Monday, May 28, 2012

Nash, Jim, Sharon dan Jane

Aku berkenalan dengan Nash dan Jim melalui salah satu gay dating site. Mereka berdua adalah orang Afro-Amerika yang tinggal di Washington. Selama ini komunikasi antara kami hanya melalui e-mail. Kami pernah saling bertukar foto dan mereka mengatakan ingin bertemu denganku suatu saat.
Aku, Adri, bukanlah seorang gay tulen. Mungkin lebih tepat bila dikatakan aku seorang biseksual yang dapat berhubungan seks dengan pria maupun wanita. Umurku saat ini 26 tahun dan bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta yang kecil namun cukup profitable, setidaknya mereka mampu membayarku dengan jumlah yang lumayan.
Kebutuhanku akan seks dipenuhi oleh pacarku, yang beberapa kali berganti karena masalah prinsip. Aku tetap memilih seorang wanita sebagai pasangan. Ketertarikanku akan gay seks berawal dari situs-situs gay dan transsexual yang kulihat di Internet. Aku sangat terangsang melihat adegan seks antar lelaki dan melihat kemaluan lelaki barat yang berukuran besar. Aku tidak terlalu tertarik oleh pria Asia, hanya pria bule dan orang Afro-Amerika yang menarik perhatianku, terutama oleh karena ukuran kemaluan mereka yang besar. Fantasiku akan gay seks selalu dipenuhi oleh pria-pria bule dan Afro-Amerika dan bagaimana rasanya bila kemaluan mereka memenuhi anusku yang masih belum tersentuh oleh siapa pun. Aku mungkin adalah bottom man, berbeda dengan Nash dan Jim yang top.
Suatu hari, Nash dan Jim mengatakan ingin berlibur ke Bali dan mereka bertanya apakah aku tertarik untuk bergabung dengan mereka. Tentu saja aku tertarik dan langsung meminta cuti satu minggu dari kantor. Untungnya atasanku sedang bergembira karena proyeknya yang baru berhasil dan langsung menandatangani ijin cutiku. Kuberitahukan hal ini kepada Nash dan Jim melalui e-mail dan mereka gembira karena aku bisa ikut.
Aku selalu bercerita kepada Nash dan Jim tentang fantasi seksku dan mereka berharap mereka dapat membantuku. Kini aku mempunyai kesempatan untuk bertemu mereka. Selama menunggu liburanku, pikiranku selalu dipenuhi oleh fantasi seksual dan bayangan persetubuhanku nanti dengan Jim dan Nash.
Di Bandara Ngurah Rai, Bali
Sudah dari jam satu aku menunggu kedatangan pesawat yang membawa Jim dan Nash di Ngurah Rai. Memang aku datang di Bali satu hari lebih cepat dari mereka agar aku bisa menyiapkan akomodasi dan transportasi. Rencananya pesawat mereka akan datang jam dua. Penerbangan asing memang selalu tepat waktu. Jam setengah tiga para penumpang sudah selesai diperiksa dan mulai keluar dari pintu kedatangan. Aku mencari-cari Nash dan Jim dengan berpatokan pada ingatanku akan wajah mereka di foto yang mereka kirim.
Akhirnya aku dapat melihat Jim. Nash juga terlihat dibelakangnya sambil membawa barang-barang mereka. Di samping Jim, aku melihat seorang wanita Afro-Amerika yang menggandeng tangan Jim. Sejenak aku bingung, bukankah Jim seorang gay. Apakah dia juga seorang biseksual. Kumasa-bodohkan pikiranku dan segera melambaikan tanganku ke mereka dan dibalas oleh Jim.
Mereka mendatangiku dan Jim langsung menjabat tanganku dan memelukku. Nash pun melakukan hal serupa. Sambil berbasa-basi menanyakan keadaanku dan mengatakan senangnya mereka akhirnya dapat bertemu denganku, aku memandangi kedua orang temanku ini. Nash sangat tinggi, mungkin hampir dua meter. Aku yang tingginya 172 cm tentu saja terlihat kecil di dekatnya, apalagi badan Nash adalah tipe seorang yang senang latihan di gym. Nash cukup tampan dengan muka tercukur bersih dan kulit yang tidak terlalu hitam seperti orang Afro-Amerika lainnya. Jim hanya beberapa senti lebih pendek dari Nash. Bentuk badan mereka berdua sama, tetapi Jim terlihat lebih tampan. Sekilas pandanganku melihat wanita di sebelah Jim. Rupanya Jim melihat pandanganku. Ia langsung memperkenalkan wanita itu, Sharon, sebagai temannya di state. Jim meminta maaf tidak memberitahu akan keikut-sertaan Sharon, tapi ini merupakan kejutan untukku nanti.
Kejutan apa yang mereka rencanakan dan apa hubungannya dengan Sharon. Pikiranku mulai bertanya-tanya. Kupersilahkan mereka mengikutiku menuju mobil yang kusewa dan membawa mereka ke sebuah hotel berbintang di kawasan Kuta yang sudah kusewa untuk satu minggu.
Di Kuta, Bali
Sesampainya di hotel, mereka bertiga membereskan barang dan membersihkan diri. Aku menyewa dua kamar dengan connecting door, sehingga kami tidak harus terpisah. Keduanya mempunyai satu kingsize bed yang sangat besar. Jim menyuruhku berbagi bed dengan Sharon, sementara ia di kamar yang lain dengan Nash. Aku meyetujuinya saja. Mengenai Sharon, ia setinggi aku. Wajahnya manis sekali, dan kulitnya juga tidak hitam, melainkan coklat agak muda. Mungkin ia adalah campuran antara Caucasian dengan Afro-Amerika. Bentuk badan Sharon sangat seksi dengan buah dada yang besar dan montok.
Selesai mereka bebersih diri, kami pergi makan malam di dekat pantai (aku tidak tahu letak daerahnya, hanya restaurant itu tersembunyi di dalam gang). Setelah makan, kami mengobrol di bar hotel dan bercerita tentang diri kami masing-masing. Pukul 11, Jim mengajak kembali ke kamar. Sambil berjalan ke lift, Sharon memeluk pinggangku. Aku merangkulkan tanganku ke pundaknya dan kami berdua berjalan seperti sepasang kekasih dengan Jim dan Nash berjalan di belakangku sambil tertawa-tawa. Kami bertiga sudah seperti berteman lama walaupun baru hari itu bertemu muka.
Setelah masuk ke dalam kamar, aku duduk di tempat tidur diikuti oleh Sahron di sebelahku, sementara Jim dan Nash masuk ke kamar sebelah. Kemudian tanpa kuduga Sharon mencium bibirku. Sejenak aku terpaku, tapi lalu mulai membalas ciumannya. Lidah Sharon membelit lidahku di dalam mulutku. Kurasakan bau alkohol yang masih tinggal di mulut kami berdua tapi tidak kuhiraukan. Tangan Sharon kurasakan membelai kemaluanku dari luar celanaku dan kubalas dengan remasan pada dadanya. Terasa sangat kenyal dan tidak lembek buah dada Sharon. Tangan Sahron menarik keluar bajuku dari celana dan mulai membukai kancing bajuku. Kubantu dia dan aku terduduk disana bertelanjang dada.
Bibir dan lidah Sharon menjelajah ke leherku, terus ke bawah sampai ke puting dadaku yang sudah mengeras. Digigitnya kecil dan dihisapnya sampai aku merasakan suatu aliran aneh di seluruh tubuhku. Mulutnya terus menjelajah ke bawah. Dibukanya ikat pinggang dan kancing celanaku. Aku berdiri sejenak, membantunya membuka seluruh celanaku sampai kemaluanku yang sudah keras berdiri tegak tanpa penutup. Ukuran kemaluanku sebenarnya tidak mengecewakan, berkat bantuan seorang ahli pengobatan alternatif, ukuran kemaluanku yang dulu tidak besar kini diameternya cukup mengagumkan, bahkan panjangnya masih bersisa apabila kugenggam dengan menggunakan kedua tanganku.
Lidah Sharon menjilati batang kemaluanku dari pangkalnya sampai kepala kemaluanku. Satu tangannya meremas kantung di bawah kemaluanku. Aku hanya bisa mendesah dan diam melihatnya. Kemudian ia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Hangat bibir dan lidahnya terasa melingkupi kepala kemaluanku, kemudian batangnya. Setelah secara perlahan dan bertahap, Sharon memasukkan kemaluanku semakin dalam ke mulutnya.
Sejujurnya aku kurang begitu suka dengan blow job. Bahkan aku tidak pernah meminta pacar-pacarku dulu untuk melakukannya. Kutahan Sharon melanjutkan pekerjaannya dan menariknya duduk di tempat tidur. Kucium bibirnya dan dibalas olehnya. Sambil bibir dan lidah kami berpagutan, Kucoba membuka kaos ketat yang dipakainya. Sharon membantuku dan kemudian terpampang jelas olehku sepasang buah dada Sharon yang montok. Kubuka penutup terakhir di dadanya, memampakkan buah dada Sharon secara utuh.
Kurebahkan Sharon sambil mulutku mengarak ke buah dadanya. Kuciumi sekitar putingnya, lalu kukulum putting buah dadanya sambil kugigit kecil. Sharon mendesah sambil membelai rambutku dan menekan kepalaku ke dadanya. Kuremas buah dadanya dengan satu tanganku, sementara mulutku bermain di buah dadanya yang satu lagi. Desahan dan erangan Sharon terdengar semakin kencang. Aku tak lama bermain dengan dadanya. Kucoba membuka celana yang dipakai Sharon. Tapi segera dihentikannya. Dia kembali duduk di tempat tidur.
“Are you ready for your surprise dear..?” Sharon berkata kepadaku.
Aku yang sedang dipenuhi nafsu hanya mengangguk.
Sharon menyuruhku menutup mata. Kurasakan ia bangkit dari tempat tidur dan kudengar ia membuka celananya. Tidak lama, ia menyuruhku membuka mata. Sesaat setelah membuka mata, aku terpana dan tidak dapat berkata. Di depanku jelas terlihat batang kemaluan pria yang besar. Sedikit lebih besar dari milikku namun lebih panjang. Yang membuatku terkejut adalah si pemilik kemaluan itu adalah Sharon yang saat ini berdiri di depanku. Ternyata Sharon adalah seorang transsexual atau she-male bahasa agak kasarnya.
Sharon hanya tertawa kecil melihat keterkejutanku. Ia lalu meyorongkan kemaluannya ke mulutku.
“It’s big isn’t it..? Jim told me, you like things like mine.” katanya.
Aku mengangguk. Kepala kemaluan Sharon menyentuh bibirku dan aku membuka mulutku sehingga kemaluannya dapat masuk. Ini pertama kali aku melakukan blow job, dan bayangan tentang ini membuat kemaluanku semakin keras. Aku berusaha sebisanya untuk membuat Sharon puas. Sharon mengatur gerakan pinggangnya sehingga kemaluannya keluar masuk di mulutku. Yang kulakukan hanya menjepit kemaluannya di mulutku dengan bibirku, sementara lidahku di dalam mulut bermain di seputar batang kemaluannya.
Sekeras apapun usahaku, tetap saja sulit untukku memasukkan seluruh batang kemaluan Sharon ke dalam mulutku, bahkan setengahnya pun tidak. Sharon lalu naik dan berdiri di tempat tidur. Disuruhnya aku berlutut di depannya dan ia mulai memasukkan kembali kemaluannya ke mulutku. Kali ini kemaluannya bisa agak lebih banyak masuk karena sudutnya memudahkanku menerima kemaluannya. Sharon memegang kepalaku dan menahannya agar ia bisa semakin dalam memasukkan kemaluannya.
“Hold your breath..!” katanya.
Aku menahan nafas. Ditahannya kepalaku sambil ia memasukkan kemaluannya semakin dalam. Terasa kepala kemaluannya melewati kerongkonganku semakin dalam membuatku tidak dapat bernafas.
Kerongonganku terasa sakit saat kemaluan Sharon yang besar itu menerobosnya. Setelah lewat satu menit, aku mulai memerlukan udara dan mencoba melepaskan diri. Sharon melihat hal ini dan mulai mengeluarkan kemaluannya. Saat kemaluaannya keluar, aku tersengal-sengal menarik nafas. Kemudian Sharon mulai mengulang tindakannya. Kali ini aku bertekad harus bisa memasukkan semua batang kemaluan Sharon. Perlahan, kembali kemaluan Sharon memasuki mulutku dan melewati kerongkonganku. Masih sedikit sakit kurasa, namun kutahan. Akhirnya bibirku menyentuh pangkal kemaluan Sharon yang tidak berambut, menandakan seluruh batang kemaluannya ada di dalam mulutku. Sharon menahan sebentar posisi itu kemudian mulai perlahan mengeluarkan kemaluannya dari mulutku.
“Look, You could take Me whole and it’s your first time..!”
Ia tersenyum dan aku juga tersenyum. Sharon melakukan hal tersebut beberapa kali lagi. Tanpa kami sadari, Jim menonton kami dari connecting door. Aku baru sadar waktu ia berbicara memujiku yang dapat menelan semua batang kemaluan Sharon. Sharon melepaskan kemaluannya dari mulutku.
“Now.., are You ready for your first fuck..?” tanyanya.
Aku menganggukkan kepalaku. Akhirnya fantasiku selama ini akan terwujud. Bahkan lebih dari itu, karena dengan Sharon, aku seperti mendapatkan seorang wanita dan pria sekaligus.
Sharon berkata bahwa ia tidak akan memakai kondom, karena ia ingin aku benar-benar menikmati gesekan kemaluannya di anusku. Ia menegaskan bahwa mereka bertiga tidak memiliki penyakit apapun dan aku tidak perlu kuatir. Aku hanya mengangguk. Sharon menyuruh Jim mengambilkan tas kecil di laci meja rias. Sementara Jim mengambilnya, Sharon menyuruhku berbaring di kasur. Kemudian ia berlutut di antara kedua pahaku. Masih dapat kulihat kemaluannya yang panjang dan besar berkilat karena air liurku. Sejenak aku ragu apakah anusku dapat menerima benda sebesar itu.
Jim kembali dengan membawa tas kecil yang diminta. Diberikannya benda itu ke Sharon. Sharon mengeluarkan botol KY jelly (lotion seks) dari dalamnya, kemudian sebuah benda seperti gelang-gelang dari karet. Diikatkannya gelang-gelang itu di sekeliling kantung kemaluanku dan di pangkal kemaluanku. Sakit sekali rasanya, namun kutahan. Sharon menjelaskan bahwa benda itu akan menahan ejakulasiku.
Kemudian Sharon mengoleskan KY jelly ke anusku. Jari tengahnya dimasukkan ke dalam anusku, membuatku sedikit tersentak. Sharon menyuruhku untuk relaks, sementara jarinya dikeluar-masukkan di anusku untuk membuka jalan bagi kemaluannya nanti. Sharon kemudian mulai menambahkan satu jari lagi dan kemudian dilanjutkan dengan jari ketiga. Kini ia mengeluar masukkan ketiga jarinya di anusku sambil tangannya yang satu mengocok lembut kemaluanku. Aku merasakan sensasi yang tidak dapat kujelaskan. Permainan jarinya di anusku dan tangannya yang mengocok kemaluanku membuatku merasa seperti di awang-awang.
Kemudian Sharon menghentikan kegiatannya dan mengeluarkan jarinya. Dioleskannya KY Jelly di seluruh kemaluannya dan ditambahkannya sedikit di anusku. Sharon mengangkat kakiku menyentuh dadaku dan mengganjal pantatku dengan bantal. Ia berlutut dan mendekat ke arahku sambil menggenggam kemaluannya. Perlahan ditempelkan ujung kepala kemaluannya di anusku.
“Are You ready..?” tanyanya. Aku mengangguk. “Here it comes…” seru Sharon.
Didorongnya kemaluannya perlahan sampai kurasakan rasa sakit akibat terobosan kepala kemaluannya yang besar di anusku. Sekitar lubang anusku serasa perih dan terbakar. Perlahan Sharon mendorong kemaluannya masuk ke dalam anusku sambil matanya menatap mataku. Pandangan kami saling bertatapan. Rasa sakit dan panas semakin menerjangku saat batang kemaluan Sharon yang lebar menerobos masuk perlahan. Kugigit bibirku, mencoba mengalihkan rasa sakit itu. Tak terasa, mataku mulai berkaca-kaca menahan sakit. Sharon sangat perlahan memasukkan kemaluannya. Saat setengah kemaluannya masuk ke dalam anusku, aku mulai memintanya untuk berhenti sejenak.
Sharon berhenti dan diam menungguku menyesuaikan diri dengan kemaluannya yang besar. Setelah rasa sakitku mulai reda, aku meminta Sharon melanjutkan. Namun setelah hampir seluruhnya masuk, aku kembali memintanya berhenti. Kali ini Sharon tidak menuruti. Dipegangnya pinggangku dan memasukkan seluruh kemaluannya secara cepat. Aku menjerit keras. Jim yang saat itu duduk memperhatikan kami tertawa.
“It’s all in, Dear..?” kata Sharon.
Kurasakan anusku serasa terbakar dan perih. Namun aku senang karena semua kemaluan Sharon ternyata dapat masuk ke dalam anusku. Setelah rasa sakitku mulai kembali reda, Sharon mengeluarkan perlahan kemaluannya sampai hanya tinggal kepala kemaluannya di anusku. Kemudian dihujamkannya lagi kemaluannya perlahan ke anusku. Gesekan dinding anusku dengan kemaluan Sharon membuatku merasakan suatu sensasi yang tidak terbayangkan nikmatnya.
Gerakan keluar masuk Sharon makin ia percepat. Tak sadar, mulutku mulai mengeluarkan erangan-erangan, sementara desah nafas Sharon terdengar semakin keras. Pandangan kami saling bertemu dan itu merupakan sesuatu yang sangat merangsang untukku, melihat mata Sharon menatapku sambil ia menyetubuhiku.
Kemudian Sharon memintaku merubah posisi. Dikeluarkannya kemaluannya dan menyuruhku mengambil posisi dengan bertumpu pada lutut dan tanganku. Sharon kembali memasukkan kemaluannya perlahan sambil memegang pinggangku. Lalu ia kembali memacu kemaluannya keluar masuk anusku yang mulai terasa longgar akibat ukuran kemaluan Sharon yang besar.
Kemudian tanpa kusadari, di depan mukaku ada sebua kemaluan lagi disodorkan ke mulutku. Ternyata Jim telah membuka bajunya dan ingin bergabung dengan kami. Kemaluannya yang berukuran sama dengan Sharon langsung memasuki mulutku begitu aku membuka mulut. Sementara Sharon mengeluar-masukkan kemaluannya di anusku, Jim melakukannya terhadap mulutku. Kedua lubang milikku itu kini telah penuh oleh dua kemaluan yang besar-besar. Diperlakukan seperti ini membuatku sangat terangsang dan ingin mencapai klimaks. Namun ikatan di kemaluanku mencegah spermaku keluar, sehingga desakan spermaku membuat kemaluanku menjadi sangat sakit.
Setelah agak lama, Sharon terasa semakin mempercepat temponya. Kemudian tidak berapa lama, ia mencengkram pinggangku dan menghunjamkan dalam-dalam kemaluannya. Terasa ada cairan panas di dalam anusku yang memancar deras. Ternyata Sharon telah berejakulasi di dalam anusku. Desakan ejakulasiku semakin terasa dan membuat kemaluanku sangat sakit. Sharon mendiamkan sejenak kemaluannya di dalam anusku, sementara kemaluan Jim masih keluar masuk di mulutku. Lalu Jim menahan kepalaku dan memasukkan kemaluannya dalam-dalam ke mulutku. Terasa kemaluannya berdenyut di kerongkonganku dan ada cairan panas masuk ke perutku. Rupanya Jim telah sampai klimaks pula.
Setelah puas, Jim mengelurkan kemaluannya, diikuti dengan Sharon. Mereka berdua terbaring lelah di sampingku. Sharon tersenyum padaku dan memelukku sambil mencium bibirku. Tangannya meremas-remas kemaluanku yang masih sakit akibat desakan orgasme yang tertahan. Lalu Sharon meninggalkanku ke kamar mandi. Di sampingku, Jim tertidur. Mungkin ia agak lelah dan mengalami sedikit jet lag akibat perjalanannya dari Amerika. Tidak tahan sendiri, aku menyusul Sharon ke kamar mandi. Sharon tidak menutup pintunya dan aku bisa masuk dengan mudah. Kulihat Sharon sedang berada di bawah shower membersihkan diri. Kusibak tirai shower tersebut dan memeluknya dari belakang.
Kuciumi pundak Sharon sambil kuremas kedua buah dadanya. Sharon mendesah bersender ke aku sambil tangannya berusaha meraih kemaluanku. Kubalikkan tubuhnya dan kami berciuman di bawah derasnya air hangat yang mengalir dari shower di atas kepala kami. Sharon menutup lubang air dan mengisi penuh bathtube dengan air hangat. Kemudian ia duduk di pinggiran bathtube. Aku segera berlutut di depannya dan mulai mengulum kepala kemaluannya. Sharon mendesah. Kucoba kembali memasukkan seluruh kemaluannya ke dalam mulutku sambil menahan nafas. Sharon semakin mendesah saat perlahan-lahan kemaluannya menghilang masuk ke mulutku. Kulakukan ini berulang kali dan desahan Sharon semakin keras terdengar. Lalu Sharon menghentikanku. Ia masuk ke dalam bathtube.
Sharon memintaku memasukkan kemaluannya ke dalam anusku dengan posisi aku di atas. Perlahan kugenggam kemaluan Sharon. Tanganku tidak mampu menggenggam batang kemaluannya yang keras. Perlahan kuturunkan badanku. Kutempelkan kepala kemaluannya di anusku. Setelah itu aku mencoba memasukkan kemaluannya dengan menurunkan pantatku ke bawah. Terasa kemaluan Sharon masuk ke anusku yang sekarang sudah mulai dapat menerima ukuran kemaluannya. Kuturunkan terus badanku sampai akhirnya seluruh kemaluan Sharon masuk ke dalam anusku. Sharon menarik kepalaku ke arahnya dan mencium bibirku. Kami saling berciuman, sementara Sharon menaik-turunkan pantatnya sehingga kemaluannya keluar masuk di anusku. Kami terus berciuman dan lidah serta bibir kami saling berpagutan. Jika Sharon menghentikan gerakan pantatnya, maka aku yang menaik-turunkan pantatku sehingga kemaluan Sharon tetap keluar masuk di anusku.
Sharon kemudian menghentikanku. Ia menyuruhku berdiri dan kemudian ia keluar dari bathtube. Diambilnya handuk, kemudian digelarnya di lantai. Ia menyuruhku berbaring di atas handuk dan kemudian mengambil posisi di antara pahaku. Aku langsung mengangkat kakiku ke arah dadaku dan Sharon memasukkan kemaluannya kembali ke dalam anusku. Setelah masuk, Sharon bertumpu pada kedua tangannya dan mulutnya kembali menciumku sambil pantatnya digerakkan untuk menghujamkan kemaluannya berulang kali di anusku.
Setelah beberapa lama, Sharon mempercepat gerakannya. Aku yang juga sudah tidak tahan memintanya membuka ikatanku. Namun Sharon mengindahkanya dan mengatakan bahwa aku tidak boleh berejakulasi sampai saat terakhir ia di Bali karena nafsuku bisa berkurang apabila berejakulasi. Sharon makin mempercepat gerakannya. Hujaman kemaluannya semakin kasar dan akhirnya dengan satu hujaman keras, Sharon kembali menyemprotkan spermanya di dalam anusku.
Saat Sharon mengeluarkan kemaluannya, anusku terasa kosong setelah sebelumnya terisi oleh kemaluan Sharon yang besar. Sharon kembali menyalakan shower. Aku mengikutinya masuk ke dalam shower. Kucuci kemaluan Sharon sebersih-bersihnya. Setelah bersih dan bau anusku hilang dari kemaluannya, kukulum kepala kemaluannya sambil tanganku mengocok batang kemaluannya dengan cepat. Sharon berpegangan pada shower. Hisapan dan kocokanku membuatnya tidak bisa bertahan dan kembali menyemprotkan spermanya ke mulutku. Spermanya terasa agak aneh di mulutku, namun kutelan dan kubersihkan kepala kemaluan Sharon sampai bersih.
Sharon menciumku sambil mengucapkan terima kasih. Kami kembali ke tempat tidur setelah mengeringkan badan. Jim telah kembali ke kamarnya. Aku dan Sharon tidur sambil berpelukan. Sebelumnya Sharon sempat melepaskan ikatan di kemaluanku agar kemaluanku tidak sakit sewaktu tidur. Kami berdua akhirnya terlelap, letih setelah permainan yang kami lakukan.
Pagi harinya, aku terbangun. Di sampingku Sharon masih tertidur. Aku tidak ingin membangunkannya dan langsung menuju ke kamar mandi untuk mandi. Siraman air di tubuhku merilekskan otot-ototku. Anusku masih terasa aneh, seakan ada sesuatu yang mengganjal disana.
Selesai mandi, aku melihat Sharon sudah bangun dan duduk di tempat tidur. Tubuhnya masih polos belum berpakaian. Aku mendekatinya lalu mencium bibirnya sambil mengucapkan selamat pagi. Nash masuk ke kamar kami dan menyapa kami berdua. Ia telah berpakaian rapih dan siap untuk keluar sarapan. Sharon meminta waktu sebentar untuk ke kamar mandi dan berganti pakaian. Nash mengerling ke arahku dan menanyakan apa yang kami berdua lakukan semalam. Aku hanya tersenyum saja. Tak lama Jim masuk ke kamar kami dan ikut mengobrol. Diceritakannya apa yang aku dan Sharon lakukan kepada Nash. Nash tertawa mendengar ceritaku.
“So you’re not virgin anymore…” katanya sambil tertawa.
“You can take Sharon’s and Jim’s, but I don’t think you can take mine…” kata Nash.
Aku bertanya apa maksudnya. Nash dan Jim hanya tertawa.
Setelah Sharon selesai, kami bertiga menikmati sarapan kami di restaurant hotel yang terletak di pinggir pantai. Angin laut yang berhembus dan tenagaku yang banyak terkuras semalam membuat selera makanku bertambah. Nash masih ingin mengetahui lebih banyak tentang apa yang terjadi semalam dan bertanya-tanya ke Sharon. Sharon hanya tersenyum dan memujiku.
Kemudian Sharon mengatakan kepadaku bahwa seorang temannya akan datang ke Bali besok. Dia juga mengatakan kalau aku pasti akan menyukai temannya tersebut. Sharon tidak mau bercerita banyak tentang temannya dan menyuruhku melihat sendiri besok. Nash dan Jim mengajak untuk melihat keindahan pulau Bali. Seharian itu, aku mengantar mereka bertiga berkeliling dan berbelanja.
Malam harinya setelah makan, kami bertiga mengobrol di kamar. Setelah kehabisan obrolan, Nash dan Jim keluar sebentar untuk minum di bar. Sharon langsung mencium bibirku setelah Nash dan Jim keluar. Kami saling bercumbu dan tak berapa lama, kami berdua sudah tidak mengenakan apa-apa untuk menutupi tubuh. Aku langsung mengulum kemaluan Sharon seperti yang biasanya kulakukan. Perlahan kurasakan kemaluannya yang masih setengah lembek menegang di dalam mulutku dan memaksa mulutku lebih terbuka untuk menampung batang kemaluannya yang membesar. Saat sedang sibuk dengan kemaluan Sharon, kudengar pintu terbuka dan Nash serta Jim masuk ke dalam kamar dan duduk di kursi memperhatikan kami. Aku tidak begitu mempedulikan mereka dan masih sibuk dengan kemaluan Sharon di mulutku.
Sharon mengambil tas kecilnya yang masih tergeletak di meja samping tempat tidur. Disuruhnya aku kembali berbaring dan ia mengikatkan gelang karet yang menyakitkan itu di kemaluanku. Sharon menyuruhku langsung mengambil posisi merangkak bertumpu pada kedua lutut dan tanganku. Kulihat Sharon sedang melumasi kemaluannya dengan KY jelly dan kemudian mengoles KY jelly itu ke anusku. Saat itu kulihat Nash dan Jim sedang membuka pakaian mereka. Ternyata mereka berniat bergabung dengan kami.
Sharon menempelkan kepala kemaluannya ke anusku dan menekannya sehingga kemaluannya menerobos masuk ke dalam anusku. Tak berapa lama, seluruh kemaluannya telah masuk ke dalam anusku dan Sharon mulai menggerakkan pinggulnya sambil tangannya menahan pinggangku. Nash mendekati kami. Saat itu baru kulihat kemaluan Nash. Belum pernah selama hidupku melihat kemaluan sebesar kemaluan Nash. Panjangnya bila kutaksir hampir 30 senti dengan diameter hampir 7 senti. Nash mendekatkan kemaluannya ke mulutku. Aku membuka mulut selebarnya untuk menampung kemaluan Nash. Sayangnya kali ini aku tidak sanggup memasukkan seluruh kemaluan Nash karena diameternya terlalu besar. Nash menggerakkan pinggulnya, mengeluar-masukkan sebagian kemaluannya ke mulutku. Sementara Sharon mencoba menyesuaikan tempo gerakannya dengan Nash.
Tempo gerakan Sharon yang semakin cepat dan desah nafasnya menandakan ia akan segera orgasme. Sengaja kutegangkan otot-otot di sekitar lubang anusku untuk menjepit kemaluan Sharon. Tak berapa lama, Sharon mencengkeram pinggangku dengan dua tangannya dan menghujamkan kemaluannya dalam-dalam. Kurasakan rasa panas dari sperma Sharon di dalam anusku.
Setelah Sharon mengeluarkan kemaluannya dari anusku, Nash juga ikut mengeluarkan kemaluannya dari mulutku. Nash menyuruhku berbaring dan dia mengambil posisi di antara kedua pahaku. Sejenak aku ragu dan ingin menghentikannya, karena kemaluannya kurasa akan terlalu besar untuk anusku. Namun tidak ada kesempatan untukku memprotes karena Sharon langsung mencium bibirku. Kurasakan Nash mengangkat kakiku dan kepala kemaluannya ditempelkan di lubang anusku yang terbuka agak lebar karena Sharon. Mulut Sharon menciumi dadaku dan putinggku yang mengeras. Sementara tangannya meremas kemaluanku yang tegang dan sakit karena lilitan gelang karet.
Dengan sedikit tenaga, Nash mendorong kepala kemaluannya mencoba menerobos lubang anusku. Usahanya sulit dilakukan karena diameter kemaluannya terlalu besar. Bahkan setelah anusku ditembus oleh kemaluan Sharon yang besar, kemaluan Nash tetap tidak bisa menembusnya. Akhirnya dengan tekanan keras, kepala kemaluan Nash berhasil masuk ke anusku. Aku menjerit karena anusku terasa perih, rasanya kemaluan Nash telah merobekku. Sharon mencubit putingku untuk mengalihkan rasa sakit, sementara Nash mulai mendorong kemaluannya masuk. Anusku terasa sangat perih dan terbakar saat kemaluan Nash masuk perlahan. Seakan ada sebuah batang besi panas yang masuk ke dalam anusku.
Saat tinggal 10 senti lagi kemaluan Nash yang belum masuk, aku menghentikannya. Aku sudah tidak dapat menahan rasa sakit. Bahkan cubitan Sharon di kedua putingku tidak dapat mengalihkan rasa sakit di anusku. Nash mengerling ke arah Sharon. Sharon mengambil bantal kemudian mentupi mulutku.
“Bite the pillow..!” seru Sharon.
Aku menggigit bantal. Nash memegang pinggangku, sementara Sharon menahan kedua kakiku. Kemudian dengan paksa, Nash memasukkan sisa kemaluannya ke dalam anusku. Aku menjerit yang tertahan oleh bantal. Kugigit keras-keras bantal tersebut. Mataku mengeluarkan air mata karena sakit yang tak tertahan. Kurasakan pusing menderaku. Sharon mengangkat bantal dari mukaku.
“Look dear, you take it all. It’s incredible..!” kudengar Sharon memujiku.
Kulihat Nash tersenyum kepadaku. Lalu perlahan ia menarik kemaluannya sampai tersisa ujungnya saja lalu kembali memasukkannya perlahan ke anusku. Anusku masih terasa perih, namun gesekan kemaluan Nash memberikan sensasi kenikmatan untukku.
Nash mempercepat gerakannya saat ia melihatku tidak lagi merasa sakit. Dikeluar-masukkan kemaluannya dengan irama konstan. Sharon kembali menciumku. Mulut dan lidah kami kembali berpagutan. Tapi tak berapa lama, seseorang menarik Sharon. Ternyata itu Jim yang meminta Sharon mengulum kemaluannya.
Sementara Nash masih sibuk denganku, Sharon sibuk dengan kemaluan Jim. Melihat Sharon dan Jim, membuat kemaluanku semakin tegang dan sakit. Akhirnya Jim tidak tahan dengan permainan mulut dan lidah Sharon dan mengeluarkan spermanya di mulut Sharon. Sharon tampak menampung sperma Jim dalam mulutnya sampai habis tapi tidak menelannya. Kemudian setelah selesai, Sharon mendekatiku dan menciumku kembali. Ternyata di mulut Sharon masih ada sebagian sperma Jim yang kemudian masuk ke mulutku. Kelihatannya Sharon ingin membagi sperma Jim denganku. Sperma Jim yang bercampur ludah Sharon membuatku semakin terangsang.
Sementara, Nash terlihat mulai mempercepat gerakannya. Kemudian dihujamkannya kemaluannya dalam-dalam, membuatku menjerit. Terasa sperma Nash yang panas menyemprot keras di dalam anusku. Dihabiskannya spermanya di dalam anusku, lalu Nash mengeluarkan kemaluannya. Anusku kembali terasa kosong dan masih sedikit perih. Kurebahkan diriku di atas tempat tidur diikuti oleh Sharon yang memelukku. Nash dan Jim masuk ke dalam kamar mereka dan aku serta Sharon kembali bercumbu kecil sampai kami akhirnya lelah dan tertidur.
Esok harinya, setelah sarapan, kami kembali bepergian. Setelah makan siang, aku dan Sharon berpisah dengan Nash dan Jim. Aku dan Sharon menjemput teman Sharon yang rencananya akan datang siang ini. Setelah setengah jam menunggu, akhirnya pesawat yang ditumpangi teman Sharon mendarat di Ngurah Rai.
Kami menanti teman Sharon keluar. Aku membayangkan seperti apa teman Sharon ini. Bahkan aku tidak tahu apakah ia pria atau wanita. Lalu kulihat Sharon melambaikan tangan. Di kejauhan kulihat seseorang membalas lambaian tangan Sharon. Aku terkejut. Ternyata teman Sharon adalah seorang wanita. Tingginya sekitar 180 senti. Kulitnya putih, ciri khas wanita. Yang kukagumi adalah bentuk badan wanita ini sangat sempurna. Seperti model-model yang ada di playboy. Buah dadanya cukup besar, hampir sebesar Sharon. Sepatu hak tinggi yang dikenakannya membuatnya semakin tinggi saja sehingga aku terlihat kecil di hadapannya.
Sharon kemudian memeluk temannya setelah ia menghampiri tempat kami berdiri. Lalu ia mengenalkanku kepada temannya yang ternyata bernama Jane. Jane kulihat sangat cantik. Dengan rambutnya yang pirang, ia terlihat agak mirip dengan bintang pujaanku Jenny Mc Carthy. Aku lalu mempersilakan Jane ke mobil sambil kubawakan barang-barangnya. Kami kembali ke hotel dan sepanjang perjalanan, Sharon asyik bercerita tentang aku kepada Jane dan terutama apa yang telah kami lakukan. Jane tertawa mendengarnya. Ia kagum bahwa aku bisa menampung kemaluan Sharon yang besar. Aku bingung mendengar komentar Jane. Dari mana Jane tahu ukuran kemaluan Sharon, apakah mereka pernah berhubungan badan. Atau jangan-jangan Jane sejenis dengan Sharon. Namun suara Jane terdengar sangat halus seperti wanita asli.
Sesampainya di hotel, resepsionis menyampaikan pesan dari Nash dan Jim kepada kami. Ternyata mereka menunggu kami di sebuah warung atau lebih tepat restaurant yang terkenal di kawasan Kuta. Setelah menaruh barang-barang Jane di kamar, kami menyusul Nash dan Jim.
Sesampainya disana, kami melihat Nash dan Jim sedang mengobrol dengan seorang pribumi. Penampilannya rapih, sedikit mirip denganku. Yang jelas ia bukan seperti pemuda-pemuda yang biasa ada di pantai, dilihat dari penampilannya dan kulitnya yang coklat muda sepertiku. Nash dan Jim memperkenalkan pemuda itu sebagai Anton. Sementara Jane memeluk Nash dan Jim yang ternyata temannya juga. Jim bercerita bahwa mereka bertemu Anton di pantai. Anton adalah teman lama mereka. Semasa kuliah, ia tinggal di Amerika dan kemudian bekerja di Singapore. Kini Anton sedang liburan di Bali setelah selesai menengok keluarganya di Jakarta. Jim berkata bahwa Anton akan tinggal bersama mereka jika aku tidak keberatan. Tentu saja aku tidak keberatan dengan hal tersebut.
Kami pulang kembali ke hotel untuk membersihkan diri. Di perjalanan, kami mampir ke hotel Anton untuk mengambil barang-barangnya. Sesampainya di hotel, Jim, Anton dan Nash masuk ke kamar mereka dan aku, Sharon serta Jane mengobrol di kamar kami. Sharon dan Jane bercerita bagaimana mereka dahulu diperkenalkan oleh teman mereka sampai akhirnya mereka bersahabat akrab.
Kami makan malam di kawasan Jimbaran. Cukup jauh memang namun makanannya cukup lezat. Kami berenam bercanda-canda dan tertawa. Anton mengeluarkan joke-joke yang lucu dan kemudian dibalas oleh Jim dengan joke yang tak kalah lucunya. Setelah makan, kami berenam berjalan-jalan di pinggir pantai. Sharon menggandengku di sebelah kiri sementara Jane menggandengku di kanan. Kami berjalan sambil mengobrol seperti teman yang sudah lama bersahabat.
Malam mulai sangat larut saat kami tiba kembali di hotel. Kami masuk ke kamar masing-masing. Jim tetap membiarkan connecting door sedikit terbuka. Aku masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukaku yang mulai lengket terkena angin dari laut. Di dalam kamar mandi, aku kembali membayangkan apa yang akan dilakukan oleh kedua wanita yang ada di kamarku ini. Apakah malam ini akan aku lalui dengan kenikmatan seperti malam sebelumnya.
Sekeluarnya dari kamar mandi, aku terkejut. Kulihat Jane dan Sharon sedang berciuman di atas tempat tidur. Mereka melihatku dan menyuruhku menghampiri mereka. Aku duduk di antara mereka. Jane yang pertama mencium bibirku, sementara Sharon membuka penutup tubuhnya. Kemudian kuraih penutup tubuhnya begitu juga dengannya meraih pakaianku dan selanjutnya celanaku, sampai akhirnya aku tidak memakai apa-apa lagi. Sementara itu, aku mulai meremas buah dada Jane sambil mulut kami tetap berpagutan. Jane melepaskan ciumannya, kemudian membuka kaos yang dikenakannya. Penutup dadanya yang berwarna hitam terlihat membungkus buah dadanya yang montok. Kulepaskan kaitan BH-nya dengan satu sentakan dan kemudian buah dadanya yang putih terbuka tanpa penutup. Puting susu Jane yang coklat muda sudah terlihat keras berdiri.
Kuarahkan mulutku ke buah dadanya, menciuminya, lalu mengulum putingnya. Jane menjambak rambutku dan menekanku ke dadanya. Kugigit putingnya sehingga membuat Jane menjerit kecil. Sharon mulai mengikat kemaluanku dengan gelang-gelang karetnya. Jane kemudian mendorongku menjauh. Sharon menarikku ke arahnya sambil mencium bibirku. Kudengar Jane membuka celananya. Tak lama kemudian Jane berdiri di depanku. Kulepaskan ciuman Sharon karena terkejut. Di hadapanku berdiri Jane yang telah melepas seluruh pakaiannya. Di selangkangannya yang bersih tak berbulu, berdiri sebuah kemaluan lelaki yang besarnya hampir sama dengan milik Sharon, hanya saja warnanya putih dengan kepala kemaluan kemerahan. Ternyata Jane tidak berbeda dengan Sharon. Aneh sekali pikirku, melihat suaranya yang halus sehingga aku menyangka ia seorang wanita.
Tanpa berpikir lama, kuraih kemaluan Jane dan membawanya ke mulutku. Kukulum kepala kemaluannya, kemudian perlahan kumasukkan kemaluan yang telah keras itu ke mulutku. Kini aku tidak lagi mempunyai kesulitan dengan kemaluan sebesar kemaluan Jane. Jane mendesah menikmati kehangatan mulut dan lidahku disekeliling batang kemaluannya. Aku berusaha semampuku untuk memuaskan Jane dengan memainkan lidahku di sekeliling batang kemaluannya saat kemaluannya berada di dalam mulutku. Kujepit erat batang kemaluannya dengan bibirku. Kumainkan kemaluannya seperti seorang anak kecil yang sedang menikmati es di mulutnya.
Sharon menyuruhku berbaring di tempat tidur. Dengan posisi seperti biasa, ia memasukkan kemaluannya ke dalam anusku setelah terlebih dahulu memakai KY jelly. Jane mendekatiku dan duduk di atas wajahku. Dibukanya pantatnya, memperlihatkan lubang anusnya yang kemerahan.
“Lick my pussy..!” katanya sambil menurunkan pantatnya.
Kujulurkan lidahku ke anusnya dan mulai menjilat-jilatnya. Tidak ada rasa apa pun di lidahku. Aku semakin bernafsu dan menusuk-nusukkan lidahku ke dalam anusnya. Jane mendesah karena permainan lidahku di anusnya. Kulihat Sharon menarik kepala Jane dan mereka berciuman. Jane mengocok kemaluannya sendiri, sementara Sharon sibuk menggerakkan kemaluannya keluar masuk di anusku.
Kemudian Jane berdiri. Disorongkannya kemaluannya ke mulutku. Aku langsung memasukkannya ke mulutku dan mengulumnya. Kepala Jane menuju ke kemaluanku dan langsung memasukkannya ke mulutnya. Aku semakin bernafsu mengulum kemaluan Jane sementara Jane juga tidak kalah hebatnya mengulum kemaluanku dengan mulutnya. Sharon pun tampak semakin keras dan cepat gerakannya, membuat anusku terasa agak perih karena cepatnya hujaman kemaluannya. Tidak lama, kurasakan Sharon mengejang dan menghujamkan kemaluannya di anusku.
Jane berdiri setelah Sharon mengeluarkan kemaluannya. Sambil berlutut, ditariknya aku sampai kepalaku kembali mendekati kemaluannya sambil merangkak. Jane kali ini menahan kepalaku dan menggerakkan pinggulnya, sehingga kemaluannya tampak keluar masuk di mulutku. Tak lama kemudian, ia menggenggam kemaluannya dan mengocoknya. Kepala kemaluannya yang ada di mulutku langsung menyemburkan sperma yang langsung kutelan. Banyak sekali sperma yang Jane keluarkan sehingga terlihat sebagian spermanya meleleh di sekitar mulutku.
Kemaluan Jane terlihat belum melembek dan masih keras. Ia menarikku ke arah meja rias. Disuruhnya kedua tanganku untuk bertumpu di meja rias, sementara ia berdiri di belakangku. Dilebarkannya sedikit kedua kakiku dan mulai menempelkan kemaluannya di anusku. Perlahan kurasakan kemaluan Jane memasuki anusku. Setelah semua kemaluannya terbenam dalam anusku, Jane mulai menggerakkan pinggulnya, membuat kemaluannya keluar masuk di anusku. Bayangan kami berdua di cermin rias membuatku semakin terangsang. Kulihat Jane sedang menatap mataku lewat cermin sambil tetap menggerakkan pinggulnya dengan irama konstan. Semakin lama di posisi seperti itu, membuat kakiku mulai terasa lemas. Aku hampir tidak kuat lagi berdiri.
Jane menyadari hal tersebut. Ia melepaskan kemaluannya dari anusku. Jane menarikku ke arah tempat tidur. Didorongnya aku berbaring di samping Sharon yang sudah tertidur. Diangkatnya kakiku dan disandarkan kepundaknya, sementara ia kembali memasukkan kemaluannya ke anusku. Gerakan Jane kali ini agak cepat dan kasar tanda bahwa ia segera mencapai orgasme. Beberapa menit kemudian, Jane menghentakkan kemaluannya dan menyemprotkan spermanya ke dalam anusku. Jane menunduk dan mencium bibirku perlahan. Lalu ia membaringkan tubuhnya di sebelahku lalu tertidur tidak lama kemudian. Sebelum tidur, aku menyempatkan diri mengintip ke kamar sebelah. Terlihat Nash sedang mengeluar-masukkan kemaluannya yang besar ke anus Anton. Sementara itu Anton sedang mengulum kemaluan Jim.
Kutinggalkan mereka dengan kesibukannya dan merebahkan diri di antara Sharon dan Jane. Sempat kucium pipi mereka berdua lalu kemudian aku terlelap mengikuti mereka.
Kuhabiskan dua minggu bersama Jane dan Sharon. Kuminta izin cuti seminggu lagi kepada atasanku yang ternyata langsung diberikannya tidak tahu mengapa. Kami bertiga bersama Anton, Jim dan Nash menikmati hari-hari liburan kami. Tidak hanya di Bali saja, kami sempat juga menghabiskan tiga hari di Lombok. Siang hari kami bepergian dan malam harinya tentu saja kami habiskan di tempat tidur. Pada malam terakhir, sebelum kami berpisah, Sharon tidak memakaikan gelang karet seperti biasanya. Dibiarkannya aku menikmati ejakulasiku sepuasnya sampai beberapa kali malam itu. Banyak sekali sperma yang kukeluarkan, yang kebanyakan langsung ditelan oleh Sharon dan Jane.
Terakhir, Jane dan Sharon mengajakku untuk ikut dengan mereka dan tinggal dengan mereka di Amerika. Namun mengingat keluargaku disini, aku menolaknya. Namun aku berjanji bahwa tahun depan aku akan menghabiskan liburan satu bulan bersama mereka disana.



sumber:www.ceritapanas.com

No comments:

Post a Comment