Wednesday, May 30, 2012

Berbagi Kenikmatan

Aku tidak mengerti kenapa malam itu Anna, istriku menolak saat kuajak dugem di Hard Rock café padahal ia biasanya yang paling demen. Barangkali ia memang sangat kecapai-an setelah semalam aku dan Nicko mengerjainya habis habisan. Akhirnya hanya kami ber tiga, aku, Egy dan Lusi, istrinya yang meluncur kesana. Dasar nasib lagi apes Hard Rock café sudah ditutup karena berjubelnya pengunjung yang bertepatan dengan liburan akhir pekan. Kamipun terpaksa balik ke hotel. Kami langsung berpisah menuju kamar kami ma sing masing. 

“Joint dengan kami aja, Mas Dani!” undang Lusi penuh makna.
“ Trims Lus…. Aku mau nengokin bini gue dulu. Jangan jangan sakitnya tambah parah….” Jawabku dengan sopan.
“ Bener nih Dan…. Elu engga mau gabung?!” sahut Egy sembari menyeringai pe nuh sindiran.
“ eeeeh….. Nanti gue nyusullah!”

Lalu kami berpisah. Sebenarnya sayang juga kalau nolak. Tapi mau bagaimana lagi? De mi rasa sayang pada bini tercinta. Aku tidak menemukan Anna dikamar bahkan setelah menunggu hampir seperempat jam lebih. Barangkali masih di coffeeshop, pikirku. Lalu aku beranjak kesana. Pada saat sedang mengunci pintu tanpa sengaja aku menoleh kesebe lah kiri. ASTAGANAGAA! Kulihat Anna sedang berjalan berduaan dengan seorang pria bule. Aku sangat yakin itu dirinya meski keduanya berjalan membelakangi aku. Mereka tampak sangat mesra. Silelaki melingkarkan tangan kirinya dipundak istriku sedang tang an istriku memeluk pinggang lelaki itu. Kudengar keduanya tertawa tawa gembira sampai menghilang kedalam kamar yang jaraknya hanya enam kamar dari kamarku. Timbul rasa penasaran dalam batinku sehingga kucoba mendekati pintu dan berharap bisa mengintip dari celah pintu yang lupa dikunci. Namun memang baru ketiban sial! Pintu itu tertutup rapat. Dengan langkah gontai aku kembali kekamar.

“ Pantas engga mau diajak! Sudah punya gacoan bule rupanya…Sialan!” gerutu ku dalam kekesalan yang sangat.
“ Tapi…. Siapa yang pantas disalahkan? Bukankah aku tadi yang mengusulkan “Acara Bebas “ malam ini?. Jadi boomerang buat diriku sendiri nih namanya!” 

Aku terbaring resah diatas ranjang. Kesal cemburu dan jengkel menyerbu batinku ber campur aduk menjadi satu.Ditengah aku merenungi nasib, tiba tiba terlintas dalam benak ku wajah Lusi. Wanita itu memang tidak secantik Anna namun lumayanlah. Tidak meng ecewakan. Tubuhnya yang padat berisi terlihat semakin mempesona dengan balutan tank top ketat merah jambu yg dikenakannya tadi. Lusi memiliki bongkahan payudara yang berukuran besar, sebesar buah melon, ranum dan terlihat sangat menggemaskan. Menga pa aku mesti menolak undangannya?. Sebenarnya sudah dua tiga kali aku melakukan thre esome dengan pasangan itu kuakui Lusi termasuk wanita penggila sex yang tidak pernah merasa puas saat bercinta meski belasan kali mendapat kli maks. Membayangkan apa yang kami telah lakukan bertiga dirumah mereka membuat otot diselakanganku meng eras. Aku mengontak mereka lewat pesawat telephone kamar.

“ Jadi ngajakin “ joint “ nih, Eg???” pancingku berusaha menutupi rasa malu sete-lah tadi aku belagu menolak dengan halus.
Egy tidak langsung menjawab. Ia malah meneruskan pada istrinya, “ Dani nanyain apa kita masih serius mengundangnya, Lus?”. Terdengar suaranya penuh ejekan. Sialan!.
“ Beruntung elu Dan! Bini gue masih naruh hasrat ama elu! Cepetan kesini, Penjahat Kelamin!” sambungnya kemudian tawanya meledak! Puasssss banget kayaknya dia bisa memaki seperti itu.
“ Iya Bangsat Berlendir! Tungguin gue yach!” balasku tidak kalah sengit.
Kututup telephone lalu beranjak menuju kamar Egy. Saat kuketuk pintu Egy yang mem-bukakan. Masih tersisa senyum penuh ejekannya sambil bergumam,
“ Dani…Dani…. Kucing garong ditawarin ikan asin koq bergaya nolak segala!”.
“ Huh!” dengusku seraya menerobos masuk.

Kulihat Lusi tengah duduk menyandarkan punggungnya di sandaran ranjang. Ia melamba ikan tangan dan tersenyum manis. Ia terlihat semakin menggairahkan saja dengan gaun tidur transparan yang menyuguhkan lekuk lekuk tubuhnya yang molek dan merangsang. Kuhampiri dirinya kemudian mendaratkan sebuah kecupan mesra pada bibirnya yang berlipstick merah menyala. Ternyata dia sedang nonton blue film. Lalu aku duduk mene mani disebelah kanannya sedang Egy disebelah kiri, kami mengapit wanita cantik itu.
Karena begitu dekatnya dengan mudah kutempelkan bibirku pada leher dibawah cuping telinganya. Aku mengecupinya dengan lembut sesuai kesukaannya. Ia memejamkan mata sejenak sepertinya sedang menikmati ciumanku. Tahu tahu tangannya telah dijulurkan di antara pahaku mengusap usap tonjolan batang yang mencuat dibalik celana panjangku. Gemulai tangannya membuat batang sepanjang limabelas centi itu semakin mengeras dan mengejang. Kubalas aksinya dengan mengangkat sebelah tanganku menuju tonjolan payu daranya. Dengan penuh perasaan kuraba gundukan bukit kembar itu sampai putingsusu nya menyembul dan tercetak jelas pada gaun tidur tipisnya.

Ternyata tangan Lusi juga telah menggosok penis suaminya yang masih terbungkus cela- na pendek. Benda itupun tampak sudah sangat mengeras. Egy mengajak Lusi berciuman. Bibir bertemu bibir dan lidah bertemu lidah. Keduanya terlibat dalam pergumulan mulut yang sangat seru.
Aku tak mengalami kesulitan yang berarti ketika mencoba menenanggalkan gaun tidur ti pisnya. Menariknya keatas lalu melepaskannya melewati kepalanya. Kusaksikan kedua buahdadanya yang berukuran 36D itu! Montok, menggoda dan menggemaskan. Tanpa menunda nunda kuserbu dengan tangan dan mulutku. Terasa sangat mantap meremasi pa yudara sebesar itu. Kenyal dan liat. Dengan sangat rakus kujilati putingnya yang berwar-na kecoklatan membuatnya semakin mengeras dan menyembul penuh tantangan. Langs-sung kutubruk putingnya dengan kuluman dan gigitan lembut. Lusi mendesah di bakar gairah membara. 

Kugulirkan badannya ketepi ranjang. Kutarik lepas celana dalamnya lalu kubenamkankan wajahku pada selakangannya. Kuusapkan ujung hidungku pada bulu bulu kemaluannya yang memenuhi seputar pangkal pahanya. Lebat sekali bagaikan hutan rimba Amazon. Lusi merentangkan kedua kakinya sehingga bibir kemaluannya sedikit terkuak. Kulihat lendir birahi mulai membanjiri celah vaginanya serta kucium aroma khas yang terpancar dari sana. Bau yang sungguh merangsang kelelakianku. 

Sementara itu diatas Lusi telah berhasil melepaskan celana pendek suaminya. Ia genggam dengan mantap batang kemaluan yang sudah menegang itu lalu menggosoknya dengan ge mas. Ia mendekatkan ujung penis Egy hingga menyentuh bibirnya. Lidahnya terjulur lalu mulai menyapu seluruh batang kemaluan yang ada dalam genggamannya. Egy melenguh lenguh keenakan sembari meremas remas payudara Lusi.
Kuhisapi bibir vaginanya dengan lembut dan takaran yang pas. Lusi berulang ulang men-desah kegelian disengat gatal gatal birahi. Kujulurkan lidah lalu kusapukan ujungnya pa-da celah yang sudah dalam kondisi merekah basah dan hangat, dari bawah semakin kea-tas sampai menyentuh kelentitnya yang telah menonjol tepat diatas mulut liang. Lusi sam pai menggelinjangkan badan saat kugelitik gundukan kecil yang dipenuhi jaringan saraf yg benar benar sangat sensitive itu.

Ketika aku mulai menghisapi tarasa sekali lendir syhawatnya semakin deras mengalir dan bercampur aduk dengan air ludahku. Lusi melengkungkan punggung penuh nikmat dan berusaha sekuat tenaga menahan diri agar tidak mencapai klimaks sebelum kusetubuhi lebih dahulu.

“ Ayolahhh Mas Daniiii! Please masukkan! Oh! Masukkan… sekarang!” pintanya dengan sangat.

Aku bagkit secepat mungkin melepaskan pakaian. Kuraup otot diselakanganku yang su dah tegak mendongak dan mencapai ukuran ketegangan yang maksimum itu. Kugesek ge sek gesekkan ujung topi baja pada liangnya mencari pelumasan cairan cintanya yang te rus menerus meleleh keluar. Selanjutnya dengan bidikan yang tepat kulesakkan batang ke maluanku yang telah terlumasi dengan sempurna kedalam lubang kenikmatan Lusi.

“ Eehhhgggglllkkkk ……………………….!!!” desah Lusi sedikit terhenyak me-nerima sodokanku yang kuat.

Kemudian kugerakkan batang syahwatku maju mundur, keluar masuk dengan irama yang tetap. Setiap menggesek dinding dinding dalam vaginanya kurasakan lecutan kenikmatan yang luarbiasa besarnya. Sehingga aku ketagihan dan berusaha menggeseknya terus…… dan terussssssss............ tanpa mau berhenti.

“ Eeeeggggghhhhmmm…..hmmm….hmmmm mmm!” erang Lusi terbatas karena mulutnya tersumpal batang kemaluan Egy yang sejak tadi ada dalam ikuluman dan hisap-annya yang sangat lahap seperti tidak kunjung bosan.

Kupelankan gerakan dan mencoba dengan tarikan dan sodokan panjang, sepanjang yang bisa kulakukan. Lama lama membuat Lusi semakin gemas dan geregetan. Berulangkali ia angkat angkat pinggulnya mengikuti arah tusukanku sembari merintih rintih keenakan. Secara beetahap otot otot dalam vaginanya mulai mengerut, terus menguncup hingga tera sa memeras batang kemaluanku. Menyadari hal itu kuubah gerakanku dari perlahan tapi panjang menjadi gerakan pendek namun kulakukan dengan irama yang sangat cepat. Rudal asmaraku melesat membombardir lubang kenikmatannya bertubi tubi. Dan ku pertahankan untuk terus mengexplorasi kenikmatan bagiknya sebesar yang mampu kula kukan. 

Sampai suatu kali………………
“ Aaaaaaaaaaaaaggghhhhhhhhhhhhhh hhh……………………..!” ia menjerit.

Tubuhnya berguncang dilanda gemetaran yang hebat. Dan kurasakan pancaran yg cukup kuat membentur ujung kemaluanku lalu menerobos keluar. Saking banyaknya hingga me-limpah keluar lalu meleleh membasahi sprei.

Kucabut penisku dan bergeser keatas. Kujangkau bibir Lusi lalu mengajaknya berciuman penuh nafsu. Egy menggantikan posisiku tadi. Ia kini berada dibawah dan mulai melumat vagina Lusi dengan mulut dan lidahnya. Sementara ber French Kiss kugunakan pula tangan untuk mempermainkan payudaranya. Dengan cepat putingsusunya mengeras. Ku sodorkan batang kemaluanku pada mulut Lusi. Ia menyambut dengan sangat antusias. Da lam waktu yang bersamaan Egy dalam posisi miring berusaha menancapkan penisnya kedalam liang vagina Lusi. Setelah tertelan seluruhnya tampak Egy mulai menghentak hentakkan pinggulnya. Pada saat yang sama kujulurkan tangan lalu kugosok kelentitnya.

Dengan sangat cepat gelombang birahi membuntal lalu menghempaskan Lusi ketengah badai erotis yang menggelora. Wanita cantik itu semakin terseret dalam kisaran arus naf-suni yang sangat ganas dan benar benar brutal. Tubuhnya menggeliat geliat diatas ranjang terpanggang hangus oleh gairahnya. Tangannya mencengkeram dan meremasi sprei seje-nak sebelum ia memekik panjang dilanda ketegangan puncak. Dan kembali ia semburkan cairan orgasme yang melimpah ruah seperti tadi.

Untuk posisi selanjutnya aku meminta Lusi menungging. Kemudian kuhujamkan dengan mantap pedang cintaku dari arah belakang. Sambil terus memompa tiada henti, kuremas remas pula bongkahan pantat Lusi yang gempal membulat. Setiap kali pantatnya tertarik rongga syahwatnya memberiku sensasi kenikmatan tersendiri. Semakin nikmat. 

Egy menyusupkan badannya dibawah Lusi sedemikian hingga penisnya tepat berada di bawah mulut istrinya. Ia meminta Lusi mengulumnya sementara jemarinya menggeraya-ngi kelentit yang sudah sangat menegang dan sangat menonjol.

Lusi ternyata memilliki permainan mulut yang luarbiasa hebatnya. Dalam waktu singkat ia sudutkan suaminya ketapal batas pertahanannya. Egy menggeram bagaikan singa terluka saat penisnya berkelonjotan. Dalam kocokan tangan Lusi yang liar, ia pancarkan lendir kejantananya. Cairan kental berwarna putih pekat itu mengguyur muka istrinya hi-ngga basah kuyub. Setelah semburan Egy mulai mereda, Lusi kembali menjilati ujung kemaluan suaminya membantu membersihkan dari sisa sisa muntahan.

Kubalik tubuh Lusi. Kubaringkan dirinya diranjang. Kutindih tubuhnya yang sangat gem pal sembari kutancapkan kembali tongkat syahwatku kelubang surgawinya. Mulai kuge- kan pinggul naik turun mengayuh seperti piston.. Setiap terjadi gesekan pada rongga ke-wanitaannya memercikkan pijaran pijaran kenikmatan. Secara bertahap meningkat men jadi bara yang sangat panas dan siap untuk meledak sewaktu waktu.. 

Lewat beberapa kali sodokan dalam dan kuat kuhantarkan Lusi ke puncak nirwana. Ia menjerit histeris diselimuti ketegangan yang begitu mencekam ketika gairahnya meledak dengan dahsyat dalam dirinya. Terjadi semburan dari mulut rahimnya.Cairan itu terasa hangat dan sangat licin.

Aku masih terus berjuang menggapai klimaks yang belum juga sampai. Lusi menyadari keadaanku kemudian mencoba menawarkan ide yang terdengar sangat nikmat. Ia akan memberiku kuluman terhebatnya sampai aku ejakulasi. Dengan sangat antusias kusiapkan diri tidur menelentang diranjang. Lusi menyusupkan muka diantara pahaku dan mulai me ngeluar masukkan batang syahwatku dari mulutnya. Ia menjilat menghisap serta memper mainkan kemaluanku dengan sangat nikmat. Aksinya menjadi serbuan maut bagi pertaha nanku. Aku melenguh sekeras kerasnya ketika menara pertahankanku meledak!. 

“Crotttttt!................... . Crotttttt!!!...............Cro tttttt!!!!” kusemburkan cairan kejan tananku bertubi tubi. Lusi menyambutnya dengan hisapan yang sangat kuat. Tidak setetes pun air maniku yang tidak ditelannya. Aku sampai membeliakkan mata saking nikmatnya

Selesai membersihkan diri, aku dan Lusi memilih berbaring sambil berpelukan diranjang dalam keadaan telanjang bulat dan meneruskan menonton blue film yang tadi sempat kami tinggalkan. Sedang Egy memilih nongkrong mencari angin diteras sambil merokok. Baru beberapa menit kami lalui, Lusi sudah menunjukkan kegelisahannya. Ia menatapku dan membisikkan isi hatinya, “ aku ingin bercinta lagi……..”. 
Tangannya sudah mendarat dipangkal pahaku kemudian ia mulai mengurut urut dengan sangat ahli. Batang kemaluanku terasa menebal dan berangsur membesar Lusi terus memi jitnya sampai batang itu benar benar bengkak mengeras dan mendongak tegak. Kupaling-kan muka padanya mengajaknya berciuman kembali.
Kuciumi lehernya sambil merabakan tanganku secara memutar mutar pada kedua payuda ranya. Kemudian meremasinya dengan penuh perasaan. Kupermainkan putingnya dengan menggelitik dan memilinnya sampai benar benar mengeras. Ia terengah engah dan mende sah dengan lembut. Kugulirkan badan kebawah melewati perut dan pusarnya. Kutempel-kan bibir pada lipatan lututnya kemudian terus bergerak naik merayapi pahanya. Kulihat pori pori kulitnya mulai meremang. Sesampai pangkal pahanya aku kembali bergerak tu-run tanpa menyentuh vaginanya sama sekali. 

“ Uuuuhfff…” desahnya sedikit kecewa.

Kemudian kuulangi aksiku beberapa kali sampai kudengar Lusi mengutarakan kegemas annya sembari menggeliat geliatkan pinggulnya dengan genit, “ Aaaah! Jangan gitu dong Massss! Udah gatelan nih klitku!”. Aku tersenyum senang bisa membuatnya gokil. Dan pasti nanti service lebih hot!, pikirku. Namun aku tidak mau mengusiknya terlalu lama. Terlihat olehku belahan vaginanya telah berkilat basah oleh cairan syahwat dan artinya ia memang sudah terangsang. Kusapukan ujung lidahku menelusuri sepanjang belahan ke maluannya. Dengan perlahan lahan……, terus naik..., sampai kutemukan bulatan kecil yg menyembul diatas celah. Lusi menggerinjal ketika lidahku mulai menggelitik kelentitnya

Kutusukkan lidahku kedalam lubang vagina Lusi, menggerakkannya berkeliling, mengge tarkan dinding dinding dalamnya. Lusi melengkungkan punggungnya disertai desahan pe nuh nafsu. Penisku semakin tegang dan sangat ingin memasukinya.

Aku menaiki tubuhnya seraya menancapkan batang kemaluanku. Bertopang lutut dan ke-dua tangan yang kuletakkan disisi kepalanya aku menggerakkan keluar masuk. Lusi merintih nikmat. Liang senggamanya berdeyut denyut menambah kenikmatan tersendiri saat mendorong penisku keluar masuk. Aku melakukannya terus sampai cairan orgasmenya terpancar keluar.

Selanjutnya kami berguling bersama diatas ranjang hingga Lusi berada diatas. Kini ia yg aktif . Kedua payudaranya berayun ayun setiap kali pinggulnya bergerak maju mundur mirip orang yang sedang menggilas cucian. Kuangkat wajahku sehingga kedua buahdada nya dapat membelai belai mukaku. Kubenamkan muka dalam belahan payudaranya kemu dian menghisapi putingnya. Lusi semakin terangsang goyangan pinggulnya semakin binal sehingga tak memungkinkan lagi bagiku untuk mengulum putingnya. Kugantikan dengan kedua tanganku. Kupilin dan kutarik tarik lembut. Lusi semakin mempercepat goyangan pinggulnya diatasku.Kuladeni dengan mengehentak hentakkan pinggulku keatas setiap ka li ia mendorong maju sehingga batang kemaluanku semakin dalam menyerbu. Kami mela kukannya berulang ulang sampai tubuh Lusi bergetar lalu rebah lemas dalam pelukanku.

Aku mengajaknya berciuman kembali menunggu waktu yang tepat untuk memulai, seko-nyong konyong sudut mataku menangkap kehadiran seseorang. Egy sudah berdiri ditepi ranjang. Ia telanjang bulat dengan penis yang telah menegang dan mendongak keatas. Ia memakai semacam kondom dari silicon yang dikitari duri duri serta memiliki semacam sungut diujung atasnya.

“ Boleh gantian, Dan?” tanyanya.

Aku tidak perlu menjawab. Aku hanya perlu sedikit mendorong tubuh Lusi dan menyerah kannya pada suaminya. Egy menarik tubuh Lusi dan menempatkannya ditepi ranjang. Se-lanjutnya ia benamkan penisnya yang terbungkus kondom sungut itu kedalam liang syur-gawi Lusi. Lelaki itu mulai mendorongnya keluar masuk. Awalnya perlahan saja semakin lama semakin cepat. Mula mula Lusi sekedar melayani nafsu suaminya. Namun setelah sungut dan duri duri halus itu terasa menggelitik rongga senggamanya gairahnya segera bangkit. Lusi kini tidak sekedar melayani malahan ia sangat agresif menuntut pemuasan dari suaminya. Selanjutnya Lusi kembali menegang sewaktu dilalui sengatan klimaksnya kembali.
Egy melepas tubuh Lusi dan menyerahkannya kembali padaku. Aku yang telah siap lang-sung menubruknya dan memasukinya kembali. Saat itu aku telah mengenakan sejenis cin cin dari silicon yang sangat kenyal dipangkal kemaluanku. Cincin itu dilengkapi sema-cam penggetar mini berbentuk peluru untuk menggelitiki kelentit Lusi saat persetubuhan.

“ Rrrrrrrgggg…………….” Vibrator mini itu mulai beroperasi.

Lusi kembali menggeliat geliat didera badai kenikmatan yang dahsyat. Ia mengerang dan juga mendesah keenakan. Terdengar sangat merangsang kelelakianku menyebabkan sodo kanku semakin brutal. Lusi tambah histeris, menjerit jerit dan mencercau tak keruan. Aku semakin terangsang dan semakin bersemangat untuk menyetubuhinya. Sampai akhirnya tubuhnya kembali diguncang ledakan puncak. 

Secepatnya kucabut penisku yang sudah siap meledak. Kulepaskan cincin penggetar tadi lalu kusodorkan batang kejantananku kemulut Lusi. Ia kulum dengan kuat dan menggo-sok dengan cepat. Sementara itu Egy telah menggantikan posisiku ia telah menusukkan kembali penisnya.

Aku menggeram hebat ketika ujung kejantananku bergetar! Berulang ulang kusemburkan lahar cintaku yang panas membulak kewajah Lusi yang terlihat begitu cantik malam itu.
Sepanjang malam aku dan Egy dengan tidak mengenal lelah bergantian menggilir vagina Lusi yang benar benar sangat nuikmatttttt. 

Sepanjang malam itu kami berdua berhasil memaksa sang bidadari memancarkan cairan surgawinya belasan kali. Ranjang menjadi awut awutan dan spreinya basah kuyub oleh lendir birahi kami………………….


sumber: www.krucil.com

No comments:

Post a Comment