masih telanjang bulat, dan dia belum mengelap sperma dari wajahnya.

“halo..”.

“hei Sha..lagi apa lo?”.

“lagi nonton tv aja gue..kenapa Sherl?”.

“besok kan udah mulai libur..gue, Dara, Lina sama cowok-cowok kita pada mau ke Bali..ikut gak lo?”.

“ngg..gimana ya..”.

“ikut aja Sha..kata cowok gue..gak enak gak ada lo..”.

“iya..cowok lo kan seneng banget ngegrepein gue..”.

“daripada ngegrepein gue..mendingan lo aja yang jadi korban..hahaha..”.

“sial lo ah..”.

“hahaha..gimana Sha?”.

“nggak deh Sherl, gue kangen ama adek gue..thanx ya..”.

“oh oke deh..”. Reisha benar-benar sayang kepada adiknya, adiknya adalah satu-satunya alasan Reisha tetap kuat menjalani kehidupannya yang tidak karu-karuan. Sore menjelang, saat Reisha baru saja selesai mandi, Darto sudah duduk di ruang tamu Reisha. Darto bisa keluar masuk rumah Reisha dengan leluasa karena Reisha sudah menganggap Darto seperti bapak sekaligus suaminya sehingga Reisha memberikan kunci duplikat rumahnya ke Darto.

“eh Sha..udah mandi kamu..”.

“aduh Pak Darto..ngagetin aja..kirain siapa..”. Darto membuka handuk yang melilit di tubuh Reisha yang hanya tersenyum saja. Darto langsung menggendong Reisha menuju kamar. Dari sore hingga hampir malam, pasangan yang umurnya terpaut jauh itu bermesraan dengan sangat panas bagai pengantin baru. 

Malam itu, Reisha berpamitan ke Darto untuk pulang menemui adiknya. Tentu saja, Darto tidak rela Reisha pergi selama 2 minggu, tapi apa mau dikata. Pagi-pagi suntuk, Reisha pergi dengan mobilnya, sebelum macet dan panas, pikirnya. Reisha sampai di rumah orang tuanya, dia langsung masuk ke dalam rumah meski pintu terkunci karena Reisha memang memegang kunci duplikatnya. Sudah biasa, rumahnya sepi selalu, Reisha sudah tidak heran, sejak 5 tahun lalu, ayah dan ibunya sukses dan menjadi workaholic meninggalkan kedua anaknya tanpa kasih sayang. Reisha menaruh barang-barangnya di kamar lamanya dan beristirahat sebentar sebelum akhirnya menuju kamar adiknya untuk memberi kejutan. Suara gaduh terdengar sayup-sayup dari kamar adiknya, dia membuka pintu kamar adiknya yang tidak terkunci.

“PUTRI ??!!!”, Reisha sangat kaget dengan pemandangan yang ada di depannya sekarang, benar-benar tak bisa dipercaya.

Adiknya sedang ditindih oleh seorang pria. Tubuh hitam itu berada di atas tubuh putih nan mungil Putri. Putri mendesah dan terlihat benar-benar keenakan sedang dipompa oleh pria hitam itu yang ternyata adalah Sapto. Kedua manusia yang kontras itu melihat ke arah Reisha yang sudah masuk ke dalam kamar. Spontan, Sapto mencabut penisnya dan langsung lari keluar kamar. Putri sendiri menutupi wajahnya dengan bantal, malu ketahuan kakaknya. Reisha tau dalam keadaan begini, Putri tidak mungkin diajak bicara, pasti dia benar-benar malu. Reisha pun keluar dari kamar, mencari jawaban dari satu lagi yaitu Sapto. Sebuah pukulan berat bagi hati Reisha, adiknya yang ia sayangi dan ia jaga dari dulu kini sama hancurnya seperti dia. Reisha menyalakan mobilnya.

“tok !! tok !!”. Pintu terbuka.

“non Reisha..maapin saya..maapin saya..saya bener-bener minta maap..”. Reisha tidak menggubrisnya, dia masuk ke dalam rumah Sapto, dan duduk di sofanya. Reisha marah sekali kepada Sapto, orang yang ia percaya untuk menjaga Putri agar tidak menjadi sepertinya.

Tapi, Reisha mendengar semua penjelasan dari Sapto, termasuk pengakuan Putri tentang peristiwa di pantai itu. Reisha kembali pulang dan melihat Putri sedang duduk menangis di ruang tamu menanti dirinya.

“kak Reisha..maapin aku..maapin..”, kata Putri berlutut memeluk kaki Reisha sambil menangis.

“udah..kamu bangun dulu..”. 2 gadis cantik itu duduk bersama di sofa. Reisha memeluk Putri erat.

“kak..maafin aku..aku..aku..”.

“udah udah..kakak udah tau semuanya..kamu udah terlanjur kan..Mang Sapto yang maksa kamu..”.

“iya kak..”.

“coba cerita sama kakak..”. Tak disangka, kakaknya tidak marah dan sangat mengerti keadannya. Tapi, tetap saja Putri malu tidak bisa menjaga kesucian seperti kakaknya, pikir Putri.

“nanti kita pikirin rencana buat balas dendam sama kakak kelas kamu itu..”.

“iya, kak..”. Reisha membelai rambut adiknya itu.

“kak..jangan bilang ke mama sama papa..please kak..”.

“tenang aja Putri..kakak juga sama kayak kamu..”.

“maksud kakak?”.

“masa kamu gak ngerti?”.

“jadi kakak…??”.

“iya..kayaknya emang kutukan kita..”. Dua gadis cantik itu sama-sama mengeluarkan air mata. Putri pun sangat kaget saat Reisha menceritakan rahasianya. Ternyata, Reisha juga menjadi budak seks Sapto. Semua pelajaran sex Reisha didapatkan dari Sapto yang tentu dengan senang hati mengajari Reisha. Reisha dan Putri sekarang berada di dalam kamar Putri. Keduanya duduk di tepi ranjang. Dua-duanya bercerita seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa. Entah setan darimana, Reisha merasa tubuhnya hangat melihat bibir dan leher jenjang Putri.

“eemmffhhh..”. Putri kaget dengan kakaknya yang tiba-tiba memagut bibirnya. Keduanya saling menatap, bibir mereka masih menempel dengan erat. Putri merasa benar-benar yang terjadi sekarang tidak benar, berciuman dengan kakaknya sendiri sama sekali tak pernah terlintas di pikirannya. Tapi, Putri mulai menikmati ciuman terlarang ini, kakaknya begitu agresif melumat bibir Putri dan Putri mulai membalas ciuman Reisha.

Mereka berdua saling melumat bibir dan lidah mereka juga aktif saling membelit satu sama lain. Putri tidak tau apa yang terjadi, yang dia tau bibir kakaknya terasa sangat lembut dan ciuman ini terasa begitu mengasyikkan untuk segera diakhiri. Pengalaman pertama berciuman dengan sesama wanita, Putri lakukan dengan Reisha, kakak kandungnya sendiri, tapi mereka berdua berciuman begitu panas bagai sudah sering melakukannya.

“kakak sayang kamu..”.

“Putri juga, kak..”. Mereka berdua berbicara dengan ludah yang menghubungkan bibir mereka berdua sebelum akhirnya mereka berdua berciuman lagi. Reisha kini turun menciumi leher Putri.

“mmm…”, desah pelan Putri mulai terangsang. Putri mengangkat kedua tangannya ke atas memudahkan Reisha membuka kaosnya. Reisha tak menyangka sepasang gunung kembar adiknya itu telah tumbuh menjadi payudara yang indah meski tidak terlalu besar. Reisha merebahkan tubuh Putri sehingga Putri tidur terlentang dengan kaki menggantung di tepi ranjang.

Reisha menggenggam kedua buah payudara Putri yang ranum itu. Banyak bekas cupangan dan gigitan di payudara Putri, Reisha tidak heran karena dulu payudaranya juga seperti ulah dari Sapto. Tapi, karena Sapto yang rajin ‘merawat’nya, payudara Reisha kini besar, padat, dan kenyal membuatnya menjadi magnet lelaki.

“mmhh..kakkhh..”, desah Putri lembut ketika Reisha mulai meremas-remas payudaranya. Reisha menjepit dan memilin-milin kedua puting Putri dengan gemas. Lidah Reisha menari-nari dengan lincahnya mengarungi seluruh permukaan payudara Putri. Lalu lidah Reisha asyik berputar-putar mengelilingi kedua aerola Putri.

“enaakkhh..kaaakkhh..”. Reisha mengemut-emut kedua puting Putri. Lalu Reisha memberi kecupan kecil ke kedua puting Putri sebelum turun ke perutnya dan menjilati pusar Putri. Reisha tak buru-buru, dia ingin Putri benar-benar menikmati ini secara maksimal. Reisha meloroti celana tidur Putri perlahan dan tampaklah daerah pribadi Putri yang benar-benar indah itu.

Semerbak wangi vagina Putri langsung tercium oleh Reisha. Reisha mengatur posisi kedua kaki Putri. Vagina Putri tepat berada di tepi ranjang dan tak terhalang apa-apa lagi. Putri bisa merasakan hembusan nafas kakaknya di belahan bibir vaginanya. Badan Putri semakin panas dingin ketika Reisha meniupi dan menciumi daerah vaginanya. Reisha memainkan klitoris Putri dan menciumnya beberapa kali membuat tubuh Putri bergetar-getar. Kedua pangkal paha Putri tak luput dari ciuman dan jilatan Reisha. Lidah Reisha menyapu belahan bibir vagina Putri dari atas ke bawah lalu dari bawah ke atas sebelum akhirnya lidah menyelip masuk ke dalam celah sempit Putri yang wangi itu.

“nngghh…kaakkkhh..teeruuussshh..”, Putri sangat menikmati gerakan lidah kakaknya yang bergerak-gerak lincah di dalam liang vaginanya. Sambil terus mengobok-obok vagina adiknya dengan lidahnya, Reisha mengusap-usap dan menekan-nekan klitoris Putri dengan ibu jarinya, menambah kenikmatan yang sekarang menjalar di sekujur tubuh Putri menjadi 2x lipat.

“ooohh..enaakhhh kakhh..UUUMMHHH !!!”, Putri tak dapat menahannya lagi. Dia akhirnya melepaskan gelombang orgasmenya yang dahsyat. Reisha menyeruput setiap tetes cairan vagina Putri. Lalu Reisha melucuti pakaiannya sendiri sehingga kini, 2 dara yang cantik jelita itu sama-sama polos bagai baru lahir. Baru kali ini, Putri melihat tubuh telanjang kakaknya, Putri benar-benar kagum sekali dengan tubuh kakaknya, benar-benar sempurna setiap lekuk di tubuh kakaknya itu. Reisha tidak ingin adiknya telanjang sendirian. Reisha dan Putri tidur di tengah ranjang, berpelukan dengan mesra dan hangat.

“kak..Putri boleh kayak tadi gak ke kakak?”.

“kamu mau?”.

“mm..iya kak..”, jawab Putri malu-malu. Reisha sama sekali tak menyangka, Putri cepat belajar, baru 1 kali saja, Putri melakukan persis seperti tadi walau masih agak kaku seolah-olah Putri memang tercipta untuk menjadi gadis petualang sepertinya. Putri merasakan cairan vagina pertama kalinya. Dan dia malah ingin merasakannya lagi.

Reisha menyuruh Putri menaiki tubuhnya, Putri langsung mengerti dan mengambil posisi 69, sepertinya dia sudah terbiasa dengan Sapto yang ketagihan ‘memakan’ vagina Putri. Reisha dan Putri pun seperti berlomba-lomba membuat orgasme terlebih dahulu. Putri kalah duluan setelah itu, Reisha pun menyerah dan memberi minum Putri dengan cairan vaginanya. Selanjutnya, Putri mengambil posisi sedemikian rupa sesuai arahan Reisha sehingga kedua vagina mereka menempel. Reisha mulai menggerakkan vaginanya menggesek vagina Putri.

“aahhh..ooohhh..yesshhh..mmmhhh”, desahan kakak adik itu saling bersahut-sahutan menikmati vagina mereka yang saling bergesekkan. Tanpa 2 gadis cantik itu ketahui, Sapto menyaksikan semuanya dari awal. Pemandangan terindah yang pernah Sapto saksikan. Mungkin semua laki-laki akan mau bayar mahal untuk melihat pemandangan ini. 2 gadis cantik dengan tubuhnya yang sama-sama putih mulus nan montok sedang saling menggesek-gesekkan vagina mereka untuk mencapai puncak kenikmatan. 

Sapto membayangkan betapa nikmatnya jika penisnya berada di antara kedua vagina yang sedang bergesekkan itu. Tapi, Sapto tidak berani masuk dan mengganggu keintiman kakak beradik itu, dia hanya bisa menikmati pemandangan itu sambil mengocok penisnya. Bersamaan dengan Reisha dan Putri yang melenguh dan mengejang, Sapto juga mengejang menyemburkan spermanya ke mana-mana. Takut ketahuan karena tadi dia sedikit mendesah, Sapto langsung menjauh dari kamar itu. Setelah mengatur nafas sebentar, Reisha menuju pintu karena dia tadi mendengar suara. Reisha melongok ke luar, tak ada siapa-siapa, tapi kaki Reisha menginjak sesuatu yang lengket. Reisha jongkok dan mencolek noda putih itu. Dia kulum jarinya. Reisha sudah hafal betul dengan ‘taste’ sperma itu, dia hanya tersenyum dan menutup pintu. Reisha kembali naik ke atas tempat tidur. Putri dan Reisha saling berpelukan sambil sesekali berciuman. Putri merasan nyaman sekaligus aman berada di pelukan kakaknya. Dan kadang mereka berdua melontarkan kata love you, sayang kamu, dsb satu sama lain. Entah dalam arti adik-kakak atau yang lain.

“pagi…”, Reisha tersenyum menyapa adiknya yang baru membuka mata.

“pagi..kak..”. Reisha memberi kecupan ringan ke bibir Putri.

“ayo Put..kita sarapan..”. Putri mengenakan piyamanya kembali, tapi Reisha hanya memungut pakaiannya tanpa mengenakannya.

“kak..kok?”. Putri kebingungan melihat kakaknya seperti sudah biasa berjalan tanpa sehelai benang pun.

“gak apa-apa kali Put…cuma ada kita..palingan Mang Sapto..dia juga udah sering ngeliat badan kakak..”.

“mm..”. Putri merasa kakaknya beda sekali, seperti punya 2 kepribadian. Selesai sarapan, Reisha dan Putri kembali ke kamar mereka masing-masing. Reisha mandi menyegarkan tubuhnya kembali. Sambil mengeringkan tubuhnya, Reisha menonton tv. Tiba-tiba tangan hitam melingkar di pinggangnya dari belakang.

“eh Mang Sapto..maen peluk-peluk aja..”, ujar Reisha manja.

“hehe..Mang Sapto kangen banget ama non Reisha..udah 2 tahun..”. Sapto menciumi tengkuk leher Reisha bertubi-tubi.

Reisha pun mulai terangsang dengan ciuman-ciuman Sapto di tengkuk lehernya. Reisha berbalik menghadap Sapto, mereka berdua berhadap-hadapan. Kedua tangan Sapto menampung kedua bongkahan pantat Reisha yang bulat dan kenyal itu. Sudah lama ia tak merasakan pantat Reisha itu di genggamannya. Sapto teringat saat terakhir bersama Reisha, 2 tahun lalu sebelum Reisha pergi ke luar kota untuk kuliah. Saat itu, orang tua Reisha sedang ada di rumah, Reisha berpamitan ke kedua orang tuanya. Tapi, Reisha tidak langsung pergi melainkan menginap di rumah Sapto. 3 hari 3 malam Reisha lewati bersama Sapto. Dalam 3 hari 3 malam itu, Reisha dan Sapto bercinta dengan sangat menggebu-gebu dan sangat bergairah seolah-olah kiamat sudah dekat. Saat hari ke 3 Reisha menginap di rumah Sapto waktu itu, Reisha tidak bisa turun dari ranjang selama satu hari penuh karena Sapto meminum obat kuat dan meminum obat kuat lagi jika efeknya terasa sudah habis. Memang, Sapto sudah sering menikmati tubuh Reisha sejak Reisha berumur 15 tahun, tapi mereka berdua selalu was-was takut ketahuan Putri.

Oleh karena itu, seperti dapat durian runtuh, Sapto tidak menyia-nyiakan Reisha sama sekali. Bagaimana tidak, di rumah majikannya, Sapto dan Reisha memilih waktu yang harus pas agar tidak ketahuan, tapi di rumahnya hanya ada dia dan Reisha, si gadis cantik yang berperan sebagai istri Sapto.

“euy Mang..kok bengong..”, Reisha menjetikkan jarinya di depan mata Sapto. Sapto kaget dan tersadar, kedua tangannya pun meremas-remas pantat Reisha lagi.

“hehe..Mang Sapto tiba-tiba inget pas non Reisha nginep di rumah Mang Sapto..”.

“oh yang waktu itu ya..”.

“iya non..akhirnya Mang Sapto bisa ngeliat body non Reisha lagi..hehe..”.

“dasar..”. Sapto memutus kata-kata dari mulut Reisha. Ciuman mereka berdua begitu menggebu-gebu dan penuh nafsu. Keduanya sama-sama rindu dengan kemesraan mereka. Sapto melumat bibir Reisha tanpa ampun. Memang, Sapto masih bisa bercumbu dengan Putri, tapi beda rasanya berciuman dengan Reisha, gadis cantik yang telah menjadi tempat pelampiasan nafsunya selama 4 tahun, Sapto sudah menganggap Reisha adalah istrinya dan tubuh indah Reisha hanya untuknya.

Sapto melebarkan bongkahan pantat Reisha, 2 jarinya langsung menyelinap masuk ke dalam liang anus Reisha tanpa izin. Spontan, tubuh Reisha agak terdorong ke depan kaget menerima sodokan yang tak terduga. Sapto menghentikan cumbuannya, dia berdiri agak ke samping Reisha.

“oohhh…uummhh..goodhhh..”. Kenikmatan yang luar biasa bagi Reisha, Sapto mengobok-obok liang anus dan vaginanya secara bersamaan. Desahan-desahan yang keluar dari mulut Reisha jadi seperti genderang perang bagi Sapto, semakin bersemangat dan semakin bernafsu, dan jari Sapto pun keluar masuk vagina dan anus Reisha dengan akselerasi maksimum. Reisha tak tahan lagi, dia berpegangan pada Sapto dan melepaskan kenikmatannya. Cairan vagina Reisha deras mengucur ke lantai setelah Sapto menarik jari-jarinya keluar dari 2 lubang Reisha. Sapto tidak terlalu sayang membuang cairan vagina Reisha sia-sia.

Sapto tau vagina yang indah nan wangi itu hanya untuknya seorang. Tak ada laki-laki di kamar itu kecuali dirinya. Bisa ‘dilahap’, disodok, atau pun diapakan saja sesuai keinginannya karena pemiliknya telah memberikan daerah pribadinya ke Sapto.

“Mang Sapto maen ngobok-ngobok aja…”, kata Reisha manja.

“hehe..Mang Sapto cuma ngecek aja..ternyata memeknya non Reisha masih sempit aja..hehe..”.

“Mang Sapto..masa Mang Sapto lupa…Reisha kan gak demen kata itu..”.

“oh iya..maap non..”. Sapto melepas kaos oblongnya. Bagai seperti istri yang baik, Reisha jongkok membantu Sapto melepas celana dan celana kolornya itu. Selangkangan Sapto yang bau apek serta menyengat itu sudah tak asing lagi bagi Reisha. Reisha menggenggam lembut penis Sapto itu, kedua tangannya mengenggam penis panjang dan besar milik Sapto. Rindu sekali Reisha dengan kejantanan Sapto itu. 2 tahun berpisah dengan penis yang selama 4 tahun ‘menemani’ hidupnya, bisa dibilang Reisha tumbuh dewasa bersama-sama penis itu.

“punya Mang Sapto kayaknya tambah gede ya…”, kata Reisha di sela-sela aktivitasnya menciumi sekujur batang kejantanan Sapto dari pangkal sampai pucuk kepala penisnya dengan sangat mesra.

“emang iya ya non?”.

“iya Mang..Reisha ingat banget..dulu cuma segini…”. Reisha membatasi sampai leher penis Sapto.

“kok non Reisha inget?”.

“ya gimana gak inget..tiap hari dikasih liat punya Mang Sapto terus pas dulu..”.

“oh iya ya…”. Reisha menggunakan kedua tangannya untuk mengurut penis Sapto. Lalu dia mendorong penis Sapto ke arah perut Sapto.

“iya nonh..disitu..enakkhh..”, erang Sapto keenakan saat Reisha terus menggunakan lidahnya untuk menggelitik lipatan antara batang penis Sapto dengan zakarnya. Putri belum terlatih dan belum mau melakukan seperti ini, jadi Sapto benar-benar menikmati permainan mulut Reisha yang kini sedang mengemut-emut kedua buah zakar Sapto bergantian. Kemudian, Reisha menjilati setiap jengkal batang kejantanan Sapto. Sapto menggelinjang antara geli dan nikmat kala Reisha terus menggelitik lubang kencingnya.

Reisha memasukkan penis Sapto ke dalam mulutnya sampai menyentuh pangkal tenggorokannya. Sangat hangat. Kepala Reisha bergerak maju-mundur mengocok penis Sapto. Bosan mengulum, Reisha pun menjilat lagi sampai daerah selangkangan serta kedua pangkal paha Sapto basah kuyup oleh air liur Reisha. Termakan api birahi, Reisha tidak sadar, terlalu lama penis Sapto mendapat perlakuan khusus dari mulutnya. Sapto menahan mati-matian karena tidak ingin mengganggu Reisha yang kelihatannya sangat asik ‘berkaraoke ria’. Reisha akhirnya sadar saat dia merasakan penis Sapto yang berdenyut-denyut di dalam mulutnya. Reisha pun menghentikan aktivitasnya karena Reisha tau dia dan Sapto sama-sama tidak mau ‘reuni’ mereka ini berlalu dengan cepat.

“Mang..kok gak bilang sih..udah hampir keluar..”.

“abisnya…non..kayaknya…asik..banget…”, kata Sapto terengah-engah.

“aduh Mang Sapto..maap ya…kebawa suasana..hehe..”.

“iya..gak apa-apa..non..”, Sapto membelai rambut Reisha yang panjang, lembut, dan indah tergerai.

Dulu, saat Reisha masih bersamanya, selangkangan Sapto selalu basah kuyup seperti sekarang ini karena Reisha selalu ‘membersihkan’ selangkangan Sapto setiap hari. Reisha duduk di tepi ranjang. Sapto menatap wajah Reisha. Cantik, terlalu cantik untuk menjadi budak seks Sapto. Tapi, apa mau dikata, nasib berkata lain. Reisha sudah bertekuk lutut dengan keperkasaan Sapto. Tubuh Reisha sudah menjadi milik Sapto sepenuhnya. Sapto mendorong Reisha perlahan hingga Reisha tidur terlentang. Cumbuan yang hangat, mesra, dan penuh nafsu itu pun terjadi lagi.

“hheemmhhh…”. Cumbuan dan jilatan pun mendarat di sekujur tubuh bagian atas Reisha tanpa terkecuali. Kedua putingnya sudah habis diemut-emut oleh Sapto. Kedua buah payudara Reisha sudah berlumuran air liur Sapto. Sapto kini mengangkat kedua kaki Reisha ke ranjang, dan melebarkannya persis seperti huruf M.

“ooouuhhh…”, lenguh Reisha sambil menggeliat-geliat karena Sapto mulai menyerbu vaginanya. 

Klitoris, pangkal paha, dan setiap jengkal daerah vagina Reisha tak ada yang luput dari sapuan lidah Sapto. Reisha pun orgasme sangat hebat, sudah lama vaginanya tak dibersihkan Sapto, orang yang sudah mengerti dan hafal betul dengan daerah pribadinya itu. Vagina Reisha pun mengeluarkan intisarinya. Cairan Reisha terasa bagai madu bagi Sapto, benar-benar manis dan menyegarkan tenggorokan. Reisha tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah karena Sapto tidak berhenti menjilati vaginanya. Sepertinya, dahaga Sapto akan cairan vagina Reisha belum terpuaskan. Reisha pun dengan senang hati memberi Sapto ‘minum’ 2x lagi. Setelah itu Sapto berbagi cairan vagina itu dengan pemiliknya melalui mulut sambil menuntun penisnya ke vagina Reisha.

“mmffhh….”, desah Reisha tertahan bibir Sapto. Reisha menikmati setiap sentimeter penis Sapto yang terus masuk ke dalam rahimnya.

“oohh..”, desah Reisha dalam hati, kini dia bisa merasakan lagi penis Sapto yang sudah lama tidak membuat liang vaginanya penuh sesak.

Sapto pun merasa sangat lega, akhirnya penisnya bisa merasakan kehangatan dan jepitan yang selama ini dia rindu-rindukan. Penis itu pun mulai melakukan aktivitasnya, keluar hanya untuk masuk kembali, dan masuk hanya untuk keluar kembali. Sapto menggoyang sambil terus memaju-mundurkan pinggulnya. Kaki Reisha melingkar erat di pinggang Sapto, tak mengizinkan Sapto mencabut alat kelaminnya. Reisha meracau tak karuan, mendesah dengan liar dan lepas. Gemas dengan suara Reisha, Sapto mendorong penisnya kuat-kuat ke menusuk liang vagina Reisha. Puncak kenikmatan diraih Reisha lagi, padahal Sapto masih tenang sekali mengaduk-aduk vagina Reisha. Penis Sapto semakin cepat meluncur masuk karena cairan vagina Reisha yang tertahan, Sapto pun tidak bisa mengontrol penisnya. Penisnya selalu terdorong masuk sampai tak bisa maju lagi alias mentok di dalam liang vagina Reisha. Sapto membuka kaki Reisha yang mengait pinggangnya. Cairan vagina Reisha yang dari tadi tertahan penis Sapto langsung meleleh keluar dari lubang vagina Reisha.

Reisha tersenyum manis ketika benda tumpul Sapto itu terasa menempel di pintu masuk menuju liang anusnya. Reisha memejamkan matanya untuk menjiwai sekaligus menghayati setiap milimeter penis Sapto yang menerobos liang anusnya semakin dalam.

“aaahh….”, desah Reisha saat penis Sapto sudah klop terpasang dan mengait liang anusnya. Dari mulai pelan dan semakin lama semakin cepat penis Sapto keluar masuk liang anus Reisha. Kedua tangan Sapto pun juga mempunyai aktivitas masing-masing. Sapto menggunakan tangan kirinya untuk mengulas, menggilas, dan memainkan klitoris Reisha. Dan tangan kanan Sapto bertugas untuk ‘merawat’ kedua buah payudara Reisha yang kenyal itu. Tak tahan mendapatkan rangsangan yang begitu banyak, orgasme pun melintas lagi di sekujur tubuh Reisha. Vagina Reisha pun semakin banjir oleh cairan vaginanya sendiri. Seperti biasa, Sapto akan diam saat Reisha orgasme agar Reisha benar-benar menghayati orgasmenya. Penis Sapto pun kembali ke tempat favoritnya yaitu liang vagina Reisha.

Sapto mengangkat tubuh Reisha yang langsung melingkarkan tangannya di leher Sapto agar tidak terjatuh. Reisha pun diajak jalan-jalan oleh Sapto berkeliling kamar tanpa berdiri dengan kedua kakinya sendiri. Sapto menempelkan tubuh Reisha di dinding kamar untuk bisa memompa vagina Reisha. Reisha sama sekali tidak takut jatuh ke bawah karena dia tau penis Sapto yang menancap di vaginanya akan mampu menopang tubuhnya. Tak terlalu mereka dalam posisi ini, Sapto merasa penisnya tidak maksimum masuk ke dalam liang vagina Reisha. Mereka berdua kembali ke atas ranjang, Sapto merebahkan tubuh Reisha tanpa mencabut penisnya. Sapto mendorong kedua kaki Reisha ke depan dan memompa vagina Reisha dengan setengah berdiri. Reisha menggeleng-gelengkan kepalanya benar-benar keenakan, penis Sapto terasa lebih menusuk dalam posisi seperti ini.

“oohh…uuhhh..oohhh..”.

“mmhh…ennghh…”. Desah mereka berdua semakin lama semakin pendek karena dua-duanya sama-sama sedang berpacu menuju puncak kenikmatan terakhir.

“OKKHHHH !!!”, erang Sapto yang akhirnya melepaskan kerinduannya selama ini bersama spermanya yang deras mengalir membanjiri rahim Reisha.

“AAAAHHHH !!”. Reisha pun orgasme dari tembakan demi tembakan sperma Sapto di dalam rahimnya. Sangat hangat dan nyaman terasa di vaginanya yang Reisha rasakan. Penis Sapto yang lemas pun keluar sendirinya seperti dimuntahkan oleh vagina Reisha karena sudah melakukan tugasnya dengan baik. Sapto menggunakan paha kanannya untuk menopang pantat Reisha agar tetap di atas dan menaruh kedua kaki Reisha di pundaknya. Sapto melebarkan kedua bibir vagina Reisha, mengintip ke dalam seolah-olah ingin menyaksikan detik-detik terakhir sebelum spermanya tertelan vagina Reisha. Selain itu, Sapto ingin memastikan tak ada spermanya yang terbuang percuma dan sampai ke tempat yang tepat untuk menyelesaikan tugasnya yaitu membuahi sel telur Reisha. Reisha tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah padahal punggungnya agak sakit dalam posisi seperti itu.

Sapto memang dari dulu ingin sekali mempunyai keturunan dari Reisha. Penasaran, ingin tau bagaimana wajah sang anak jika sang ibu sangat cantik seperti Reisha. Tapi, Reisha tidak membolehkan Sapto membuang sperma ke dalam rahimnya karena masih takut hamil dan kehilangan masa depannya. Namun, Reisha berjanji sebelum berpisah 2 tahun lalu untuk membolehkan Sapto mengisi rahimnya dengan benih-benih cinta mereka berdua. Dengan vagina Reisha yang menjulang ke atas, tentu sperma Sapto tak ada yang ‘ngacir’ keluar dari lubang vagina Reisha. Lalu Sapto menurunkan tubuh Reisha dan tidur di samping Reisha. Mereka berdua sama-sama mengatur nafas dan saling bertatapan dengan penuh cinta. Cinta aneh yang terjalin antara anak majikan yang masih muda dan sangat cantik dengan pembantu yang sudah tua dan jelek. Dalam hati mereka berdua, mereka sudah siap untuk melanjutkan hubungan yang awalnya hanya hubungan fisik dan untuk kesenangan saja ke tahap yang lebih lanjut yaitu menjadi sepasang suami istri.

Kalau Sapto, tak usah ditanya, menjadikan Reisha menjadi istrinya menggantikan istrinya yang meninggal dunia beberapa tahun lalu adalah impiannya. Reisha dengan wajahnya yang sangat cantik, tentu tidak akan bosan melihatnya dan pasti akan menjadi kebangaan tersendiri bisa memperistri gadis secantik Reisha. Satu lagi yang sangat penting, Reisha sangat tau bagaimana caranya memuaskannya di ranjang. Yang menjadi pertanyaan adalah Reisha. Kenapa dia mau dan ingin menjadi istri Sapto. Mungkin karena Sapto sudah lama menemaninya. Sapto tidak hanya menjadi ‘teman main’ Reisha, Sapto juga merupakan teman curhat yang baik bagi Reisha. Kesal, sedih, bahagia, dan perasaan lain Reisha bagi bersama Sapto karena Reisha tidak bisa membagi perasaannya ke orang tuanya yang super sibuk dan ke Putri yang waktu itu masih kecil. Teman-teman Reisha menanggapi curhatan Reisha sekedarnya saja, beda sekali dengan Sapto yang sepertinya sampai mengalami perasaan yang sama dengan Reisha, jadi tak heran kalau Reisha suka curhat ke Sapto.

Meski, Sapto tidak bisa mengajari dan memberi solusi tentang pelajarannya di sekolah, tapi Sapto selalu memberi solusi yang tepat ke Reisha dalam menghadapi masalah-masalah hidupnya. Mungkin semua alasan itulah, Reisha merasa nyaman di dekat Sapto. Bukankah rasa nyaman yang dibutuhkan dalam mencari pasangan, pikir Reisha sehingga wajah dan umur Sapto tidak lagi menjadi masalah.

“Mang Sapto..kemarin ngintip Reisha ama Putri ya?”.

“iya non..tadinya pengen ngeliat aja non Putri lagi ngapain..eh ternyata lagi asik ama non Reisha…hehe…”.

“tukang intip ih..”.

“hehe…pasti asik ya kalo maen betiga..gimana?”.

“jangan…kayaknya Putri gak bakalan mau…”.

“tapi kalo misalnya Mang Sapto rayu..trus non Putri mau…gimana non?”.

“ya kalo Putri yang mau sendiri..gak apa-apa…tapi awas ya kalo Mang Sapto maksa Putri…”.

“tenang aja non Reishaku yang cantik..hehe…”. Mereka berdua sangat mesra dan hangat, sama sekali tak canggung dengan umur mereka yang terpaut jauh.

“bentar ya non..Mang Sapto mau ngerayu non Putri dulu…”.

“awas ya Mang..kalo ampe maksa…ntar ini gak bakal Reisha buka..”, kata Reisha menutupi daerah vaginanya.

“waduh..serem amat ancemannya..iya non..iya..”. Sapto keluar dari kamar. Reisha melihat ke arah perutnya lalu mengelus-elus perutnya sendiri. Di dalam perutnya itu, kini benih-benih Mang Sapto sedang berusaha menjebol pertahanannya, pikir Reisha. Entah dalam jangka waktu panjang atau pendek, di dalam perut Reisha akan tumbuh hasil dari cintanya yang selalu menggebu-gebu bersama Sapto. Buah cinta yang sudah lama diharapkan Sapto. Dan tanpa diketahui Sapto, sebenarnya Reisha juga sudah tidak sabar ingin mempunyai anak dari Sapto. Sapto kembali dengan menggandeng tangan Putri. Putri juga sudah telanjang sama seperti Sapto dan Reisha. Reisha pun bangkit dan berjalan mendekati Putri. Putri tertunduk malu dan agak risih karena Sapto di belakangnya iseng mengelus-elus belahan pantatnya dengan penisnya(Sapto maksudnya). 

“heh..jangan iseng…”, cubitan dari Reisha mendarat di perut Sapto.

“hehe..maap non..”.

“Mang Sapto keluar dulu sana…”, Reisha mendorong Sapto sampai ke luar kamar dan menutup pintunya.

“Putri…kamu yakin mau gabung sama kakak?”.

“i..iya kak…”.

“gak di paksa kan ama Mang Sapto?”.

“nggak kok, kak…”.

“terus alesan kamu mau apa…”. Dengan agak malu-malu, Putri menceritakan ke kakaknya kalau dia tadi mengintip persetubuhan kakaknya dengan Sapto. Putri menyaksikan permainan Reisha dan Sapto saat Reisha mulai mengulum batang Sapto. Putri menonton mereka berdua yang bercinta dengan sangat menggebu-gebu sampai habis, Putri ke kamarnya menghilangkan rasa gatal di vaginanya setelah melihat kakaknya yang begitu panas bermain dengan Mang Sapto. Sapto menemukan Putri sedang masturbasi di kamarnya sambil mendesahkan nama Sapto, tentu saja Sapto dengan senang hati mengobok-obok vagina Putri untuk membantunya mendapatkan orgasme. Setelah itu, baru Sapto rayu Putri untuk bergabung dengannya.

“oh gitu…tapi apa kamu yakin bener-bener mau ikut gabung?”.

“i..iya..kak..”.

“yaudah..kalo gitu..”. Reisha membuka pintu lagi dan menarik Sapto masuk. Sapto seperti sedang berada di surga. Ada 2 makhluk cantik bidadari yang sama-sama tidak mengenakan sehelai benang pun untuk menutupi tubuh mereka yang menggiurkan, dan mereka berdua hanya untuk Sapto. Sapto berdiri di tengah-tengah Reisha dan Putri. Sapto langsung menggapai daerah vagina Putri dengan tangan kirinya dan meraih vagina Reisha dengan tangan kanannya. Kakak adik itu pun seperti mengadakan lomba mendesah. Desahan mereka saling bersahut-sahutan dan saling balas membalas. Sapto benar-benar bersemangat selain karena desahan Reisha dan Putri juga karena impiannya akhirnya terwujud. Bisa berada di antara Reisha dan Putri. Sapto sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya akan sangat beruntung di masa tuanya. Padahal, saat masa mudanya dulu, dia sama sekali tidak beruntung dengan hal wanita, ditolak sana-sini, diacuhkan, dan sebagainya.

Tapi, malah di masa tuanya kini, dia bisa merasakan hangat dan lembutnya sentuhan dari wanita cantik yang lebih pantas menjadi anaknya. Kehidupan percintaan Sapto memang seperti peribahasa ‘Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’. Masa mudanya yang penuh sakit hati kini terobati dengan 2 dara yang cantik jelita yang setia menemaninya dan melayaninya kapan pun dia mau. Sambil merem melek keenakan vaginanya dikorek-korek Sapto, Reisha melihat Putri yang kelihatannya sangat menikmati Sapto yang mengobok-obok vaginanya. Mereka berdua pun berpegangan ke badan Sapto ketika tubuh mereka bergetar merasakan orgasme di saat yang hampir bersamaan. Sapto membantu mereka berdua duduk di tepi ranjang dan berdiri di depan mereka, otomatis penis Sapto yang mengacung ke depan pun seperti menjadi tontonan Reisha dan Putri.

“nah mumpung ada non Reisha…gimana kalo non Reisha ajarin non Putri soal sepong-menyepong..hehehe…”.

“kamu mau belajar oral seks, Put?”.

“ng..nggak ah kak..jijik..”.

“jijik kenapa non? punya Mang Sapto gak bau kok..”.

“ng…”.

“udah Mang Sapto…emang Putrinya gak mau..udah..jangan ditanya-tanya lagi..”.

“yah…yaudah deh…kalo gitu non Reisha aja yang nyepongin punya Mang Sapto…agak gatel nih…hehe..”.

“dasar..iya-iya..”. Reisha jongkok dan mulai mengulum penis Sapto. Sapto pun merem melek dan melirih keenakan. Wajah Putri agak memerah melihat kelakuan kakaknya yang tidak malu-malu ke Sapto. Tapi, Putri mulai bertanya-tanya dalam hati melihat kakaknya yang terlihat sangat menikmati penis Sapto. Mulai muncul banyak pertanyaan di benak Putri. Kenapa kak Reisha tak segan-segan menjilati penis Mang Sapto? apakah rasanya enak? bukannya daerah itu lembab dan pasti baunya tidak sedap? tapi kak Reisha sepertinya sama sekali tidak kebauan?. Putri pun jongkok di dekat Reisha. Reisha menaruh penis Sapto di telapak tangannya dan sedikit bergeser. Dengan bahasa isyarat, Reisha seperti menawarkan penis Sapto ke Putri. Dan Putri mengulum bibir bawahnya dan malu-malu mengangguk sedikit.

Rasa penasarannya terlalu memusingkan pikirannya, Putri memutuskan untuk mencobanya langsung. Kini, Reisha berada di samping kanan penis Sapto dan Putri berada di samping kiri penis Sapto. Sapto sendiri tidak menyadari Putri yang telah mendekat ke penisnya karena Sapto memejamkan matanya untuk menghayati lidah Reisha yang terus membelai batang penisnya dengan lembut. Penis Sapto masih tertampung di telapak tangan Reisha. Reisha menggerakkan lidahnya dari pangkal penis Sapto terus ke kanan sampai mengenai pucuk penisnya. Reisha mengangguk ke Putri. Putri pun langsung tau kalau Reisha ingin Putri melakukan hal yang sama. Putri pun menempelkan lidahnya di pangkal penis Sapto lalu bergerak ke kiri menyapu batang penis Sapto sampai ke pucuknya. Sapto masih tidak sadar karena Putri selalu melakukan ‘latihannya’ setelah Reisha. Tapi, Sapto langsung sadar saat terasa ada 2 benda hangat membelai penisnya. Sapto melirik ke bawah, antara kaget dan sangat senang, akhirnya Putri mau menyentuh penis Sapto dengan lidahnya.

Tapi, Sapto pura-pura tidak tau, takut Putri jadi enggan jika ketauan olehnya. Reisha pun mengajari Putri dengan langsung praktek. Mulai dari menciumi, menjilati, menggigiti sampai mengemuti. Putri terkejut melihat Reisha yang dengan mudahnya memasukkan seluruh penis Sapto ke dalam mulutnya tanpa tersedak. Bagaimana bisa, penis sebesar itu masuk ke dalam mulut kakaknya secara utuh.

“ohhh…”, Sapto mendesah. Saat Putri mencobanya, Putri tersedak sampai terbatuk-batuk, air mata keluar dari matanya. Kerongkongannya belum beradaptasi dengan benda asing yang masuk menyesaki mulutnya. Beda dengan Reisha, sudah terbiasa melakukannya. Akhirnya, Putri pun bisa juga menelan penis itu utuh meski saat dikeluarkan, Putri langsung batuk-batuk lagi. Seperti yang Reisha duga, Putri cepat sekali belajar dan melakukannya dengan sangat alami. Putri pun menjadi bersemangat dan sibuk memaju-mundurkan kepalanya untuk mengocok batang penis Sapto di dalam mulutnya.

Reisha pun kini mengemuti zakar Sapto. Benar-benar kenikmatan luar biasa yang sedang dirasakan Sapto. Reisha meminta tukar posisi dengan Putri. Putri agak ragu-ragu ‘berhadapan’ dengan zakar Sapto. Terlihat begitu dekil dan mengkerut-kerut menjijikan, tapi rasa aneh yang menggelitik terasa saat Putri menempelkan lidahnya ke zakar Sapto. Dan selanjutnya, naluri mengambil alih Putri, dia mengemut-emut kedua buah zakar dan menjilati seluruh kantung buah zakar Sapto dengan sangat nikmat. Lalu Putri dan Reisha berada di samping kanan dan kiri penis Sapto lagi. Seperti anak kembar, gerakan mereka sangat selaras menikmati batang kejantanan Sapto. Ciuman, gigitan, dan jilatan Sapto rasakan di sisi kanan dan kiri dari batangnya di waktu yang bersamaan. Saat Reisha dan Putri menciumi penis Sapto, bibir mereka pun bertemu dan keduanya berciuman, pucuk penis Sapto pun terjebak di antara bibir Reisha dan Putri. Saat Reisha merasakan penis Sapto berdenyut-denyut, dia langsung memasukkan kepala penis Sapto ke dalam mulutnya.

Usai menampung sperma Sapto di dalam mulutnya, Reisha pun membuka mulutnya ke arah Putri, hanya untuk memperlihatkan saja. Tapi, tanpa diduga, Putri menyelipkan lidahnya masuk ke dalam mulut Reisha untuk mencuri sperma dari Reisha. Sapto pun membuka matanya dan tersenyum melihat Reisha dan Putri yang sedang saling berebutan spermanya. Tapi, Sapto bingung, biasanya penisnya bisa tahan lebih lama, apa karena dikeroyok 2 orang jadinya cepat keluar, pikir Sapto yang menatap penisnya yang sudah loyo. Sapto keluar kamar meninggalkan pasangan kakak beradik itu yang masih berciuman dengan menggebu-gebu. 

“Mang Sapto payah nih..cepet banget keluarnya..”, ejek Reisha saat Sapto kembali masuk ke dalam kamar.

“dikeroyok ama 2 cewek cakep..gak mungkin Mang Sapto bisa nahan lama..hehe..”.

“ah payah ah..”.

“tenang aja non-nonku yang cantik…Mang Sapto udah ada solusinya..nih…”. Sapto menunjukkan botol berisi ratusan kapsul.

“itu..jangan..jangan..”.

“ya non Reisha..ini obat yang waktu itu Mang Sapto pake..”.

“masih disimpen?? udah expired..ntar punya Mang Sapto..kenapa-kenapa lho..”.

“tenang aja non..ini baru beli kemarin..rencananya sih mau dipake buat non Putri..hehe…”.

“wah..Putri jangan pake itu Mang..belum siap dia..”. Reisha menatap Putri yang langsung menundukkan kepala. Sapto menenggak 1 kapsul obat kuat itu. Sapto tidur terlentang di tengah-tengah ranjang.

“ayo non Putri..duduk di muka Mang..”. Sudah terbiasa, Putri pun menduduki wajah Sapto. Tidak mau ‘menganggur’, Reisha duduk di dada Sapto membelakangi Putri. Reisha pun ‘mengurus’ burung Sapto yang baru setengah bangun. Efek obatnya belum mulai. Saat penisnya sudah benar-benar bangun, Sapto pun menyuruh Reisha dan Putri menungging. 2 pantat yang sama-sama putih mulus dan bulat itu ada di hadapannya. Ada 2 ‘hotel’ dengan masing-masing 2 kamar bagi penisnya untuk dikunjungi. Sapto pun menggenjot Putri dan mengocok vagina Reisha dengan 2 jarinya. Usai membuat Putri orgasme, Sapto pun kini mengunjungi ‘hotel’ milik Reisha. Begitu Reisha orgasme, penis Sapto langsung check in di liang anus Putri setelah itu giliran liang anus Reisha yang ditumbuk Sapto. Dengan obat kuat, Sapto menjadi perkasa. Reisha dan Putri pun sudah orgasme lebih dari 3x, vagina mereka sudah becek dengan cairan vagina mereka sendiri. Reisha dan Putri menuruti semua perintah Sapto karena Sapto memang mempunyai ‘tongkat’ untuk mengendalikan mereka. 3 jam berlalu, efek obat kuat Sapto habis, dia harus menuntaskan hajatnya. Rahim Putri masih harus steril, jadi Sapto membuang air maninya ke dalam rahim Reisha lagi. Semakin banyak jumlah sperma Sapto yang berusaha membuahi sel telur Reisha. Sapto pun langsung meminum obat lagi untuk ronde kedua, tapi kali ini Reisha yang memegang kendali karena Reisha ingin mengajarkan Putri posisi-posisi yang enak bagi wanita untuk mengendalikan permainan. Pelatihan Putri pun berakhir dan Sapto kembali menabur benihnya di dalam rahim Reisha. Jam sudah menunjukkan 00.37, mereka bertiga sudah sama-sama lelah, mereka memutuskan untuk tertidur.

Reisha dan Putri tidur sambil memeluk badan Sapto sehingga merasa nyaman dan hangat. Selagi mereka bertiga tidur, terjadi peperangan besar di dalam perut Reisha. Bermilyar-milyar sperma sedang menghadapi satu sel telur. Sebenarnya sel telur Reisha sudah sangat siap dibuahi, tapi sperma Sapto terlalu lemah untuk menembus pertahanan Reisha. Sejak malam itu, Sapto menjadi pembantu yang paling beruntung. Penisnya memiliki izin bebas masuk kapan saja ke dalam tubuh 2 majikan cantiknya itu. Dan Reisha menggunakan penis Sapto menjadi alat peraga untuk melatih Putri yang kini mulai agak agresif dan lebih luwes. Putri merasa nyaman ada kakaknya, mungkin karena Putri merasa ada kakaknya yang bernasib sama seperti dirinya menjadi gundik Sapto. Lagipula rasa ingin tahu remaja seusianya, membuat Putri semakin ingin mempelajari lebih dalam tentang sex yang mengenakkan dan mengasyikkan bagi Putri. Tapi Putri masih enggan berkeliaran di dalam rumah telanjang seperti kakaknya.

Masih banyak obat kuat, Sapto pun bisa ‘melatih’ Putri bersama Reisha dengan baik sekaligus terus menanam ‘saham’nya di dalam rahim Reisha untuk memperbesar kemungkinan mempunyai anak dari Reisha. 4 hari bagai di surga Sapto lalui bersama Reisha dan Putri. Reisha pun harus kembali ke luar kota dan berpesan ke Sapto untuk menjaga Putri baik fisik atau mentalnya dan agar jangan membuang sperma ke dalam rahim Putri. Sapto agak berat membiarkan Reisha pergi, tapi tak bisa mencegahnya. Sepeninggal kakaknya, Putri jadi agak malu-malu lagi meski gerakannya kini lebih luwes dibandingkan dulu. Tapi, lama kelamaan karena selalu bersama Sapto, Putri pun mulai nyaman dan terbiasa dengan Sapto. Sapto kini tidak tidur di kamarnya lagi, dia pindah ke kamar Putri. Tentu saja dia pindah ke kamar Putri, dapat teman tidur. Dan Putri pun tidak keberatan karena dia merasa aman ada Sapto yang menjaganya saat sedang tidur meski Putri harus bercapek-capek dulu melayani nafsu Sapto.

1 minggu berlalu setelah kunjungan Reisha, Putri dan Sapto semakin intim dan mesra seperti Reisha dan Sapto. Sapto kaget merasakan perkembangan Putri yang semakin luwes padahal baru 2 minggu. Saat berhubungan dengan Putri yang sekarang, Sapto merasa sudah seperti berhubungan dengan Reisha yang sudah mendapat 1 bulan pelatihan dari Sapto. Rupanya Putri lebih alami dan lebih berbakat dalam hal memuaskan pria daripada Reisha. Putri memberikan jadwal menstruasinya ke Sapto, itu artinya Putri sudah benar-benar mempercayakan tubuhnya ke Sapto. Dengan mengetahui jadwal menstruasi Putri, Sapto pun bisa tau kapan harus berhenti sejenak menyetubuhi Putri agar tidak terkena penyakit sekaligus membantu Putri merawat daerah kewanitaannya itu. Dan setiap hari, Sapto meremas-remas lalu memijati payudara dan pantat Putri dengan suatu minyak gosok. Putri tidak tau minyak apa itu, yang pasti dia tidak keberatan karena pijatan Sapto terasa nikmat lagipula minyak itu wanginya membuat rileks dan nyaman.

Pagi hari pada hari pertama Putri harus masuk ke sekolah di semester 2. Sapto sedang mengancingi baju seragam Putri setelah tadi pagi jam setengah 6, Sapto memandikan dan menggempur Putri di kamar mandi.

“ntar ketemu lagi ya..”. Sapto mengecup mesra kedua payudara Putri sebelum mengancingkan kancing seragam Putri. Putri merasa seperti menjadi anak kecil lagi. Dipakaikan baju dan kini sedang dipakaikan sepatu oleh Sapto. Setelah memakaikan sepatu, Sapto pun mengintip ke dalam rok pendek Putri. Kedua tangan Sapto langsung merayap masuk ke dalam rok Putri dan mengelus-elus pangkal paha dan daerah vagina Putri. Seperti terprogram, Putri melebarkan kedua pahanya sendiri. Sapto pun menyingkap rok Putri, daerah vagina Putri terlihat jelas olehnya karena Sapto memang tidak membolehkan Putri memakai cd dan bh. Tentu Putri tidak terlalu keberatan karena dia sudah terbiasa lagipula Sapto membolehkan Putri memakai cd jika sedang haid. Sapto ingin sekali mengisi vagina Putri dengan spermanya, tapi Sapto tidak ingin merusak masa depan Putri lebih jauh.

Sapto menurunkan rok Putri kembali ketika melihat sudah jam 6.15.

“maap non..hehe..”.

“iya gak apa-apa Mang..”. Lalu Putri pun sarapan dibuatkan Sapto. Sapto menyuruh Putri mengulum penisnya dan memberi Putri minum dengan spermanya. Putri awalnya tidak mau karena takut mual di sekolah, tapi Sapto memaksa. Sapto dulu juga memberi sarapan Reisha setiap pagi dengan spermanya. Sapto pun mengantarkan Putri ke sekolah dengan mobil Putri.

“Mang..Putri sekolah dulu ya..”. Putri bersiap-siap keluar dari mobil.

“iya..”. Sapto pun menyosor Putri dan Putri membalasnya. Mereka berdua berciuman dengan mesra di dalam mobil.

“udah ah Mang..ntar Putri telat..”.

“hehe..jemput kayak biasa kan non?”.

“mm..jemput jam setengah 7 aja Mang..soalnya ada exkul..”.

“oh..oke non..”.

“yaudah ya Mang..daah..”, kata Putri seraya menutup pintu mobil dan berjalan masuk melalui gerbang sekolah. Sapto terus memandangi Putri sambil berpikir betapa beruntungnya bisa merasakan tubuh Putri yang sexy itu setiap hari. Setelah itu, Sapto pun pergi.

Di sekolah, Putri berpapasan dengan Renata, Nadya, dan Anita. Mereka langsung menghindar dari Putri dengan berjalan cepat.

“nanti..liat pembalasan gue..”, kata Putri dalam hati memendam dendam kesumat kepada mereka. Putri sudah menjadi cewek pemberani, tidak lugu dan malu-malu seperti dulu. Di sekolah kini, dia menjadi primadona kelas 1. Kemal tetap menjadi teman Putri yang setia meski Putri yang sepertinya semakin cantik, dan tubuhnya yang semakin padat berisi seringkali membuat Kemal berpikir yang tidak-tidak. Sekolah kini telah usai, saatnya exkul Putri yaitu basket. Banyak cowok-cowok yang tidak jadi pulang, ingin melihat Putri berolahraga basket. Putri memakai baju kaos yang ketat untuk bermain basket sehingga payudaranya tercetak jelas dan kedua putingnya menonjol jelas di bajunya itu. Apalagi saat Putri mulai berlari kesana kemari, payudaranya juga berguncang kesana kesini dengan indahnya. Cowok-cowok membayangkan betapa nikmatnya bila bertanding melawan Putri.

Mereka bisa pura-pura tak sengaja menyentuh payudaranya jika sedang menjaga Putri. Cowok-cowok semakin lebar-lebar membuka matanya melihat keringat yang membasahi tubuh Putri semakin menambah keseksian tubuhnya. Exkul pun selesai, cowok-cowok yang kuper dan minder pun pulang ke rumah mereka masing-masing dan mungkin ada yang masturbasi sambil membayangkan Putri. Sedangkan, cowok-cowok yang berani langsung mendekati Putri dan menawarkan minuman kepadanya. Teman-teman setimnya dan cowok-cowok yang sedang di dekatnya pada kebingungan. Meski tubuhnya seperti mandi keringat, Putri tetap harum dan wangi. Sapto sudah berada di depan gerbang sekolah menunggu tuan putrinya.

“Put..gue anter pulang..mau gak?”.

“nggak usah Dre..”, jawab Putri tersenyum.

“gue anter pake mobil gue Put..”. Semakin banyak cowok-cowok yang ingin mengantarkannya pulang.

“makasih..makasih semuanya..tapi gue udah dijemput..tuh..”, kata Putri sambil menunjuk seorang bapak-bapak yang ada di depan gerbang.

Teman-temannya terlihat kecewa, tapi malah semakin menggebu-gebu ingin mendapatkan Putri karena Putri susah ditebak dan tidak mudah diajak kemana-mana seperti cewek-cewek lainnya, itulah yang membuat Putri semakin hari semakin banyak fansnya. 

“ayo Mang..”.

“tuh temen-temen non pada ngomong apa?”.

“biasa Mang..pada mau nganter Putri pulang..”.

“oh..”. Mereka berdua naik mobil.

“pake AC gak non? kayaknya non gerah banget?”.

“boleh Mang..tapi jangan gede-gede ya..”. AC mobil pun menyala dan mobil menjauh dari sekolah Putri. Belum ada sehari berpisah, keduanya sudah sama-sama rindu dengan kehangatan tubuh satu sama lain. Sesampainya di rumah dan memarkir mobil di garasi. Putri menunggu Sapto mengunci gerbang rumahnya lalu mereka berdua masuk ke dalam. Semua pintu dan jendela di lantai bawah mereka kunci. Sapto langsung menggendong Putri ke kamarnya. Keduanya sudah tidak sabar ingin melewatkan malam yang hangat dan menggebu-gebu bersama. Dan Putri tidak merasa keberatan melakukan olahraga sekali lagi. Olahraga malam bersama Sapto. 

sumber : www.meremmelek.net


No comments:

Post a Comment