pengalamanku bersama evi
by cerita sex indonesia +17 on Wednesday, February 8, 2012 at 3:45pm ·
Kami
berdua berhadap-hadapan. Kami sama-sama ragu untuk memulai. Entah
siapa yang memulai, tahu-tahu kami berdua sudah berciuman. Lidah kami
berdua saling menjilat. Matanya terpejam.
Tanganku
mencoba meremas payudaranya yang berukuran 38 yang masih tertutup
pakaian seragam sekolah. Kuremas payudara kanannya. Ciuman kami
terlepas.
"Ooohh.." Desah Evi.
Tangannya turun ke bawah mau membuka retsluiting celanaku. Kami berdua tersenyum. Tiba-tiba.
"Apa-apaan kalian." Bentak seseorang.
Kami
berdua terkejut. Di pintu yang terbuka terdapat salah seorang guru BP
yang sangat ditakuti. Namanya Bu Heydi. Tanganku menghentikan remasan
pada payudara kanan Evi. Sementara tangan Evi masih di celanaku.
"Kalian berdua ikut aku ke kantor." Kata Bu Heydi sambil berjalan keluar kamar mandi.
Kami
berdua mengikutinya. Tangan Evi memegang tanganku. Dia kelihatan
ketakutan. Aku sendiri juga takut. Takut hal ini akan disebarluaskan.
Kami
bertiga telah sampai di ruang BP. Dikuncinya pintu ruangan itu. Kami
berdua disuruh duduk di kursi sofa. Begitu duduk Evi dengan setengah
menangis berkata.
"Tolong bu. Jangan bilang siapa-siapa."
"Baiklah. Kamu jangan menangis. Aku akan tutup mulut. Tapi ada syaratnya." Kata Bu Heydi yang duduk di depan meja kerjanya.
"Apa syaratnya, bu?" tanyaku.
"Saya bersedia memberi uang kepada ibu." Kata Evi sebelum Bu Heydi menjawab pertanyaanku.
"Aku nggak butuh uang."
Bu Heydi diam sejenak. Kemudian lanjutnya.
"Aku butuh kamu." Katanya sambil menunjukku. Kali ini suaranya agak lembut.
"Apa yang bisa saya bantu?"
"Aku butuh tubuhmu."
"Maksudnya?"
"Aku minta dilayani."
Aku
dan juga Evi setengah kaget. Aku tidak mengira Bu Heydi mengajukan
syarat yang sangat tidak mungkin kulakukan. Aku hanya diam. Aku tahu Bu
Heydi yang berusia 47 tahun adalah seorang janda. Jadi wajar saja dia
minta dilayani.
"Bagaimana?" Kata Bu Heydi sambil
melepas kemejanya. Sehingga dia tinggal memakai baju dalam yang putih
tipis memperlihatkan branya yang berwarna hitam. Tampak juga sebagian
kulit sawo matangnya pada tubuh dengan tinggi sekitar 156 cm dan berat
sekitar 53 kg.
"Jangan, bu. Syarat yang lain saja." Tolakku sambil tetap memegang tangan Evi.
"Ibu nggak punya syarat lain selain itu."
"Jangan, bu." Tolakku sekali lagi.
"Kalau begitu, ibu akan umumkan perbuatan kalian besok." Kata Bu Heydi agak marah.
Aku dan Evi berpandangan. Kembali Bu Heydi berkata.
"Daripada bercinta dengan orang yang lain warna kulitnya, lebih baik dengan.."
Belum selesai Bu Heydi selesai bicara sudah disela oleh Evi.
"Tolong,
bu. Jangan sebut-sebut warna kulit. Aku rela. Terserah ibu mau lakukan
apa terhadapnya. Tapi. Sekali lagi. Jangan sebut-sebut warna kulit."
Kata Evi dengan nada keras dan melepaskan pegangan tanganku.
Bu
Heydi tertawa sambil berdiri menghampiriku. Dia jongkok di depan
tempat aku duduk. Dia meremas penisku yang masih tidur. Remasan itu
membuat penisku setengah tegang. Sementara Evi berdiri. Dia berjalan
mau keluar dari ruangan itu.
"Eh. Jangan pergi dulu." Cegah Bu Heydi sambil tetap memegang penisku. Kemudian sambungnya lagi.
"Setelah aku menikmati tubuh pacarmu ini, kamu boleh melakukannya sepuasnya."
Kelihatannya
Evi setuju. Dia kembali duduk. Tetapi duduk di kursi sofa yang berada
di depanku yang dibatasi oleh meja. Sementara meja itu telah digeser Bu
Heydi untuk berjongkok.
Setelah melihat Evi duduk,
kembali Bu Heydi meremas penisku. Kali ini penisku sudah hampir tegang.
Dibukanya celanaku. Diturunkan ke bawah sedikit termasuk celana
dalamku. Penisku sudah muncul dihadapan Bu Heydi dengan keadaan tegang
sepenuhnya. Dipegangnya penisku dan langsung dimasukkan ke mulutnya.
Dikeluarmasukkan penisku yang panjangnya 15 cm. Tanganku hanya memegang
rambut hitamnya yang lurus potong pendek sebahu ciri khas BP. Mataku
setengah terpejam menikmati kuluman Bu Heydi terhadap penisku.
Sekarang
kepala penisku dijilatinya sambil melepas baju dalam yang masih
dipakainya. Kemudian dipegangnya lagi penisku dan dimasukkan kembali ke
mulutnya. Tangannya juga membelai buah pelirku. Penisku dikeluarkan
dari mulutnya dan disentuhkan ke lehernya sementara lidahnya menjilati
pinggangku. Aku beranikan membuka ikatan bra yang dipakai Bu Heydi.
Perlahan-lahan kulepas bra itu. Sedangkan Bu Heydi menjilati buah
pelirku.
Beberapa saat kemudian digesek-gesekkan diantara kedua
payudara Bu Heydi yang berukuran 34. Pada saat itu kulihat Evi sedang
melakukan masturbasi. Baju seragam sekolahnya setengah terbuka dan dia
meremas payudara kanannya yang masih ditutupi kaos dalam dan bra. Bu
Heydi kembali menjilati kepala penisku. Kudorong kepalanya supaya
penisku masuk ke mulutnya. Kembali penisku keluarmasuk masuk mulut Bu
Heydi. Sambil kedua tangannya membelai-belai buah pelirku.
Setelah
puas menikmati penisku, dia berdiri menyorongkan payudara kirinya ke
mulutku. Kujilati payudara kirinya itu. Bu Heydi rupanya juga melihat
Evi bermasturbasi. Dia meninggalkanku dan menghampiri Evi yang masih
asyik dengan remasan pada payudara kanannya.
"Boleh ibu bantu." Tawar Bu Heydi.
Evi
menghentikan remasannya dan hanya diam. Dan tanpa persetujuan Evi
dibukanya dengan cepat seluruh pakaian seragam sekolah yang dipakai Evi
termasuk kaos dalam dan bra. Mereka berdua sama-sama setengah
telanjang.
Dibimbingnya Evi untuk berdiri untuk menempelkan kedua payudaranya ke kedua payudara Evi.
"Ooouhh.." Mereka berdua sama-sama mendesah.
Bu
Heydi lalu memegang kedua payudara Evi sedangkan Evi mendorong tubuh
Bu Heydi pada kedua lengannya. Aku kira Evi yang mempunyai tato
bergambar bunga mawar kecil di atas pusarnya akan menolak ajakan Bu
Heydi. Ternyata tidak. Evi bahkan melepas semua pakaian yang tersisa di
tubuhnya yang diikuti oleh Bu Heydi yang juga dengan cepat melepas
semua pakaiannya. Keduanya berdiri berhadap-hadapan dan saling
tersenyum. Aku sendiri ketika mereka melepaskan semua pakaian juga ikut
melepas semua pakaianku sambil duduk. Aku ingin menghampiri mereka
yang kemudian dihalang-halangi oleh Bu Heydi.
"Biarkan aku menikmati tubuhnya sendirian." Kata Bu Heydi sambil berjalan ke belakang Evi.
Dari
belakang diciumnya bibir Evi yang tangan kanannya memegang leher
belakang Bu Heydi. Tangan kiri Bu Heydi dari belakang meremas payudara
kiri Evi. Tangan kiri Evi menjepit tangan kiri Bu Heydi di bawah
ketiaknya sambil memegang tangan kanan Bu Heydi yang membelai
vaginanya.
Lalu Evi membalik badannya dan dengan membungkuk dihisapnya kedua payudara Bu Heydi bergantian.
"Uuughh.." Desah Bu Heydi.
Kedua
tangannya memegang pinggang Bu Heydi. Ditariknya tubuh Evi ke atas
sambil dia sendiri berjongkok di hadapan Evi. Langsung saja dibukanya
vagina Evi dengan kedua tangannya. Evi meletakkan kaki kirinya ke atas
kursi sofa untuk mempermudah terbukanya vaginanya. Bu Heydi lalu
menjilat vagina Evi dan menghisapnya.
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi lalu membimbing Evi untuk duduk di kursi sofa. Gantian dia membungkuk dan menghisap kedua payudara Evi bergantian.
"Uuughh.." Desah Evi.
Mulutnya
turun ke bawah dan dihisapnya kembali vagina Evi dengan lidahnya. Evi
meremas rambut Bu Heydi yang semakin bernafsu dalam menghisap vagina
Evi.
"Aaaghh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi
kemudian menghentikan permainannya. Dia lalu duduk di kursi sofa dengan
kaki kanannya tetap dibawah. Dengan isyarat tangan dipanggilnya Evi
yang masih duduk sambil tangannya memegang vaginanya yang sudah basah.
Dihampirinya Bu Heydi. Jempolnya basah karena cairan yang keluar dari
vaginanya. Diarahkannya ke mulut Bu Heydi yang kemudian menghisap
jempol itu.
Lalu Evi duduk di antara kedua kaki Bu
Heydi. Dari belakang Bu Heydi memeluk Evi sambil mencium bibir Evi.
Tangan kanannya membelai vagina Evi dan jari tengah dan telunjuknya
dimasukkan ke vagina Evi. Kepala Evi otomatis mendongak ke atas yang
membuat Bu Heydi menjilati leher Evi. Tangan kirinya meremas kedua
payudara Evi bergantian. Sedangkan tangan kanan Evi memegang tangan
kanan Bu Heydi untuk mempercepat kocokan pada vaginanya.
"Ooohh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
Aku
tetap duduk melihat permainan Bu Heydi dengan Evi yang memanas. Aku
hanya bisa meremas-remas penisku sendiri yang tegang. Kelihatannya Evi
sudah mencapai orgasme. Bu Heydi mengeluarkan kedua jarinya dari vagina
Evi dan memeluknya. Aku ingin menghampiri mereka lagi. Tapi.
"Aku ingin lagi, bu." Kata Evi pelan.
Aku
urungkan menghampiri mereka yang telah memulai kembali permainannya
yang semakin memanas. Kulihat Evi dalam posisi kayang sedang dihisap
vaginanya oleh Bu Heydi. Evi tidak kuat dalam kayangnya sehingga dia
terjatuh ke lantai. Tetapi Bu Heydi tetap saja menghisap vagina Evi
dengan lidahnya sambil tangan kirinya membelai paha kiri Evi.
"Aaaghh..oohh..eehmm.." Desah Evi.
Setelah
beberapa lama Evi mencapai orgasme. Tampak dia kelelahan. Tetapi oleh
Bu Heydi dirangsang kembali. Dengan cara Bu Heydi membuka vaginanya dan
menempelkan kelentitnya ke puting payudara kanan Evi.
"Aaahh.." Mereka berdua sama-sama mendesah.
Gairah
Evi kembali lagi. Tangan kirinya meremas payudara kanannya sendiri
sementara tangan kirinya membelai paha kanan Bu Heydi. Bu Heydi
melanjutkan dengan berdiri dan meletakkan kaki kirinya ke kursi sofa.
Evi yang berada tepat di bawahnya lalu memegang paha kanan Bu Heydi dan
menjilatinya.
"Eeehmm.." Desah Bu Heydi.
Mulutnya naik ke atas dan dibukanya vagina Bu Heydi untuk menghisap dengan lidahnya.
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi.
Akhirnya
Bu Heydi mencapai orgasme dan dia terjatuh tertelungkup di sofa dengan
kaki tetap di bawah. Tetapi Evi belum puas. Puting payudara kirinya di
tempelkan di lubang pantat Bu Heydi. Kemudian dari belakang dihisapnya
lagi vagina Bu Heydi dengan lidahnya.
"Aaahh..aaghh..oohh.." Desah Bu Heydi.
Sebagai
puncak permainan mereka, Evi membalikkan tubuh Bu Heydi dan mengangkat
kakinya ke atas kursi sofa. Mereka bermain dalam posisi 69 selama
beberapa menit.
Aku semakin asyik saja dengan penisku. Tidak
saja meremas-remas penisku. Juga kukocok penisku. Aku tidak tahu ketika
mereka berdua telah mendatangi aku yang bersandar ke meja. Bu Heydi
mengambil kursi kayu. Sambil duduk dia memegang penisku dan memasukkan
ke mulutnya. Evi ingin menciumku. Tetapi kudaratkan bibirku ke payudara
kanannya.
"Oooughh.."
Kulepaskan hisapan pada
payudara kanannya. Dia merangkulkan tangan kirinya ke pundakku. Tangan
kanannya ikut memegang penisku yang keluar masuk mulut Bu Heydi. Tangan
kananku meremas pantat kirinya yang membuat kepalanya mendongak ke
atas. Aku dapat dengan leluasa menjilati lehernya dan kedua
payudaranya.
"Eeehmm..eehmm.." Desah Evi.
Kutambah dengan
remasan tangan kiriku yang meremas pantat kanannya. Penisku sudah
tidak lagi dikeluarmasukkan. Kulepaskan diriku dari rangkulan Evi. Evi
kemudian duduk di kursi kayu. Bu Heydi mendekati Evi. Mereka berdua
berciuman kembali. Setelah kukangkangkan kaki Bu Heydi, dari bawah
kuhisap vagina Bu Heydi dengan lidahku sementara mereka tetap
berciuman.
"Aaaghh..oohh.." Desah Bu Heydi disela-sela ciumannya.
Mereka berciuman sambil tangan kanan Bu Heydi memasukkan jari tengah dan telunjuknya ke vagina Evi.
Kuremas-remas juga pantat Bu Heydi. Bu Heydi melepaskan ciumannya dan berkata.
"Masukkan." Katanya sambil mencium Evi kembali.
Dari belakang kumasukkan pelan-pelan penisku ke vagina Bu Heydi.
Kulihat
tangan kanan Evi memegang paha kiri Bu Heydi. Evi juga telah berdiri
dari kursinya. Bu Heydi menjilati leher Evi sampai ke kedua payudara
Evi. Tangan kirinya memegang erat tangan kanan Evi. Penisku keluarmasuk
vagina Bu Heydi dari belakang sementara Bu Heydi dan Evi tetap
berciuman sambil menempelkan kedua payudara mereka. Kedua tangan mereka
saling meremas kedua paha. Kurasakan maniku mau keluar.
"Maaf, bu. Mau keluar." Kataku pelan.
"Keluarkan saja di dalam." Jawab Bu Heydi sambil mendesah disela-sela ciumannya.
Akhirnya
kukeluarkan maniku di vagina Bu Heydi yang juga basah. Bu Heydi
kemudian mendorong tubuhku. Kukeluarkan penisku dari vagina Bu Heydi dan
aku langsung jatuh terduduk. Aku duduk bersandar ke tembok dengan
kakiku kuluruskan. Bu Heydi juga melepaskan ciumannya pada Evi. Dia
duduk di kursi sofa.
Evi menghampiriku. Aku berjalan
dengan dua lututku juga maju mendekatinya. Kuhisap payudara kiri Evi.
Sedangkan payudara kanan Evi kuremas.
"Oooughh..oohh.." Desah Evi.
Bu Heydi juga berdiri dan menggesekkan kedua payudaranya ke punggungku sambil kedua tangannya membelai bagian depan tubuhku.
Kubalikkan
tubuhku sambil berdiri. Kubimbing Bu Heydi untuk duduk di kursi sofa.
Ingin sekali kumasukkan penisku dari depan. Tapi Evi menarikku ke
belakang. Dia langsung menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya dengan
bertumpu pada kedua tangannya dan lututnya. Dia juga berkata kepadaku.
"Masuki aku." Kata Evi yang menghentikan hisapan pada vagina Bu Heydi dengan lidahnya.
Dari belakang pelan-pelan kumasukkan penisku.
"Aaaghh.." Desah Evi.
Evi melanjutkan lagi menghisap vagina Bu Heydi dengan lidahnya. Tapi baru sebentar, Evi berkata lagi.
"Keluarkan. Nggak enak."
Terpaksa
kukeluarkan lagi penisku. Evi membalikkan tubuhnya dan mendorongku
untuk duduk di kursi kayu. Aku duduk di kursi kayu. Evi kemudian mencoba
duduk di pangkuanku. Dia meraba-raba ke belakang mencari penisku. Aku
tahu maksudnya. Pelan-pelan kumasukkan penisku ke vagina Evi. Kurasakan
vagina Evi yang basah.
"Aaaghh.." Desah Evi.
Bu
Heydi juga bangkit dari kursi sofa. Dari samping tangan kanannya
membelai vagina Evi. Payudara kirinya menempel pada payudara kanan Evi.
lalu dipegangnya payudara kiri Evi dan ditempelkan ke payudara
kanannya. Kedua payudara mereka menempel dan bergesekan seiring dengan
Evi yang menaikturunkan pantatnya supaya penisku keluar masuk. Kuangkat
paha kanan Bu Heydi. Evi menyambutnya dengan belaian tangan kiri pada
paha kanan Bu Heydi.
"Ooouhh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
"Ooouhh.." Desah Bu Heydi.
Kemudian
Bu Heydi turun ke bawah. Dihisapnya vagina Evi yang masih dimasuki
penisku. Kuangkat pantat Evi dan akupun mencoba berdiri. Aku berhasil
berdiri dan kulihat kaki kiri Evi diangkat ke atas meja kecil. Penisku
dipegang oleh Bu Heydi sementara kepala penisku masih berada di vagina
Evi. Dikeluarkannya penisku sambil Bu Heydi menjilati cairan yang keluar
dari vagina Evi.
Aku masih berdiri sambil membersihkan
penisku. Kulihat Bu Heydi terlentang di lantai dan tangannya menarik
Evi untuk melakukan posisi 69. Ketika mereka melakukan posisi itu
kukeluarmasukkan penisku ke vagina Evi.
"Aaahh..oouhh..Jangan. Jangan." Teriak Evi berulang-ulang.
Kukeluarkan
penisku sambil berdiri. Evi juga berdiri. Evi menghampiriku dan
dibimbingnya aku untuk telentang dilantai disamping Bu Heydi yang sudah
duduk juga dilantai. Evi tengkurap di atas tubuhku sambil mencoba
supaya penisku masuk vaginanya. Bu Heydi membantu dari belakang.
Dimasukkannya penisku ke vagina Evi sambil lidahnya menjilati pantat
Evi. Kuangkat kepalaku untuk menghisap kedua payudara Evi yang
bergoyang seiring dengan pantatnya yang dinaikturunkan. Aku hisap
payudara kanannya. Bu Heydi dari belakang menempelkan kedua payudaranya
ke punggung Evi. Tubuhnya ikut membantu mendorong tubuh Evi yang
dinaikturunkan supaya penisku keluarmasuk vagina Evi. Tangan kirinya
meremas payudara kiri Evi.
"Aaahh..oouhh..oohh..aahh..oouhh.." Desah Evi.
"Aku mau keluar." Kataku sambil berteriak kenikmatan.
"Jangan keluarkan di dalam." Kata Evi sambil memundurkan tubuhnya ke belakang.
Bu Heydi yang tahu hal itu langsung berdiri. Evi langsung melentangkan tubuhnya di lantai sambil berkata kepadaku.
"Keluarkan di sini." Kata Evi sambil memegang kedua payudaranya.
Kukangkangkan
kakiku yang setengah berdiri bertumpu dengan kedua lututku tepat di
atas kepala Evi. Kutumpahkan maniku di kedua payudara Evi yang langsung
dijilati Bu Heydi.
"Eeehmm.." Desah Evi.
Bu
Heydi juga menjilati kepala penisku. Sedangkan buah pelirku dijilati
oleh Evi. Aku lalu pindah ke samping kanan Evi. Kugesek-gesekkan penisku
yang masih keluar mani ke kedua payudara Evi bergantian. Juga ke
belahan kedua payudara Evi. Akhirnya kujatuhkan tubuhku di samping kanan
Evi. Bu Heydi masih menjilati kedua payudara Evi bergantian sambil
sesekali membagi maniku dengan lidahnya ke bibir Evi. Akhirnya Bu Heydi
juga menjatuhkan tubuhnya di samping kiri Evi.
Setelah
beristirahat sebentar dan membersihkan tubuh di kamar mandi yang ada di
dalam ruang BP, kami bertiga pulang ke rumah masing-masing.
sumber:http://www.facebook.com/pages/cerita-sex-indonesia-17
sumber:http://www.facebook.com/pages/cerita-sex-indonesia-17
No comments:
Post a Comment