Wednesday, May 30, 2012

Travelling Birahi

Di hari kedua saat liburan di Bali, aku dan suamiku terlambat bangun karena kelelahan setelah sepanjang malam kami habiskan waktu untuk mengumbar nafsu syahwat bersama Nicko, pramupijat yang merangkap gigolo kelas atas yang disewa suamiku. Kami baru bi sa meninggalkan hotel setelah jam sepuluh pagi sehingga hanya beberapa obyek wisata sa ja yang bisa kami kunjungi karena senja keburu datang menjelang. Terpaksa kami harus kembali ke hotel dan menunggu keesokan harinya untuk meneruskan traveling kami Seti ba di hotel kami langsung mandi dan bersiap siap bersantap malam di coffeeshop hotel yg terletak diseberang kolam renang. Aku tidak mengerti kenapa saat itu, Mas Dani, suami ku meminta diriku untuk mengenakan gaun malam yang dibelikannya sebulan lalu. Sebu-ah gaun malam terusan dari bahan siffon lembut kualitas tinggi berwarna hitam yang ber potongan sangat rendah dibagian dada sehingga tidak memungkinkan bagiku untuk me-makai bra. Dengan model belahan seperti itu membuat gundukan payudaraku yang ranum dan padat terlihat menonjol dan terkesan sangat sexy. Aku menurut saja dengan perminta an Mas Dani yang kuanggap wajar wajar saja ingin melihat Istrinya tampil sedikit meng-goda.
Tidak ada yang istimewa dengan makan malam kami kecuali celetukan Mas Dani saat ka mi ngobrol sehabis menyelesaikan santapan kami.

“ Bagaimana ya Mam kalau kita buat acara lain dari biasanya malam ini?”

“ Maksud Papa?” tanyaku dan langsung berpikir pasti ia sudah merencanakan vari asi permainan sex dengan gigolo seperti semalam.

“ Bagaimana kalau kita buat sebuah “ Acara Bebas “ malam ini…. Kamu boleh memilih pergi kemanapun dan melakukan apapun… begitu juga aku. Sampai dini hari nanti, bagaimana Sayang?”

“ Oh jadi Papa sudah ada target mau nidurin ceweq lain toh?” sahutku dengan gu-sar setelah menangkap kata katanya.

“ Jangan menarik kesimpulan gitu dong, Mam! Aku Cuma menawarkan acara al-ternatif buat kita agar suasana liburan kita lebihberkesan……”

Aku tidak mampu menanggapi. Tapi masih saja timbul kekesalan dalam hatiku. Dan aku lebih memilih diam sambil menyalakan sebatang rokok kegemaranku. Baru beberapa kali hisapan tiba tiba muncul sepasang pria dan wanita yang kemudian menghampiri meja ka mi.

“ Loh kalian ternyata nginap disini toh, Dan?” sapa si lelaki yang tak lain adalah Egi, rekan sekantor sekaligus sahabat dekat Mas Dani.

“ Hai Eg!!!” balas suamiku.

Lalu suami suami kami saling memperkenalkan istrinya masing masing. Kami ngobrol kesana sini sekedar mengakrabkan diri. Suatu kali tercetus sebuah usulan nongkrong di Hard Rock café yang ada di Kuta. Aku langsung enggan ikut karena kebiasaan buruk sua-miku setiap dugem pasti teller berat dan selalu membuat masalah. Aku tetap menolak saat dipaksa paksa kuajukan alasan aku lagi engga enak badan dan mau istirahat saja dikamar.

“ Papa tadi yang ngusulin “ Acara Bebas “ kan? “sindirku.

Kata kataku membuat suamiku tidak bisa berkutik. Ia menyerah dengan keputusanku lalu beranjak meninggalkan diriku. Ia sempat memberiku sebuah kecupan perpisahan sementa ra waktu.
“ Sampai nanti Sayang……!” pamitnya.

Selepas kepergian mereka akupun bermaksud kembali kekamar. Namun saat melintas di depan bar yang ada didekat blok kamarku tiba tiba muncul keinginanku untuk melangkah masuk. Dalam hitungan detik terjadi pergumulan seru dalam batinku antara kembali keka mar atau singgah di bar?. Akhirnya aku memilih mengayunkan kaki memasuki ruang bar.Terdengar hangar bingar musik yang rancak yang mengiringi beberapa belas pasangan ya tengah asyik meliuk liukkan badan ditengah ruangan. Kuteruskan langkahku menuju me- ja panjang. Aku sadar betul terus diawasi dua pria asing yang duduk disudut ruangan yang cukup gelap. Tatapan mata nakal yang mencoba menggodaku. Aku cuekin saja. Kupesan segelas wiskycola sambil menyalakan sebatang rokok. Mendadak pria bule tadi telah beridir disebelahku dan dengan sangat sopan ia minta ijin untuk duduk disebelahku.

“ Ofcourse, sit down please!” jawabku.

Pria itu mengulurkan tangan mengajak berkenalan sambil menyebutkan namanya, Ben. Kuulurkan pula tanganku sambil menyebutkan namaku, Anna. Pria itu dengan hangat menggegamnya mengangkatnya sampai menyentuh bibirnya.

“ You are so beautifull!” sanjungnya.

Ben, turis dari Swedia yang telah beberapa hari berlibur dan menginap disana. Ia memili-ki wajah tampan sebagaimana pria pria bule yang lain dan postur tubuh yang tinggi dan kekar. Penampilan yang jadi dambaan setiap wanita. Namun ternyata ia juga seorang yg pandai menarik simpati sehingga dengan sangat cepat kami menjadi begitu akrab. Aku ti-dak enak untuk menolak ketika ia mengajakku berdansa. Dalam syahdunya musik melan-kolik kami menggoyangkan tubuh. Ia mendekapku erat sekali. Tak terasa kalau bibirnya telah ditempelkan dibibirku. Mulanya aku mencoba berkelit namun karena kesungguhan hatinya dan didukung nuansa romantis diruangan itu hatiku luluh juga. Kubiarkan bibir- memagut bibirku dan lidahnya membelah mulutku. Ben begitu cepat menguasaiku. Aku dibuatnya terhanyut dalam detak irama cinta yang dilantunkannya. Ia menarikku kesudut menuju meja yang sudah ditinggallkan temannya tadi. Ia memelukku dan terus membius diriku dengan ciuman ciuman asmara. Aku merasa celah organ intimku mulai menebal dialiri gairah. Kurasakan pula ada cairan yang mulai meleleh keluar dan membasahi celah itu. Disekitar daerah itu muncul rasa gatal yang tidak bisa kugaruk. Gatal birahi.

Aku tidak menyadari kalau tangan Ben telah menyusup kedalam gaun malamku. Jemari-nya aktif bergerak meraba dan mengelus elus pangkal pahaku sampai menemukan bong-kahan kemaluanku yang lebat dikitari bulu karena aku memang tidak memakai pakaian dalam malam itu. Ia jelajahi bibir celah yang telah merekah mili demi mili yang membuat cairan cintaku semakin membanjir dan menggenang membentuk sebuah oase mungil. Kudongakkan kepala keatas sambil mengusap usap tonjolan yg mecuat dari balik celana pendek Ben. Tonjolan itu sudah sangat tegang dan berukuran luarbiasa besarnya. Ben menghentikan aksinya sebelum aku sempat mengenyam kepuasan tertinggi. 

Ia memasang sebuah alat dijarinya mirip sepasang kuping kelinci yang bisa bergetar. La-lu ia selipkan kembali kedalam gaunku. Alat dijarinya disentuhkan pada tonjolan saraf yg sangat sensitive yang terletak dibagian atas mulut celah. Bergerak memutar mutar sambil menggetarkan organ paling peka ditubuhku. Aku hanya bisa mendesah nikmat. Rasa ga-tal birahiku semakin kuat menyergapku sehingga aku menuntut Ben meningkatkan sentuh annya dengan memintanya memasukkan jari tengah kedalam liang kemaluanku. Rasa nikmat dengan cepat menyebar diseluruh tubuhku dan menggiringku menuju puncak. Hampir saja aku memekik ketika sebuah aliran bertegangan tinggi melambungkan hasrat ku hingga diriku terhempas kelangit kepuasan tertinggi. 

Ben menarik jarinya yang basah oleh lendir orgasmeku. Kuraih lalu kujilati dengan gaya yang sangat mengoda. Kulihat ia sudah sangat terangsang. Ben mengajakku pindah keka marnya. Aku tak kuasa menolak. Sesampai dikamar yang ternyata hanya berjarak lima en am kamar dari kamar yang kutinggali, Ben langsung menyergapku dengan ciuman cium an penuh nafsu. Kuladeni dengan pagutan yang tak kalah liarnya. Lidahya menyerbu ma-suk mencari cari lidahku. Selanjutya lidah kami saling memilin dan mulut kami saling menghisap. Ben menanggalkan gaun malamku dan membaringkan tubuhku ditepi ranjang

Ia menindihku lalu menciumi dengan sangat buas kedua payudaraku yang dikatakannya “ very exiting breast “. Diremas dan dijilati membuat putingsusuku mengeras dengan se-gera. Dan Ben bertambah ganas saat melihat putingsusuku yang berwarna pink dalam kondisi bengkak dan mencuat. Ia kulum ia pilin dan ia tarik tarik lembut. Dalam waktu singkat bara asmaraku kembali menyala. Berulangulang aku memintanya melakukan oral sex. Ben menuruti keinginanku. Ia benamkan mukanya tepat diantara pahaku yang kuren-tangkan selebar lebarnya. Lidahnya menjilat dan menggelitik bibir liang dan klitorisku. Aku mendesah nikmat saat Ben mengusapkan lidahnya secara memutar mutar. Dan aku sempat melenguh keras saat mulutnya mencoba mengulum tonjolan kelentitku itu. Terasa sangat nikmat!.

Liang vaginaku telah sangat basah dan becek penuh hasrat untuk segera dimasuki. Berun-tung Ben segera tanggap dan bersiap siap dengan melepaskan seluruh pakaiannya. Semen tara menunggu kugunakan jari untuk menggesek gesek kelentitku sendiri mempertahan kan nyala gairah sexuilku. Ketika Ben melepas celana dalamnya aku sempat dibuat terpa na dan takjub dengan batang kemaluannya. Diameternya dua sampai tiga inci dengan pan jang lebih dari duapuluh lima centi. Tegang mendongak keatas dan dikelilingi urat urat yang menonjol. Saking gemas dan tidak sabar kusergap benda itu. Kugenggam dan kujila ti dengan sangat lahap. Mulutku terasa sangat kecil sewaktu kucoba memasukkan penis supernya. Namun akhirnya tidak menemui halangan berarti saat kugerakkan batang itu ke luarmasuk mulutku.

Ben menindihku lalu melesakkan rudal exocetnya kedalam liang syurgaku yang sejak ta di ingin dimasukinya. Walaupun awalnya sedikit sulit namun Ben terus mendorong hing ga penis jumbo itu terbenam seluruhnya. Aku hanya bisa merintih rintih nikmat saat ber langsungnya pemasukan. Ternyata mitos tentang penis yang berukuran besar terbukti be-nar. Benda itu memang memberi rasa nikmat yang jauh lebih besar dari ukuran normal.

Ben mulai menggoyang pinggulnya mengeluar masukkan batang kemaluannya secara lembut. Aku kehabisan kata kata untuk melukiskan betapa nikmatnya disodok penis mon-ster sebesar itu.

“ Uuuuhh…..aahhhhh…….yesss…..yes sss!” cercauku berulang ulang seiring membanjirnya peluh disekujur tubuh kami.

Kulingkarkan kedua kaki pada pinggangnya dan menekan lebih kebawah ketika aku mu-lai merasakan datangnya badai orgasme. Himpitanku tidak menghalangi pria bule itu un- tuk terus menghujani liang senggamaku dengan sodokan sodokan yang kuat dan mantap. Ia malah mempercepat irama gerakan masuk keluarnya. Aku meradang dalam ketegang an puncak. Muncul letupan demi letupan yang luarbiasa nikmatnya disekitar kemaluanku. Kemudian berangsur bertambah hebat sampai akhirya menjadi sebuah bom klimaks yang langsung MELEDAKKKKK!.

“ Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!” jeritku.

Ben menarik tanganku dan meminta aku mengoral penisnya. Dengan senang hati kuturuti. Kugenggam erat erat batang sebesar kaleng parfum itu kujilati dan kukulum ujungnya yang menyerupai topi baja sementara dengan tangan yang lain kupijit pijit kan-tung zakarnya. Berulang ulang lelaki bule itu melenguh dan menyatakan permainanku sungguh nikmat dan belum pernah ia menemukan wanita sehebat diriku.
Kami merubah posisi. Ben terlentang diatas ranjang sedang aku jongkok mengangkang diatasnya. Kuarahkan keatas batang kemaluan yang masih ada dalam genggamanku lalu kuturunkan pinggulku sehingga liang vaginanku menyentuh ujungnya. Dengan hati hati kutekan pantatku kebawah yang menyebabkan penis berukuran super itu secara perlahan menerobos masuk liang senggamaku.

“ Oooooggggglllllkkkk!” pekikku ketika tiba tiba Ben menghentakkan pinggul keatas sehingga batang kemaluannya yang kugiring pelan pelan melesat kilat menyeruak liang syahwatku.
Belum sempat aku memaki atas kenakalan pria bule itu aku dipaksa mendesah desah kare na Ben telah menggocohku dari bawah dengan sangat cepat. Kedua buahdadaku sampai ikut bergoyang goyang mengikuti hentakan pinggul lelaki bule itu. Ben mendaratkan ke-dua tangannya pada payudaraku. Ia remas remas dan memili milin putingnya sementara ia terus membombardir vaginanku dengan hantaman rudal scutnya.

Kuladeni permainanya dengan menggerakkan pinggul maju mundur seperti orang sedang menggilas cucian, dalam irama yang sangat cepat dan menghentak hentak. Berjuta juta ra sa nikmat kembali menyergap diriku. Gerakanku menjadi liar dan tak terkendali. Kuexplo rasi kenikmatan sebesar besarnya dengan mengesekkan kelentitku pada pangkal pahanya.

Semakin lama semakin liarrrrr……… sampai akhirnya aku meledak sendiri dalam kepuasan total.

Pria bule itu memintaku menungging. Selanjutnya ia menyetubuhiku dari belakang dengn gaya doggy klasik. Ia gerakkan keluar masuk dengan sangat bersemangat seperti sedang kesetanan menggali kenikmatan dari liang senggamaku. Terussss bergerak! Sampai suatu kali Ben melolong keras sambil menekan pinggulnya kuat kuat. Meletuslah rudal monster nya dalam himpitan liang syurgaku yang katanya sangat nikmat!. Ledakan yang disusul semburan kuat lahar panas yang bertubi tubi mengguyur mulut peranakanku.

Selesai dengan membersihkan badan dikamar mandi aku dan Ben memilih berbaring diranjang sambil menonton dvd porno dan kami masih dalam keadaan telanjang bulat hanya berselimutkan bad cover. Kusandarkan kepalaku didadanya yang bidang dan berbu lu. Saat itu kami sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengulangi permainan cinta sedahsyat tadi. Sekonyong konyong seorang lelaki lain masuk kedalam kamar.

“ Hai Ben!!!” sapanya.

“ He is Tony!” ujar Ben menyebut nama temannya.

Tony seorang negro yang berwajah lumayan manis. Tinginya hampir sama dengan Ben hanya postur tubuhnya lebih kerempeng. Ia menghampiri seraya mengulurkan tangan.

“ What your name my dear?” 

“ Anna….!” Sahutku sembari mengulurkan tangan.

Tony menjabat tanganku lalu menciumnya dengan penuh rasa hormat. Ia bilang bahwa aku wujud kecantikan yang sempurna. Sosok idola bagi pria asing. Dan Tony sempat me-ledek Ben dengan sebutan “ the lucky man “ karena telah berhasil meniduriku. Yang di le dek hanya menyeringai.

“ would you like give me an occasion to joint with both of you?” pancingnya de-ngan nada memelas.

“ what do you think, honey?” Tanya Ben meminta pendapat.

“ I think…..not bad” jawabku sembari melirikan mata kearah Tony.

Pria negro itu begitu berterimakasih. Ia mendekapku dan mencium bibirku. Bibirnya tera-sa sangat tebal namun cukup nyaman juga saat kami berciuman. Ia memiliki lidah yang le bih panjang dari kebanyakan. Dan ia sempat menggodaku dengan menggetarkan ujung lidahku dan mengatakan bahwa ia sanggup menusuk lebih dalam dari siapapun.

Tony menyibakkan selimut yang menutupi tubuh bugilku. Saat memandang lekuk lekuk tubuhku yang sintal berkali kali ia menyatakan pujian kekagumannya. Aku digelarinya dengan sebutan “ beautifull angel “. Tony langsung menyerbu buahdadaku ia meremas re mas dan menjilatinya penuh nafsu. Kususupkan tangan kedalam selimut. Kutemukan ba-tang kemaluan Ben masih tergolek lemas. Aku memijit dan mengurut urutnya dengan me sra. Dengan perlahan otot itu mengembang dalam genggamanku dan semakin mengeras.
Tony telah memindahkan mulutnya dari payudaraku kini ia tempelkan diselakanganku. Lidah ularnya meliuk liuk menjelajah sekitar bulu bulu kemaluanku yang sangat lebat se perti padang rumput safana mengkais kais mencari lubang untuk dijadikan sarang. Ia me-nemukan juga pada akhirnya. Namun masih menguncup dan menunggu untuk disinggahi.

Ben menggeserkan badan lebih kebawah sehingga bibir kami bisa bersentuhan. Kami sa-ling melumat dan saling menghisap sarat gairah membara. Cumbuan dua lelaki asing pada kedua bibir atas dan bawahku membuat gairahku cepat se kali naik. Lendir birahi telah membanjiri sekitar liang yang sedang dilumat bibir dan li dah Tony. Kelentitku telah mengeras dan menonjol saking terangsangnya. Sehingga tan- pa ragu ragu aku meminta dengan memaksa untuk disetubuhi.

“ Ohhhhh! Fuck meee! Fuck meee! “ seruku berulang ulang.

Merasa memperoleh kesempatan emas Tony bergegas membuka seluruh pakaiannya. Pria itu juga memiliki big magnum seukuran punya Ben. Tapi kelihatan serem karena warna nya yang hitam mengkilat penuh otot. Ia pegang kedua kakiku untuk dibentangkannya le-bar lebar sampai celah vaginaku ikut terbelah. Ia tancapkan gada hitamnya dengan perla-han karena ia sadar betul ukuran vaginaku yang sempit. Setelah merasa nyaman posisinya dan telah terlumasi dengan baik, Tony mulai mengayuh pinggulnya maju mundur.
Ben menyodorkan batang kemaluan monsternya kemulutku. Kusambut dengan sangat an-tusias. Kalau tadi kedua bibirku dicumbu sekarang keduanya dijejali super joy stick. Se-mentara saling membagi kenikmatan dengan kedua pria asing itu, aku menggunakan jari untuk menggelitiki sendiri kelentitku yang terbengkalai. Aku melenguh dengan keras sebi sanya pada waktu dijemput klimaks asmara dan menggelepar gelepar ditengah hujan tu sukan tusukan rudal Tony yang tidak pernah mau berhenti.

Kedua lelaki itu bertukar tempat. Ben yang sekarang menindihku ditepian ranjang. Ia kini yang mendapat giliran mengerjai vaginaku yang sangat digemarinya sedang Tony berdiri disampingku sambil menyerahkan penis kelingnya untuk kuhisapi. Tony rupanya menya-dari kesalhannya tadi yang membiarkan kelentitku tidak terjamah sehingga aku harus me rancap sendiri. Sekarang ia yang menggosok sambil menikmati jilatan dan kulumanku. Kali inipun aku tak sanggup bertahan lama. Aku kembali memancarkan cairan orgasme ditengah tengah serangan Ben yang sangat brutal.

Tony mengangkat tubuhku lalu meletakkannya ditengah ranjang. Memiringkan tubuhku lalu memasuki liang senggamaku kembali dari samping. Ia langsung menggebrak dengan sodokan sodokan kuat. Ben menempatkan diri sedemikian sehingga mulutku dapat ber ada tepat diatas batang kemaluannya. Sambil terhentak hentak aku berusaha mengoral penis Ben.

Malam itu aku benar benar menjadi obyek pelampiasan nafsu kedua pria asing itu. Secara bergantian dan tanpa henti keduanya tak mengenal lelah terus mereguk kenikmatan dari tubuhku. Belasan kali aku diguncang badai orgasme yang sangat dahsyat hingga aku ter golek lemas diranjang. Muka dan dadaku basah kuyub oleh lelehan mani yang sejak tadi disemburkan kedua pria asing itu setiap kali mereka ejakulasi.


sumber: www.krucil.com

No comments:

Post a Comment