Tuesday, April 30, 2013

Pak ali

Tiap kali aku ditugaskan outstation maka Ani istriku akan meminta aku mengundang bapa mertuaku menemankan dia. Bapa mertuaku yang tinggal seorang diri di kampung siap saja menemani anak perempuannya itu. Pak Ali memang ramah dengan Ani anaknya dan aku sebagai menantunya pun diperlakukan ramah oleh Pak Ali. Pria berusia 55 tahun itu baik budi bahasanya.

Ani istriku memang manja orangnya. Berwajah cantik dan berkulit putih mulus. Tetapi setelah dua tahun menikah kami belum dikaruniai keturunan. Ani memang mengharapkan kedatangan seorang bayi dalam keluarga kami agar dia tidak kesunyiaan di rumah. Aku memang telah berusaha tetapi tampaknya belum ada rezeki.

Seperti biasa di bulan Desember aku akan ditugaskan mengunjungi kantor cabang untuk mengawasi penutupan akuan perusahaan. Sebagai pegawai rekening memang menjadi tugasku mengurus keuangan perusahaan dan cabang. Kali ini aku akan ke cabang selama seminggu dan seperti biasa aku akan menjemput Pak Ali untuk menemani istriku yang terpaksa tinggal seorang diri.

Nasibku amat baik pula ini. Menurut perencanaan awal aku akan berada di selatan tanah air selama seminggu tapi karena laporan keuangan dikelola dengan baik maka kerjaku selesai dalam waktu empat hari saja. Aku sengaja tidak menelepon istriku memberitahu kepulanganku karena ingin membuat kejutan padanya.

Kira-kira pukul empat sore aku telah tiba di rumah. Dengan kunci duplikat aku masuk kerumah dan naik tangga ke arah ruanganku. Kira-kira tiga langkah sebelum sampai ke bilikku aku mendengar suara erangan istriku dari dalam kamar.

Pintu kamar tak tertutup rapat, aku bisa melihat apa yang terjadi di dalamnya dengan jelas sekali. Pak mertuaku sedang mengurut badan Ani anaknya. Yang menariknya istriku tengah telanjang bogel tanpa sehelai benang pun. Begitu juga dengan Pak Ali, bapak mertuaku. Kedua anak beranak itu bertelanjang bulat.

"Sedapnya pak." Aku mendengar istriku bersuara.

Aku jadi tergamam dan terkaku melihat pemandangan di hadapanku. Aku menahan diri agar tidak panik, pelan-pelan aku mendekati pintu kamar tidurku. Isteriku tengah meniarap dan belakangnya sedang diurut. Berkilat-kilat belakangnya karena minyak pijat. Begitu juga dengan punggungnya sampai ke kaki licin karena dilumuri minyak.

Sesekali aku lihat tangan bapa mertuaku mengurut sampai ke bagian depan badan istriku. Pak Ali menguli-uli buah dada isteriku. Setiap kali itu aku dengar erangan isteriku.

Meskipun dalam kondisi meniarap tapi aku dapat melihat tangan kiri istriku asyik memegang dan mengusap-ngusap batang penis bapaknya. Batang yang sedang keras itu sungguh besar dan panjang. Aku menjadi iri dan malu kepada diriku sendiri karena batang pelir bapa mertuaku lebih panjang dan lebih besar dari batang penisku. Batang besar itu seperti berdenyut-denyut dalam genggaman Ani. Batang itu sungguh hitam jika dibandingkan dengan tangan istriku yang putih.

Tiba-tiba bapa mertuaku secara pelan membalikkan posisi istriku dari meniarap ke kondisi terlentang. Kapan dah terlentang Pak Ali meningkatkan aktivitasnya di buah dada isteriku. Diramas-ramasnya dengan perlahan-lahan. Aku melihat puting tetek Ani sudah menjadi keras dan tegang. Isteriku hanya memejamkan matanya sambil mengeluh manja.

Oleh karena dek penangan remasan lembut ayahnya, istriku tanpa sadar telah sedikit demi sedikit membuka kangkangannya. Dari sinar mata bapa mertuaku, dia tersenyum melihat bukaan itu. Sebelah tangannya kini disodorkan ke belahan tersebut. Lagilah kuat erangan kenikmatan dari istri ku. Jelas terlihat tangan bapa mertuaku sedang memilin biji kelentitnya dan sekali sekala isteriku mengepit tangan ayahnya disambut dengan suara desahan yang semakin kuat bermain di tepi bibir kemaluan isteriku.

Setelah itu Pak Ali memasukkan dua jarinya yaitu jari telunjuk dan jari hantu ke dalam kemaluan isteriku. Kedua jari itu digerakkan maju mundur dengan hebat sekali. Terlihat air mani istriku telah diberkati keluar melalui kemaluannya dan jatuh di atas seprai ranjang. Tumpukan air mani istriku telah membasahi cadar di bawahnya. Aku tengok tangan istriku meraba-raba batang abahnya.

Bapa mertuaku dapat membaca kehendak anaknya itu. Ani istri telah berada di puncak nafsu. Isteriku membuka matanya dan melihat dengan penuh selera ke arah kemaluan abahnya. Kemaluan Bapa mertuaku terpacak keras di depan kedua biji mata istriku. Aku juga dapat melihatnya dari rekahan pintu. Kemaluan ayah mertuaku memang hebat dan sungguh keras kelihatannya.

Aku lihat isteriku tersenyum melihat kemaluan abahnya. Batang kemaluan yang berwarna gelap seperti kemaluan negro yang biasa aku lihat dalam internet. Kepala kemaluannya berwarna merah mengkilap macam topi jerman. Isteriku begitu berselera melihat kemaluan abahnya yang besar dan panjang itu. Isteriku memandang ke arah mata abahnya dengan penuh makna dan tersenyum menggoda dan puas karena sebentar lagi akan dapat merasakan kemaluan yang selama ini hanya dimiliki oleh ibunya saja. Isteriku yang masih berbaring di atas ranjang menarik punggung abahnya agar hampir ke arahnya. Kemaluan pak mertuaku diurut-urutnya dengan perlahan-lahan. Pak mertuaku tersenyum puas melihat anaknya mengurut kemaluannya. Tangan lembut istriku bermain dengan topi jerman abahnya.

Lama juga istriku memainkan dengan batang abahnya. Aku lihat kemaluan besar dan berurat itu makin tegang. Bagiku bentuk batang pak mertuaku sangat jelek, tapi istriku melihatnya dengan penuh bernafsu. Matanya bersinar. Kepala licin yang lembab dibasahi cairan mani itu dicium penuh gairah oleh istriku. Aku dapat melihat istriku menyedot dalam-dalam aroma kepala penis abahnya.

Selanjutnya istriku menghisap-hisap dan menjilat-jilat kepala kemaluan abahnya dengan penuh nafsu. Kekadang lidah-lidah istriku bermain-main sampai kepangkal batang abahnya. Semua yang ku ajar padanya dipraktekkan pada abahnya.

"Oohh .. aahhh ..."

Bapa mertuaku mengerang kesedapan bila anaknya menghisap dan menjilat-jilat kepala pelirnya yang semakin banyak mengeluarkan air mani. Tangan pak mertuaku memegang dan meramas tetek isteriku yang tegak mengarah ke langit-langit.

"Oohh .. sedapnya, hisap lagi sayang," pinta abah ke anaknya.

Isteriku semakin berselera menghisap butuh abahnya ketika mendengar kata-kata bapa mertuaku itu. Air maziku mulai membasahi celana yang aku pakai. Terasa celana dalamku telah basah di bagian kemaluanku. Aku malah senang melihat adegan yang tak disangka-sangka terjadi di depan mataku. Aku tidak mau melepaskan sedikitpun detik-detik mesra tersebut. Isteriku semakin ganas jadinya. Batang hitam berurat itu keluar masih dalam mulut mungil istriku dengan lancarnya.

Pak Ali yang sedang dilambung gairah membaringkan dirinya. Sekarang kedua beranak itu dalam kondisi 69. Bapa mertuaku pula memulai tugas lidahnya dengan menjilat-jilat kelentit istriku. Kemudian di sekitar bibir kemaluan isteriku. Kemaluan isteriku mulus tanpa sehelai bulu karena selalu dicukur. Biasanya dia yang mencukur kemaluannya sendiri. Kekadang saja aku membantunya mencukur bulu kemaluannya bila aku terangsang. Aku memang suka kemaluan tidak berbulu, terlihat comel dan bersih.

Hanya beberapa menit saja lidah kasar bapa mertuaku berputar-putar di kelentit dan lurah kemaluan isteriku maka aku lihat isteriku telah klimaks untuk yang kesekian kali agaknya. Badan istriku kejang dan tersentak-sentak dan sekitar kemaluannya telah basah dilimpahi air pukinya. Ani mengerang kuat dan menjerit bagaikan tersampuk polong bila dia mengalami orgasme.

"Cepat bah, Ani nak sekarang. Ani nak rasa batang besar abah pulak .."

Aku melihat istriku menarik-narik badan bapaknya. Mulutnya masih menjilat batang penis bapa mertuaku. Basah lencun batang berurat itu dengan air liur Ani. Aku terkaku mendengarnya ..

"Masuk sekarang bah, Ani dah tak tahan."

Isteriku merengek meminta-meminta dan memadang ke arah bapa mertuaku dan juga butuhnya dengan mata yang semakin layu tetapi penuh nafsu dan gairah.

Pak mertuaku pun mengangkat dan mengangkangkan kedua kaki istriku sehingga lutut-lutut dan bahu istriku hampir bersentuhan. Isteriku sudah pasrah dan menunggu junaman batang kemaluan abahnya yang sebentar lagi akan merodok dengan ganas. Isteriku tak henti-henti memandang butuh abahnya yang sedang menuju ke arah kemaluannya yang sudah dilimpahi oleh air pukinya yang banyak.

Dan tiba-tiba kepala istriku terangkat sedikit diikuti oleh punggungnya juga terangkat. Matanya yang kuyu tadi tampak terbeliak.

"Auuuwwwwww ...."

Terdengar jeritan dan lolongan dari mulut istriku saat kepala butuh bapa mertuaku telah masuk separuh ke dalam lubang kemaluannya. Dan seterusnya mendorong terus ke dalam bagian rahim istriku. Puki si anak mengepit kuat batang si abah. Aku dapat melihat yang isteriku sedang menikmati sepuas-puasnya butuh abahnya yang panjang dan besar itu. Hanya beberapa kali dayungan sorong tarik lagi istriku klimaks. Kali ini istriku klimaks dengan lama sekali.

"Aaaahhhh ... sedapnya bah, sedaaaappp ..."

Bapa mertuaku melanjutkan aksinya. Aku dapat melihat dengan jelas batang hitam keluar masuk dalam lubang burit isteriku yang berwarna merah muda. Batang besar tersebut terlihat berlendiran dan diselimuti buih putih. Tedengar suara crot, crot bila bapa mertuaku mempercepat tikamannya. Bulu-bulu di pangkal kemaluan ayah mertuaku mengusap-usap bibir kemaluan dan kelentit anaknya. Isteriku melonjak-lonjak punggungnya dan mengayak kiri kanan karena terasa kelezatan. Paha istriku bergetar dan kakinya menendang-nendang udara. Pahanya yang mulus itu rapat ke dada abahnya.

Setelah setengah jam aku lihat bapa mertuaku makin mempercepat hentakannya dan sekali ditekan paling kuat dan terdengar bapa mertuaku mengerang kuat. Punggungnya terantuk-antuk ke dengkul anaknya dan serentak itu juga sekali lagi istriku menjerit kesedapan. Semburan mani pak mertuaku yang kuat dan banyak tersebut menerpa ke mulut rahim istriku. Mata istriku terbeliak menerima semprotan mani panas milik abahnya. Mungkin terlalu lama menyimpannya sejak mak mertuaku meninggal.

Kedua insan di hadapanku terlihat lemas dan aksi mereka mengendur. Kemaluan si abah masih terendam dalam kemaluan si anak. Terlihat penis pak mertuaku masih keras. Pak mertuaku membiarkan saja senjatanya terendam dalam terowongan nikmat anaknya. Isteriku terlentang lemah dan puas pada tempat pembaringan.

Setelah beberapa menit bila tidak lagi benihnya yang keluar bapa mertuaku menarik perlahan-lahan batang pelirnya dari lubang kemaluan istriku. Batang yang masih berlendir itu terjuntai setengah keras. Lubang nikmat isteriku masih ternganga setelah abahnya menarik keluar batang balaknya. Cairan putih kental terlihat meleleh keluar dari lubang burit isteriku.

Isteriku yang terbaring telanjang tersenyum puas kepada abahnya. Tangannya memegang dan melurut butuh abahnya yang terkulai melambai-lambai di dengkul. Batang licin itu dilurut-lurutnya. Aku tertegun bila istriku menarik pak mertuaku rapat ke arahnya dan batang bapa mertuaku yang terkulai lemah itu dicium dan dijilat-jilat mesra.

Aku berlari anak menuruni tangga menuju ke kamar air. Secepat kilat aku membuka zip celanaku dan masturbasi balakku yang masih tegang. Dalam beberapa menit saja aku terkulai lemah setelah maniku keluar ke dinding kamar air.

Setelah beberapa menit aku kembali ke tempat tadi dan terlihat istriku dan abahnya masih telentang diatas ranjang dalam kondisi telanjang. Aku tahu bahwa istriku sangat puas dengan layanan abahnya tadi.

Fikiranku bercelaru, sejak saat Ani istriku menjalin hubungan mesra dengan ayahnya sendiri. Baru aku mengerti mengapa Ani selalu menyuruh aku mengundang bapaknya bila aku terpaksa outstation dan Pak Ali pula tidak pernah menolak ajakanku itu ....

No comments:

Post a Comment