Wednesday, May 30, 2012

persanggamaan istri setia

Ayah kandungnya hanya lelaki desa kebanyakan yang tumbuh menjadi pria keras karena sulitnya mengais kehidupan, membangun watak lugu sekaligus keras dan otoriternya dalam mendidik anak-anaknya. Khususnya Sumiati yang ayu manis itu kini juga tumbuh dewasa, semakin ranum dan menyimpan daya tarik seksual tersembunyi.

Hal inilah yang membuat Sumiati tidak disangka , terengkuh di tangan seorang lelaki tua namun kaya raya, pemilik Perkebunan Sawit cukup luas di desa Aru Malili , tempat keluarga Parto, ayah Sumiati bekerja.

Budiarta, biasa dipanggil Tuan Budi, secara tak sengaja di suatu siang nan terik menyengat, melihat Sumiati berjalan menuju perkebunan mengantar makanan kepada Ayahnya yang sedang bekerja pada pembangunan koridor pengangkutan tandan sawit milik pengusaha ini. 

Cuma sekali itu, entah oleh daya magnet apa, Budiarta yang sudah berusia 51 tahun langsung menjadi tak bisa lmelupakan gadis lugu, pendiam bertubuh indah dan padat itu.

Karena Kebaya coklat lusuh yang dikenakan seadanya dan sederhana, sungguh pengusaha perkebunan yang sukses dan sudah menduda lebih dari 15 tahun karena bercerai dengan istri-istri untuk ketiga kalinya ini, sudah bisa membayangkan bagaimana lekuk tubuh Sumiati. Bagaimana bentuk buah dadanya yang montok dan agak besar, pinggulnya yang penuh berisi, sampai bagaimana gelinjang dan geliat gadis itu, jika dirangsang dalam ketelanjangannya.

Budiarta mencoba berusaha menghapus dan membuang semua pikiran liar itu, karena sadar kondisi dirinya. Namun semakin dibuang, kian meradang keinginan untuk memiliki gadis desa itu. Puncaknya, suatu hari, diam-diam dia meminta Parto membawa anaknya ke villa tempat peristirahatannya di tengah perkebunan kelapa sawit yang luas itu.

Maka di sanalah dia bisa memandangi sumiati dan meneliti sosok dirinya dari dekat. Bukan main. Itu kesimpulannya. Gadis itu benar-benar memiliki daya tarik seksual luar biasa. Sumiati seperti mutiara yang belum terpoles, atau berlian yang tersaput lumpur. Sekali dia bersih, maka pesonanya akan memancar cemerlang.

Dibulatkan tekadnya untuk melewati hari-hari tuanya secara tenang sendirian di perkebunan miliknya, Budiarta nekat melamar Sumiati sebagai istrinya. Tentu saja ini bagai durian runtuh bagi Keluarga Parto. Dan Sumiati sendiri, yang semula sempat terkejut karena sadar harus mendampingi seorang pria tua sebagai suaminya, kemudian menepis semua pertimbangan dari tuntutan naluri wajar yang ada di dalam dirinya, sebagai seorang gadis belia.

Perkawinan itupun berlangsung dengan meriah. Membuat Desa Aru bagai tenggelam dalam kenduri panjang yang terus berdegup kencang. Dan di balik itu, Ibu Sumiati terus mengajarkan kepada anaknya, bagaimana caranya melayani suaminya dengan baik. Secara khusus di tempat tidur. Sumiati mendengar dan menyimaknya dengan jantung tak henti berguncang. Membayangkan kelamin lelaki dalam keadaan tegang, besar dan keras, seperti pernah secara tak sengaja dilihatnya,saat itu dia terbangun tengah malam dan ingin kencing di dapur.

Dari balik sumur tiba-tiba dia mendengar suara Ibunya. Entah keluhan, atau lebih mirip lenguhan dan erangan perempuan . Begitu dia mengendap dan melihat lebih jelas, matanya terbelalak dengan jantung seolah berhenti berdegup. Dia saksikan dengan pakaian sudah terbuka, Ibunya sedang bersandar di pohon dekat sumur, dengan sebelah kaki terangkat, sementara di depan, Ayahnya, dengan kelamin yang besar dan tegang sedang bersiap melaksanakan hasratnya. Dengan ketakutan dia segera menjauh dari sana.

Namun bayangan itu, batang kemaluan ayahnya yang besar dan keras, bibir kemaluan Ibunya yang siap menerima penis itu masuk di dalamnya, tak pernah dia lupakan. Sesuatu yang membuat bagian bawah tubuhnya menjadi berdenyut, gatal dan luar biasa peka terhadap sentuhan. Badannya kadang sampai menggigil dan pikiran- pikiran aneh yang berkaitan masalah itu, dengan keras segera dia lupakan.

Sekarang, dia makin tersadar akan menjadi seperti ibunya. Budiarta memang sudah tua, tetapi sebagai orang kaya yang hidupnya terpelihara serta rajin olahraga, pria itu tetap kelihatan agak kekar. Berarti penisnya juga pasti masih perkasa. Itu yang belakangan ini berulang menggoncangkan perasaannya.

Sebenarnya tak beda jauh dengan Budiarta sendiri. Gambaran tentang kemolekan tubuh Sumiati, aroma keremajaannya, keranuman kewanitaannya, bangun tubuhnya yang padat karena selalu tak henti bekerja cukup keras, membantu mengatasi kemiskinan keluarganya, membuat otak Budiarta seperti gila. Meski ada keresahan yang tak habis menyelimuti batinnya.

Malam yang dinantikan oleh keduanya itu tiba. Secara perlahan, di kamar pengantinnya yang mewah, di lantai yang sudah dihampari kain sofa yang tebal, Budiarta melepaskan pakaian yang dikenakan Sumiati satu persatu. Gadis itu sendiri terus menunduk sambil membiarkan dirinya pasrah untuk diperlakukan apapun.

Tak perlu berlama-lama, Sumiati kini sudah tergolek di atas lantai dengan telanjang bulat. Gadis itu terlihat berusaha menutupi buah dadanya yang sintal, serta kelaminnya yang ditumbuhi bulu agak lebat. Namun Budiarta selalu mencegah usaha itu, sehingga tetap saja sudut-relung tubuh sumiati itu tak sejengkalpun dapat lepas dari pandangan budiarta. Lelaki ini kemudian mengambil botol madu yang sudah disiapkannya.

Lalu secara pelan menumpahkan madu tersebut ke sekujur tubuh telanjang Sumiati, yang membuat gadis yang lebih banyak memejamkan matanya ini menjadi kian gelisah. Apalagi ketika tanngan lelaki itu, mulai meratakan ke seluruh permukaan tubuhnya.

Dengan gemetar, nafas memburu oleh nafsu, pria tua yang hanya mengenakan celana pendek ini, mulai menciumi , menjilati sekujur lekik tubuh Sumiati. Kedua tangan Sumiati direntangkan ke atas kepalanya. Ketiak gadis ayu yang berbulu halus itu, dia ciumi dan jilati tanpa sisa, meluncur turun-naik ke sana kemari. Dan sesekali diselingi hisapan itu , benar-benar bagai bara yang membakar. Membuat gadis desa yang belumlah pernah seumur hidup disentuh pria ini menjadi tersentak-sentak, gelisah, dan terengah-engah menahan sejuta perasaan dan emosinya yang bangun menggelora.

Makin lama, ciuman, jilatan dan hisapan Budiarta semakin ganas. Kedua puting buah dada Sumiati bergantian disedot dan diremas-remasnya. Bahkan wajahnya dengan kuat digosokan ke sana, membuat benda padat yang tegak menantang itu menjadi penyok dan terdorong kesana-kemari. Sementara jemari tangan Budiarta terus mengusap, menggosok dan meremas bagian bibir bibir vaginanya. Memutar dan menyelusup menusuk-nusuk di sana.

Akhirnya Sumiati tak tahan lagi untuk mengeluarkan suara-suara liarnya oohhhhhhhh............ssshhhhh hhhhh,
meski masih terdengar perlahan, Namur pada saat kedua paha jenjangnya dikangkangkan, kemudian Budiarta menciumi, menghisap serta memainkan lidahnya di vagina dan bibir kelamin yang basah oleh lendir bercampur madu itu.

Rintihan Sumiati akhirnya tergantikan erangan yang nyaring kemudian diikuti gerak ketegangan tubuh indahnya, beerkedut kelojotan dan mengejang, ....................aauuugghhh hhhhh............oohhhh sambil berpegangan erat di kepala Budiarta yang wajahnya masih dibenamkan diantara pangkal selangkangan sumiati , tepat disaat sesuatu yang luar biasa, dan melambungkan tubuh indahnya ke dalam kenikmatan yang tiada tara menghampirinya Ini orgasme pertama yang pernah dirasakan sumiati lugu. Sesuatu yang pernah dikisahkan Ibunya, kalau penis lelaki secara intens keluar masuk di dalam vagina wanita.


"Itu sorga dunia, Nduk".

Budiarta nampak terengah-engah, menyaksikan gadis sumiati yang memandangnya dengan mata sayu, terhanyut jauh oleh nafsu dan kenikmatan itu.
Tapi mengapa dia belum juga membuka celananya, mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi --meski malu-- ingin sekali disaksikan Sumiati. Sesuatu yang menurut Ibunya tak masalah jika kau jilat, kau hisap, dan kau telan air yang akan keluar menyemprot dari ujung sana . Air cikal-bakal kehidupan fseorang manusia.

Mengapa benda yang tegar, perkasa dan penuh pesona itu tak juga ditunjukkan serta diberikan kepada dirinya untuk bisa gantian sumiati hisap ?

Pertanyaan ini membayangi perasaan Sumiati, ketika Budiarta kembali memperlakukan dirinya seperti tadi. Menjilatinya, menghisapnya dengan ganas. Bahkan kini membalikanan tubuhnya, mengangkat menunggingkan pantatnya, kemudian dijilatinya anus sumiati , membuat dia berpegangan di sofa tebal yang empuk tersebut. Tubuhnya kini menggigil walau sedang gerah bersimbah peluh dan tersentak-sentak menahan getaran nikmat tak terlukiskan.

Sumiati kembali menggelinjang merasakan orgasmenya. Kali ini bahkan lebih hebat dari yang pertama, karena membuatnya tanpa sadar terpekik nyaring dan mengejang lebih lama.............
oooooghhhhhhhhh............... .sshhhhhhhhhhh.......oc ooooochhhhh
Nafasnya kemudian memburu kencang, seperti telah berlari naik gunung. Budiarta kemudian menjatuhkan tubuhnya ke sisi gadis itu. Tergolek di sana. Lama. Sumiati berusaha bangun dan diam-diam merasa tidak mengerti, mengapa celana pendek suaminya itu tak menunjukan sesuatu yang sedang berdiri keras di baliknya. Sesuatu yang tegang dan sejak tadi dibayangkannya mirip seperti kepunyaan Ayahnya. Apa sebenarnya yang terjadi?

Dengan agak ragu, namun dibekali petuah Ibunya, agar dia bisa memberikan "pelayanan terbaik" untuk suaminya, Sumiati pelan-pelan menyentuh celana itu. Budiarta cuma diam membisu. .............Malah dia kemudian menurunkan celananya dengan serta merta............, menunjukkan kelaminnya yang -astaga- ternyata kecil, lembek dan mirip punya adik lelakinya yang diam-diam dulu sering dia saksikan di rumah.

Inikah yang pernah dia dengar ketidak mampuan lelaki alias impoten? Ketidakmampuan seorang lelaki untuk menegangkan penisnya untuk bisa melakukan hubungan seksual? Apakah karena pria ini sudah tua, dan wajar seorang pria seperti dirinya tak bisa gampang lagi memfungsikan alat kejantanannya? Atau dia harus berperan lebih berani dan aktif, seperti yang telah diajarkan Ibunya?

Pikiran ini, membuat Sumiati pelan-pelan meremas penis yang lunglai itu dengan tangan gemetar. Lalu akhirnya menunduk dan mulai menjilatinya. Budiarta cepat membuka kakinya lebih lebar. Sumiati memasukan penis itu ke dalam mulutnya. Mengecup, kemudian mulai menghisapnya, mirip seperti bayi yang sedang menghisap ibu jarinya.

Tubuh Budiarta kelihatan menggeliat-geliat menahan nikmat. Tapi berlalu tiga, lima, bahkan sepuluh menit, penis itu tak juga mau tegang. Ada memang perubahan, karena tak lagi selembek tadi. Tapi tetap saja lemah.walau akhirnya sumiati berhasil mendapatkan cairan kental benih manusia Dan mendadak Budiarta menjauhkan wajah Sumiati lalu menggeleng dengan wajah sedih. Sumiati terpanaMengapa Budiarta tak pernah lagi terpikir untuk menikah selama puluhan tahun, dan mengapa akhirnya dia memutuskan untuk mengawini Sumiati, itu semua beranjak dari kondisi dirinya yang demikian.

Dia tahu Sumiati gadis yang menarik dan sungguh erotis merangsang namun sekaligus penuh pengabdian dan sangat penurut sehingga tak terlalu dikhawatirkan bisa berbuat macam-macam di belakangnya. Yang lebih penting lagi, perwatakan itu akan membuatnya bisa melaksanakan 

keinginan tersembunyi yang dahulu pernah diminta bisa dilakukan tiga istri terdahulunya, namun justru akhirnya menimbulkan perceraian diantara mereka. Karena kedua istrinya itu kemudian jatuh ke tangan orang lain dengan membawa banyak hartanya.

Secara fisik, meski sudah berusia lebih enam puluh tahun, Budiarta sebenarnya masih normal. Namun secara psikis, seksualnya terganggu. Dia tak mampu berhubungan dengan wanita secara normal. Untuk itu, ada cara-cara yang harus dilakukan untuk bisa membangunkan penisnya.

Awalnya dia masih berspekulasi, keranuman Sumiati, daya tarik seksualnya serta kesuciannya sebagai gadis --yang diakui Parto ayah Sumiati sendiri-- akan bisa secara perlahan membantu mengatasi problema dirinya. Ternyata tidak. Berulang kali setelah malam pertama itu, Budiarta tetap gagal menyetubuhi Istrinya. Padahal dia ingin sekali menikmati keperawanan wanita yang bangun fisik serta aroma tubuhnya sangat merangsang itu.

Sumiati sendiri, seperti memang telah diperkirakannya, terlihat tak terlalu mempermasalahkan itu. Dia terkesan sangat tidak ingin suaminya menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang mengecewakan. Dan, tampaknya, Sumiati merasa ter puaskan dengan permainan tangan dan mulut suaminya di sekujur bagian tubuhnya. Dia selalu mampu berulang-ulang mencapai orgasme, meski tentunya tetap berbeda dengan orgasme yang dihasilkan dari proses ersanggamaan yang sesungguhnya.

Sesuatu yang dahulu pernah dilakukan kan Budiarta dengan tiga istrinya, segera kembali ingin diulanginya. Karena pertimbangan ketulusan pengabdian Sumiati, dia yakin, wanita itu tak akan mengkhiantinya, seperti tiga istrinya terdahulu. Ini alasan mengapa dia memutuskan untuk menjadikan Sumiati istrinya yang terakhir.

Sumiati tersentak kaget, ketika keinginan itu dia sampaikan. Bahkan membuat wanita selugu ini gemetar karena ngeri dan terkejut sebagai ungkapan penolakannya. Namun dengan halus Budiarta terus membujuk dan memberikannya pengertian.

"Aku perlu penyembuhan. Aku tidak akan bisa sembuh, tanpa terapi seks yang seperti itu. Dan ini adalah hal yang harus dicoba pada dirimu dan diri Mas", kata Budiarta malam itu, usai membuat istrinya dua kali orgasme dengan tangan dan mulutnya.

Sumiati menelan ludahnya berulang kali dengan bingung.
"Lelaki itu hanya untuk membangkitkan kemampuan Mas. Dia nanti akan mencumbumu, namun tidak sampai menyetubuhimu. Nanti setelah punya Mas ini bangun, dia akan pergi dan selanjutnya kita akan bisa berhubungan dengan - normal. Ini juga perlu untukmu, Sum. Kau tidak boleh hanya menikmati hubungan seperti ini selamanya".

"Tapi, kenapa.. kenapa.. harus begitu?"
"Jika melihat kau dirangsang oleh orang lain, maka nafsu Mas akan bisa dibangkitkan sampai ke puncaknya. itu membuat punya Mas bisa bangun. Mas pernah melakukan ini dengan istri-istri Mas terdahulu, tapi sayangnya mereka akhirnya justru menghianati Mas. Tapi Mas yakin, Sumiati tak akan memiliki pikiran sekotor mereka itu".

Sumiati seperti termangu. Budiarta terus melontarkan bujukannya. Dia meyakinkan wanita muda nan lugu itu, bahwa apa yang akan dilakukannya dengan lelaki yang akan didatangkan di rumahnya tersebut, merupakan bagian dari proses penyembuhan dirinya.

"Kalau kau mengabdi dengan Mas, sayang dengan Mas, ingin mengobati menyembuhkan penyakit yang sangat menyedihkan ini, kau pasti bersedia. Jangan dianggap ini pengkhianatan, tetapi pengobatan. Bukankah di dalam Agama, barang harampun bisa dihalalkan, jika diperlukan secara darurat untuk pengobatan?" Oh ini salah satu argumentasi hebatnya untuk melemahkan hati si istri.

Setelah beberapa hari membujuk, Sumiati akhirnya bersedia. Budiarta gembira sekali. Dia sudah memilih seorang gigolo, Sang Pejantan perkasa guna merangsang habis Sumiati, sementara dia akan mengintip perbuatan mereka. Syaratnya, lelaki itu meski telanjang, dan mungkin akan sangat terangsang, tidak boleh sampai menyetubuhi istrinya yang juga telanjang.

Dia sendiri sudah mengingatkann Sumiati, untuk benar-benar bisa menghayati dan melayani rangsangan Si Lelaki. "Kalau kau tidak mampu terangsang, karena takut, atau hatimu diam-diam menolak, maka nafsu dan milik Mas juga tetap tidak akan bangkit secara sempurna. Bahkan malah tambah payah karena Mas merasa bersalah. Kau harus benar-benar menganggap lelaki itu suamimu sementara untuk kesembuhan Mas. Kau Faham?," kata Budiarta menjelang pelaksanaan "orgy" tersebut.

Lelaki yang didatangkan Budiarta secara khusus itu, adalah seorang pria muda 27 tahun yang cukup ganteng, dengan tubuh kekar dan memiliki segalanya untuk bisa memuaskan seorang wanita. Badannya berbulu, beralis lentik, dengan kumis agak tebal di bawah hidung mancung yang menjadikan ciri keturunan Arabnya cukup kentara. Namanya Arman. Jantung Sumiati berdebar kencang menyaksikan kehadiran pria tersebut. Seseorang yang tak bisa dia sangkal, sangat, sangat, sangat menarik, lembut dan sopan.

Seseorang yang akan merangsangnya dalam kondisi sama-sama telanjang bulat berduaan di dalam kamar yang akan dikunci lelaki ini dari dalam, sampai kemudian pintu kamar itu kembali dibuka waktu suaminya mengetuk dari luar. Kepada istrinya, Budiarta menyatakan akan pergi keluar rumah kira-kira setengah jam, baru kemudian datang lagi dan menunggu penisnya bisa bangkit dengan menyaksikan keduanya bergulat dari balik pintu. Sebenarnya tidak persis begitu. Budiarta tidak benar-benar pergi, namun sekedar mengesankan keluar rumah dengan cara menutup daun pintu dari luar, tetapi segera balik lagi dan mulai melakukan "pengintipan" dari lubang yang secara diam-diam telah dibuatnya tanpa setahu Sumiati.


Sumiati saat ini benar-benar melayang hanyut. Dengan gemetar, dia membalas pagutan dan rangsangan Arman yang terasa sangat ahli itu. Berulangkali dia hampir orgasme dengan kepiawaian foreplay yang dilakukan pria pembangkit berahinya sekaligus pengobat suaminya......., namun selalu digagalkan si lelaki lewat cara yang juga piawai. Sepanjang proses perangsangan itu sendiri, tak hentinya Arman melontarkan bisikan- bisikan mesra, penuh sensasi dan sanjungan yang membuat Sumiati semakin melayang.

"Kau cantik, tubuhmu harum merangsang. Oh.. payudaramu kenapa begini padat dan menantang? Dan inimu.. ini klentitmu.. keras sekali.. bagaimana perasaanmu? kau terangsang sayang?," bisik Arman.
"I.. iiya.." Dengan mata melotot dan nafas memburu, Budiarta menyaksikan bagaimana istrinya mengerang dan menjerit oleh remasan, pijatan, usapan tangan,menjepit terkadang memilin klitorisnya maupun permainan sapuan lidah serta hisapan dan jilatan Sang Pejantan. Arman kadang juga menggunakan gosokan dadanya yang penuh bulu, menggelitik kedua payudara besarnya untuk menambah sensasi dan rangsangan terhadap Sumiati.

Terlihat sekali, Arman sangat terangsang dengan aroma khas relung kewanitaan yang ditebarkan perempuan di hadapannya. Bercampur bau khas tubuh keringatan Sumiati membuatnya terbuai dan semakin mabuk. Sementara kejapan kejapan alamiah di beberapa bagian otot tubuh Sumiati bila tersentuh, meyakinkannya tentang masih perawannya wanita ini, seperti sudah diceritakan Budiarta kepadanya

Saat pria ini melepas celananya, telanjang bulat sama sekali, mata Budiarta tambah melotot. Luar biasa. Penis itu demikian besar dan kerasnya sehingga masih mampu tegak ke atas, ketika Arman berdiri. Oh itu tidak boleh merenggut keperawanan Sumiati yang sudah menjadi miliknya. Tapi dia percaya, si lelaki tak akan melanggar "kontrak" dengan bayaran mahal ini.

Budiarta menyaksikan Arman mendudukan Sumiati yang kelihatan telah sangat terangsang dan terkesan menjadi "liar dan buas" itu, di tepi pembaringan yang empuk. Dia sendiri berdiri di lantai. Penis besarnya kemudian diarahkan ke mulut Sumiati. Tanpa diminta dua kali, Sumiati yang mengira suaminya masih pergi, kemudian menjilat, mengulum, lalu mengisap benda yang sudah lama diidamkannya itu.

Sangat rakus!
"Oh.. besarnya .. besar sekali.. punyamu luar biasa besar dan keras," bisiknya bagai orang meracau seperti sedang mengigau.
Budiarta melihat air liur istrinya menetes di buah dadanya sendiri yang menampakkan kedua putingnya terlihat demikian tegang.

Tidak hanya itu, Sumiati terlihat mulai menjilati basah seluruh bagian kelamin Arman. Seperti kedua kantung testikelnya yang menggantung berganti-ganti dijilat dan disedotnya.Kemudian kedua lipatan pahanya tak terlewatkan dati sapuan erotis lidahnya. Yang membuat Budiarta terpesona, dan saat melakukan perbuatan itu, Sumiati terus berusaha memandangi wajah Si Lelaki, seperti ingin mengetahui, bagaimana reaksi yang muncul dari perbuatannya. Dan setiap Arman menjerit keenakan, entah disengaja atau tidak.

Sumiati juga ikut mengerang dengan mulutnya yang masih mengulum batang itu, karena terangsang. Sumiati, Si Istri yang selama ini demikian pemalu, lugu, tertutup, penuh pengabdian, seperti telah berubah total. Budiarta menyaksikan bagaimana istrinya itu menarik tubuh Arman untuk ditelentangkan di tilam, lalu menjilati sekujur tubuh kekar dari pria yang baru dikenalnya itu, kemudian kembali menghisap dan mengocok penis besar Si pria keturunan Arab yang kelihatan makin perkasa. Budiarta tak mendengar bagaimana bisikan-bisikan yang dilakukan keduanya.

"Mbak Sum kau ahli.. hisapanmu hebat.. ohh yahh.. kau pintar sayang.. kau ingin itu? Kau mau punyaku?," bisik Arman.
"Mau.. kau punya besar.. aku mau..," bisik Sumiati diantara kesibukan mengisapnya.
Jelas itu ungkapan bawah sadarnya.

Kocokan tangan Sumiati demikian cepat, membuat Arman menoleh ke arah pintu seperti ingin mengetahui bagaimana sekarang posisi Budiarta. Pantatnya diangkat, menahan kenikmatan dari permainan sumiati yang kelihatan sudah bagai orang kalap akibat memuncaknya birahi. Lelaki yang sangat berpengalaman dengan ratusan bahkan ribuan wanita ini menggeliat- geliat ingin melepas tekanan bendungan dari dalam dirinya.

Dan Budiarta tiba-tiba merasa celana dalamnya mengetat. Penisnya bangkit! Oh cukup keras dan menggetarkan. Inilah saatnya. Pintu segera dia ketuk, bersamaan dengan pekikan Arman yang menggeliat-geliat dengan bagian kepala penis besarnya yang tampak berkilat memerah tegang sedang berkedut dalam posisi menyumpal mulut Sumiati. Wanita ini seperti menggeram dan dengan rakus menyedot serta menghisap habis tanpa sisa, cairan sperma yang dengan keras telahdi**kan dari ujung lobang penis Arman. 
Budiarta mengetuk lebih keras pintu itu. Arman segera melompat bangkit. Membukakannya, Sekejap Budiarta kemudian lmenerobos masuk, menindih istrinya yang penuh berleleran keringat, kemudian mulai mengambil apa yang menjadi haknya. Merojohkan penisnya yang telah tegang itu menyelusup lobang memek sumiati Merenggut keperawanan Sumiati, menembus selaput daranya.

Sumiati sendiri, bagai orang kehilangan kesadaran , menyambut sergapan suaminya dengan jalan mengangkangkan pahanya lebar-lebar, menunjukan belahan bibir kelaminnya yang basah berlendir bening dan kemerahan. Dia sudah kehilangan rasa malunya lupa dengan kehadiran orang ketiga di dalam kamarnya. Arman sendiri, sesuai perjanjian yang telah disepakati, segera keluar. Ketika bergegas menutup pintu. terdengar jeritan kesakitan bercampur kenikmatan yang sangat merangsang dari mulut Sumiati.............
pecahlah perawan itu........selaput tipis yang selalu dijaga rapi oleh si empunya......
aaachhhh .....achhhhhh.....accchhhhhh.. ..
hanya erangan erangan itu yang jelas terdengar dari luar kamar...

bagaimana dengan malam-malam berikutnya yang akan dilalui sumiati bersama suaminya ... dengan seorang bahkan kemudian beberapa orang yang ikut nimbrung dalam ritual demi ritual persetubuhan pasutri itu........ 

sumber: www.krucil.com

No comments:

Post a Comment