Tante LENA merupakan
sebuah pengalaman sex yang tidak bisa aku lupakan karena hal ini aku bisa
melakukan bercinta dengan tante yang melebihi usiaku pada saat ini yang
mengijak ke 25 tahun dan tante ber umur 32 tahun tapi masih kelihatan
seumuran dengan ku. memang tante ini suka merawat tubuhnya disalon dan rutin
dengan olah raga jadi masih kelihatan muda sekali. Oh ya perkenalkan namaku
Djoel ceritaku ini merupakan sebuah pengalaman pribadi dan aku ingin berbagi
kepada kalian semua Tante LENA mempunyai wajah yang cantik dengan rambut
sebahu. Kulitnya putih bersih. Selain itu yang membuatku selama ini terpesona
adalah payudara tante LENA yang luar biasa montok. Perkiraanku payudaranya
berukuran 36C.
Ditambah lagi pinggul
aduhai yang dimiliki oleh janda cantik itu. Bodi tante LENA yang indah itulah
yang membuatku tak dapat menahan birahiku dan selalu berangan-angan bisa
menikmati tubuhnya yang padat berisi. Setiap melakukan onani, wajah dan tubuh
tetanggaku itu selalu menjadi inspirasiku. Pagi itu jam sudah menunjukan angka
tujuh. Aku sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Motor aku jalankan pelan
keluar dari gerbang rumah. Dikejauhan aku melihat sosok seorang wanita yang
berjalan sendirian. Mataku secara reflek terus mengikuti wanita itu. Maklum
aja, aku terpesona melihat tubuh wanita itu yang menurutku aduhai, meskipun
dari belakang. Pinggul dan pantatnya sungguh membuat jantungku berdesir. Saat
itu aku hanya menduga-duga kalau wanita itu adalah tante LENA. Bersamaan dengan
itu, celanaku mulai agak sesak karena kontolku mulai tidak bisa diajak kompromi
alias ngaceng berat. Perlahan-lahan motor aku arahkan agak mendekat agar yakin
bahwa wanita itu adalah tante LENA.
“Eh tante LENA. Mau
kemana tante?” sapaku.
Tante LENA agak kaget
mendengar suaraku. Tapi beliau kemudian tersenyum manis dan membalas
sapaanku.
“Ehm.. Kamu Djoel. Tante
mau ke kantor.
Kamu mau ke kampus?”
tante LENA balik bertanya.
“Iya nih tante. Masuk
jam delapan. Kalau gitu gimana kalau tante saya anter dulu ke kantor? Kebetulan
saya bawa helm satu lagi,” kataku sambil menawarkan jasa dan berharap tante
LENA tidak menolak ajakanku.
“Nggak usah deh, nanti
kamu terlambat sampai kampus lho” Suara tante LENA yang empuk dan lembut sesaat
membuat penisku semakin menegang.
“Nggak apa-apa kok
tante. Lagian kampus saya kan sebenarnya dekat,” kataku sambil mataku selalu
mencuri pandang ke seluruh tubuhnya yang pagi itu mengenakkan bletzer dan
celana panjang. Meski tertutup oleh pakaian yang rapi, tapi aku tetap bisa
melihat kemontokan payudaranya yang lekukannya tampak jelas.
“Benar nih Djoel mau
nganterin tante ke kantor? Kalau gitu bolehlah tante bonceng kamu,” kata tante
LENA sambil melangkahkan kakinya diboncengan. Aku sempat agak terkejut karena
cara membonceng tante yang seperti itu. Tapi bagaimanapun aku tetap diuntungkan
karena punggungku bisa sesekali merasakan empuknya payudara tante yang memang
sangat aku kagumi. Apalagi ketika melewati gundukan yang ada di jalan, rasanya
buah dada tante semakin tambah menempel di punggungku. Pagi itu tante LENA aku
anter sampai ke kantornya. Dan aku segera menuju ke kampus dengan perasaan
senang. Waktu itu hari sabtu. Kebetulan kuliahku libur. Tiba-tiba telepon di
sebelah tempat tidurku berdering. Segera saja aku angkat.
Dari seberang terdengar
suara lembut seorang wanita. “Bisa bicara dengan Djoel?”
“Iya saya sendiri?”
jawabku masih dengan tanda tanya karena merasa asing dengan suara
ditelepon.
“Selamat pagi djoel. Ini
tante LENA...!,” aku benar-benar kaget bercampur aduk.
“Se.. Selamat.. Pa.. Gi
tante. Wah tumben nelpon saya. Ada yang bisa saya bantu tante?” kataku agak
gugup.
“Pagi ini kamu ada acara
nggak djoel? Kalau nggak ada acara datang ke rumah tante ya. Bisa kan?” Pinta
tante Keny dari ujung telepon.
“Eh.. Dengan senang hati
tante. Nanti sehabis mandi saya langsung ke tempat tante,” jawabku.
Kemudian sambil secara
reflek tangan kiriku memegang kontolku yang mulai membesar karena membayangkan
tante LENA. “Baiklah kalau begitu. Aku tunggu ya. Met pagi djoel.. Sampai
nanti!” suara lembut tante LENA yang bagiku sangat menggairahkan itu akhirnya hilang
diujung tepelon sana.
Pagi itu aku benar-benar
senang mendengar permintaan tante LENA untuk datang ke rumahnya. Dan pikiranku
nglantur kemana- mana. Sementara tanganku masih saja mengelus-elus penisku yang
makin lama, makin membesar sambil membayangkan jika yang memegang kontolku itu
adalah tante LENA. Karena hasratku sudah menggebu, maka segera saja aku
lampiaskan birahiku itu dengan onani. Aku bayangkan aku sedang bersetubuh
dengan tante LENA yang sudah telanjang bulat sehingga payudaranya yang montok
menunggu untuk dikenyot dan diremas. Mulut dan tanganku segera menyapu seluruh
tubuh Tante LENA.
“Tante.. Tubuhmu indah
sekali. Payudaramu montok sekali tante. Aaah.. Ehs.. Ah,” mulutku mulai
merancau membayangkan nikmatnya ML dengan tante LENA.
Jarum jam sudah menunjuk
ke angka 8 lebih 30 menit. Aku sudah selesai mandi dan berdandan. “Nah,
sekarang saatnya berangkat ke tempat tante LENA. Aku sudah nggak tahan pingin
lihat kemolekan tubuhmu dari dekat sayang,” gumamku dalam hati.
Kulangkahkan kakiku
menuju rumah tante LENA yang hanya berjarak 100 meter aja dari rumahku. Sampai
di rumah janda montok itu, segera saja aku ketuk pintunya.
“Ya, sebentar,”
sahut suara seorang wanita dari dalam yang tak lain adalah tante LENA.
Setelah pintu dibuka,
mataku benar-benar dimanja oleh tampilan sosok tante LENA yang aduhai dan
berdiri persis di hadapanku. Pagi itu tante mengenakan celana street hitam
dipadu dengan atasan kaos ketat berwarna merah dengan belahan lehernya yang
agak ke bawah. Sehingga nampak jelas belahan yang membatasi kedua payudaranya
yang memang montok luar biasa. Tante LENA kemudian mengajakku masuk ke dalam
rumahnya dan menutup serta mengunci pintu kamar tamu. Aku sempat dibuat heran
dengan apa yang dilakukan janda itu.
“Ada apa sih tante, kok
pintunya harus ditutup dan dikunci segala?” tanyaku penasaran.
Senyuman indah dari
bibir sensual tante LENA mengembang sesaat mendengar pertanyaanku. “Oh, biar
aman aja. Kan aku mau ajak kamu ke kamar tengah biar lebih rilek ngobrolnya sambil
nonton TV,” jawab tante LENA seraya menggandeng tanganku mengajak ke ruangan
tengah.
Sebenarnya sudah sejak
di depan pintu tadi penisku tegang karena terangsang oleh penampilan tante
LENA. Malahan kali ini tangan halusnya menggenggam tanganku, sehingga kontolku
nggak bisa diajak kompromi karena semakin besar aja. Di ruang tengah terhampar
karpet biru dan ada dua bantal besar diatasnya. Sementara diatas meja sudah
disediakan minuman es sirup berwarna merah. Kami kemudian duduk
berdampingan.
“Ayo djoel diminum dulu
sirupnya,” kata tante padaku.
Aku kemudian mengambil
gelas dan meminumnya. “djoel. Kamu tahu nggak kenapa aku minta kamu datang ke
sini?” tanya tante Ken sambil tangan kanan beliau memegang pahaku hingga
membuatku terkejut dan agak gugup.
“Ehm.. Eng.. Nggak
tante,” jawabku.
“Tante sebenarnya butuh
teman ngobrol.... Maklumlah anak-anak tante sudah jarang sekali pulang karena
kerja mereka di luar kota dan harus sering menetap disana. Jadinya ya.. Kamu
tahu sendiri kan, tante kesepian. Kira-kira kamu mau nggak jadi teman ngobrol
tante? Nggak harus setiap hari kok..!,” kata tente seperti mengiba. Dalam
hati aku senang karena kesempatan untuk bertemu dan berdekatan dengan tante
akan terbuka luas. Angan-angan untuk menikmati pemandangan indah dari tubuh
janda itu pun tentu akan menjadi kenyataan.
“Kalau sekiranya saya
dibutuhkan, yaboleh-boleh aja tante. Justru saya senang bisa ngobrol sama
tante. Biar saja juga ada teman. Bahkan setiap hari juga nggak apa kok” Tante
tersenyum mendengar jawabanku. Akhirnya kami berdua mulai ngobrol tentang apa
saja sambil menikmati acara di TV.
Enjoi sekali. Apalagi
bau wangi yang menguar dari tubuh tante membuat angan- anganku semakin melayang
jauh. “djoel, udara hari ini panas ya? Tante kepanasan nih. Kamu kepanasan
nggak?” tanya tante LENA yang kali ini sedikit manja.
“Ehm.. Iya tante. Panas
banget. Padahal kipas anginnya sudah dihidupin,” jawabku sambil sesekali mataku
melirik buah dada tante yang agak menyembul, seakan ingin meloncat dari kaos
yang menutupinya. Mata Tante LENA terus menatapku hingga membuatku sedikit
grogi, meski sebenarnya birahiku sedang menanjak. Tanpa kuduga, tangan tante
memegang kancing bajuku.
“Kalau panas dilepas aja
ya djoel, biar cepet adem,” kata tante LENA sembari membuka satu-persatu
kancing bajuku, dan melepaskannya hingga aku telanjang dada.. Aku saat itu
benar-benar kaget dengan apa yang dilakukan tante padaku. Dan aku pun hanya
bisa diam terbengong-bengong. Aku tambah terheran-heran lagi dengan sikap tente
LENA pagi itu yang memintaku untuk membantu melepaskan kaos ketatnya.
“djoel, tolongin tante
dong. Lepasin kaos tante. Habis panas sih..,” pinta tante Ken dengan suara yang
manja tapi terkesan menggairahkan.
Dengan sedikit gemetaran
karena tak menyangka akan pengalaman nyataku ini, aku lepas kaos ketat berwarna
merah itu dari tubuh tante LENA. Dan apa yang berikutnya aku lihat sungguh
membuat darahku berdesir dan penisku semakin tegang membesar serta jantung
berdetak kencang. Payudara tante Ken yang besar tampak nyata di depan mataku,
tanpa terbungkus kutang. Dua gunung indah milik janda itu tampak kencang dan
padat sekali.
“Kenapa djoel. Kok
tiba-tiba diam?” tanya tante LENA padaku.
“E.. Em.. Nggak apa-apa
kok tante,” jawabku spontan sambil menundukkan kepala.
“Ala.. enggak usah
pura-pura. Aku tahu kok apa yang sedang kamu pikirkan selama ini. Tante sering
memperhatikan kamu. djoel sebenarnya sudah lama pingin ini tante kan?” kata
tante sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan telapak tanganku di kedua
buah dadanya yang montok.
“Ehm.. Tante.. Sa.. Ya..
Ee..,” aku seperti tak mampu menyelesaikan kata-kataku karena gugup. Apalagi
tubuh tante LENA semakin merapat ke tubuhku.
“djoel.. Remas susuku
ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu. Nggak usah takut-takut sayang. Aku sudah
lama ingin menimati kehangatan dari seorang laki-laki,” rajuk tante LENA
sembari menuntun tanganku meremas payudara montoknya.
Sementara kegugupanku
sudah mulai dapat dikuasai. Aku semakin memberanikan diri untuk menikmati
kesempatan langka yang selama ini hanya ada dalam angan-anganku saja. Dengan
nafsu yang membara, susu tante LENA aku remas-remas. Sementara bibirku dan
bibirnya saling berpagutan mesra penuh gairah. Entah kapan celanaku dan celana
tante lepas, yang pasti saat itu tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar
kainpun menempel di tubuh. Permaianan kami semakin panas. Setelah puas memagut
bibir tante, mulutku seperti sudah nggak sabar untuk menikmati payudara
montoknya
“Uuhh.. Aah..” Tante
LENA mendesah- desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang berbentuk
dadu. Aku permainkan puting susu yang munjung dan menggiurkan itu dengan
bebasnya. Sekali-kali putingnya aku gigit hingga membuat Tante menggelinjang
merasakan kenikmatan. Sementara tangan kananku mulai menggerayangi ‘vagina’
yang sudah mulai basah. Aku usap-usap bibir vagina tante dengan lembut hingga
desahan-desahan menggairahkan semakin keras dari bibirnya.
“djoel.. Nik.. Maat..
Sekali sa.. Yaang.. Uuuhh.. Puasin tante sayang.. Tubuhku adalah milikmu,”
suara itu keluar dari bibir janda montok itu.
Aku menghiraukan ucapan
tante karena sedang asyik menikmati tubuh moleknya. Perlahan setelah puas
bermain- main dengan payudaranya mulutku mulai kubawa ke bawah menuju vagina
tante LENA yang bersih terawat tanpa bulu. Dengan leluasa lidahku mulai menyapu
vagina yang sudah basah oleh cairan. Aku sudah tidak sabar lagi. Batang penisku
yang sudah sedari tadi tegak berdiri ingin sekali merasakan jepitan vagina
janda cantik nan montok itu. Akhirnya, perlahan kumasukkan batang penisku ke
celah-celah vagina. Sementara tangan tante membantu menuntun tongkatku masuk ke
jalannya.
Kutekan perlahan dan..
“Aaah..” suara itu keluar dari mulut tante setelah penisku berhasil masuk ke
dalam liang senggamanya. Kupompa penisku dengan gerakan naik turun. Desahan dan
erangan yang menggairahkanpun meluncur dari mulut tante yang sudah semakin
panas birahinya.
“Aach.. Ach.. Aah..
Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik.. Mat..,” tante Ken mulai
menikmati permainan itu.
Aku terus mengayuh
penisku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok. Mungkin
sudah 20 menitan kami bergumul. Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi.
Batang kemaluanku sudah nyaris menyemprotkan cairan sperma.
“Tante.. Punyaku sudah
mau keluar..”
“Tahan seb.. Bentar
sayang.. Aku jug.. A.. Mau sampai.. Aaach..” akhirnya tante tidak tahan
lagi.
Kamipun mengeluarkan
cairan kenikmatan secara hampir bersamaan. Banyak sekali air mani yang aku
semprotkan ke dalam liang senggama tante, hingga kemudian kami kecapekan dan
berbaring di atas karpet biru.
“Terima kasih djoel.
Tante puas dengan permainan ini. Kamu benar-benar jantan. Kamu nggak nyeselkan
tidur dengan tante?” tanya beliau padaku.
Aku tersenyum sambil
mencium kening janda itu dengan penuh sayang. “Aku sangat senang tante. Tidak
kusangka tante memberikan kenikmatan ini padaku. Karena sudah lama sekali aku
berangan-angan bisa menikmati tubuh tante yang montok ini” Tante LENA tersenyum
senang mendengar jawabanku.
“djoel sayang. Mulai
saat ini kamu boleh tidur dengan tante kapan saja, karena tubuh tante sekarang
adalah milikmu. Tapi kamu juga janji lho. Kalau tante kepingin.. kamu temani
tante ya.,” kata tante LENA kemudian. Aku tersenyum dan mengangguk tanda
setuju. Dan kami pun mulai saling merangsang dan bercinta untuk yang kedua
kalinya. Hari itu adalah hari yang tidak pernah bisa aku lupakan. Karena angan-
anganku untuk bisa bercinta dengan tante LENA dapat terwujud menjadi kenyataan.
Sampai saat ini sampai kutuliskan cerita ini aku dan tante LENA masih selalu
melakukan aktivitas sex dengan berbagai variasi. Dan kami sangat bahagia.
No comments:
Post a Comment