Tuesday, June 5, 2012

Maaf Aku Selingkuh dengan Teman Baikmu

Cerita ini begitu lama aku pendam, hanya aku dan Rini yang tahu. Namaku Dody, saat ini aku berumur 31 tahun. Aku tinggal di sebuah Kota di Jawa Tengah yang saat ini sedang menjadi sorotan karena walikotanya sedang menuju DKI 1. 
Kisah ini terjadi tahun 2006, sebelum aku menikah dengan pacarku di tahun 2007. Pada saat masih pacaran dulu aku dan layli adalah pasangan yang cukup harmonis. Karena sejak awal pacaran tahun 2004, hampir tidak ada gejolak yang berarti dalam hubungan kami. untuk masalah sekspun diantara kami hampir tidak pernah ada masalah, walaupun aku tahu aku bukan satu-satunya lelaki yang pernah berhubungan badan dengan dia, dan diapun tahu dia bukanlah satu-satunya yang pernah berhubungan badan denganku. 
Pada saat itu Layli bekerja sebagai SPG di sebuah mall yang cukup ternama di Kota ini, dan dan dia berteman dengan Rini. Kalau masalah body, tentunya istriku lebih montok dengan tingginya sekitar 160 dan berat badan sekitar 55 kg, apalagi buah dadanya yang cukup padat dengan ukuran 34b dan pantat yang nungging. Sedangkan Rini berperawakan kecil (155/45) dan dadanya juga sekitar 34b. Tapi entah mengapa, aku selalu saja horny kalau melihat dia. Mungkin karena dia terkenal sebagai cewek "gampangan", sehingga memunculkan aura yang menggoda setiap pria untuk bebas menjamahnya.
Seperti biasa, sebelum aku menuju tempat kerja, aku selalu mengantar Layli ketempat kerjanya terlebih dahulu. Hal ini mengingat waktu kerjaku lebih fleksibel dibanding dengan layli. Pada saat mengantar Layli aku melihat Rini tidak mengenakan seragam. 
Layli bertanya ke Rini, "Kamu jatah off kan hari ini, ada perlu apa ke sini?"
"Pengen aja, males di kos sepi" Jawab Rini
"Kenapa gak main kemana gitu?" aku nyela pembicaraan, karena memang aku cukup akrab dengan hampir semua rekan kerja Layli. 
"Males Dod, ga ada temennya" Jawab Rini
Kulihat Layli sedang sibuk menata tempat kerjanya, dan aku lanjutkan berbincang dengan Rini. "Lah emang para lelakimu gak ada yang ngajak kencan gitu?" tanyaku menggoda
"Ya itu dia masalahnya, semua gebetanku pada sibuk gak ada yang bisa nemenin" timpal Rini. 
Aku melihat jam di HPku sudah menunjukkan Pukul 10.00. "Mah, aku cabut ya" Seruku ke layli.
"oh iya pah" Seru layli sambil nyamperin aku, untuk ritual cipika-cipiki-cibir. "ati..ati"
"Lah aku gimana nih?" sela Rini melas
"Deritamu..." jawabku sambil tertawa dan langsung tancap gas.
Serelah itu aku langsung menuju tempat kerjaku, dan aku lansung melihat agendaku hari ini. "lahh.. tahu gini tadi aku langsung aja ke TKP" batinku sambil nepok jidat. ternyata hari ini kunjungan lapanganku berdekatan dengan tempat kerja Layli. kemudian aku mulai mencatat beberapa tempat yang harus aku kunjungi dan menyiapkan rutenya. Setelah baca koran sejenak, aku langsung bergegas menuju lokasi kunjungan dan lokasi yang berdekatan dengan tempat kerja Layli aku list dalam kunjungan ke-3. "sekalian makan siang nanti disana, bareng Layli" batinku sambil senyum-senyum. 
Namun ternyata diluar perkiraanku, ternyata ada beberapa hal yang menyebabkan aku sampai di lokasi ke-3 lebih dari jam 1 siang. aku tidak jadi menghubungi Layli untuk makan bareng, karena jam istirahatnya hanya sampai jam 1, terpaksa aku makan sendiri. 
Aku teringat pada Rini yang hari ini sedang off, aku menuju tempat makan disekitar tempat kos Rini, "iseng-iseng berhadiah, siapa tahu dia udah balik ke kos dan aku bisa mampir" pikirku penuh nafsu. "anjrit baru mikir aja si dedek dah berdiri, padahal semalam aku habis bertempur habis-habisan dengan layli" pikiran bejatku mulai menyeruak.
Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke tempat makan tepat disamping Kosnya Rini. "Bu, minta Soto satu sama esteh" pesenku pada ibu penjual makan. Saat sedang menunggu pesanan, dari kejauhan aku melihat si Rini baru pulang menuju kos. "Nah, kalau dasar rejeki, gak akan kemana hehe" pikirku sambil cengar-cengir. 
"loh, kok kamu disini dod?" tanya Rini saat melihatku sedang menyantap Soto. Ternyata dia juga berniat untuk membeli makan, di warung.
"iya nih, aku baru saja dari Kelurahan sebelah. biasa survey, aku kan bagian survey lapangan" kataku sambil tetep asyik menikmati Soto.
"lah kamu sendiri beneran gak jadi kemana-mana?" aku tanya balik
"Iya, nih bikin BT. masak off cuman manyun sendirian" Jawab Rini sambil manyun. "Berapa bu?" tanya Rini ke si Penjual, ternyata dia membungkus makanannya untuk dimakan di kos. 
"Dah tinggal aja, biar nanti sekalian" ujarku
"Bener nih, ?" ucapnya sambil senyum-senyum menggoda
"asem, malah ngejek" kataku sambil garuk-garuk kepala. "Eh emang, dikosmu ada siapa aja?" tanyaku menyelidik
"kalau ada temen, ngapain aku bingung?" Jawabnya agak ketus
"Ya wis. aku kebetulan tinggal 1 lokasi lagi, paling gak nyampai 1 jam. aku boleh gak nemenin kamu?" tanyaku penuh harap dan napsu
"Yang bener dod? okelah kalau begitu, tak tunggu" jawabnya girang
"Seep" aku langsung membayar dan menghidupkan motorku. "dandan yang cantik ya sebelum aku datang.. hahahaha" kataku sambil tancap gas, Rini hanya ketawa.


Setelah urusan kerja beres aku bergegas ketempat kos Rini. Setelah memarkir motor didepan pintu kamarnya, kemudian aku melangkah menuju kamarnya. "Rin, molor ya??" tanyaku sambil mengetuk pintu. tapi pintu tidak segera terbuka, dan kudengar sayup-sayup guyuran air dikamar mandinya. ternyata si Rini sedang mandi. aku mulai membayangkan dia telanjang sambil menyabuni tubuhnya. "uh.." tanpa sadar aku sudah mengelu-elus dedek. "Rin.." kuketuk kali ini sedikit lebih keras. 
"Bentar, masuk aja dulu gak dikunci. aku lagi nanggung nih, bentar lagi selesai" teriak Rini dari kamar mandi. 
Kubuka pintu kamarnya kemudian masuk dan merebahkan diri di kasurnya. tanpa terasa mataku terpejam sejenak, dan tersadar ketika ada sesuatu yang dingin menyentuh mukaku. "Sialan..." ternyata Rini usil memercikkan air kemukaku. 
"lagian katanya mau nemenin malah tidur" katanya ketawa
Aku melihat dia sudah memakai kaos yang agak longgar, dan celana kolor pendek. kalau ku perhatikan nampaknya dia tidak mengenakan BH, karena nampak tonjolan kecil didadanya yang menunjukkan eksistensi dari putingnya yang lancip. 
"wih, pakaianmu bikin merangsang Rin" godaku 
"Biasa aja kali Dod, kamu juga kan sering liat punya Layli" jawabnya agak malu
"Layli ya layli, kalau lihat punya orang ya tetep aja aku pengen hahaha" candaku
"ah kamu dod" Jawabnya langsung duduk disampingku sambil menyisir rambutnya. 
"Aku rebahan, yah hehehe.. capek banget nih habis muter-muter" kataku sambil merebahkan diri dibelakang Rini. 
"tapi jangan tidur loh ya... awas kalo tidur, tak usilin lagi kamu" Jawabnya menggoda.
aku mulai memikirkan strategi untuk bisa menikmati tubuh Rini, karena ternyata dia orangnya cuek bebek walaupun aku sudah memancing omongan jorok. 
"Lah emangnya gebetanmu pada kemana, Rin" aku memulai perbincangan
kemudian dia bercerita panjang lebar tentang semua gebetannya dan semua masalahnya. Sedangkan aku cuma bisa menjadi pendengar yang baik dan sambil agak terkantuk, sekali-kali aku menjawab "oh begitu", "ya", "lalu" hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutku mendengar ceritanya. 
akhirnya dia ikut-ikutan merebahkan diri disampingku, dan karena kasurnya hanya kapasitas 1 orang, akhirnya kami berhimpitan. Serr dadaku mulai berdebar, dan salah tingkah.
"Ati-ati loh Rin, aku belum jinak hehehe" kataku berusaha menetralisir keadaan.
"Ah, lagak lu dod" katanya sambil mentoyor kepalaku
Aku mencoba mengendalikan situasi dan memetakan peluang untuk menyetubuhi Rini. Aku memiringkan badan menghadap ke Rini yang masih menatap langit-langit kamarnya. 
"Kenapa ?" kataku lembut sambil mengusap keningnya
Dia hanya tersenyum, dan kemudian bercerita apa yang ada dipikirannya. sedangkan aku terus membelai rambutnya, dan tanpa sadar ketika agak lelah membelai rambutnya, aku meletakkan tangan kiriku diatas perutnya seperti hendak memeluk. Dia hanya tersenyum dan terus bercerita. kemudian kuangkat kepalanya dan kuletakkan tanganku dibelakang kepalanya, sehingga tangan kananku menjadi bantalnya, sedang tangan kiriku tetap diatas perutnya. 
Nampaknya dia mulai merasakan sentuhan kasih sayangku, dan terlihat begitu nyaman. Kutarik tangan kananku dan juga kepalanya, lalu kukecup keningnya. dia hanya memejamkan mata, sambil merapatkan tubuhnya untuk lebih kudekap erat. 
"Dod, ternyata kamu pendengar yang baik dibalik sikapmu yang slengekan. pantesan Layli gak pernah ngeluh soal kamu, ternyata kamu orangnya begitu sabar" Katanya parau, aku hanya bisa tersenyum dan mendekapnya lebih erat. kembali kukecup keningnya, dan dia larut dalam imajinasinya. disaat matanya terpejam untuk menikmati kedamaian, kumencoba untuk mencium bibirnya. saat menyadari aku ingin mencium bibirnya, dia membuka sedikit bibirnya sebagai tanda siap menerima bibirku. dan kamipun berciuman dengan mesra, dan ciuman itu lambat laun berubah jadi liar dan penuh nafsu.
lidahku mulai kumainkan dan dia membalas dengan tidak kalah binalnya, tangan kiriku mulai bergerilya menuju ke buah dadanya. kausnya yang longgar membuat tanganku leluasa untuk meraih buah dadanya yang kenyal, walaupun tidak sekenyal punya Layli tetapi aku bisa menikmati sensasinya.
"Kamu Yakin?" tanyaku setelah melepas sejenak ciumanku.
"tenang saja, aku tidak akan bilang kepada siapapun, apalagi ke layli" Jawabnya sambil tersenyum dan kembali mencium bibirku.
Dengan demikian sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, kulihat jam dinding baru menunjukkan jam 15.30, artinya masih ada waktu 1 jam lebih untuk ke kantor dan menjemput Layli karena Layli pulang jam 17.00 kadang lebih.
"Sebentar ya Rini sayang.." aku melepas pelukannya seraya mengambil HP dan mengetikkan beberapa kalimat untuk kukirim ke koordinatorku. aku bilang, laporan langsung menyusul besok pagi, karena dari lapangan aku mau langsung pulang. 
"SMS Layli yah?" tanya Rini memelukku dari belakang.
"Bukan sayang, aku SMS orang kantor kalau aku nanti tidak mampir kantor dan langsung pulang, jadi aku bisa lebih lama untuk bercumbu denganmu hingga waktu jemput layli tiba" jelasku sambil menarik Rini kedepanku. 
sambil duduk berhadapan kembali cium bibir Rini, dan tanganku mulai melepas kausnya dan diapun juga melucuti bajuku. ternyata tubuh Rini putih dan mulus, lebih mulus dari Layli. kemudian telusuri tubuhnya mulai dari perut hingga ke lehernya dengan lidahku. dengan sesekali mulutku hinggap di dadanya dengan puting yang merah kecoklatan. 

Bibir dan lidahku masih berkutat pada tubuh mulus Rini, sambil sesekali berhenti di dada sambil menghisap putingnya. Rini tampak menggelijang menikmati permainanku. Tangan kananya terus meremas buah dadanya, sedang tangan kirinya meremas rambutku yang sudah agak gondrong. Rini melenguh sambil menggigit-gigit bibirnya. 
Kemudian kurebahkan dia, sambil terus kumainkan bibir dan lidahku di tubuhnya. kuselonjorkan kakinya kemudian dengan pelahan kulucuti celana kolornya. dan ternyata dia juga tidak mengenakan celana dalam. sambil kupelorotkan celananya dengan tanganku, bibir dan lidahku mengikuti arah tanganku kebawah hingga mencapai vaginanya. ku jilati selakangannya sambil melepaskan celana dari kedua kakinya, kemudian ku lempar celana itu kelantai. Setelah kulempar celana, tanganku meraih kedua pahanya dan aku memulai aktifitas untuk mengoral vaginanya. bau wanginya masih terasa karena dia habis mandi, kedua tanganku membuka kedua pahanya lebar-lebar sehingga nampak didepanku warna merah jambu diantara hitamnya rambut kemaluannya yang begitu rapih dan tidak begitu lebat. 
Aku tidak lagi memperhatikan wajah Rini, aku hanya fokus pada vaginanya saja. yang kupahami hanyalah, dia terus menggelijang dan sesekali tangannya meremas rambutku. 
kusingkap perlahan bulu-bulu rambut halus itu, dan kusingkap bibir vaginanya dengan lidahku. kunikmati dengan pelahan-lahan dan penuh kesabaran. kujilat, kuhisap, dan kucolokkan lidahku kedalam vaginanya. dan nampaknya apa yang kulakukan membuatnya sangat bergairah. kemudian dia meraih badanku dan mencoba untuk melepaskan bibir dan lidahku dari vaginanya. 
"Sekarang dod, aku sudah tidak tahan. kamu curang..dod" rintihnya sambil berusaha mengangkat badanku.
Tidak ingin membuatnya menderita, kemudian kubuka celanaku dan akupun telanjang bulat. kembali bibir dan lidahku menyapu vagina Rini, yang sudah seperti cacing kepanasan. pelahan bibir dan lidahku naik menuju pusar, kemudian naik lagi menuju dadanya, kemudian mengintari lehernya, dan kembali kebibirnya. setelah itu kukecup bibirnya sambil tersenyum dan menganggukkan kepala. dia mengerti dan meraih kejantananku dengan tangannya dan diarahkan ke vaginanya. kugesekkan kejantananku dibibir kemaluannya sambil kukecup bibirnya kemudian kelopak matanya. kami berpandangan sesaat, dan saling melemparkan senyum setelah itu perjuangan dari kejantananku untuk menembus vaginanya. tidak terlalu sulit karena selain dia sudah sering melakukan, dan vaginanya sudah sangat licin. kami menikmati tusukan demi tusukan kejantananku di vaginanya, sambil sesekali kukecup bibirnya dan mengusap rambutnya. 
setelah beberapa menit posisi misionari, kemudian kudekap dia lalu kuangkat tanpa melepaskan kejantananku dari vaginanya. aku menukar posisi dibawah dan Rini memulai goyangannya. 
Nampaknya Rini terbawa iramaku yang lembut dan pelahan-lahan, sambil menggigit bibirnya dia menggenggam tanganku dadanya. kumainkan putingnya dengan jari-jariku sehingga tidak ada ruang untuk mendapatkan jeda kenikmatan itu.
beberapa menit berlalu, dan Rini mulai menunjukkan tanda-tanda orgasme. dia menghentikan goyangannya sambil meremas tanganku dan diding vaginanya bergetar. terasa hangat dan begitu banyak..
kubiarkan dia menikmati orgasmenya, hingga dia siap untuk dilanjutkan kembali. kuusap dengan lembut keningnya, kemudian kuelus pipinya dan kulihat dia tersenyum. Dan senyuman itu menandakan dia siap untuk lanjut untuk memberikan kesempatan padaku berjuang mencapai kenikmatanku.
kembali kurebahkan tanpa melepaskan kejantananku dari vaginanya. kuangkat kakinya dan kusandingkan kedua kakinya, lalu kumiringkan dia. kulakukan posisi favoritku dengan mendekap dia dari belakang. ku mainkan mebali kejantananku didalam vaginanya pelahan namun pasti, sambil tanganku mendekap dadanya. Rini terus melenguh, dan terus meracau lembut. setelah beberapa menit berlalu lava pijar didalam kejantananku sudah mulai mengalir hingga keujung penis. kutatap mukanya, kemudian dia menggeleng. artinya dia menginginkan agar lava pijarku jangan sampai menyembur di dalam vaginanya. karena aku juga lupa mempersiapkan cups, kemudian kucabut penisku, dan kuarahkan rini untuk tengkurap. Dengan lava yang masih tertahan di saluran kawah, kugesekkan penisku diantara dua bokongnya yang lumayan berisi. dengan sensasi diantara dua bokong tersebut akhirnya lava pijarku tumpah dipunggung Rini. 
kuraih tissue di meja kemudian kubersihkan lava pijar yang mengotori punggungnya. kemudian aku berbaring disampingnya, dan dia menatapku sambil tersenyum. 
"terima kasih ya Rini sayang" ucapku sambil mengecup keningnya.
"Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, karena kamu memerikan aku pelajaran tentang bercinta yang tidak hanya karena nafsu, tapi ada nilai kasih sayang disitu. jujur baru kali ini aku bisa menikmati kenikmatan sejati dalam bercinta. pantaslah kalau Layli begitu sayang padamu, dan sepertinya tidak ingin kehilangan kamu, karena kamu tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan" Ujar Rini sambil mengelus pipiku.
"kalau kamu bisa memperlakukan dirimu sendiri dengan bijaksana, maka orang lainpun akan memperlakukanmu dengan adil. berusahalah untuk memahami dirimu sendiri, jangan terlalu banyak memohon untuk dipahami oleh orang lain, karena dengan itu akan membuatmu semakin lemah dan sangat mudah untuk dimanfaatkan, salah satunya aku hehehe" kataku seraya tertawa, dan dia pun tertawa
kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 16.50, saatnya mempersiapkan diri untuk menunggu Layli pulang kerja. aku merapihkan diri kemudian berpamitan kepada Rini. 
"jaga diri ya, kamu punya nomor HPku kapanpun aku siap mendengarkanmu" kataku sambil mengecup keningnya
"Aku tahu saat yang tepat untuk merengkuh kenikmatan bersamamu lagi" katanya sambil tersenyum
aku hanya tersenyum sambil mengangguk kemudian meninggalkan kos Rini yang ternyata masih sepi. dia menatapku sambil melambaikan tangannya hingga aku berbelok. 
Sejak saat itu aku mulai menjaga jarak dengan Rini, agar aku tidak terlena dan agar Rini juga tidak salah menafsirkan perasaanku. Ketika diminta untuk datang, aku berusaha mencari alasan. dan untuk mengobati kekecewaannya ku telpon dia untuk sekedar mendengarkan keluhannya. dan kuyakinkan dia, bahwa nanti suatu saat akan ada orang yang bisa memberikan kasih sayang seperti yang pernah kuberikan padanya. dan nampaknya Rini mengerti posisiku, karena setelah aku menikah dengan Layli dia seperti lenyap ditelan bumi dan tidak pernah lagi menghubungiku. 

Maafkan aku Layli, aku tidak pernah bisa jujur tentang ini padamu 

sumber:www.krucil.com

No comments:

Post a Comment