Aku berkenalan dengan Nash dan Jim melalui salah satu gay dating
site. Mereka berdua adalah orang Afro-Amerika yang tinggal di
Washington. Selama ini komunikasi antara kami hanya melalui e-mail. Kami
pernah saling bertukar foto dan mereka mengatakan ingin bertemu
denganku suatu saat.
Aku, Adri, bukanlah seorang gay tulen. Mungkin lebih tepat bila
dikatakan aku seorang biseksual yang dapat berhubungan seks dengan pria
maupun wanita. Umurku saat ini 26 tahun dan bekerja di salah satu
perusahaan swasta di Jakarta yang kecil namun cukup profitable,
setidaknya mereka mampu membayarku dengan jumlah yang lumayan.
Kebutuhanku akan seks dipenuhi oleh pacarku, yang beberapa kali
berganti karena masalah prinsip. Aku tetap memilih seorang wanita
sebagai pasangan. Ketertarikanku akan gay seks berawal dari situs-situs
gay dan transsexual yang kulihat di Internet. Aku sangat terangsang
melihat adegan seks antar lelaki dan melihat kemaluan lelaki barat yang
berukuran besar. Aku tidak terlalu tertarik oleh pria Asia, hanya pria
bule dan orang Afro-Amerika yang menarik perhatianku, terutama oleh
karena ukuran kemaluan mereka yang besar. Fantasiku akan gay seks selalu
dipenuhi oleh pria-pria bule dan Afro-Amerika dan bagaimana rasanya
bila kemaluan mereka memenuhi anusku yang masih belum tersentuh oleh
siapa pun. Aku mungkin adalah bottom man, berbeda dengan Nash dan Jim yang top.
Suatu hari, Nash dan Jim mengatakan ingin berlibur ke Bali dan mereka
bertanya apakah aku tertarik untuk bergabung dengan mereka. Tentu saja
aku tertarik dan langsung meminta cuti satu minggu dari kantor.
Untungnya atasanku sedang bergembira karena proyeknya yang baru berhasil
dan langsung menandatangani ijin cutiku. Kuberitahukan hal ini kepada
Nash dan Jim melalui e-mail dan mereka gembira karena aku bisa ikut.
Aku selalu bercerita kepada Nash dan Jim tentang fantasi seksku dan
mereka berharap mereka dapat membantuku. Kini aku mempunyai kesempatan
untuk bertemu mereka. Selama menunggu liburanku, pikiranku selalu
dipenuhi oleh fantasi seksual dan bayangan persetubuhanku nanti dengan
Jim dan Nash.
Di Bandara Ngurah Rai, Bali
Sudah dari jam satu aku menunggu kedatangan pesawat yang membawa Jim
dan Nash di Ngurah Rai. Memang aku datang di Bali satu hari lebih cepat
dari mereka agar aku bisa menyiapkan akomodasi dan transportasi.
Rencananya pesawat mereka akan datang jam dua. Penerbangan asing memang
selalu tepat waktu. Jam setengah tiga para penumpang sudah selesai
diperiksa dan mulai keluar dari pintu kedatangan. Aku mencari-cari Nash
dan Jim dengan berpatokan pada ingatanku akan wajah mereka di foto yang
mereka kirim.
Akhirnya aku dapat melihat Jim. Nash juga terlihat dibelakangnya
sambil membawa barang-barang mereka. Di samping Jim, aku melihat seorang
wanita Afro-Amerika yang menggandeng tangan Jim. Sejenak aku bingung,
bukankah Jim seorang gay. Apakah dia juga seorang biseksual.
Kumasa-bodohkan pikiranku dan segera melambaikan tanganku ke mereka dan
dibalas oleh Jim.
Mereka mendatangiku dan Jim langsung menjabat tanganku dan memelukku.
Nash pun melakukan hal serupa. Sambil berbasa-basi menanyakan keadaanku
dan mengatakan senangnya mereka akhirnya dapat bertemu denganku, aku
memandangi kedua orang temanku ini. Nash sangat tinggi, mungkin hampir
dua meter. Aku yang tingginya 172 cm tentu saja terlihat kecil di
dekatnya, apalagi badan Nash adalah tipe seorang yang senang latihan di
gym. Nash cukup tampan dengan muka tercukur bersih dan kulit yang tidak
terlalu hitam seperti orang Afro-Amerika lainnya. Jim hanya beberapa
senti lebih pendek dari Nash. Bentuk badan mereka berdua sama, tetapi
Jim terlihat lebih tampan. Sekilas pandanganku melihat wanita di sebelah
Jim. Rupanya Jim melihat pandanganku. Ia langsung memperkenalkan wanita
itu, Sharon, sebagai temannya di state. Jim meminta maaf tidak
memberitahu akan keikut-sertaan Sharon, tapi ini merupakan kejutan
untukku nanti.
Kejutan apa yang mereka rencanakan dan apa hubungannya dengan Sharon.
Pikiranku mulai bertanya-tanya. Kupersilahkan mereka mengikutiku menuju
mobil yang kusewa dan membawa mereka ke sebuah hotel berbintang di
kawasan Kuta yang sudah kusewa untuk satu minggu.
Di Kuta, Bali
Sesampainya di hotel, mereka bertiga membereskan barang dan
membersihkan diri. Aku menyewa dua kamar dengan connecting door,
sehingga kami tidak harus terpisah. Keduanya mempunyai satu kingsize bed yang sangat besar. Jim menyuruhku berbagi bed
dengan Sharon, sementara ia di kamar yang lain dengan Nash. Aku
meyetujuinya saja. Mengenai Sharon, ia setinggi aku. Wajahnya manis
sekali, dan kulitnya juga tidak hitam, melainkan coklat agak muda.
Mungkin ia adalah campuran antara Caucasian dengan Afro-Amerika. Bentuk
badan Sharon sangat seksi dengan buah dada yang besar dan montok.
Selesai mereka bebersih diri, kami pergi makan malam di dekat pantai
(aku tidak tahu letak daerahnya, hanya restaurant itu tersembunyi di
dalam gang). Setelah makan, kami mengobrol di bar hotel dan bercerita
tentang diri kami masing-masing. Pukul 11, Jim mengajak kembali ke
kamar. Sambil berjalan ke lift, Sharon memeluk pinggangku. Aku
merangkulkan tanganku ke pundaknya dan kami berdua berjalan seperti
sepasang kekasih dengan Jim dan Nash berjalan di belakangku sambil
tertawa-tawa. Kami bertiga sudah seperti berteman lama walaupun baru
hari itu bertemu muka.
Setelah masuk ke dalam kamar, aku duduk di tempat tidur diikuti oleh
Sahron di sebelahku, sementara Jim dan Nash masuk ke kamar sebelah.
Kemudian tanpa kuduga Sharon mencium bibirku. Sejenak aku terpaku, tapi
lalu mulai membalas ciumannya. Lidah Sharon membelit lidahku di dalam
mulutku. Kurasakan bau alkohol yang masih tinggal di mulut kami berdua
tapi tidak kuhiraukan. Tangan Sharon kurasakan membelai kemaluanku dari
luar celanaku dan kubalas dengan remasan pada dadanya. Terasa sangat
kenyal dan tidak lembek buah dada Sharon. Tangan Sahron menarik keluar
bajuku dari celana dan mulai membukai kancing bajuku. Kubantu dia dan
aku terduduk disana bertelanjang dada.
Bibir dan lidah Sharon menjelajah ke leherku, terus ke bawah sampai
ke puting dadaku yang sudah mengeras. Digigitnya kecil dan dihisapnya
sampai aku merasakan suatu aliran aneh di seluruh tubuhku. Mulutnya
terus menjelajah ke bawah. Dibukanya ikat pinggang dan kancing celanaku.
Aku berdiri sejenak, membantunya membuka seluruh celanaku sampai
kemaluanku yang sudah keras berdiri tegak tanpa penutup. Ukuran
kemaluanku sebenarnya tidak mengecewakan, berkat bantuan seorang ahli
pengobatan alternatif, ukuran kemaluanku yang dulu tidak besar kini
diameternya cukup mengagumkan, bahkan panjangnya masih bersisa apabila
kugenggam dengan menggunakan kedua tanganku.
Lidah Sharon menjilati batang kemaluanku dari pangkalnya sampai
kepala kemaluanku. Satu tangannya meremas kantung di bawah kemaluanku.
Aku hanya bisa mendesah dan diam melihatnya. Kemudian ia mulai
memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Hangat bibir dan lidahnya
terasa melingkupi kepala kemaluanku, kemudian batangnya. Setelah secara
perlahan dan bertahap, Sharon memasukkan kemaluanku semakin dalam ke
mulutnya.
Sejujurnya aku kurang begitu suka dengan blow job. Bahkan aku tidak
pernah meminta pacar-pacarku dulu untuk melakukannya. Kutahan Sharon
melanjutkan pekerjaannya dan menariknya duduk di tempat tidur. Kucium
bibirnya dan dibalas olehnya. Sambil bibir dan lidah kami berpagutan,
Kucoba membuka kaos ketat yang dipakainya. Sharon membantuku dan
kemudian terpampang jelas olehku sepasang buah dada Sharon yang montok.
Kubuka penutup terakhir di dadanya, memampakkan buah dada Sharon secara
utuh.
Kurebahkan Sharon sambil mulutku mengarak ke buah dadanya. Kuciumi
sekitar putingnya, lalu kukulum putting buah dadanya sambil kugigit
kecil. Sharon mendesah sambil membelai rambutku dan menekan kepalaku ke
dadanya. Kuremas buah dadanya dengan satu tanganku, sementara mulutku
bermain di buah dadanya yang satu lagi. Desahan dan erangan Sharon
terdengar semakin kencang. Aku tak lama bermain dengan dadanya. Kucoba
membuka celana yang dipakai Sharon. Tapi segera dihentikannya. Dia
kembali duduk di tempat tidur.
“Are you ready for your surprise dear..?” Sharon berkata kepadaku.
Aku yang sedang dipenuhi nafsu hanya mengangguk.
“Are you ready for your surprise dear..?” Sharon berkata kepadaku.
Aku yang sedang dipenuhi nafsu hanya mengangguk.
Sharon menyuruhku menutup mata. Kurasakan ia bangkit dari tempat
tidur dan kudengar ia membuka celananya. Tidak lama, ia menyuruhku
membuka mata. Sesaat setelah membuka mata, aku terpana dan tidak dapat
berkata. Di depanku jelas terlihat batang kemaluan pria yang besar.
Sedikit lebih besar dari milikku namun lebih panjang. Yang membuatku
terkejut adalah si pemilik kemaluan itu adalah Sharon yang saat ini
berdiri di depanku. Ternyata Sharon adalah seorang transsexual atau she-male bahasa agak kasarnya.
Sharon hanya tertawa kecil melihat keterkejutanku. Ia lalu meyorongkan kemaluannya ke mulutku.
“It’s big isn’t it..? Jim told me, you like things like mine.” katanya.
Aku mengangguk. Kepala kemaluan Sharon menyentuh bibirku dan aku membuka mulutku sehingga kemaluannya dapat masuk. Ini pertama kali aku melakukan blow job, dan bayangan tentang ini membuat kemaluanku semakin keras. Aku berusaha sebisanya untuk membuat Sharon puas. Sharon mengatur gerakan pinggangnya sehingga kemaluannya keluar masuk di mulutku. Yang kulakukan hanya menjepit kemaluannya di mulutku dengan bibirku, sementara lidahku di dalam mulut bermain di seputar batang kemaluannya.
“It’s big isn’t it..? Jim told me, you like things like mine.” katanya.
Aku mengangguk. Kepala kemaluan Sharon menyentuh bibirku dan aku membuka mulutku sehingga kemaluannya dapat masuk. Ini pertama kali aku melakukan blow job, dan bayangan tentang ini membuat kemaluanku semakin keras. Aku berusaha sebisanya untuk membuat Sharon puas. Sharon mengatur gerakan pinggangnya sehingga kemaluannya keluar masuk di mulutku. Yang kulakukan hanya menjepit kemaluannya di mulutku dengan bibirku, sementara lidahku di dalam mulut bermain di seputar batang kemaluannya.
Sekeras apapun usahaku, tetap saja sulit untukku memasukkan seluruh
batang kemaluan Sharon ke dalam mulutku, bahkan setengahnya pun tidak.
Sharon lalu naik dan berdiri di tempat tidur. Disuruhnya aku berlutut di
depannya dan ia mulai memasukkan kembali kemaluannya ke mulutku. Kali
ini kemaluannya bisa agak lebih banyak masuk karena sudutnya
memudahkanku menerima kemaluannya. Sharon memegang kepalaku dan
menahannya agar ia bisa semakin dalam memasukkan kemaluannya.
“Hold your breath..!” katanya.
Aku menahan nafas. Ditahannya kepalaku sambil ia memasukkan kemaluannya semakin dalam. Terasa kepala kemaluannya melewati kerongkonganku semakin dalam membuatku tidak dapat bernafas.
“Hold your breath..!” katanya.
Aku menahan nafas. Ditahannya kepalaku sambil ia memasukkan kemaluannya semakin dalam. Terasa kepala kemaluannya melewati kerongkonganku semakin dalam membuatku tidak dapat bernafas.
Kerongonganku terasa sakit saat kemaluan Sharon yang besar itu
menerobosnya. Setelah lewat satu menit, aku mulai memerlukan udara dan
mencoba melepaskan diri. Sharon melihat hal ini dan mulai mengeluarkan
kemaluannya. Saat kemaluaannya keluar, aku tersengal-sengal menarik
nafas. Kemudian Sharon mulai mengulang tindakannya. Kali ini aku
bertekad harus bisa memasukkan semua batang kemaluan Sharon. Perlahan,
kembali kemaluan Sharon memasuki mulutku dan melewati kerongkonganku.
Masih sedikit sakit kurasa, namun kutahan. Akhirnya bibirku menyentuh
pangkal kemaluan Sharon yang tidak berambut, menandakan seluruh batang
kemaluannya ada di dalam mulutku. Sharon menahan sebentar posisi itu
kemudian mulai perlahan mengeluarkan kemaluannya dari mulutku.
“Look, You could take Me whole and it’s your first time..!”
Ia tersenyum dan aku juga tersenyum. Sharon melakukan hal tersebut beberapa kali lagi. Tanpa kami sadari, Jim menonton kami dari connecting door. Aku baru sadar waktu ia berbicara memujiku yang dapat menelan semua batang kemaluan Sharon. Sharon melepaskan kemaluannya dari mulutku.
“Now.., are You ready for your first fuck..?” tanyanya.
Aku menganggukkan kepalaku. Akhirnya fantasiku selama ini akan terwujud. Bahkan lebih dari itu, karena dengan Sharon, aku seperti mendapatkan seorang wanita dan pria sekaligus.
Ia tersenyum dan aku juga tersenyum. Sharon melakukan hal tersebut beberapa kali lagi. Tanpa kami sadari, Jim menonton kami dari connecting door. Aku baru sadar waktu ia berbicara memujiku yang dapat menelan semua batang kemaluan Sharon. Sharon melepaskan kemaluannya dari mulutku.
“Now.., are You ready for your first fuck..?” tanyanya.
Aku menganggukkan kepalaku. Akhirnya fantasiku selama ini akan terwujud. Bahkan lebih dari itu, karena dengan Sharon, aku seperti mendapatkan seorang wanita dan pria sekaligus.
Sharon berkata bahwa ia tidak akan memakai kondom, karena ia ingin
aku benar-benar menikmati gesekan kemaluannya di anusku. Ia menegaskan
bahwa mereka bertiga tidak memiliki penyakit apapun dan aku tidak perlu
kuatir. Aku hanya mengangguk. Sharon menyuruh Jim mengambilkan tas kecil
di laci meja rias. Sementara Jim mengambilnya, Sharon menyuruhku
berbaring di kasur. Kemudian ia berlutut di antara kedua pahaku. Masih
dapat kulihat kemaluannya yang panjang dan besar berkilat karena air
liurku. Sejenak aku ragu apakah anusku dapat menerima benda sebesar itu.
Jim kembali dengan membawa tas kecil yang diminta. Diberikannya benda itu ke Sharon. Sharon mengeluarkan botol KY jelly
(lotion seks) dari dalamnya, kemudian sebuah benda seperti
gelang-gelang dari karet. Diikatkannya gelang-gelang itu di sekeliling
kantung kemaluanku dan di pangkal kemaluanku. Sakit sekali rasanya,
namun kutahan. Sharon menjelaskan bahwa benda itu akan menahan
ejakulasiku.
Kemudian Sharon mengoleskan KY jelly ke anusku. Jari tengahnya
dimasukkan ke dalam anusku, membuatku sedikit tersentak. Sharon
menyuruhku untuk relaks, sementara jarinya dikeluar-masukkan di anusku
untuk membuka jalan bagi kemaluannya nanti. Sharon kemudian mulai
menambahkan satu jari lagi dan kemudian dilanjutkan dengan jari ketiga.
Kini ia mengeluar masukkan ketiga jarinya di anusku sambil tangannya
yang satu mengocok lembut kemaluanku. Aku merasakan sensasi yang tidak
dapat kujelaskan. Permainan jarinya di anusku dan tangannya yang
mengocok kemaluanku membuatku merasa seperti di awang-awang.
Kemudian Sharon menghentikan kegiatannya dan mengeluarkan jarinya. Dioleskannya KY Jelly
di seluruh kemaluannya dan ditambahkannya sedikit di anusku. Sharon
mengangkat kakiku menyentuh dadaku dan mengganjal pantatku dengan
bantal. Ia berlutut dan mendekat ke arahku sambil menggenggam
kemaluannya. Perlahan ditempelkan ujung kepala kemaluannya di anusku.
“Are You ready..?” tanyanya. Aku mengangguk. “Here it comes…” seru Sharon.
Didorongnya kemaluannya perlahan sampai kurasakan rasa sakit akibat terobosan kepala kemaluannya yang besar di anusku. Sekitar lubang anusku serasa perih dan terbakar. Perlahan Sharon mendorong kemaluannya masuk ke dalam anusku sambil matanya menatap mataku. Pandangan kami saling bertatapan. Rasa sakit dan panas semakin menerjangku saat batang kemaluan Sharon yang lebar menerobos masuk perlahan. Kugigit bibirku, mencoba mengalihkan rasa sakit itu. Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca menahan sakit. Sharon sangat perlahan memasukkan kemaluannya. Saat setengah kemaluannya masuk ke dalam anusku, aku mulai memintanya untuk berhenti sejenak.
“Are You ready..?” tanyanya. Aku mengangguk. “Here it comes…” seru Sharon.
Didorongnya kemaluannya perlahan sampai kurasakan rasa sakit akibat terobosan kepala kemaluannya yang besar di anusku. Sekitar lubang anusku serasa perih dan terbakar. Perlahan Sharon mendorong kemaluannya masuk ke dalam anusku sambil matanya menatap mataku. Pandangan kami saling bertatapan. Rasa sakit dan panas semakin menerjangku saat batang kemaluan Sharon yang lebar menerobos masuk perlahan. Kugigit bibirku, mencoba mengalihkan rasa sakit itu. Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca menahan sakit. Sharon sangat perlahan memasukkan kemaluannya. Saat setengah kemaluannya masuk ke dalam anusku, aku mulai memintanya untuk berhenti sejenak.
Sharon berhenti dan diam menungguku menyesuaikan diri dengan
kemaluannya yang besar. Setelah rasa sakitku mulai reda, aku meminta
Sharon melanjutkan. Namun setelah hampir seluruhnya masuk, aku kembali
memintanya berhenti. Kali ini Sharon tidak menuruti. Dipegangnya
pinggangku dan memasukkan seluruh kemaluannya secara cepat. Aku menjerit
keras. Jim yang saat itu duduk memperhatikan kami tertawa.
“It’s all in, Dear..?” kata Sharon.
Kurasakan anusku serasa terbakar dan perih. Namun aku senang karena semua kemaluan Sharon ternyata dapat masuk ke dalam anusku. Setelah rasa sakitku mulai kembali reda, Sharon mengeluarkan perlahan kemaluannya sampai hanya tinggal kepala kemaluannya di anusku. Kemudian dihujamkannya lagi kemaluannya perlahan ke anusku. Gesekan dinding anusku dengan kemaluan Sharon membuatku merasakan suatu sensasi yang tidak terbayangkan nikmatnya.
“It’s all in, Dear..?” kata Sharon.
Kurasakan anusku serasa terbakar dan perih. Namun aku senang karena semua kemaluan Sharon ternyata dapat masuk ke dalam anusku. Setelah rasa sakitku mulai kembali reda, Sharon mengeluarkan perlahan kemaluannya sampai hanya tinggal kepala kemaluannya di anusku. Kemudian dihujamkannya lagi kemaluannya perlahan ke anusku. Gesekan dinding anusku dengan kemaluan Sharon membuatku merasakan suatu sensasi yang tidak terbayangkan nikmatnya.
Gerakan keluar masuk Sharon makin ia percepat. Tak sadar, mulutku
mulai mengeluarkan erangan-erangan, sementara desah nafas Sharon
terdengar semakin keras. Pandangan kami saling bertemu dan itu merupakan
sesuatu yang sangat merangsang untukku, melihat mata Sharon menatapku
sambil ia menyetubuhiku.
Kemudian Sharon memintaku merubah posisi. Dikeluarkannya kemaluannya
dan menyuruhku mengambil posisi dengan bertumpu pada lutut dan tanganku.
Sharon kembali memasukkan kemaluannya perlahan sambil memegang
pinggangku. Lalu ia kembali memacu kemaluannya keluar masuk anusku yang
mulai terasa longgar akibat ukuran kemaluan Sharon yang besar.
Kemudian tanpa kusadari, di depan mukaku ada sebua kemaluan lagi
disodorkan ke mulutku. Ternyata Jim telah membuka bajunya dan ingin
bergabung dengan kami. Kemaluannya yang berukuran sama dengan Sharon
langsung memasuki mulutku begitu aku membuka mulut. Sementara Sharon
mengeluar-masukkan kemaluannya di anusku, Jim melakukannya terhadap
mulutku. Kedua lubang milikku itu kini telah penuh oleh dua kemaluan
yang besar-besar. Diperlakukan seperti ini membuatku sangat terangsang
dan ingin mencapai klimaks. Namun ikatan di kemaluanku mencegah spermaku
keluar, sehingga desakan spermaku membuat kemaluanku menjadi sangat
sakit.
Setelah agak lama, Sharon terasa semakin mempercepat temponya.
Kemudian tidak berapa lama, ia mencengkram pinggangku dan menghunjamkan
dalam-dalam kemaluannya. Terasa ada cairan panas di dalam anusku yang
memancar deras. Ternyata Sharon telah berejakulasi di dalam anusku.
Desakan ejakulasiku semakin terasa dan membuat kemaluanku sangat sakit.
Sharon mendiamkan sejenak kemaluannya di dalam anusku, sementara
kemaluan Jim masih keluar masuk di mulutku. Lalu Jim menahan kepalaku
dan memasukkan kemaluannya dalam-dalam ke mulutku. Terasa kemaluannya
berdenyut di kerongkonganku dan ada cairan panas masuk ke perutku.
Rupanya Jim telah sampai klimaks pula.
Setelah puas, Jim mengelurkan kemaluannya, diikuti dengan Sharon.
Mereka berdua terbaring lelah di sampingku. Sharon tersenyum padaku dan
memelukku sambil mencium bibirku. Tangannya meremas-remas kemaluanku
yang masih sakit akibat desakan orgasme yang tertahan. Lalu Sharon
meninggalkanku ke kamar mandi. Di sampingku, Jim tertidur. Mungkin ia
agak lelah dan mengalami sedikit jet lag akibat perjalanannya
dari Amerika. Tidak tahan sendiri, aku menyusul Sharon ke kamar mandi.
Sharon tidak menutup pintunya dan aku bisa masuk dengan mudah. Kulihat
Sharon sedang berada di bawah shower membersihkan diri. Kusibak tirai
shower tersebut dan memeluknya dari belakang.
Kuciumi pundak Sharon sambil kuremas kedua buah dadanya. Sharon
mendesah bersender ke aku sambil tangannya berusaha meraih kemaluanku.
Kubalikkan tubuhnya dan kami berciuman di bawah derasnya air hangat yang
mengalir dari shower di atas kepala kami. Sharon menutup lubang air dan
mengisi penuh bathtube dengan air hangat. Kemudian ia duduk di pinggiran bathtube.
Aku segera berlutut di depannya dan mulai mengulum kepala kemaluannya.
Sharon mendesah. Kucoba kembali memasukkan seluruh kemaluannya ke dalam
mulutku sambil menahan nafas. Sharon semakin mendesah saat
perlahan-lahan kemaluannya menghilang masuk ke mulutku. Kulakukan ini
berulang kali dan desahan Sharon semakin keras terdengar. Lalu Sharon
menghentikanku. Ia masuk ke dalam bathtube.
Sharon memintaku memasukkan kemaluannya ke dalam anusku dengan posisi
aku di atas. Perlahan kugenggam kemaluan Sharon. Tanganku tidak mampu
menggenggam batang kemaluannya yang keras. Perlahan kuturunkan badanku.
Kutempelkan kepala kemaluannya di anusku. Setelah itu aku mencoba
memasukkan kemaluannya dengan menurunkan pantatku ke bawah. Terasa
kemaluan Sharon masuk ke anusku yang sekarang sudah mulai dapat menerima
ukuran kemaluannya. Kuturunkan terus badanku sampai akhirnya seluruh
kemaluan Sharon masuk ke dalam anusku. Sharon menarik kepalaku ke
arahnya dan mencium bibirku. Kami saling berciuman, sementara Sharon
menaik-turunkan pantatnya sehingga kemaluannya keluar masuk di anusku.
Kami terus berciuman dan lidah serta bibir kami saling berpagutan. Jika
Sharon menghentikan gerakan pantatnya, maka aku yang menaik-turunkan
pantatku sehingga kemaluan Sharon tetap keluar masuk di anusku.
Sharon kemudian menghentikanku. Ia menyuruhku berdiri dan kemudian ia
keluar dari bathtube. Diambilnya handuk, kemudian digelarnya di lantai.
Ia menyuruhku berbaring di atas handuk dan kemudian mengambil posisi di
antara pahaku. Aku langsung mengangkat kakiku ke arah dadaku dan Sharon
memasukkan kemaluannya kembali ke dalam anusku. Setelah masuk, Sharon
bertumpu pada kedua tangannya dan mulutnya kembali menciumku sambil
pantatnya digerakkan untuk menghujamkan kemaluannya berulang kali di
anusku.
Setelah beberapa lama, Sharon mempercepat gerakannya. Aku yang juga
sudah tidak tahan memintanya membuka ikatanku. Namun Sharon
mengindahkanya dan mengatakan bahwa aku tidak boleh berejakulasi sampai
saat terakhir ia di Bali karena nafsuku bisa berkurang apabila
berejakulasi. Sharon makin mempercepat gerakannya. Hujaman kemaluannya
semakin kasar dan akhirnya dengan satu hujaman keras, Sharon kembali
menyemprotkan spermanya di dalam anusku.
Saat Sharon mengeluarkan kemaluannya, anusku terasa kosong setelah
sebelumnya terisi oleh kemaluan Sharon yang besar. Sharon kembali
menyalakan shower. Aku mengikutinya masuk ke dalam shower. Kucuci
kemaluan Sharon sebersih-bersihnya. Setelah bersih dan bau anusku hilang
dari kemaluannya, kukulum kepala kemaluannya sambil tanganku mengocok
batang kemaluannya dengan cepat. Sharon berpegangan pada shower. Hisapan
dan kocokanku membuatnya tidak bisa bertahan dan kembali menyemprotkan
spermanya ke mulutku. Spermanya terasa agak aneh di mulutku, namun
kutelan dan kubersihkan kepala kemaluan Sharon sampai bersih.
Sharon menciumku sambil mengucapkan terima kasih. Kami kembali ke
tempat tidur setelah mengeringkan badan. Jim telah kembali ke kamarnya.
Aku dan Sharon tidur sambil berpelukan. Sebelumnya Sharon sempat
melepaskan ikatan di kemaluanku agar kemaluanku tidak sakit sewaktu
tidur. Kami berdua akhirnya terlelap, letih setelah permainan yang kami
lakukan.
Pagi harinya, aku terbangun. Di sampingku Sharon masih tertidur. Aku
tidak ingin membangunkannya dan langsung menuju ke kamar mandi untuk
mandi. Siraman air di tubuhku merilekskan otot-ototku. Anusku masih
terasa aneh, seakan ada sesuatu yang mengganjal disana.
Selesai mandi, aku melihat Sharon sudah bangun dan duduk di tempat
tidur. Tubuhnya masih polos belum berpakaian. Aku mendekatinya lalu
mencium bibirnya sambil mengucapkan selamat pagi. Nash masuk ke kamar
kami dan menyapa kami berdua. Ia telah berpakaian rapih dan siap untuk
keluar sarapan. Sharon meminta waktu sebentar untuk ke kamar mandi dan
berganti pakaian. Nash mengerling ke arahku dan menanyakan apa yang kami
berdua lakukan semalam. Aku hanya tersenyum saja. Tak lama Jim masuk ke
kamar kami dan ikut mengobrol. Diceritakannya apa yang aku dan Sharon
lakukan kepada Nash. Nash tertawa mendengar ceritaku.
“So you’re not virgin anymore…” katanya sambil tertawa.
“You can take Sharon’s and Jim’s, but I don’t think you can take mine…” kata Nash.
Aku bertanya apa maksudnya. Nash dan Jim hanya tertawa.
“So you’re not virgin anymore…” katanya sambil tertawa.
“You can take Sharon’s and Jim’s, but I don’t think you can take mine…” kata Nash.
Aku bertanya apa maksudnya. Nash dan Jim hanya tertawa.
Setelah Sharon selesai, kami bertiga menikmati sarapan kami di
restaurant hotel yang terletak di pinggir pantai. Angin laut yang
berhembus dan tenagaku yang banyak terkuras semalam membuat selera
makanku bertambah. Nash masih ingin mengetahui lebih banyak tentang apa
yang terjadi semalam dan bertanya-tanya ke Sharon. Sharon hanya
tersenyum dan memujiku.
Kemudian Sharon mengatakan kepadaku bahwa seorang temannya akan
datang ke Bali besok. Dia juga mengatakan kalau aku pasti akan menyukai
temannya tersebut. Sharon tidak mau bercerita banyak tentang temannya
dan menyuruhku melihat sendiri besok. Nash dan Jim mengajak untuk
melihat keindahan pulau Bali. Seharian itu, aku mengantar mereka bertiga
berkeliling dan berbelanja.
Malam harinya setelah makan, kami bertiga mengobrol di kamar. Setelah
kehabisan obrolan, Nash dan Jim keluar sebentar untuk minum di bar.
Sharon langsung mencium bibirku setelah Nash dan Jim keluar. Kami saling
bercumbu dan tak berapa lama, kami berdua sudah tidak mengenakan
apa-apa untuk menutupi tubuh. Aku langsung mengulum kemaluan Sharon
seperti yang biasanya kulakukan. Perlahan kurasakan kemaluannya yang
masih setengah lembek menegang di dalam mulutku dan memaksa mulutku
lebih terbuka untuk menampung batang kemaluannya yang membesar. Saat
sedang sibuk dengan kemaluan Sharon, kudengar pintu terbuka dan Nash
serta Jim masuk ke dalam kamar dan duduk di kursi memperhatikan kami.
Aku tidak begitu mempedulikan mereka dan masih sibuk dengan kemaluan
Sharon di mulutku.
Sharon mengambil tas kecilnya yang masih tergeletak di meja samping
tempat tidur. Disuruhnya aku kembali berbaring dan ia mengikatkan gelang
karet yang menyakitkan itu di kemaluanku. Sharon menyuruhku langsung
mengambil posisi merangkak bertumpu pada kedua lutut dan tanganku.
Kulihat Sharon sedang melumasi kemaluannya dengan KY jelly dan kemudian mengoles KY jelly itu ke anusku. Saat itu kulihat Nash dan Jim sedang membuka pakaian mereka. Ternyata mereka berniat bergabung dengan kami.
Sharon menempelkan kepala kemaluannya ke anusku dan menekannya
sehingga kemaluannya menerobos masuk ke dalam anusku. Tak berapa lama,
seluruh kemaluannya telah masuk ke dalam anusku dan Sharon mulai
menggerakkan pinggulnya sambil tangannya menahan pinggangku. Nash
mendekati kami. Saat itu baru kulihat kemaluan Nash. Belum pernah selama
hidupku melihat kemaluan sebesar kemaluan Nash. Panjangnya bila
kutaksir hampir 30 senti dengan diameter hampir 7 senti. Nash
mendekatkan kemaluannya ke mulutku. Aku membuka mulut selebarnya untuk
menampung kemaluan Nash. Sayangnya kali ini aku tidak sanggup memasukkan
seluruh kemaluan Nash karena diameternya terlalu besar. Nash
menggerakkan pinggulnya, mengeluar-masukkan sebagian kemaluannya ke
mulutku. Sementara Sharon mencoba menyesuaikan tempo gerakannya dengan
Nash.
Tempo gerakan Sharon yang semakin cepat dan desah nafasnya menandakan
ia akan segera orgasme. Sengaja kutegangkan otot-otot di sekitar lubang
anusku untuk menjepit kemaluan Sharon. Tak berapa lama, Sharon
mencengkeram pinggangku dengan dua tangannya dan menghujamkan
kemaluannya dalam-dalam. Kurasakan rasa panas dari sperma Sharon di
dalam anusku.
Setelah Sharon mengeluarkan kemaluannya dari anusku, Nash juga ikut
mengeluarkan kemaluannya dari mulutku. Nash menyuruhku berbaring dan dia
mengambil posisi di antara kedua pahaku. Sejenak aku ragu dan ingin
menghentikannya, karena kemaluannya kurasa akan terlalu besar untuk
anusku. Namun tidak ada kesempatan untukku memprotes karena Sharon
langsung mencium bibirku. Kurasakan Nash mengangkat kakiku dan kepala
kemaluannya ditempelkan di lubang anusku yang terbuka agak lebar karena
Sharon. Mulut Sharon menciumi dadaku dan putinggku yang mengeras.
Sementara tangannya meremas kemaluanku yang tegang dan sakit karena
lilitan gelang karet.
Dengan sedikit tenaga, Nash mendorong kepala kemaluannya mencoba
menerobos lubang anusku. Usahanya sulit dilakukan karena diameter
kemaluannya terlalu besar. Bahkan setelah anusku ditembus oleh kemaluan
Sharon yang besar, kemaluan Nash tetap tidak bisa menembusnya. Akhirnya
dengan tekanan keras, kepala kemaluan Nash berhasil masuk ke anusku. Aku
menjerit karena anusku terasa perih, rasanya kemaluan Nash telah
merobekku. Sharon mencubit putingku untuk mengalihkan rasa sakit,
sementara Nash mulai mendorong kemaluannya masuk. Anusku terasa sangat
perih dan terbakar saat kemaluan Nash masuk perlahan. Seakan ada sebuah
batang besi panas yang masuk ke dalam anusku.
Saat tinggal 10 senti lagi kemaluan Nash yang belum masuk, aku
menghentikannya. Aku sudah tidak dapat menahan rasa sakit. Bahkan
cubitan Sharon di kedua putingku tidak dapat mengalihkan rasa sakit di
anusku. Nash mengerling ke arah Sharon. Sharon mengambil bantal kemudian
mentupi mulutku.
“Bite the pillow..!” seru Sharon.
Aku menggigit bantal. Nash memegang pinggangku, sementara Sharon menahan kedua kakiku. Kemudian dengan paksa, Nash memasukkan sisa kemaluannya ke dalam anusku. Aku menjerit yang tertahan oleh bantal. Kugigit keras-keras bantal tersebut. Mataku mengeluarkan air mata karena sakit yang tak tertahan. Kurasakan pusing menderaku. Sharon mengangkat bantal dari mukaku.
“Look dear, you take it all. It’s incredible..!” kudengar Sharon memujiku.
Kulihat Nash tersenyum kepadaku. Lalu perlahan ia menarik kemaluannya sampai tersisa ujungnya saja lalu kembali memasukkannya perlahan ke anusku. Anusku masih terasa perih, namun gesekan kemaluan Nash memberikan sensasi kenikmatan untukku.
“Bite the pillow..!” seru Sharon.
Aku menggigit bantal. Nash memegang pinggangku, sementara Sharon menahan kedua kakiku. Kemudian dengan paksa, Nash memasukkan sisa kemaluannya ke dalam anusku. Aku menjerit yang tertahan oleh bantal. Kugigit keras-keras bantal tersebut. Mataku mengeluarkan air mata karena sakit yang tak tertahan. Kurasakan pusing menderaku. Sharon mengangkat bantal dari mukaku.
“Look dear, you take it all. It’s incredible..!” kudengar Sharon memujiku.
Kulihat Nash tersenyum kepadaku. Lalu perlahan ia menarik kemaluannya sampai tersisa ujungnya saja lalu kembali memasukkannya perlahan ke anusku. Anusku masih terasa perih, namun gesekan kemaluan Nash memberikan sensasi kenikmatan untukku.
Nash mempercepat gerakannya saat ia melihatku tidak lagi merasa
sakit. Dikeluar-masukkan kemaluannya dengan irama konstan. Sharon
kembali menciumku. Mulut dan lidah kami kembali berpagutan. Tapi tak
berapa lama, seseorang menarik Sharon. Ternyata itu Jim yang meminta
Sharon mengulum kemaluannya.
Sementara Nash masih sibuk denganku, Sharon sibuk dengan kemaluan
Jim. Melihat Sharon dan Jim, membuat kemaluanku semakin tegang dan
sakit. Akhirnya Jim tidak tahan dengan permainan mulut dan lidah Sharon
dan mengeluarkan spermanya di mulut Sharon. Sharon tampak menampung
sperma Jim dalam mulutnya sampai habis tapi tidak menelannya. Kemudian
setelah selesai, Sharon mendekatiku dan menciumku kembali. Ternyata di
mulut Sharon masih ada sebagian sperma Jim yang kemudian masuk ke
mulutku. Kelihatannya Sharon ingin membagi sperma Jim denganku. Sperma
Jim yang bercampur ludah Sharon membuatku semakin terangsang.
Sementara, Nash terlihat mulai mempercepat gerakannya. Kemudian
dihujamkannya kemaluannya dalam-dalam, membuatku menjerit. Terasa sperma
Nash yang panas menyemprot keras di dalam anusku. Dihabiskannya
spermanya di dalam anusku, lalu Nash mengeluarkan kemaluannya. Anusku
kembali terasa kosong dan masih sedikit perih. Kurebahkan diriku di atas
tempat tidur diikuti oleh Sharon yang memelukku. Nash dan Jim masuk ke
dalam kamar mereka dan aku serta Sharon kembali bercumbu kecil sampai
kami akhirnya lelah dan tertidur.
Esok harinya, setelah sarapan, kami kembali bepergian. Setelah makan
siang, aku dan Sharon berpisah dengan Nash dan Jim. Aku dan Sharon
menjemput teman Sharon yang rencananya akan datang siang ini. Setelah
setengah jam menunggu, akhirnya pesawat yang ditumpangi teman Sharon
mendarat di Ngurah Rai.
Kami menanti teman Sharon keluar. Aku membayangkan seperti apa teman
Sharon ini. Bahkan aku tidak tahu apakah ia pria atau wanita. Lalu
kulihat Sharon melambaikan tangan. Di kejauhan kulihat seseorang
membalas lambaian tangan Sharon. Aku terkejut. Ternyata teman Sharon
adalah seorang wanita. Tingginya sekitar 180 senti. Kulitnya putih, ciri
khas wanita. Yang kukagumi adalah bentuk badan wanita ini sangat
sempurna. Seperti model-model yang ada di playboy. Buah dadanya cukup
besar, hampir sebesar Sharon. Sepatu hak tinggi yang dikenakannya
membuatnya semakin tinggi saja sehingga aku terlihat kecil di
hadapannya.
Sharon kemudian memeluk temannya setelah ia menghampiri tempat kami
berdiri. Lalu ia mengenalkanku kepada temannya yang ternyata bernama
Jane. Jane kulihat sangat cantik. Dengan rambutnya yang pirang, ia
terlihat agak mirip dengan bintang pujaanku Jenny Mc Carthy. Aku lalu
mempersilakan Jane ke mobil sambil kubawakan barang-barangnya. Kami
kembali ke hotel dan sepanjang perjalanan, Sharon asyik bercerita
tentang aku kepada Jane dan terutama apa yang telah kami lakukan. Jane
tertawa mendengarnya. Ia kagum bahwa aku bisa menampung kemaluan Sharon
yang besar. Aku bingung mendengar komentar Jane. Dari mana Jane tahu
ukuran kemaluan Sharon, apakah mereka pernah berhubungan badan. Atau
jangan-jangan Jane sejenis dengan Sharon. Namun suara Jane terdengar
sangat halus seperti wanita asli.
Sesampainya di hotel, resepsionis menyampaikan pesan dari Nash dan
Jim kepada kami. Ternyata mereka menunggu kami di sebuah warung atau
lebih tepat restaurant yang terkenal di kawasan Kuta. Setelah menaruh
barang-barang Jane di kamar, kami menyusul Nash dan Jim.
Sesampainya disana, kami melihat Nash dan Jim sedang mengobrol dengan
seorang pribumi. Penampilannya rapih, sedikit mirip denganku. Yang
jelas ia bukan seperti pemuda-pemuda yang biasa ada di pantai, dilihat
dari penampilannya dan kulitnya yang coklat muda sepertiku. Nash dan Jim
memperkenalkan pemuda itu sebagai Anton. Sementara Jane memeluk Nash
dan Jim yang ternyata temannya juga. Jim bercerita bahwa mereka bertemu
Anton di pantai. Anton adalah teman lama mereka. Semasa kuliah, ia
tinggal di Amerika dan kemudian bekerja di Singapore. Kini Anton sedang
liburan di Bali setelah selesai menengok keluarganya di Jakarta. Jim
berkata bahwa Anton akan tinggal bersama mereka jika aku tidak
keberatan. Tentu saja aku tidak keberatan dengan hal tersebut.
Kami pulang kembali ke hotel untuk membersihkan diri. Di perjalanan,
kami mampir ke hotel Anton untuk mengambil barang-barangnya. Sesampainya
di hotel, Jim, Anton dan Nash masuk ke kamar mereka dan aku, Sharon
serta Jane mengobrol di kamar kami. Sharon dan Jane bercerita bagaimana
mereka dahulu diperkenalkan oleh teman mereka sampai akhirnya mereka
bersahabat akrab.
Kami makan malam di kawasan Jimbaran. Cukup jauh memang namun
makanannya cukup lezat. Kami berenam bercanda-canda dan tertawa. Anton
mengeluarkan joke-joke yang lucu dan kemudian dibalas oleh Jim dengan
joke yang tak kalah lucunya. Setelah makan, kami berenam berjalan-jalan
di pinggir pantai. Sharon menggandengku di sebelah kiri sementara Jane
menggandengku di kanan. Kami berjalan sambil mengobrol seperti teman
yang sudah lama bersahabat.
Malam mulai sangat larut saat kami tiba kembali di hotel. Kami masuk
ke kamar masing-masing. Jim tetap membiarkan connecting door sedikit
terbuka. Aku masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukaku yang mulai
lengket terkena angin dari laut. Di dalam kamar mandi, aku kembali
membayangkan apa yang akan dilakukan oleh kedua wanita yang ada di
kamarku ini. Apakah malam ini akan aku lalui dengan kenikmatan seperti
malam sebelumnya.
Sekeluarnya dari kamar mandi, aku terkejut. Kulihat Jane dan Sharon
sedang berciuman di atas tempat tidur. Mereka melihatku dan menyuruhku
menghampiri mereka. Aku duduk di antara mereka. Jane yang pertama
mencium bibirku, sementara Sharon membuka penutup tubuhnya. Kemudian
kuraih penutup tubuhnya begitu juga dengannya meraih pakaianku dan
selanjutnya celanaku, sampai akhirnya aku tidak memakai apa-apa lagi.
Sementara itu, aku mulai meremas buah dada Jane sambil mulut kami tetap
berpagutan. Jane melepaskan ciumannya, kemudian membuka kaos yang
dikenakannya. Penutup dadanya yang berwarna hitam terlihat membungkus
buah dadanya yang montok. Kulepaskan kaitan BH-nya dengan satu sentakan
dan kemudian buah dadanya yang putih terbuka tanpa penutup. Puting susu
Jane yang coklat muda sudah terlihat keras berdiri.
Kuarahkan mulutku ke buah dadanya, menciuminya, lalu mengulum
putingnya. Jane menjambak rambutku dan menekanku ke dadanya. Kugigit
putingnya sehingga membuat Jane menjerit kecil. Sharon mulai mengikat
kemaluanku dengan gelang-gelang karetnya. Jane kemudian mendorongku
menjauh. Sharon menarikku ke arahnya sambil mencium bibirku. Kudengar
Jane membuka celananya. Tak lama kemudian Jane berdiri di depanku.
Kulepaskan ciuman Sharon karena terkejut. Di hadapanku berdiri Jane yang
telah melepas seluruh pakaiannya. Di selangkangannya yang bersih tak
berbulu, berdiri sebuah kemaluan lelaki yang besarnya hampir sama dengan
milik Sharon, hanya saja warnanya putih dengan kepala kemaluan
kemerahan. Ternyata Jane tidak berbeda dengan Sharon. Aneh sekali
pikirku, melihat suaranya yang halus sehingga aku menyangka ia seorang
wanita.
Tanpa berpikir lama, kuraih kemaluan Jane dan membawanya ke mulutku.
Kukulum kepala kemaluannya, kemudian perlahan kumasukkan kemaluan yang
telah keras itu ke mulutku. Kini aku tidak lagi mempunyai kesulitan
dengan kemaluan sebesar kemaluan Jane. Jane mendesah menikmati
kehangatan mulut dan lidahku disekeliling batang kemaluannya. Aku
berusaha semampuku untuk memuaskan Jane dengan memainkan lidahku di
sekeliling batang kemaluannya saat kemaluannya berada di dalam mulutku.
Kujepit erat batang kemaluannya dengan bibirku. Kumainkan kemaluannya
seperti seorang anak kecil yang sedang menikmati es di mulutnya.
Sharon menyuruhku berbaring di tempat tidur. Dengan posisi seperti
biasa, ia memasukkan kemaluannya ke dalam anusku setelah terlebih dahulu
memakai KY jelly. Jane mendekatiku dan duduk di atas wajahku. Dibukanya pantatnya, memperlihatkan lubang anusnya yang kemerahan.
“Lick my pussy..!” katanya sambil menurunkan pantatnya.
Kujulurkan lidahku ke anusnya dan mulai menjilat-jilatnya. Tidak ada rasa apa pun di lidahku. Aku semakin bernafsu dan menusuk-nusukkan lidahku ke dalam anusnya. Jane mendesah karena permainan lidahku di anusnya. Kulihat Sharon menarik kepala Jane dan mereka berciuman. Jane mengocok kemaluannya sendiri, sementara Sharon sibuk menggerakkan kemaluannya keluar masuk di anusku.
“Lick my pussy..!” katanya sambil menurunkan pantatnya.
Kujulurkan lidahku ke anusnya dan mulai menjilat-jilatnya. Tidak ada rasa apa pun di lidahku. Aku semakin bernafsu dan menusuk-nusukkan lidahku ke dalam anusnya. Jane mendesah karena permainan lidahku di anusnya. Kulihat Sharon menarik kepala Jane dan mereka berciuman. Jane mengocok kemaluannya sendiri, sementara Sharon sibuk menggerakkan kemaluannya keluar masuk di anusku.
Kemudian Jane berdiri. Disorongkannya kemaluannya ke mulutku. Aku
langsung memasukkannya ke mulutku dan mengulumnya. Kepala Jane menuju ke
kemaluanku dan langsung memasukkannya ke mulutnya. Aku semakin bernafsu
mengulum kemaluan Jane sementara Jane juga tidak kalah hebatnya
mengulum kemaluanku dengan mulutnya. Sharon pun tampak semakin keras dan
cepat gerakannya, membuat anusku terasa agak perih karena cepatnya
hujaman kemaluannya. Tidak lama, kurasakan Sharon mengejang dan
menghujamkan kemaluannya di anusku.
Jane berdiri setelah Sharon mengeluarkan kemaluannya. Sambil
berlutut, ditariknya aku sampai kepalaku kembali mendekati kemaluannya
sambil merangkak. Jane kali ini menahan kepalaku dan menggerakkan
pinggulnya, sehingga kemaluannya tampak keluar masuk di mulutku. Tak
lama kemudian, ia menggenggam kemaluannya dan mengocoknya. Kepala
kemaluannya yang ada di mulutku langsung menyemburkan sperma yang
langsung kutelan. Banyak sekali sperma yang Jane keluarkan sehingga
terlihat sebagian spermanya meleleh di sekitar mulutku.
Kemaluan Jane terlihat belum melembek dan masih keras. Ia menarikku
ke arah meja rias. Disuruhnya kedua tanganku untuk bertumpu di meja
rias, sementara ia berdiri di belakangku. Dilebarkannya sedikit kedua
kakiku dan mulai menempelkan kemaluannya di anusku. Perlahan kurasakan
kemaluan Jane memasuki anusku. Setelah semua kemaluannya terbenam dalam
anusku, Jane mulai menggerakkan pinggulnya, membuat kemaluannya keluar
masuk di anusku. Bayangan kami berdua di cermin rias membuatku semakin
terangsang. Kulihat Jane sedang menatap mataku lewat cermin sambil tetap
menggerakkan pinggulnya dengan irama konstan. Semakin lama di posisi
seperti itu, membuat kakiku mulai terasa lemas. Aku hampir tidak kuat
lagi berdiri.
Jane menyadari hal tersebut. Ia melepaskan kemaluannya dari anusku.
Jane menarikku ke arah tempat tidur. Didorongnya aku berbaring di
samping Sharon yang sudah tertidur. Diangkatnya kakiku dan disandarkan
kepundaknya, sementara ia kembali memasukkan kemaluannya ke anusku.
Gerakan Jane kali ini agak cepat dan kasar tanda bahwa ia segera
mencapai orgasme. Beberapa menit kemudian, Jane menghentakkan
kemaluannya dan menyemprotkan spermanya ke dalam anusku. Jane menunduk
dan mencium bibirku perlahan. Lalu ia membaringkan tubuhnya di sebelahku
lalu tertidur tidak lama kemudian. Sebelum tidur, aku menyempatkan diri
mengintip ke kamar sebelah. Terlihat Nash sedang mengeluar-masukkan
kemaluannya yang besar ke anus Anton. Sementara itu Anton sedang
mengulum kemaluan Jim.
Kutinggalkan mereka dengan kesibukannya dan merebahkan diri di antara
Sharon dan Jane. Sempat kucium pipi mereka berdua lalu kemudian aku
terlelap mengikuti mereka.
Kuhabiskan dua minggu bersama Jane dan Sharon. Kuminta izin cuti
seminggu lagi kepada atasanku yang ternyata langsung diberikannya tidak
tahu mengapa. Kami bertiga bersama Anton, Jim dan Nash menikmati
hari-hari liburan kami. Tidak hanya di Bali saja, kami sempat juga
menghabiskan tiga hari di Lombok. Siang hari kami bepergian dan malam
harinya tentu saja kami habiskan di tempat tidur. Pada malam terakhir,
sebelum kami berpisah, Sharon tidak memakaikan gelang karet seperti
biasanya. Dibiarkannya aku menikmati ejakulasiku sepuasnya sampai
beberapa kali malam itu. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan, yang
kebanyakan langsung ditelan oleh Sharon dan Jane.
Terakhir, Jane dan Sharon mengajakku untuk ikut dengan mereka dan
tinggal dengan mereka di Amerika. Namun mengingat keluargaku disini, aku
menolaknya. Namun aku berjanji bahwa tahun depan aku akan menghabiskan
liburan satu bulan bersama mereka disana.
sumber:www.ceritapanas.com
No comments:
Post a Comment