Thursday, March 21, 2013

Memamerkan Pacar

Cerita ini terjadi ketika saya masih di kelas 3 SMU di Bandung. Sebetulnya saya menyadari bahwa ada kecenderungan yang berbeda pada diri saya sejak saya masih kecil. Tapi saya tidak merisaukannya. Selama tidak kita eksplor, kecenderungan itu tidak akan membahayakan. Tapi saya sangat menyukai hal ini. Ini adalah pengalaman nyata. 

Saya bisa di bilang berasal dari keluarga yang cukup mampu, dan banyak yang bilang kalau saya cukup tampan, karena banyak cewek yang naksir (itu kata temen cewek saya pada saya bila ada temannya yang naksir pada saya) tapi biasanya itu baru mereka katakan setelah lama berlalu, jadi saya tidak menangapi, lagian saya termasuk orang yang rada pendiam dan cenderung pemalu sama cewek. 

Di sekolah, saya cukup terkenal, baik karena saya bisa dibilang kece’ (itu bahasa yang sering digunakan waktu itu) maupun karena ortu gue yang cukup dikenal dikalangan mereka dan ortu mereka, karena kebanyakan ortu saya adalah atasan ortu mereka. Tapi saya tidak sombong dengan hal itu, karena saya punya teman dan sahabat dari semua kalangan, walaupun pada awalnya saya sering dibilang sombong karena sifat pendiam saya. 

Waktu itu saya di comblangin dengan seorang cewek, yang saya tahu sudah suka sama saya sejak SMP (kami satu SMP). Pada awalnya saya kurang setuju, karena itu cewek bukan type saya (saya suka cewek cantik, sexy, putih dan rambut panjang), sedang dia walaupun tidak bisa dibilang cantik, biasa sajalah, tapi sepertinya punya daya tarik sendiri kalau kita sudah mengenalnya (entah apa), mungkin matanya yang indah, kulitnya hitam manis dan rambutnya pendek cenderung cepak, tapi berhubung yang nyomblangin sahabat gue sendiri yang pacaran sama sobatnya itu cewek, akhirnya aku mau diajak kerumah itu cewek, Widi namanya, dengan alasan pinjam buku, komik. 

Singkatnya lama-lama kami saling suka karena sering ngobrol, curhat, aku berani bilang suka sama dia karena aku yakin nggak bakal ditolak, karena dia memang aku tahu sudah suka sama aku sejak dulu. Dan karena itu aku jadi merasa punya kuasa dan pegang kendali terhadapnya, walaupun dia agak tomboy tapi kalau sama aku dia nggak pernah ngelawan, mungkin karena perhatianku padanya, sedang dia sangat kurang kasih sayang, karena selama ini dia tinggal dengan tantenya sejak kecil, sedang ortunya ada di luar jawa. 

Seperti yang aku ceritakan di awal, bahwa aku merasa ada yang berbeda dengan diriku, yaitu aku suka lihat cewek sexy, dan aku ingin cewekku juga terlihat sexy jika jalan denganku. Tapi caraku mungkin agak berbeda, karena yang aku lakukan sepertinya lebih cenderung memintanya memamerkan kesexyannya di public. Dan itu sangat membuat aku horny. Walaupun aku melakukanya dengan bertahap, dan tidak vulgar. 

Pada awalnya, seperti bisanya orang pacaran, jika aku datang ke rumah Widi malem minggu aku mengajaknya bercumbu, ciuman, bibirnya lembut, nafasnya harum, lama-lama aku berani memintanya melepaskan branya, agar aku bisa mencumbunya dengan lebih bernafsu, dan sepertinya dia juga suka dengan belaianku itu, karena jika dia menuruti kemauanku dia merasa aku makin sayang padanya. Dan itu benar, karena saat dia mau untuk tidak memakai Bra, aku merasa dia sangat sexy, dan aku suka melihat gadis sexy, sehingga aku juga memperlakukanya dengan lembut. Lama kelamaan, aku memintanya agar jika aku datang kerumahnya kapanpun, agar dia tidak usah memakai BH. Dan dia menurutinya, setiap aku datang dia selalu hanya memakai kemeja, kaos atau apapun itu tanpa memakai BH, yang pada intinya memudahkan aku melihat payudaraya yang tidak begitu besar tapi indah, dengan putingnya yang mengarah ke atas. 

Memang aku sering memintanya untuk tidak mengancingkan seluruh kancing bajunya, sehingga aku bisa melihat keindahan dan sexy-an tubuhnya, bahkan terkadang hanya tinggal satu kancing saja yang masih terpasang. Dan bila ada orang datang atau orang rumah lewat, dia hanya menutupi dadanya dengan bantal kursi tamu, yang dia siapkan di panngkuannya. Jadi selama aku berada di sampingnya dia selalu dalam keadaan setengah telanjang. Bahkan bila keadaan aman (orang rumahnya pergi) aku tidak memperbolehkannya memakai atasan sama sekali! sehinga selama itu dia melayani aku, baik itu menyediakan minum dan makan (karena biasaya aku lama sekali bila berkunjung ke rumahnya) dengan keadaan setengah telanjang. Tapi sama sekali aku tidak pernah menyetubuhinya, paling hanya mencumbunya mencium dan mempermainkan vaginanya dengan tanganku (karena aku masih takut dengan akibatnya). Dan selama itu pula aku tidak pernah membuka bajuku satupun, walaupun penisku sangat keras berdiri, karena aku sangat terangsang, bahkan kadang sampai menggigil. 

Sampai pada suatu saat dimana dia mulai terbiasa dan tidak malu lagi, entah kenapa waktu itu aku kurang suka melihat daerah v-nya yang berbulu lebat, karena bagiku itu mengurangi ke sexi-an dan keindahan tubuh mulusnya. 

Aku sangat terangsang sekali bila itu terjadi, karena tidak setiap minggu itu bisa terlaksana, tergantung keadaan rumahnya. Aku merasa sangat berkuasa terhadapnya bila aku bisa “memaksanya” melakukan itu semua, aku sendiri waktu itu heran kenapa Widi rela melakukan semua itu untukku, mungkinkah dia sanggat mencintaiku..?! Walaupun tak bisa kupungkiri akhirnya lambat laun akupun sayang padanya. 

Tapi keinginanku untuk bisa memamerkan kesexy-an tubuhnya juga makin menggebu. Karena memang selama ini hanya aku yang bisa menikmati keindahan tubuhnya. Hingga pada suatu saat aku ingin memberikan kejutan pada pacarku itu. 

Kalau tidak salah waktu itu adalah malam minggu, hari wajib aku apel kerumahnya. Sebelumnya aku telpon dia, mengabari bahwa aku baru akan datang jam 19.30-an dan kuminta dia untuk berpakaian seperti biasanya, yaitu tanpa memamakai Bra serta dandan yang cantik, entah kenapa sejak dia jalan dengan ku banyak yang bilang kalau dia makin feminin dan terlihat manis. Menurut pengakuan Widi sih untuk mengimbangi aku, agar aku tidak malu jalan dengan dia. Aku sih senang saja dengan hal itu. Walaupun sebetulnya tidak masalah juga kalau dia tetap tomboy, tapi aku bangga juga dengan pengorbanan dan usahanya untuk tampil menarik, karena itu semua untukku. 

Waktu itu aku mengajak teman-teman bandku untuk datang kerumah Widi, jumlah kami berlima, aku tidak memberi tahu Widi bahwa aku akan datang berlima, karena memang biasanya aku hanya datang sendiri. Walaupun mereka sudah kenal beberapa bulan sebelumnya, temanku adalah teman Widi juga. 

Seperti yang sudah kuduga, begitu kupijit bel pintu rumahnya, yang membukakan pintu adalah dia sendiri karena dia tahu aku akan datang. Waktu itu, dia memakai rok jeans di atas lutut, dan kemeja putih tangan pendek, dan yang paling penting adalah dia benar benar terlihar cantik karena payudaranya secara samar terbayang di balik kemeja putihnya. Dia tampak terkejut karena tidak menyangka aku datang bersama teman-teman ku, aku dan teman teman dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu, dia sedikit salah tingkah sepertinya, karena merasa malu, takut toketnya terbayang di balik kemejanya, padahal jika tidak diperhatikan tidak begitu terlihat. Hanya sepertinya teman temanku mengetahuinya, karena saat Widi berjalan guncangan payudaranya agak berbeda. 

Kami bercanda dan berbincang sejenak, teman temanku banyak memuji Widi karena terlihat cantik dan sexy malam itu, beda dengan saat mereka terakhir bertemu beberapa bulan lalu, ketika pertama akali dia ku perkenalkan pada mereka, saat baru jadian. Kemudian Widi pamit untuk mengambilkan minum bagi kami semua. 

Saat Widi kebelakang, teman temanku pada ribut, menanyakan padaku apakah Widi bener tidah pake BH?! Sexy banget deh! begitu kata mereka. Aku hanya senyum senyum saja sambil mengangguk, dan dalam hati merasa senang karena bisa memamerkan kesexian pacarku pada teman-temanku. 

Saat Widi kembali datang dengan membawa baki minuman, mereka langsung kompak terdiam, pura pura tidak terjadi apa-apa, tapi kelakuan mereka yang tampak menahan senyum, membuat Widi penasaran, dan bertanya padaku. 

“Ada apa sih..?!” 
“Nggak cuman tadi waktu kamu ke belakang mereka pada bilang kalau kamu sexy sekali dengan berpakaian seperti itu, beda dengan saat pertama mereka bertemu denganmu!” jawabku. 
“Iya Wid, kamu sexy sekali deh kalau nggak pake BH” kata Agung, salah seorang temanku yang terkenal ceplas ceplos. 

Secara reflek perlahan Widi menggunakan baki yang dia bawa untuk menutupi dadanya, tapi secara tegas kukatakan. 

“Udahlah nggak usah ditutup tutupi, mereka sudah tahu kok, kalau kamu nggak pake BH!” 
“Sini bakinya!” pintaku. 

Akhirnya karena sudah kepalang basah mungkin, Widi secara rela menemani aku dan teman temanku ngobrol dan bercanda dengan keadaan yang seperti itu. Baju putih yang agak transparant membuat payudaranya membayang, apalagi saat kami tertawa, goncangan badanya membuat dirinya makin terlihat sexy, karena payudaranya bergoyang goyang naik turun, ditambah lagi ada saat dimana kulit payudaranya terlihat di sela sela kancing bajunya. Dan akhirnya Widipun merasa terbiasa dan nyaman dengan keadaannya. 

Kemudian karena perutku yang minta diisi, karena belum makan dari sore, akhirnya setelah minta ijin sama tantenya aku mengajak Widi makan malam di luar. Tadinya Widi berencana untuk memakai BHnya dulu, tapi karena kularang, dan mengatakan “Ini kan malam hari, jadi nggak bakal ketauan deh!” kataku mencari alasan. Maka dia pun menurut saja. Entah kenapa jika dia menuruti kemauanku untuk memperlihatkan keindahan tubuhnya, aku makin sayang padanya. Dan dadaku berdegup kencang karena exciting, bahwa keinginanku untuk memamerkan kesexian pacarku malam ini akan terlaksana. 

Dan kamipun meluncur di jalan dengan menggunakan mobil kijangku, kuminta Iwan temanku yang menyetir mobil, sedang aku dan Widi duduk jok tengah sedang dua temanku yang lain duduk di jok belakang. Dalam perjalanan kudoktrin Widi agar nanti dia pede aja jalan di sampingku, karena aku bangga punya pacar yang sexy seperti dia, yang dapat menarik perhatian semua orang. Ia pun mengangguk, dan akupun mengatakan betapa aku makin sayang padanya karena itu semua. 

Kemudian aku memintanya (mungkin lebih cenderung dibilang agak memaksa) untuk melepaskan satu kancing bajunya yang paling atas agar dia lebih terlihat cantik, menarik dan sexy, Pada awalnya dia menolak, tapi setelah agak kupaksa dengan mengatakan bahwa aku senang punya pacar yanng sexy, akhirnya dia mau untuk membuka satu kancing bajunya (mungkin dia takut aku putusin. Bukan sombong tapi aku tahu kelemahanya, yaitu dia sudah naksir aku dari SMP dulu). 

Kesanggupannya untuk membuka satu kancing baju bagian atasnya itu disambut oleh tepuk tangan dan siulan teman temanku yang mendengarnya. Dan mereka berani menjamin nggak akan ada yang berani ganggu, karena mereka akan menjaganya. Tapi untuk menjaga kemungkinan bahwa dia akan mengancingkan kembali bajunya, maka aku mengambil gunting dari belakang jok supir dan menggunting satu kacingnya sampe putus sambil nyengir, “Takut kamu ingkar janji!” kataku pada Widi. Dan dia hanya memukulku manja. 

Dengan begitu keinginanku yang rada aneh tapi membuatku sangat terangsang itu akan lancar terlaksana. Malam itu aku mengajak Widi jalan jalan dan makan di kawasan Dago yang setipa malam minggu pasti ramai dikunjungi para kaum muda. Dengan tanpa memakai Bra dan kancing bagian atas yang terbuka alias putus, maka dengan begitu, setiap orang akan dengan leluasa melihat keindahan payudaranya setiap ia berjalan, menunduk, atau bahkan orang yang berada disebelahnya akan dapat melihat payudaranya dari samping. Karena aku melarangnya untuk menutupi dengan tangannya. 

“Jadi anggap saja seperti biasa” kataku, saat dia merasa canggung dengan tatapan semua orang terutama cowok padanya yang lebih banyak mengarah pada buah dadanya. 

Yeah.. Walaupun payudaranya tidak begitu besar, tapi bagiku ukuran 32B sangat menarik, dan sangat sexy untuk diperlihatkan secara tidak terang terangan. 

Aku sengaja mengajaknya duduk berdua saja dan berhadap hadapan, agar terkesan romantis. Dan setelah makan selesai, aku kembali memintanya untuk melepaskan satu kancing bajunya lagi, dan kemudian memberinya uang untuk membayar semua makanan yang kami pesan, semula ia agak ragu, tapi dengan bulat tekad ia akhirnya mau melakukan yang kupinta (kali ini tak ada sedikitpun pemaksaan). 

Saat itu akupun sedikit heran, kenapa Widi dengan suka rela mau melakukannya, padahal itu berarti dia akan memamerkan dengan lebih jelas pada semua orang kesexi-an tubuhnya. Ia berjalan seorang diri dengan mantap, tanpa terlihat malu, melangkah menuju meja kasir. Tentunya aku sangat terangsang sekali ketika semua mata cowok melihat dirinya dengan tatapan yang bagiku seperti terlihat iri dan ingin memiliki dirinya. Dalam hati aku berkata: 

“Ia pacarku bung, ingin ya punya pacar seperti dia?!” 

Dikesempatan lain saat kutanyakan pada Widi, mengapa saat itu ia mau melakukan semua itu, dengan tanpa memakai Bra dan dengan baju yang rada transparan serta dua kacing yang terbuka, berjalan di tengah ruangan yang lumayan banyak orang, memperlihatkan goyangan toketnya saat berjalan dan tentunya memperlihatkan sebagian keindahan tubuhnya pada orang yang memandangnya. 

Ia hanya menjawab, karena dia ingin membuktikan cintanya padaku, ia ingin membuat aku senang, sehingga aku tak akan meninggalkannya. Karena ia sangat mencintaiku.

Wanita Karir

Entah kenapa, semakin aku sering melakukan Making Love dengan seseorang, membuat kehidupan sex aku bersama istriku semakin romantis saja. Dan entah semua itu semakin bisa aku nikmati. Mungkin semua ini adalah dampak dari terlalu tingginya libidoku sehingga saat aku lagi mood, tidak jarang setelah siangnya atau sorenya aku melakukan dengan teman kencanku, malamnya aku
ganti menservice istriku. Aku selalu bersyukur mempunyai kelebihan dalam urusan bercinta. Ditambah pengetahuan sex aku yang aku dapatkan dari film BF, buku-buku sampai obrolan-obrolan dengan teman di kantor, membuat aku semakin bisa menyelami tentang apa itu sex. Sehingga aku benar-benar fasih dalam menerjemah apa yang aku dapat dari pengetahuan tentang sex. Itu terbukti dengan keluarnya banyak pujian dari para teman making love aku. Rata-rata mereka sangat puas saat bercinta denganku, dan mereka menemukan, merasakan dan menikmati sesuatu yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan dalam masalah sex.
*****
Cerita ini berawal dari perkenalanku dengan seorang ibu rumah tangga, yang entah bagaimana ceitanya ibu rumah tangga tersebut mengetahui nomor cellulerku. Siang itu saat aku sedang menikmati masa istirahatku di kantin, tiba-tiba cellulerku berbunyi.

“Hallo, selamat siang Dandy” suara perempuan yang manja terdengar.
“Hallo juga, siapa ya ini?” tanyaku serius.
“Namaku Maya” kata perempuan tersebut mengenalkan diri.
“Maaf, Mbak Maya tahu nomor HP saya darimana?” tanyaku menyelidik.
“Oya, aku temannya Via dan dari dia aku dapat nomor kamu” jelasnya.
“Ooo, Mbak Via” kataku datar. Aku mengingat kembali kisahku sebelumnya yang berjudul Kisah bersama Ibu Muda. Via seorang sekretaris yang juga ikut ‘mewarnai’ kehidupan sex aku.
“Gimana khabar Mbak Via?” tanyaku.
“Baik, dia titip salam kangen sama kamu” jelas Maya.

Sekitar 5 menit, kami berdua mengobrol layaknya orang yang sudah kenal lama. Suara Maya yang lembut dan manja, membuat aku menerka-nerka bagaimana
bentuk fisik dari wanita tersbut. Saat aku membayangkan bentuk fisiknya, Maya membuyarkan lamunanku.

“Hallo.. Dandy, kamu masih disitu?” tanya Maya.
“Iya.. iya Mbak..” kataku gugup.
“Hayo mikir siapa, lagi mikirin Via ya?” tanyanya menggodaku.
“Nggak kok, malahan mikirin Mbak Maya tuh” celetukku.
“Masa sih.. Jadi GR nih” dengan suara yang menggoda.
“Dandy, boleh kan kalau aku mau ketemu kamu?” tanya Maya.
“Boleh aja Mbak.. Dengan senang hati” jawabku semangat.
“Oke deh, kita mau ketemuan dimana?” tanyanya semangat.
“Terserah Mbak deh, Dandy ngikut aja” jawabku pasrah.
“Oke deh, nanti sore aku tunggu kamu di excelso di Tunjungan Plasa” katanya.
“Oke, sampai nanti Dandy.. Aku tunggu jan 18.00″ sambil berkata demikian, HP nya langsung off.

Waktu menunjukkan pukul 16.30, tiba saatnya aku pulang kantor dan segera meluncur ke Tunjungan Plaza. Sebelumnya aku prepare di kantor, aku mandi dan membersihkan diri setelah seharian aku bekerja. Untuk perlengkapan mandi, memang setiap hari aku membawa karena memang aku sering olahraga setelah jam kantor. Tiba di TP, aku segera memarkir mobil starletku yang butut di lantai 3. Jam ditanganku menunjukkan pukul 18 kurang seperempat. Aku segera menuju ke excellso seperti yang dikatakan Maya. Aku segera mengambil tempat duduk disisi pagar kaca, sehingga aku bisa melihat orang hilir mudik di area pertokoan terbesar di Surabaya ini. Saat mataku melihat situasi di sekelilingku, bola mataku berhenti pada seorang wanita setengah baya yang duduk sendirian. Menurut tebakan aku, wanita ini berumur sekitar 35 tahun ke atas. Wajahnya yang lumayan putih, membuat aku tertegun. Mataku yang mulai nakal, berusaha menjelajahi pemandangan yang sangat menggiurkan di depanku. Kakinya yang jenjang, ditambah dengan belahan pahanya yang putih di balik rok mininya, membuat semakin aku gemas. Dalam hatiku, wah betapa bahagianya aku jika orang tersebut adalah Maya yang menghubungi aku siang tadi. Disaat aku membayangkan sosok di depan mataku, tiba-tiba wanita itu berdiri dan menghampiri tempat dudukku. Dadaku berdegup kencang ketika dia benar-benar mengambil tempat duduk semeja dengan aku.

“Maaf, kamu Dandy ya?” tanyanya sambil menatapku.
“Iy.. iyaa.. Kamu Maya?” tanyaku balik sambil berdiri.
Jarinya yang lentik menyentuh tanganku untuk bersalaman dan darahku terasa mendesir ketika
tangannya yang halus meremas tanganku dengan halus.
“Silahkan duduk May” kataku sambil menarik satu bangku di depanku.
“Terima kasih” kata Maya sambil tersenyum.
“Dari tadi anda duduk disitu kok tidak langsung kesini?” tanyaku.
“Aku tadi sempat ragu, apakah kamu memang Dandy” jelasnya.
“Aku tadi juga berpikir, apakah wanita yang cakep ini kamu?” kataku sambil senyum.

Kami bercerita panjang lebar tentang apapun yang bisa diceritakan, kadang-kadang kami berdua saling canda, saling menggoda dan sesekali bicara yang ‘nyerempet’ ke arah sex. Lesung pipinya yang dalam, menambah sempurna saja wajahnya yang semakin matan. Dari pembicaraan tersebut, terungkaplah kalau Maya adalah seorang wanita yang sedang tugas di Surabaya. Maya adalah seorang pengusaha dan kebetulan selama 3 hari dinas di Surabaya.

“May, kamu kenal Via dimana?” tanyaku mnyelidik.
“Via adalah teman chattingku di YM, aku dan via sering online bersama. Dan kami terbuka satu sama lain dalam hal apapun. Begitu juga untuk kisah rumah tangga, bahkan masalah sex sekalipun.” mulut mungil Maya menjelaskan dengan penuh semangat.

“OOo, begitu..” kataku sambil manggut-manggut.
“Ini adalah hari pertamaku di Surabaya dan aku berencana menginap 3 hari, sampai urusan kantorku selesai” jelasnya tanpa aku tanya.
“Sebenarny tadi Via juga mau dateng tetapi karena ada acara keluarga, mungkin besok baru bisa dateng” jelasnya kembali.
“Memang Mbak Maya nginap dimana?” tanyaku.
“Kebetulan sama perwakilan kantor disini, di bookingin di Hotel E..” jelasnya.
“Mmm, emang Mbak sama sapa sih?” tanyaku menyelidik.
“Ya sendirilah, Dandy.. Makanya saat itu aku tanya Via” kata Maya.
“Tanya apa?” tanyaku mengejar.
“Apakah punya teman yang bisa temanin aku selama di Surabaya” kata Maya.
“Dan dari situlah aku tahu nomor celluler kamu” lanjutnya.

Tanpa terasa jam tanganku menunjukkan pukul 21.15 wib, dan aku liat sekelilingku pertokoan mulai sepi karena memang sudah mau tutup.

“Dan.. Kamu mau anter aku balik ke hotel?” tanya Maya.
“Boleh, masa iya aku tega biarin Mbak Maya sendirian balik ke hotel” kataku.

Setelah obrolan singkat, kami segera menuju parkiran mobil dan segera meluncur ke Hotel E.. Yang tidak jauh dari pusat pertokoan Tunjungan Plasa. Aku dan Maya bergegas menuju lift untuk naik ke lantai 3, dan sesampainya di kamar nomor 306, Maya menawarkan aku untuk masuk sejenak. Bau parfum yang menggugah syaraf kelaki-lakianku serasa berontak ketika aku berjalan di belakangnya. 

“Silahkan duduk  Dan, aku mau mandi dulu” kata Maya sambil melempar tas kecilnya, diatas ranjang.

Mataku menyelidik, apakah benar Maya sendirian dalam kamar. Dan memang benar kelihatannya dia sendirian. Aku lihat kopor kecilnya yang masih rapi, nampak hanya beberapa helai gaun yang berada di atas ranjang. Saat mataku masih asyik menjelajahi ruangan kamar Maya, tiba-tiba sesosok tubuh yang jenjang dengan hanya mengenakan sehelai handuk yang menutupi tubuhnya yang molek.

“Dandy, aku minta tolong nih buangan airnya di bathup nggak bisa dibuang” kata Maya sambil tetap berdiri di muka pintu kamar mandi.

Aku segera bangkit dari dudukku dan berjalan menuju kamar mandi. Ketika aku melewati tubuh Maya, mataku yang nakal sedikit mencuri pandang di belahan dada Maya yang terkesan menyembul keluar karena terhimpit ketatnya handuk yang menutupi tubuhnya. Aroma sabun lux kuning merasuk menusuk hidungku, aku segera menuju bathup yang dimaksud oleh Maya. Aku menggunakan tangkai sendok untuk mencungkil karet penutup bathup yang memang rapat sekali. Aku berusaha membuka secepatnya karena pikiran kotor mulai menjejali otakku. Dan akhirnya”sswaasshh..” suara air langsung keluar ketika karet penutupnya sudah terlepas.

“Oke May.. Sudah terbuka nih, silahkan lanjutin mandinya” kataku sambil masih membelakangi tubuh Maya yang sedang berdiri di belakangku. Ketika aku membalikkan badanku, betapa kagetnya aku dengan pemandangan di depan mataku. Tubuh Maya tidak dibalut lagi oleh handuk putih yang melekat di tubuhnya tadi.

“Ma-Maaff.. Aku mau keluar May” kataku gugup. Maya tidak menjawab dan bahkan tidak memberiku jalan. Wanita itu langsung berhamburan memeluk tubuhku, dan merangkul leherku dengan erat.

“Dan, Via sudah ceritakan kehebatan permainan sex kamu” aroma bau mulutnya yang segar, membuat jantungku semakin berdetak kencang.

“Mmm, anu Mbak.. Mungkin Via terlalu berlebihan” kataku.
“Berikan aku kenikmatan itu Dan..” sambil berkata demikian, bibir mungil Maya langsung mendarat di bibirku. Lidahnya yang liar serasa menggeliat mencari lidahku. Lidahku yang sudah mulai terpancing birahi, langsung menyambut keliaran lidah Maya. Tanganku yang tadi hanya berdiam diri, sekarang aku beranikan memeluk tubuhnya yang sexy bagaikan Britney Spears. Aku merasakan dadanya yang montok mendesak dadaku yang bidang. Sesekali tanganku mulai semakin berani menjelajahi pinggul Maya, pantatnya yang masih terlihat kencang walaupun sudah menginjak 35 tahun. Aku meremas pantatnya berkali-kali sehingga hal itu membuat nafsu Maya semakin naik.

Bibirku yang sudah mulai murka dan terbawa birahiku yang mulai merangkak ke kepalaku. Lehernya yang jenjang menjadi sasaran empuk bibirku yang mulai menari- nari di atasnya.

“Ooohh.. Dandy.. Geelli..” desah Maya.

Serangan bibirku semakin menjadi di leher Maya, sehingga dia hanya bisa merem melek mengikuti jilatan lidahku. Setelah aku puas dilehernya, aku mulai menurunkan tubuhkan sehingga bibirku sekarang berhadapan dengan 2 buat bukit kembarnya yang masih ketat dan kencang. Aku semakin terbawa
dalam aliran birahi yang meledak- ledak, bibir Maya yang mulai terasuki nafsu birahinya sendiri mulai ganas melahap bibriku. Jari jemarinya yang lentik, sepertinya terlatih untuk membuka semua kancing yang menempel di hem yang aku kenakan. Disaat aku mulai telanjang dada, bibirnya mulai menjalar ke arah leherku dan sesaat kemudian bibirnya sudah mendarat pada dadaku. Jilatan lidahnya yang semakin liar, sepertinya tidak ingin menyisakan sedikitpun dada bidangku.

Darahku mendesir hebat hingga membuat aku terangsang hebat, ketika lidahnya menari di puntingku. Daerah yang paling sensitif di tubuhku, yang bisa menggugah nafsu birahiku secara
sepontan. 

“Ohh.. May.. Aaakh” aku merintih sambil menekan tengkuknya ke dada bidangku.

Maya benar-benar sudah di kuasai oleh birahi yang tinggi, dan tanpa aku sadari ketika aku sudah merasakan kaki sudah dingin. Ternyata Maya sudah melepas jeans yang aku pakai sebelumnya, sehingga sekarang aku hanya menganakan celana dalam saja. Lidahnya semakin lama semakin ke bawah dan sampailah lidahnya memainkan pusarku. Tangannya meremas kedua pantatku sehingga aku benar-benar terangsang hebat. Dengan gaya yang sudah fasih, giginya berusaha menarik celana dalamku dari depan. Kedua tanganya dengan mudah menarik CD ku dari belakang.

“Gila.. Pantes Via puas, habis penismu gede seperti ini” kata Maya memuji.

Adik kecilku yang tadi sudah ingin melepaskan diri dari belenggu CD yang membatasinya akhirnya bisa lepas. Aku melihat kebawah dan melihat Maya yang sedang tertegun dengan besarnya penisku. Penisku berdiri tegak sekali dan sesaat kemudian.

“Mmm.. Srup.. Srupp” mulut Maya yang mungil mulai mengulum batang penisku.

“Aakhh.. May.. Nikmmaat.. Sekkalii” rintihku.

Tanganku menekan dalam-dalam kepala belakang Maya, utnuk memudahkan bergerak maju mundur dan ketika penisku benar- benar terlean dalam mulut Maya, kenikmatan yang luar biasa aku rasakan ketika ujung penisku menthok pada dasar mulut Maya.

“Sss.. Maayy.. Uhh” aku mendesah kenikamatan.

Maya tidak mempedulikan desahan, rintihan dan eranganku, wanita itu denagn buasnya mengulum, menjilat, mengocok dan mengoral batang kemaluanku. Sampai aku tidak kuat berdiri. Setelah Maya puas dengan aksinya, Maya bangkit dari posisi pertama yang sebelumnya jongkok di bawah selangkangan aku. Kesempatan ini tidak aku sia- siakan untuk mendorong tubuhnya sehinga tubuh Maya terduduk di kloset. Aku langsung jongkok dan membuka kedua pahanya yang putih. Lubang vaginanya yang memerah dan disekelilingi rambut- rambut yang begitu lebat. Aroma wangi dari lubang kewanitaannya, membuat tubuhku berdesir hebat. Tanpa menunggu lama lagi, lidahku langsung aku julurkan ke permukaan bibir vagina. Tanganku bereaksi untuk menyibak rambut yang tubuh disekitar selangkangannya untuk memudahkan aksiku menjilati vaginanya.

“Sss.. Dandyy.. Nikmaat sekali.. Ughh” rintih Maya.

Tubuhnya menggelinjang, sesekali diangkat menghindari jilatan lidahku di ujung clitorisnya. Gerak tubuh Maya yang terkadang berputa-putar dan naik turun, membuat lidahku semakin berani menghujam lebih dalam ke lubang vaginanya.

“Daanndy.. Gilaa banget lidah kamu..” rintih Maya.

“Terus.. Sayang.. Jangan lepaskan..” pintanya.

Lidahku bergerak keluar masuk dalam lubang vaginanya, sesekali aku memancing clitorisnya untuk segera keluar dari persembunyiiannya.

Paha Maya dibuka lebar sekali sehingga memudahkan lidahku untuk menjilat, mengulum, dan sesekali menghisap dalam-dalam clitorisnya. Aku perhatikan Maya merem melek menikmati nakalnya lidahku dan sesekali aku perhatikanl, wanita tersebut mengigit bibir bawahnya seakan menahan rasa nikmat yang bergejolak di hatinya.

“OOhh.. Dandy, aku nggak tahan.. Ugh..” rintihnya.

Semakin Maya merintih, mendesah dan mengerang, semakin membuat nafsuku bergejolak. Sampai aku rasakan beberapa cairan yang terasa asin, dan aku semakin bernafsu untuk menjilatinya.

“Danddy.. Danddyy.. Ooogghh..” Maya merintih panjang.

Dibarengi dengan tubuhnya yang kejang-kejang, dan terasa pahanya menggapit kepalaku dengan kencang. Jari nya yang lentik meremas rambutkuyang sedikti gondrong.

Maya terpejam sejenak menikmati lelehnya cairan yang meluber dari lubang vaginanya, lidahku tiada henti menerima luapan cairan bening yang wangi tersbut. Seakan-akan aku tidak peduli dengan orgasme yang didapat Maya pertama kalinya. Dan ketika aku rasakan cairan tersebut sudah bersih, aku membimbing tubuh Maya yang masih lemas. Aku mendekap tubuh Maya dari belakang, kami berdua menghadap cermin.

“Ohh.. Dandy..” Maya mendesah ketika lidahku mulai menyentuh bagian belakang telinganya.

Tangannya menggapai leherku, dan tanganku sepontan meraih buah dadanya dari belakang. Dengan sentuhan yang sangat halus, pantatnya yang sintal bergerak memutar di gesekan batang kemaluanku yang dari tadi masih tegang. Jari telunjukkananku bergerak menggesek clitoris Maya yang sduah mulai basah kemabli.

“Danddyy..” Maya kembali mendesah.

Peralahan aku mengangkat kaki kanan Maya dan aku sandarkan di wastafel kamar mandi. Sehingga Maya hanya berdiri dengan satu kaki saja, batang kemaluanku sudah mulai mencari lubang kewanitaan Maya dan sekali hentak.

“Bleesst..” kepala penisku mengoyak vagina Maya.

“Aowww.. Giillaa.. Besaar sekali

Dan.. Punya kamu” Maya merintih.

Perlahan aku beregark maju mundur di lubang vagina Maya, sampai akhirnya aku merasakan cairan yang cukup di lubang vagina Maya. Sekali tekan “bless” seluruh batang kemaluanku masuk dalam lubang senggama Maya dan bersama dengan itu, tubuh Maya sedikit terangkat.
“Hekk.. Danndyy.. Nikmatt sekalii..

Oooh” Maya merintih kembali.

Gerakan maju mundur pinggulku membuat tubuh Maya menggelinjang hebat dan sesekali memutar pinggulnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa di batang kemaluanku.

“Danddy.. Jangan berhenti sayang.. Oogghh” pinta Maya.

Nampak jelas di cermin aku lihat wajahnya yang begitu menikmati tusukan batang kemaluanku semakin menjadi. Aku merasakan sekali ujung penisku bergerak masuk sampai di ujung kemaluan Maya.
Wanita tersebut menggoyang kepalanya kekanan dan kekiri seirama dengan penisku yang menghujam dalam pada lubang kewanitaannya. Kedua tanganku meremas kedua bukit kembar Maya dan sesekali membantu pinggul Maya utnuk berputar- putar.

“Danddy.. Kamu.. Memang.. Jagoo.. Ooohh” tangan Maya bersandar di cermin sedangkan kepalanya bergerak ke atas kebawah, kesmaping kiri kanan seperti orang yang lagi triping. Beberapa saat kemudian Maya seperti orang kesurupan dan ingin memcau birahinya sekencang mungkin. Aku berusaha mempermainkan birahinya, disaat Maya semakin liar. Tempo yang semula tinggi dengan spontan aku kurangi sampai seperti gerakan lambat, sehingga centi demi centi batang kemaluanku terasa sekali mengoyak dinding vagina Maya.

“Danddy.. Terus.. Sayangg.. Jangan berhenti..” Maya meminta. Permainanku tersebut benar-benar memancing birahi Maya untuk mencapai kepuasan birahinya. Sesaat kemudian, Maya benar- benar tidak bisa mengontrol birahinya. Tubuhnya bergetar hebat.

“Danddyy.. Aakuu.. Kelluuarr.. Aaakkhkhh.. Goyang sayang” rintih Maya. Gerakan penisku seperti goyangan anisa bahar yang patah-patah, membuat birahi Maya semakin tak terkendali.

“Dann.. Ddy.. Aaammppunn” rintih Maya panjang. Bersamaan dengan rintihan tersebut, aku menekan penisku dengan dalam hingga mentok dilangit-langit vagina Maya. Aku  merasakan semburan cairan membasahi seluruh batang kemaluanku.

“Creek.. Crek.. Crek..” suara penisku masih bergerak keluar masuk di lubang vagina Maya. Aku semakin tidak peduli dengan Maya yang sudah mendapatkan kedua orgasmenya, karena aku sendiri lagi berusaha untuk mencari kepuasan birahiku. Perlahan, aku turunkan kaki kanan Maya yang pada posisi pertama aku naikkan ke atas wastafel.

Posisi Maya, sekarang sedikit menungging dengan posisi berdiri. Penisku yang masih tertancap pada lubang vaginanya langsung aku hujamkan kembali ke lubang vagina Maya.

“Ohh.. Dandyy.. kamu.. memang.. ahli..” kata Maya sambil merintih. Kedua telapak tanganku mencengkeram pinggul Maya dan menekan tubuhnya supaya penisku bisa lebih menusuk ke dalam lubang vaginanya.

“May.. vagina kamu memang asyik banget” pujiku.

“Kamu suka minum jamu ya kok masih seret?” tanyaku.

Maya hanya tersenyum dan kembali memejamkan matanya menikmati tusukan penisku yang tiada hentinya. Batang kemaluanku terasa dipijat oleh vagina Maya dan hal tersebut menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Permainan sexku benar-benar bisa diterima Maya karena ternyata wanita tersebut bisa mengimbangi permainan aku. Sampai akhirnya aku tidak bisa menahan kenikmatan yang mulai tadi sudah mengoyak birahiku.

“May.. Aku mau.. Keluuar..” kataku mendesah.

“Aku juga sayang.. Oooh.. Nikmat terus.. Terus..” Maya merintih.

“Dandyy.. Keluarin didalam.. Aku ingin rasain semprotan kamu..” pinta Maya.

“Iya May.. Ooogh.. Akakhh..” rintihku.

Gerakan maju mundur dibelakang tubuh Maya semakin kencang, semakin cepat dan semakin liar. Kami berdua berusaha mencapai puncak bersama-sama.

“Danddy.. Aku.. Aku.. Nggaak kkuaat.. Aaakhh” rintih Maya.

“Aku juga May.. Oohh.. Maayy” aku merintih.

“crut.. Crut.. Crut..” spermaku muncrat membanjiri vagina Maya.

Karena begitu banyaknya spermaku yang keluar, beberapa tetes sampai keluar dicelah vagina Maya. Setelah beberapa saat kemudian maya membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan tubuhku.

“Dandy ternyata Via memang benar, kamu jago banget dalam urusan sex. Kamu memang luar biasa” kata Maya merintih.

“Biasa aja kok Mbak, aku hanya melakukan sepenuh hatiku saja” kataku merendah.

“Kamu luar biasa..” Maya tidak meneruskan kata-katanya karena bibirnya yang mungil kembali menyerang bibirku yang masih termangu.

Tanpa terasa kami berdua sudah naik di dalam bathup, kami mandi bersama. Guyuran air di pancuran shower membuat tubuh Maya yang molek seperti bersinar diterpa cahaya lampu yang dipancarkan ke seluruh ruangan tersebut. Dengan halus, aku menuangkan sabun cair dari perlengkapan bag shop punya Maya. Aku mnggosok-gosokkan sabun ke seluruh tubuh Maya, sesekali jariku yang nakal memilin punting Maya.

“Ughh.. Danddy..” Maya merintih dan bergetar saat aku permainkan puntingnya yang memerah. Untuk yang kesekian kalinya, kami berdua berburu kenikmatan. Dan entah sudah berapa kali Maya seorang wanita yang sedang butuh kehangatan mendapatkan orgasme. Kami memburu kenikmatan berkali-kali, kami berdua memburu birahinya yang tidak pernah kenyang.

Sampai akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 wib, dimana aku harus segera balik kerumah karena celullerku berapa kali tadi berbunyi. Aku meninggalkan Hotel E.. Sambil menikmati sisa-sisa kenimatan yang sudah di tinggalkan oleh permainan tadi.

Asmara Toko Buku

Pada suatu siang sekitar jam 12-an aku berada di sebuah toko buku Gramedia di Gatot Subroto untuk membeli majalah edisi khusus, yang katanya sih edisi terbatas. Hari itu aku mengenakan kaos t-shirt putih dan celana katun abu-abu.

Sebenarnya potongan badanku sih biasa saja, tinggi 170 cm berat 63 kg, badan cukup tegap, rambut cepak. Wajahku biasa saja, bahkan cenderung terkesan sangar. Agak kotak, hidung biasa, tidak mancung dan tidak pesek, mataku agak kecil selalu menatap dengan tajam, alisku tebal dan jidatku cukup pas deh. Jadi tidak ada yang istimewa denganku.

Saat itu keadaan di toko buku tersebut tidak terlalu ramai, meskipun saat itu adalah jam makan siang, hanya ada sekitar 7-8 orang. Aku segera mendatangi rak bagian majalah. Nah, ketika aku hendak mengambil majalah tersebut ada tangan yang juga hendak mengambil majalah tersebut. Kami sempat saling merebut sesaat (sepersekian detik) dan kemudian saling melepaskan pegangan pada majalah tersebut hingga majalah tersebut jatuh ke lantai. “Maaf..” kataku sambil memungut majalah tersebut dan memberikannya kepada orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita yang berumur sekitar 37 tahun (dan ternyata tebakanku salah, yang benar 36 tahun), berwajah bulat, bermata tajam (bahkan agak berani), tingginya sama denganku (memakai sepatu hak tinggi), dan dadanya cukup membusung. “Busyet! molek juga nih ibu-ibu”, pikirku.

“Nggak pa-pa kok, nyari majalah X juga yah.. saya sudah mencari ke mana-mana tapi nggak dapet”, katanya sambil tersenyum manis.
“Yah, edisi ini katanya sih terbatas Mbak..”
“Kamu suka juga fotografi yah?”
“Nggak kok, cuma buat koleksi aja kok..”
Lalu kami berbicara banyak tentang fotografi sampai akhirnya, “Mah, Mamah.. Ira sudah dapet komiknya, beli dua ya Mah”, potong seorang gadis cilik masih berseragam SD.
“Sudah dapet Ra.. oh ya maaf ya Dik, Mbak duluan”, katanya sambil menggandeng anaknya.
Ya sudah, nggak dapat majalah ya nggak pa-pa, aku lihat-lihat buku terbitan yang baru saja.

Sekitar setengah jam kemudian ada yang menegurku.
“Hi, asyik amat baca bukunya”, tegur suara wanita yang halus dan ternyata yang menegurku adalah wanita yang tadi pergi bersama anaknya. Rupanaya dia balik lagi, nggak bawa anaknya.
“Ada yang kelupaan Mbak?”
“Oh tidak.”
“Putrinya mana, Mbak?
“Les piano di daerah Tebet”
“Nggak dianter?
“Oh, supir yang nganter.”
Kemudian kami terlibat pembicaraan tentang fotografi, cukup lama kami berbicara sampai kaki ini pegal dan mulut pun jadi haus. Akhirnya Mbak yang bernama Maya tersebut mengajakku makan fast food di lantai bawah. Aku duduk di dekat jendela dan Mbak Maya duduk di sampingku. Harum parfum dan tubuhnnya membuatku konak. Dan aku merasa, semakin lama dia semakin mendekatkan badannya padaku, aku juga merasakan tubuhnya sangat hangat.

Busyet dah, lengan kananku selalu bergesekan dengan lengan kirinya, tidak keras dan kasar tapi sehalus mungkin. Kemudian, kutempelkan paha kananku pada paha kirinya, terus kunaik-turunkan tumitku sehingga pahaku menggesek-gesek dengan perlahan paha kirinya. Terlihat dia beberapa kali menelan ludah dan menggaruk-garukkan tangannya ke rambutnya. Wah dia udah kena nih, pikirku. Akhirnya dia mengajakku pergi meninggalkan restoran tersebut.

“Ke mana?” tanyaku.
“Terserah kamu saja”, balasnya mesra.
“Kamu tahu nggak tempat yang privat yang enak buat ngobrol”, kataku memberanikan diri, terus terang aja nih, maksudku sih motel.
“Aku tahu tempat yang privat dan enak buat ngobrol”, katanya sambil tersenyum.
Kami menggunakan taksi, dan di dalam taksi itu kami hanya berdiam diri lalu kuberanikan untuk meremas-remas jemarinya dan dia pun membalasnya dengan cukup hot. Sambil meremas-remas kutaruh tanganku di atas pahanya, dan kugesek-gesekkan. Hawa tubuh kami meningkat dengan tajam, aku tidak tahu apakah karena AC di taksi itu sangat buruk apa nafsu kami sudah sangat tinggi.

Kami tiba di sebuah motel di kawasan kota dan langsung memesan kamar standart. Kami masuk lift diantar oleh seorang room boy, dan di dalam lift tersebut aku memilih berdiri di belakang Mbak Maya yang berdiri sejajar dengan sang room boy. Kugesek-gesekan dengan perlahan burungku ke pantat Mbak Maya, Mbak Maya pun memberi respon dengan menggoyang-goyangkan pantatnya berlawanan arah dengan gesekanku. Ketika room boy meninggalkan kami di kamar, langsung kepeluk Mbak Maya dari belakang, kuremas-remas dadanya yang membusung dan kucium tengkuknya. “Mmhh.. kamu nakal sekali deh dari tadi.. hhm, aku sudah tidak tahan nih”, sambil dengan cepat dia membuka bajunya dan dilanjutkan dengan membuka roknya. Ketika tangannya mencari reitsleting roknya, masih sempat-sempatnya tangannya meremas batanganku.

Dia segera membalikkan tubuhnya, payudaranya yang berada di balik BH-nya telah membusung. “Buka dong bajumu”, pintanya dengan penuh kemesraan. Dengan cepat kutarik kaosku ke atas, dan celanaku ke bawah. Dia sempat terbelalak ketika melihat batang kemaluanku yang sudah keluar dari CD-ku. Kepala batangku cuma 1/2 cm dari pusar. Aku sih tidak mau ambil pusing, segera kucium bibirnya yang tipis dan kulumat, segera terjadi pertempuran lidah yang cukup dahsyat sampai nafasku ngos-ngosan dibuatnya.

Sambil berciuman, kutarik kedua cup BH-nya ke atas (ini adalah cara paling gampang membuka BH, tidak perlu mencari kaitannya). Dan bleggh.., payudaranya sangat besar dan bulat, dengan puting yang kecil warnanya coklat dan terlihat urat-uratnya kebiruan. Tangan kananku segera memilin puting sebelah kiri dan tangan kiriku sibuk menurunkan CD-nya. Ketika CD-nya sudah mendekati lutut segera kuaktifkan jempol kaki kananku untuk menurunkan CD yang menggantung dekat lututnya, dan bibirku terus turun melalui lehernya yang cukup jenjang. Nafas Mbak Maya semakin mendengus-dengus dan kedua tangannya meremas-remas buah pantatku dan kadang-kadang memencetnya.

Akhirnya mulutku sampai juga ke buah semangkanya. Gila, besar sekali.. ampun deh, kurasa BH-nya diimpor secara khusus kali. Kudorong tubuhnya secara perlahan hingga kami akhirnya saling menindih di atas kasur yang cukup empuk. Segera kunikmati payudaranya dengan menggunakan tangan dan lidahku bergantian antara kiri dan kanan. Setelah cukup puas, aku segera menurunkan ciumanku semakin ke bawah, ketika ciumanku mencapai bagian iga, Mbak Maya menggeliat-geliat, saya tidak tahu apakah ini karena efek ciumanku atau kedua tanganku yang memilin-milin putingnya yang sudah keras. Dan semakin ke bawah terlihat bulu kemaluannya yang tercukur rapi, dan wangi khas wanita yang sangat merangsang membuatku bergegas menuju liang senggamanya dan segera kujilat bagian atasnya beberapa kali.

Kulihat Mbak Maya segera menghentak-hentakkan pinggulnya ketika aku memainkan klitorisnya. Dan sekarang terlihat dengan jelas klitorisnya yang kecil. Dengan rakus kujilat dengan keras dan cepat. Mbak Maya bergoyang (maju mundur) dengan cepat, jadi sasaran jilatanku nggak begitu tepat, segera kutekan pinggulnya. Kujilat lagi dengan cepat dan tepat, Mbak Maya ingin menggerak-gerakkan pinggulnya tapi tertahan. Tenaga pinggulnya luar biasa kuatnya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga dan erangan Mbak Maya yang tadinya sayup-sayup sekarang menjadi keras dan liar. Dan kuhisap-hisap klitorisnya, dan aku merasa ada yang masuk ke dalam mulutku, segera kujepit diantara gigi atasku dan bibir bawahku dan segera kugerak-gerakkan bibir bawahku ke kiri dan ke kanan sambil menarik ke atas. Mbak Maya menjerit-jerit keras dan tubuhnya melenting tinggi, aku sudah tidak kuasa untuk menahan pinggulnya yang bergerak melenting ke atas. Terasa liang kewanitaannya sangat basah oleh cairan kenikmatannya. Dan dengan segera kupersiapkan batanganku, kuarahkan ke liang senggamanya dan, “Slebb..” tidak masuk, hanya ujung batanganku saja yang menempel dan Mbak Maya merintih kesakitan.

“Pelan-pelan Ndi”, pintanya lemah.
“Ya deh Mbak”, dan kuulangi lagi, tidak masuk juga. Busyet nih cewek, sudah punya anak tapi masih kayak perawan begini. Segera kukorek cairan di dalam liang kewanitaannya untuk melumuri kepala kemaluanku, lalu perlahan-lahan tapi pasti kudorong lagi senjataku. “Aarrghh.. pelan Ndi..” Busyet padahal baru kepalanya saja, sudah susah masuknya. Kutarik perlahan, dan kumasukan perlahan juga. Pada hitungan ketiga, kutancap agak keras. “Arrhhghh..” Mbak Maya menjerit, terlihat air matanya meleleh di sisi matanya.

“Kenapa Mbak, mau udahan dulu?” bisikku padda Mbak Maya setelah melihatnya kesakitan.
“Jangan Ndi, terus aja”, balasnya manja.
Kemudian kumainkan maju mundur dan pada hitungan ketiga kutancap dengan keras. Yah, bibir kemaluannya ikut masuk ke dalam. Wah sakit juga, habis sampai bulu kemaluannya ikut masuk, bayangkan aja, bulu kemaluan kan kasar, terus menempel di batanganku dan dijepit oleh bibir kewanitaan Mbak Maya yang ketat sekali.

Dengan usaha tiga hitungan tersebut, akhirnya mentok juga batanganku di dalam liang senggama Mbak Maya. Terus terang saja, usahaku ini sangat menguras tenaga, hal ini bisa dilihat dari keringatku yang mengalir sangat deras.

Setelah Mbak Maya tenang, segera senjataku kugerakkan maju mundur dengan perlahan dan Mbak Maya mulai menikmatinya. Mulai ikut bergoyang dan suaranya mulai ikut mengalun bersama genjotanku. Akhirnya liang kewanitaan Mbak Maya mulai terasa licin dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kasar dan lebatnya bulu kemaluannya sedikit berkurang dan bagiku ini adalah sangat nikmat.

Baru sekitar 12 menitan menggenjot, tiba-tiba dia memelukku dengan kencang dan, “Auuwww..”, jeritannya sangat keras, dan beberapa detik kemudian dia melepaskan pelukannya dan terbaring lemas.
“Istirahat dulu Mbak”, tanyaku.
“Ya Ndi.. aku ingin istirahat, abis capek banget sich.. Tulang-tulang Mbak terasa mau lepas Ndi”, bisiknya dengan nada manja.
“Oke deh Mbak, kita lanjutkan nanti aja..”, balasku tak kalah mesranya.
“Ndi, kamu sering ya ginian sama wanita lain..”, pancing Mbak Maya.
“Ah nggak kok Mbak, baru kali ini”, jawabku berbohong.
“Tapi dari caramu tadi terlihat profesional Ndi, Kamu hebat Ndi.. Sungguh perkasa”, puji Mbak Maya.
“Mbak juga hebat, lubang surga Mbak sempit banget sich.., padahal kan Mbak udah punya anak”, balasku balik memuji.
“Ah kamu bisa aja, kalau itu sich rahasia dapur”, balasnya manja.
Kamipun tertawa berdua sambil berpelukan.

Tak terasa karena lelah, kami berdua tertidur pulas sambil berpelukan dan kami kaget saat terbangun, rupanya kami tertidur selama tiga jam. Kami pun melanjutkan permainan yang tertunda tadi. Kali ini permainan lebih buas dan liar, kami bercinta dengan bermacam-macam posisi. Dan yang lebih menggembirakan lagi, pada permainan tahap kedua ini kami tidak menemui kesulitan yang berarti, karena selain kami sudah sama-sama berpengalaman, ternyata liang senggama Mbak Maya tidak sesempit yang pertama tadi, mungkin karena sudah ditembus oleh senjataku yang luar biasa ini sehingga kini lancarlah senjataku memasuki liang sorganya. Tapi permainan ini tidak berlangsung lama karena Mbak Maya harus cepat-cepat pulang menemui anaknya yang sudah pulang dari les piano. Tapi sebelum berpisah kami saling memberikan alamat dan nomer telepon sehingga kami bisa bercinta lagi di lain saat dengan tenang dan damai.

Asti Adik Iparku

Cerita ini merupakan kejadian yang memalukan sekaligus menyenangkan tentang perselingkuhanku dengan adik iparku Asti.

‘Halo’, kataku menyambut telepon.

‘Oh, kakak!!, Mbak Yuke mana kak’, suara diseberang menyahut.

‘Asti??, kapan balik ke Jakarta, mbakmu lagi piket, telepon aja ke HP-nya deh, sahutku sambil bertanya. ‘Gak usah deh kak, sampaiin aja kalo aku pertengahan juni mo balik, aku kangen banget deh’ jawabnya lagi.

‘Oke, deh ntar aku sampaikan, take care ya’ jawabku datar dan menutup telepon.

Kemudian ingatanku melayang beberapa tahun lalu, dimana saat itu dia banyak problem,.. cowok, drug, bahkan sempat pula berurusan dengan pihak berwajib karena tertangkap tangan atas kepemilikan Narkoba. Atas saranku Asti, adik kandung Yuke ke Jakarta dan sekarang telah bekerja di Singapura untuk memulai sesuatu yang baru.

Asti 30 th, seperti juga saudaranya berwajah cantik, kulitnya bersih, mata lebar, hidung mancung, rambut berombak di ujung dengan postur tubuh proporsional. Karena obsesi untuk mandiri dan sifatnya yang keras kepala itulah dia terperosok dalam problem berkepanjangan. Asti sebelumnya tinggal di Surabaya, disana dia bekerja sebagai penyanyi. Dari pekerjaannya itulah (yang sebenernya tidak kami sukai) Asti sempat ditahan polisi 1 malam karena narkoba, sebelum kami datang-dipanggil untuk memberi keterangan.

Sejak peristiwa ditahannya Asti 3 tahun lalu, Asti sering telepon aku dan bercerita tentang keadaannya, teman lelakinya dan biasanya cukup lama, minimal 30 menit. Asti lebih dekat denganku dan sering ‘curhat’ daripada kakaknya. Dalam setiap pembicaraan, Yuke selalu memberi tanda agar aku ‘merayu’ Asti untuk pindah ke Jakarta dan mencari pekerjaan di sini. Yuke tau kedekatan kami itu, bahkan mendorong untuk dapat mengontrolnya melalui aku, karena sejak kecil Asti memang susah nurut dan bandel. Awalnya aku hanya menganggapnya sebagai tanggung jawab seorang kakak terhadap adik, sebelum terjadi ‘sesuatu’ yang tidak semestinya kami lakukan.

Awal maret 2000, Asti telepon memintaku untuk menjemputnya di stasiun Gambir, Yuke sangat gembira dengan berita itu dan segera mempersiapkan kamar untuknya. 13 maret 2000 aku jemput asti sendiri, karena anak bungsuku sakit, dan kami duga demam berdarah. Asti datang sendirian, padahal rencananya bersama Hendry ‘cowoknya’ yang keturunan.

‘Kok, sendirian kak??’ mana ponakan2ku, tanya asti saat aku sambut barang2 bawaannya.

‘Andi lagi sakit, kayanya demam berdarah deh, terpaksa diisolasi dari sodaranya’ jawabku ngeloyor menuju mobil. Sambil merokok dan berlari kecil Asti mengikuti aku, ‘Kesian yah, aku kangen ama mereka’ katanya.

‘Kak, tau nggak knapa aku kesini?? tanyanya di mobil.

‘Yah, loe mau refreshing, loe udah sadar dan mau kerja yang sesuai ama ijazahmu, khan?’ jawabku sekenanya.

‘Yang lain donk’ komentarnya manja.

‘Apa yaa, paling putus atau mo lari dari cowokmu, hahahaha’ aku tertawa geli karena pinggangku digelitiknya.

‘Sekarang bulan apa kak?’

‘Maret’ jawabku sambil terus nyetir

‘Bulan maret ada apa ya??’ Asti mengerling, tangannya meremas tanganku saat di persneling..

‘Asti,.. Apaan sih’, kataku berusaha menepis tangannya yang kemudian bergerak mau gelitiki aku lagi. Tanganku ditangkapnya, digenggam kemudian dicium sambil bertanya manja ‘Kakak sayang Asti nggak sih?’

‘Asti.. aku kakakmu, aku sayang kamu seperti Yuke menyayangimu’ kataku jengah dan menarik tangan .

‘Kak,.. aku sayang dan mengagumi Kak rizky, lebih dari itu.., aku sayang ama kakak, karena bisa ngertiin aku, pahami aku, bisa ngemanjain aku dan..tau nggak, aku bisa orgasme kalo lagi teleponan ama kakak’..katanya sambil meraih tanganku lagi.

‘Asti.. aku gak mau ngerusak semuanya dengan perbuatan bodohmu’, jawabku marah namun sebenernya menahan gejolak. Asti terdiam dan melepas tanganku. Itulah 30 menit pembicaraan kami di perjalanan menuju ke rumah.

Sampai di rumah Yuke menyambutku dengan ciuman sambil bilang mo ke RS karna andi anak ke tiga ku panas udah lebih dari 2 hari. Aku segera ke kamar melihat keadaannya, sementara Asti dan Yuke menuju ke kamar di lantai 2 yang telah disiapkan.

‘Maa, cepetan yah’ aku beri isyarat agar Yuke segera bersiap.

‘Asti, mandi terus istirahat dulu yaa, ntar ngobrolnya deh’ kata Yuke ama Asti..OK boss sahut Asti.

Singkatnya Andi harus segera dirawat di RS saat itu juga.

‘Andi maunya ditemenin ama mama aja yaa? pinta anakku lirih..

‘Iya sayang, mama akan temenin anak tersayang mama deh’ Yuke menghibur.

‘Janji ya maa..’

Setelah Andi tidur aku rundingan ama Yuke, keputusannya adalah aku akan nungguin Andi malem dan langsung berangkat kerja dari RS.

‘Paa, sekarang jemput asti ya.. ajak dia kesini, sekalian bawain aku beberapa pakaian, aku pengen ngobrol disini’.

‘Oke sayang’, jawabku setelah merasa semua beres.

Sesampainya di rumah, aku siapkan beberapa pakaian yang pantas, termasuk pakaian dalemYuke. Aku naik ke lantai 2 (kamar Asti) mo ambil tas, kuketuk pintu dan memanggilnya.. Tapi gak ada sahutan, aku berasa gak enak dan telepon istriku

‘Kalo gak dikunci masuk aja deh paa, soalnya semua tas ada disana’

‘Tungguin si Bengal itu bangun, biarin dulu dia istirahat ntar kalo bangunin sekitar jam 12-an.

Aku manusia biasa, seorang lelaki mana yang tidak tergoda dengan keadaan ini ; gadis cantik tertidur pulas, tanpa selimut. Sangat menggairahkan dengan rambut setengah basah tidur terlentang hanya dengan CD kecil terikat di pinggul dan sepasang bukit indah bebas tanpa penutup, ada kesempatan lagi. Aku terpaku untuk sesaat.. bathinku sedang berperang.. dan.. akhirnya aku menyerah.

Kuhampiri Asti (yang sedang tertidur??), aku ambil selimut yang terjatuh di lantai dan menutupi tubuh indah itu, tapi asti sepertinya gak mau di selimuti. Gerakan tangannya menolak diselimuti. Aku kembali terdiam.., kuberanikan diri menyentuh tangannya,.. gemetar aku rasakan saat itu,.. Asti masih terlelap bahkan mengeluarkan suara mendengkur. Nafsu sudah menguasai bathinku juga ragaku, penisku sangat2 tegang.. Asti lebih cantik, lebih putih lebih tinggi dari Yuke.. dengan jari tengahku, kutelusuri tangannya hingga ketiak..Asti menggeliat dan menyamping seakan memberiku ruang untuk duduk di sebelahnya.

Benar-benar kesempatan telah berpihak padaku,.. kuulangi sentuhan jariku, aku belai rambutnya yang lembab dan berombak, aku cium keningnya, aku belai wajahnya sambil memanggilnya pelahan,.. “Asti.., bangun sayang..mbakmu suruh kamu ke RS..”, (dengar atau gak aku gak peduli) kuulangi kata-kata itu sambil terus membelai.., Asti malah melingkarkan tangannya kepinggangku. Tanpa kusadari tanganku telah membelai kedua bukitnya, mempermainkan putingnya, sambil mengecup perlahan bibirnya. Asti membuka matanya dan mendesah perlahan .. kakk, aku sayang kakak, aku ingin kakak sayang aku lebih dari seorang adik .. sebulan lebih aku meninggalkannya .. aku benci dia.. ternyata dia telah berkeluarga, dan sampai saat ini belum kutemukan figur yang aku cari, kak.. sayangi asti.. tangannya menuntun tanganku kedaerah yang paling intimnya yang telah lembab, ketika jariku sedikit menekannya.. Ditariknya tubuhku sehingga menindih tubuhnya.. Sepertinya Asti in the mood. Dalam keadaan masih berpakaian, aku peluk asti dan menindihnya, kami bergerak seirama seakan sedang bersenggama..

Tiba-tiba telepon berteriak nyaring, seakan menyadarkan agar tidak berbuat lebih lanjut.

‘Pahh, udah bangun si Bengal tuh,.. Siram air aja kalo gak bisa, cepetan nih udah jam berapa sekarang? gerah nih, jangan lupa dasterku’.

OK, jawabku dengan nafas masih memburu menahan nafsu. Permainan kami terhenti dengan un happy ending..

14 maret, Di tempat kerja setelah mendapat ucapan selamat dan ciuman pipi dari rekan2 atas ulang tahunku, aku masih nggak abis pikir.. why it happen?? jahat amat aku,.. disaat usia bertambah tua, anak sedang sakit.. aku malah mengumbar nafsu.. IPARKU lagi.. Udahlah I wont do that again, biar Asti yang nunggu Andi .. pikirku.

Jam 14.30 sepulang kerja, aku mampir ke Pizza Hut beliin makanan kesukaan Andi sebelum ke RS. Saat dikamar Asti menyambutku dengan ciuman mesra di bibir.. met ulang tahun sayang.., Gila nih anak pikirku.. ‘Yuke’, aku memanggil istriku.. Yuke keluar kamar mandi, langsung memelukku, ‘Met ulang tahun pah.. hadiahnya ntar aja nunggu Andi sembuh, katanya main mata nakal. Sekitar jam 19.30 aku mo balik, pulang ganti baju. ‘Pah, ntar aja pulangnya, jam 21 an aja soalnya Andi gak mau kalo gak ditungguin mama, papa dirumah aja deh..’ biar mama yang tungguin Andi.

‘Yah..gimana nih, ntar kamu ditemenin Asti ya, papa mo pulang urusin si rio ama intan’. ‘Tadi Asti bilang tadi mo ktemuan ama temennya, mungkin dia mo keluar malem ini, pulang bareng ama papah aja ya, ntar kasi kunci cadangan rumah di laci lemari ya’ jawab Yuke. Gawat..tapi ada rasa senang juga terbersit di pikiranku. Malaikat bathinku menyayangkan kenapa Yuke begitu percaya pada hubungan kami, sedang syaitan di jiwa-ragaku bersorak kegirangan sampai penisku berkedut.

Singkatnya kami tinggalkan Yuke yang menjaga Andi. di perjalanan Asti bilang ingin memberiku sesuatu untuk melampiaskan apa yang terpendam di sanubarinya dan membohongi kakaknya sendiri. Seperti biasa Rio dan intan udah berada di kamarnya jam 21. (Yuke sangat disiplin dalam mendidik anak). Aku periksa tas mereka nge-cek PR. Setelah mencium pipi mereka, aku turun dan mandi, (Asti udah ke kamarnya). Jam 23 after I call Yuke 2 say good night, terdengar ketukan pintu, saat kubuka asti menerobos masuk dengan pakaian tidur cream.

‘Kak, .. Asti mau tidur ama kakak, pengen dipelukin dan dimanjain..

Saat itu yang pertama bereaksi adalah si Ucok di dalam sarung dan berteriak mengacung.. MERDEKA..

Dapat dibayangkan 2 orang berlainan jenis dalam 1 kamar yang dingin..

Asti memelukku.. aku balas memeluknya erat. Sangat lama kami berpelukan.. Dalam posisi berdiri, kami berpelukan seakan berdansa.. setelah puas, aku gendong asti ke pembaringan.., kurebahkan dia, kutanggalkan pakaian tidurnya, Asti hanya menggunakan G string.,.. Asti pasrah, menikmati, badannya yang polos.. Asti memandangku saat aku buka sarung, satu2nya penutup bagian tubuhku.. Kurebahkan diriku disamping tubuhnya, aku cium dan rasakan tiap jengkal tubuhnya, bukitnya yang putih begitu indah mencuat, kontras dengan tanganku yang hitam.. Kak.. Aku sering mimpikan ini.. kak.. puaskan aku.., sayangi aku..

Kuremas bukit indahnya sambil menciumi putingnya,.. Asti menggelinjang hebat.. tangannya meraih penisku.. Dikocoknya perlahan.., kumasukkan tanganku, ke dalam CD G string hitam asti, Asti mengangkat pinggulnya membantuku melepas satu2nya penutup tubuhnya. Lembab dan basah vagina asti oleh lendir hasrat, kutekan ujung jariku sedikit masuk, otomatis pinggulnya mengangkat dan berusaha agar jariku masuk lebih dalam.. beberapa lama aktifitas itu aku lakukan. Asti pengen hisap punya kakak.. pintanya.

Aku segera berdiri dengan penis masih teracung tegak, Asti bangkit mengulumnya.. woww hisapannya ruarr biasa, penisku seakan berada dalam vaginanya.., segera aku atur posisi 69 untuk menikmati lendir gairah yang udah disediakan, setelah beberapa menit Asti menggelinjang sambil berteriak, ‘kak.. Asti pengen keluar, Kak ..gerakannya tambah liar. Kuhentikan jilatanku dan kuposisikan penisku penetrasi ke vaginanya yang benar-benar basah. Clepp, mudah sekali penisku menerobos masuk, aku berusaha mempertahankan very slow..kurasakan benar dinding-dinding vagina Asti, saat kutemukan g spotnya, (sedikit dibawah permukaan dalam di bawah clitnya) kuarahkan agar tetap menyentuh that area.. Asti benar2 tak dapat menguasai diri, dijepitnya pinggangku dengan kaki dan ditahannya pada posisi yang dikekehendaki.. Kakk.. kurasakan denyutan dahsyat otot vagina Asti, sangat kencang, lebih kencang dari denyutan Yuke.., God.. i’m cumming.. teriaknya. Saat kedutannya mengendor, kupercepat gerakanku, aku ingin menuntaskan semuanya.. beberapa genjotan sampai terasa telah hamper sampai, aku tarik penisku dan tumpahkan semua di luar.. Asti agak kecewa.. namun aku tak segila itu untuk mempunyai seorang anak lagi.

Begitulah pengalamanku dengan adik iparku, Setelah Andi pulang, aku selalu berusaha mencari kesempatan untuk bersenggama dengannya, Asti sempat tinggal selama 6 bulan sebelum ada panggilan kerja di Singapura.

Juni nanti Asti akan kembali,.. aku takut.. tapi juga rindu bertemu dengannya..

Aku Dan 3 Sepupuku

Sebelumnya kuperkenalkan diri namaku Rudy tinggi 170 cm berat badan 55 kg umurku sekarang 20 tahun asalku dari Sragen sekarang aku telah masuk jenjang perguruan tinggi negeri di kota Solo.

Pengalaman seks yang pertama kualami terjadi sekitar 4 tahun lalu, tepatnya waktu aku masih duduk di bangku SMU kelas 1 berumur 16 tahun. Karena rumahku berasal dari desa maka aku kost dirumah kakakku. Saat itu aku tinggal bersama kakak sepupuku yang bernama Mbak Fitri berusia 30 tahun yang telah bersuami dan mempunyai 2 orang putri yang masih kecil-kecil, namun di tempat tinggal bukan hanya kami berempat tapi ada 2 orang lagi adik Mbak Fitri yang bernama Wina waktu itu berumur 19 tahun kelas 3 SMK dan adik dari suami kak Fitri bernama Asih berusia 14 tahun.

Kejadian tersebut terjadi karena seringnya aku mengintip mereka betiga saat mandi lewat celah di dinding kamar mandi. Biarpun salah satu dianatara mereka suadah berumur kepala 3 tapi kondisi tubuhnya sangat seksi dan menggairahkan payudaranya montok, besar dan belahan vaginanya woow…terlihat sangat oh…oooght nggak ku-ku bo…

Saat malam hari saat aku tidur dilantai beralaskan tikar, di ruang tamu yang gelap bersama Mbak Wina, awalnya sich aku biasa-biasa saja tapi setelah lama seringnya aku tidur bersama Mbak Wina maka aku akhirnya tak tahan juga. Malam-malam pertama saat dia tertidur pulas aku cuma berani mencium kening dan membelai rambutnya yang harum. Malam berikutnya aku sudah mulai berani mencium bibirnya yang seksi mungil, tanganku mulai meremas-remas buah dadanya yang padat berisi lalu memijat-mijat vaginanya yang, oh ternyata empuk bagai kue basah yang……oh…oh.., aku melihat matanya masih terpejam pertanda ia masih tertidur tapi dari mulutnya mendesah dengan suara yang tak karuan.

“Ah…..ught…..hhhhhh….hmmmm” desahan Mbak Wina mulai terdengar.
Tanganku terus bergerilya menjamah seluruh tubuhnya.saat aku menciumi vaginanya yang masih tertutup calana, ia mulai terbangun aku takut sekali jangan-jangan ia akan berteriak atau marah-marah tapi dugaan ku meleset.
Ia malah berkata, ”Dik teruskan….. aku sudah lama mendambakan saat-saat seperti ini ayo teruskan saja……..”
Bagai mendapat angin segar aku mulai membuka t-shirt yang ia gunakan kini terpampang buah dada yang seksi masih terbungkus BH. BH-nya lalu kubuka dan aku mulai mengulum putingnya yang sudah mengeras gantian aku emut yang kiri dan kanan bergantian.

“Mbak, maafkan aku tak sanggup menahan nafsu birahiku!”
“Nggak apa-apa kok dik aku suka kok adik mau melekukan ini pada mbak karena aku belum pernah merasakan yang seperti ini” jawab Mbak Wina.
Setelah puas kupermainkan payudarnya lalu aku mulai membuka rok bawahannya.biarpun kedaan gelap gulita aku tahu tempat vagina yang menggiurkan, terus kubuka CD nya, lalu kuciumi dengan lembut.
“Cup…cup…sret…. srettttttttttt”, suara jilatan lidahku.
“Ought……ought….terus dik enak…..!!!”
Karena takut ketahuan penghuni rumah yang lain aku dengan segera mengangkan kedua kakinya lalu kumasukkan penisku yang mulai tegang kedalam vaginanya yang basah.

“Ehmm…oh…ehhhhh…. mmmmhhh”, rintih kakakku keenakan.
Setelah kira-kira setengah jam aku mulai merasakan kenikmatan yang akan segera memuncak demikian juga dengan dia.
“Crot..cret…crettttttt…. crettttttttttt”, akhirnya spermaku kukeluarkan di dalam vaginanya.
“Oh……”
Rupanya ia masih perawan itu kuketahui karena mencium bau darah segar.
“Terima kasih dik kamu telah memuaskan Mbak, Mbak sayang padamu lain kali kita sambung lagi yach?”
“Ok deh mbak”, sahutku.

Setelah selesai memakai pakaian kembali aku dan dia tidur berpelukan sampai pagi. Sebenarnya kejadian malam itu kurang leluasa karena takut penghuni rumah yang lain pada tahu,sehingga suatu ketika kejadian itu aku ulang lagi.
Masih ingat dalam ingatan hari itu minggu pagi,saat mbak Fitri dan adiknya Asih bersama keuarga yang lain pergi ke supermarket yang tidak terlalu jauh dari rumah kami.Karena keadaan rumah yang sepi yang ada hanya aku dan Mbak Wina, aku mulai menutup seluruh pintu dan jendela. Kulihat Mbak Wina sedang menyeterika dengan diam-diam aku memeluknya dengan erat dari balakang.

“Dik jangan sekarang aku lagi nyetrika tunggu sebentar lagi yach…… sayang….!” pinta Kak Wina.
Tapi aku yang sudah bernafsu nggak memperdulikan ocehannya, segera kumatikan setrika, kuciumi bibirnya dengan ganas.
“Hm…eght…. hmmmmm……. eght…!”

Karena masih dalam posisi berdiri sehingga tak leluasa melakukan cumbuan, aku bopong ia menuju ranjang kamar.
Kubaringkan ia di ranjang yang bersih itu lalu segera kulucuti semua pakaiannya dan pakaian ku hinggas kami berdua telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menempel. Wow……tubuh kakakku ini memang benar sempurna tinggi 165 cm berat sekitar 50 kg sungguh sangat ideal, payudaranya membusung putih bagaikan salju dengan puting merah jambu dan yang bikin dada ini bergetar dibawah pusarnya itu lho……. bukit kecil kembar ditengahnya mengalir sungai di hiasai semak-semak yang rimbun.

Kami berdua tertawa kecil karena melihat tubuh lawan jenis masing-masing itu terjadi sebab saat kami melakukan yang pertama keadaan sangat gelap gulita tanpa cahaya. Sehingga tidak bias melihat tubuh masing-masing.
Aku mulai menciumi muka tanpa ada yang terlewatkan, turun ke lehernya yang jenjang kukecupi sampai memerah lalu turun lagi ke payudaranya yang mulai mengeras, kujilati payudara gantian kanan kiri dan kugigit kecil bagian putingnya hingga ia menggelinjang tak karuan.

Setelah puas bermain di bukit kembar tersebut aku mulai turun ke bawah pusar, ku lipat kakinya hingga terpampang jelas seonggok daging yang kenyal di tumbuhi bulu yang lebat. Lidahku mulai menyapu bagian luar lanjut ke bagian dinding dalam vagina itu, biji klitorisnya ku gigit pelan sampai ia keenakan menjambak rambutku.
“Ught..ugh…hah oh….oh…..”desahan nikmat keluar dari mulut Kak Wina.

Setelah kira-kira 15 menit aku permainkan vaginanya rasanya ada yang membanjir di vaginanya rasanya manis asin campur aduk tak karuan kusedot semua cairan itu sampai bersih, rupanya ia mulai orgasme. Mungkin saking asyiknya kami bercumbu tanpa kami sadari rupanya dari tadi ada yang memperhatikan pergumulan kami berdua, Mbak Fitri dan adik suaminya, Asih sudah berdiri di pinggir pintu. Mungkin mereka pulang berdua tanpa suaminya dan kedua anaknya yang masih mampir ke rumah Pakdhenya mereka ketuk pintu tapi nggak ada sahutan lalu mereka menuju pintu daur yang lupa tak aku kunci. Aku dan Mbak Wina kaget setengah mati, malu takut bercampur menjadi satu jangan-jangan mereka marah dan menceritakan kejadian ini pada orang lain. Tapi yang terjadi sungguh diluar dugaan kami berdua, mereka bahkan ikut nimbrung sehingga kami menjadi berempat.

“Dik main gituan kok kakak nggak di ajak sich kan kakak juga mau, sudah seminggu ini suami kakak nggak ngajak gituan”, ucap Mbak Fitri.
“Ini juga baru mulai kak!” sahutku.
“Mas aku boleh nyoba seks sama Mas?” tanya Asih.
“Boleh”.
Aku dan Kak Wina selanjutnya menyuruh mereka berdua melepas seluruh pakaiannya.
“Ck.. ck…ck……ck……”, guman ku.
Sekarang aku dikerubung 3 bidadari cantik sungguh beruntung aku ini.

Mbak Fitri tubuhnya masih sangat kencang payudaranya putih agak besar kira-kira 36 B vaginanya indah sekali. Sedangkan Asih tubuhnya agak kecil tapi mulus, dadanya sudah sebesar buah apel ukuranya 34 A vaginanya kelihatan sempit baru ditumbuhi bulu yang belum begitu lebat. Pertama yang kuserang adalah Mbak Fitri karena sudah lama aku membayangkan bersetubuh dengannya aku menciumi dengan rakus pentilnya kuhisap dalam-dalam agar air susunya keluar, setelah keluar kuminum sepuasnya rupanya Mbak Wina dan Asih juga kepingin merasakan air susu itu sehingga kami bertiga berebut untuk mendapatkan air susu tersebut, sambil tangan kami berempat saling remas, pegang dan memasukam ke dalam vagina satu sama lain.

Setelah puas dengan permainan itu, aku meminta agar mereka berbaring baris sehingga kini ada 6 gunung kembar yang montok berada di depanku. Aku mulai mengulum susu mereka satu per satu bergantian sampai 6, aku semakin beringas saat kusuruh mereka menungging semua, dari belakang aku menjilati vagina satu persatu rasanya bagai makan biscuit Oreo di jilat terus lidahku kumasukkan ke dalam vagina mereka.

Giliran mereka mengulum penisku bergantian.
“Hoh…. hoooooooooo…… hhhhhhhhhh…… ehmmmmmmmmm”, desah mereka bertiga.
Aku yang dari tadi belum orgasme semakin buas memepermainkan payudara dan vagina mereka, posisi kami sekarang sudah tak beraturan. Saling peluk cium jilat dan sebagainya pokok nya yang bikin puas, hingga mereka memberi isyarat bahwa akan sampai puncak.
“Dik aku mau keluar”
“Mas aku juga”
“Aku hampir sampai”, kata mereka bergantian.
“Jangan di buang percuma, biar aku minum!”, pintaku
“Boleh”, kata Mbak Fitri.
Aku mulai memasang posisi kutempelkan mulutku ke vagina mereka satu persatu lalu kuhisap dalam-dalam sampai tak tersisa, segarnya bukan main.
“Srep.., srep”.
Heran, itulah yang ada di benakku, aku belum pernah nge-sex sama mereka kok udah pada keluar, memang mungkin aku yang terlalu kuat.

Karena sudah tidak sabar aku mulai memasukkan penisku de dalam vagina Mbak Wina kugenjot naik turun pinggulku agar nikmat, sekitar 5 menit kemudian aku gantian ke Kak Fitri, biarpun sudah beranak 2 tapi vaginanya masih sempit seperti perawan saja.
“Dik enak……. Uh…… oh…..terussssssss!”, desahnya.
“Emang kok Kak…….. hhhhhhh ehmm…..”
“Mas giliranku kapan..?”, rupanya Asih juga sudah tak tahan.
“Tunggu sebentar sayang.“

Sekitar 10 menit aku main sama kak Fitri sekarang giliran Asih, dengan pelan aku masukkin penisku, tapi yang masuk hanya kepalanya. Mungkin ia masih perawan, baru pada tusukan yang ke 15 seluruh penisku bisa masuk ke liang vaginanya.
“Mas……. sakit….. mas…… oght…….. hhohhhhhh…….”, jerit kecil Asih.
“Nggak apa-apa nanti juga enak, Sih!”, ucapku memberi semangat agar ia senang.
“Benar Mas sekarang nikmat sekali… oh.. ought..”

Rupanya bila kutinggal ngeseks dengan Asih, kak Fitri dan Kak Wina tak ketinggalan mereka saling kulum, jilat dan saling memasukkan jari ke vaginanya masing-masing. Posisiku di bawah Asih, di atas ia memutar-mutar pinggulnya memompa naik turun sehingga buah dadanya yang masih kecil terlihat bergoyang lucu, tanganku juga tidak tinggal diam kuremas-remas putingnya dan kusedot, kugigit sampai merah.

Karena sudah berlangsung sangat lama maka aku ingin segera mencapai puncak, dalam posisi masih seperti semula Asih berjongkok di atas penisku, kusuruh Mbak Fitri naik keatas perutku sambil membungkuk agar aku bisa menetek, eh…, bener juga lama-lama air susunya keluar lagi, kuminum manis sekali sampai terasa mual. Mbak Wina yang belum dapat posisi segera kusuruh jongkok di atas mulutku sehingga vaginanya tepat di depan mulutku, dan kumainkan klitorisnya.
Ia mendesah seperti kepedasan.

“Ah……… huah…….. hm…….!”
Tanganku yang satunya kumasukkan ke vagina Mbak Fitri, kontolku digarap Asih, mulutku disumpal kemaluan Mbak Wina, lengkap sudah.
Kami bermain gaya itu sekitar 30 menit sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan.
“Ought……… hmmmmmm…… cret… crot…..”
“Enak Mas…….!” desah Asih.
Spermaku ku semprotkan kedalam vagina Asih dan keluarlah cipratan spermaku bercampur darah menandakan bahwa ia masih perawan. Kami berempat sekarang telah mencapai puncak hampir bersamaan, lelah dan letih yang kami rasakan.
Sebelum kami berpakaian kembali sisa-sisa sperma di penisku di jilati sampai habis oleh mereka bertiga. Setelah kejadian itu kami selalu mengulanginya lagi bila ada kesempatan baik berdua bertiga maupun berempat.

Namun sekarang kami sudah saling berjauhan sehingga untuk memuaskan nafsu birahiku aku sering jajan di kafe-kafe di kota Solo ini ataupun dengan teman-teman wanita di tempat kuliah yang akrab denganku. Tapi tak satu pun dari mereka yang menjadi pacarku. Nah, bagi teman-teman yang ingin berkenalan silakan kontak emailku. Pasti aku balas.

Akibat Film Porno

Namaku Iwan (nama samaran). Aku itu sudah kuliah semester dua di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Aku tinggal masih bareng orangtua dan adikku yang masih SMP, Dina namanya (juga samaran). Orangtuaku dua-duanya kerja. Jadi rumah sering tinggal adikku dan aku saja, sama pembantu.

Pada waktu sore rumah sedang kosong, orangtua sedang pergi dan kebetulan pembantu juga sedang tidak ada. Adikku sedang pergi. Aku menyewa VCD BF XX dan X2. Aku senang sekali, karena tidak ada gangguan pas sedang nonton. Cerita X2 di VCD itu kebetulan bercerita tentang seks antara adik dan kakak. Gila sekali deh adegannya. Kupikir kok bisa ya. Eh, aku berani tidak ya melakukan itu sama adikku yang masih SMP? tapi kan adikku masih polos sekali, kalau di film ini mah sudah jago dan pro, pikirku dalam hati. Sedang nonton plus mikir gimana caranya melakukan sama adikku, eh, bel berbunyi. Wah, teryata adikku, si Dina sama temannya datang. Sial, mana filmnya belum selesai lagi. Langsung kusimpan saja tuh VCD, terus kubukakan pintu. Dina sama temannya masuk. Eh, temannya manis juga loh.
“Dari mana lo?” tanyaku.
“Dari jalan dong. Emang kayak kakak, ngedekem mulu di rumah,” jawabnya sambil manyun.
“Aku juga sering jalan tau, emang elo doang. Cuman sekarang lagi males,” kataku.
“Oh iya, Kak. Kenalin nih temenku, namanya Anti, temen sekelasku,” katanya.
Akhirnya aku kenalan sama itu anak. Tiba-tiba si Dina tanya, “lihat VCD Boyzone aku tidak?”
“Tau, cari saja di laci,” kataku.
Eh, dia membuka tempat aku menaruh VCD BF. Aku langsung gelagapan.
“Eh, bukan di situ..” kataku panik.
“Kali saja ada,” katanya.
Telat. Belum sempat kutahan dia sudah melihat VCD XX yang covernya lumayan hot itu, kalau yang X2 sih tidak pakai gambar.
“Idih.. Kak. Kok nonton film kayak begini?” katanya sambil memandang jijik ke VCD itu.
Temannya sih senyam-senyum saja.
“Enggak kok, aku tadi dititipin sama temanku,” jawabku bohong.
“Bohong banget. Ngapain juga kalo dititipin nyasar sampe di laci ini,” katanya.
“Kak, ini film jorok kan? Nnngg.. kayak apa sih?” tanyanya lagi.

Aku tertawa saja dalam hati. Tadi jijik, kok sekarang malah penasaran.
“Elo mao nonton juga?” tanyaku.
“Mmm.. jijik sih.. tapi.. penasaran Kak..” katanya sambil malu-malu.
“Anti, elo mao nonton juga tidak?” tanyanya ke temannya.
“Aku mah asyik saja. Lagian aku udah pernah kok nonton film kayak begitu,” jawab temannya.
“Gimana.. jadi tidak? keburu mama sama papa pulang nih,” desakku.
“Ayo deh. Tapi kalo aku jijik, dimatiin ya?” katanya.
“Enak saja lo, elo kabur saja ke kamar,” jawabku.

Lalu VCD itu aku nyalakan. Jreng.. dimulailah film tersebut. Aku nontonnya sambil sesekali memandangi adikku dan temannya. Si Anti sih kelihatannya tenang nontonnya, sudah “expert” kali ya? Kalau adikku kelihatan begitu baru pertama kali nonton film seperti begitu. Dia kelihatan takut-takut. Apalagi pas adegan rudalnya cowok dihisap. Mana itu rudal besarnya minta ampun. “Ih, jijik banget..” kata Dina. Pas adegan ML sepertinya si Dina sudah tidak tahan. Dia langsung kabur ke kamar.
“Yee, malah kabur,” kata Anti.
“Elo masih mao nonton tidak?” tanyaku ke si Anti.
“Ya, terus saja,” jawabnya.
Wah, boleh juga nih anak. Sepertinya, bisa nih aku main sama dia. Tapi kalau dia marah gimana? pikirku dalam hati. Ah, tidak apa-apa kok, tidak sampai ML ini. Sambil nonton, aku duduknya mendekat sama dia. Dia masih terus serius nonton. Lalu kucoba pegang tangannya. Pertama dia kaget tapi dia tidak berusaha melepas tangannya dari tanganku. Kesempatan besar, pikirku. Kuelus saja lehernya. Dia malah memejamkan matanya. Sepertinya dia menikmati begitu. Wow, tampangnya itu lho, manis! Aku jadi ingin nekat. Waktu dia masih merem, kudekati bibirku ke bibir dia. Akhirnya bersentuhanlah bibir kami. Karena mungkin memang sudah jago, si Anti malah mengajak French Kiss. Lidah dia masuk ke mulutku dan bermain-main di dalam mulut. Sial, jagoan dia daripada aku. Masa aku dikalahin sama anak SMP sih. Sambil kami ber-French Kiss, aku berusaha masukkan tanganku ke balik bajunya. Mencari sebongkah buah dada imut. Ukuran dadanya tidak begitu besar, tapi sepertinya sih seksi. Soalnya badan si Anti itu tidak besar tapi tidak kurus, dan tubuhnya itu putih.

Begitu ketemu buah dadanya, langsung kupegang dan kuraba-raba. Tapi masih terbungkus sama bra-nya. “Baju elo gue buka ya?” tanyaku. Dia ngangguk saja sambil mengangkat tangannya ke atas. Kubuka bajunya. Sekarang dia tinggal pakai bra warna pink dan celana panjang yang masih dipakai. Shit! kataku dalam hati. Mulus sekali! Kubuka saja bra-nya. Payudaranya bagus, runcing dan putingnya berwarna pink. Langsung kujilati payudaranya, dia mendesah, aku jadi makin terangsang. Aku jadi pingin menyetubuhi dia. Tapi aku belum pernah ML, jadi aku tidak berani. Tapi kalau sekitar dada saja sih aku lumayan tahu. Gimana ya? Tiba-tiba pas aku lagi menjilati payudara si Anti, adikku keluar dari kamar. Kami sama-sama kaget. Dia kaget melihat apa yang kakak dan temannya perbuat. Aku dan Anti kaget pas melihat Dina keluar dari kamar. Si Anti buru-buru pakai bra dan bajunya lagi. Si Dina langsung masuk ke kamarnya lagi. Sepertinya dia shock melihat apa yang kami berdua lakukan. Si Anti langsung pamit mau pulang. “Bilang sama Dina ya.. sorry,” kata Anti. “Tidak apa-apa kok,” jawabku. Akhirnya dia pulang.

Aku ketuk kamarnya Dina. Aku ingin menjelaskan. Eh, dianya diam saja. Masih kaget kali ya, pikirku. Aku tidur saja, dan ternyata aku ketiduran sampai malam. Pas kebangun, aku tidak bisa tidur lagi, aku keluar kamar. Nonton TV ah, pikirku. Pas sampai di depan TV ternyata adikku lagi tidur di kursi depan TV. Pasti ketiduran lagi nih anak, kataku dalam hati. Gara-gara melihat dia tidur dengan agak “terbuka” tiba-tiba aku jadi keingat sama film X2 yang belum selesai kutonton, yang ceritanya tentang hubungan seks antara adik dan kakak, ditambah hasrat aku yang tidak kesampaian pas sama Anti tadi. Ketika adikku menggerakan kakinya membuat roknya tersingkap, dan terlihatlah CD-nya. Begitu melihat CD-nya aku jadi semakin nafsu. Tapi aku takut. Ini kan adikku sendiri masa aku setubuhi sih. Tapi dorongan nafsu semakin menggila. Ah, aku peloroti saja CD-nya. Eh, nanti kalau dia bangun bagaimana? Ah, cuek saja. Begitu CD-nya turun semua, wow, belahan kemaluannya terlihat masih amat rapat dan dihiasi bulu-bulu halus yang baru tumbuh. Kucoba sentuh, hmm.. halus sekali. Kusentuh garis kemaluannya. Tiba-tiba dia menggumam, aku jadi kaget. Aku merasa di ruang TV terlalu terbuka. Kurapikan lagi pakaian adikku, terus kugendong ke kamarnya.

Sampai di kamar dia, it’s show time, pikirku. Kutiduri dia di kasurnya. Kubukakan bajunya. Ternyata dia tidak pakai bra. Wah, payah juga nih adikku. Nanti kalau payudaranya jadi turun bagaimana. Begitu bajunya terbuka, buah dada mungilnya menyembul. Ih, lucu bentuknya. Masih kecil buah dadanya tapi lumayan ada. Kucoba hisap putingnya, hmm.. nikmat! Buah dada dan putingnya begitu lembut. Eh, tiba-tiba dia bangun! “Kak.. ngapain lo!” teriaknya sambil mendorongku. Aku kaget sekali, “Ngg.. ngg.. tidak kok, aku cuma pengen nerusin tadi pas sama si Anti, tidak papa kan?” jawabku ketakutan. Aku berharap orangtua aku tidak mendengar teriakan adikku yang agak keras tadi. Dia menangis.
“Sorry ya Din, gue salah, habis elo juga sih ngapain tidur di ruang TV dengan keadaan seperti itu, tidak pake bra lagi,” kataku.
“Jangan bilang sama mama dan papa ya, please..” kataku.
Dia masih nangis. Akhirnya kutinggali dia. Aduh, aku takut nanti dia ngadu.

Sejak saat itu aku kalau ketemu dia suka canggung. Kalau ngomong paling seadanya saja. Tapi aku masih penasaran. Aku masih ingin mencoba lagi untuk “ngegituin” Dina. Sampai pada suatu hari, adikku sedang sendiri di kamar. Aku coba masuk,
“Din, lagi ngapain elo,” aku mencoba untuk beramah-tamah.
“Lagi dengerin kaset,” jawabnya.
“Yang waktu itu, elo masih marah ya..” tanyaku.
“..” dia diam saja.
“Sebenernya gue.. gue.. pengen nyoba lagi..” gila ya aku nekat sekali.
Dia kaget dan pas dia mau ngomong sesuatu langsung aku dekati mukanya dan langsung kucium bibirnya.
“MmhHPp.. Kakk.. mmHPh..” dia seperti mau ngomong sesuatu.
Tapi akhirnya dia diam dan mengikuti permainanku untuk ciuman. Sambil ciuman itu tanganku mencoba meraba-raba dadanya dari luar. Pertama merasakan payudaranya diraba, dia menepis tanganku. Tapi aku terus berusaha sambil tetap berciuman. Setelah beberapa menit berciuman sambil meraba-raba payudaranya, aku mencoba membuka bajunya. Eh, kok dia langsung mau saja dibuka ya? Mungkin dia lagi merasakan kenikmatan yang amat sangat dan pertama kali dirasakannya. Begitu dibuka, langsung kubuka bra-nya. Kujilati putingnya dan sambil mengusap dan mneremas-remas buah dada yang satunya. Walaupun payudara adikku itu masih agak kecil, tapi dapat memberikan sensasi yang tak kalah dengan payudara yang besar. Ketika sedang dihisap-hisap, dia mendesah, “Sshh.. sshh.. ahh, enak, Kak..” Setelah kuhisap, putingnya menjadi tegang dan agak keras. Terus kubuka celanaku dan aku keluarkan “adik”-ku yang sudah lumayan tegang. Pas dia melihat, dia agak kaget. Soalnya dulu kami pernah mandi bareng pas “punya”-ku masih kecil. Sekarang kan sudah besar dong.

Aku tanya sama dia, “Berani untuk ngisep punya gue tidak? Entar punya elo juga gue isepin deh, kita pake posisi 69.”
“69.. apa’an tuh?” tanyanya.
“Posisi dimana kita saling mengisap dan ngejilatin punyanya partner kita pada saat berhubungan,” jelasku.
“Ooo..”
Langsung aku membuka celana dia dan CD-nya. Kami langsung mengambil posisi 69. Aku buka belahan kemaluannya dan terlihatlah klitorisnya seperti bentuk kacang di dalam kemaluannya itu. Ketika kusentuh pakai lidah, dia mengerang,
“Ahh.. Kakak nyentuh apanya sih kok enak banget..” tanyanya.
“Elo mestinya ngejilatin dan ngisep punya gue dong. Masa elo doang yang enak,” kataku.
“Iya Kak, habis takut dan geli sih..” jawabnya.
“Jangan bayangin yang bukan-bukan dong. Bayangin saja keenakan elo,” kataku lagi.
Saat itu juga dia langsung menjilat punyaku. Dia menjilati kepala anu-ku dengan perlahan. Uuhh, enak benar. Terus dia mulai menjilati seluruh dari batanganku. Lalu dia masukkan punyaku ke mulutnya dan mulai menghisapnya. Oohh.. gila benar. Dia ternyata berbakat. Hisapannya membuatku jadi hampir keluar.

“Stop.. eh, Din, stop dulu,” kataku.
“Lho kenapa?” tanyanya.
“Tahan dulu entar aku keluar,” jawabku.
“Lho emang kenapa kalau keluar?” tanyanya lagi.
“Entar game over,” kataku.
Ternyata adikku memang belum mengerti masalah seks. Benar-benar polos. Akhirnya kujelaskan kenapa kalau cowok sudah keluar tidak bisa terus pemainannya. Akhirnya dia mulai mengerti. Posisi kami sudah tidak 69 lagi, jadi aku saja yang bekerja. Kemudian aku teruskan menghisapi kemaluannya dan klitorisnya. Dia terus menerus mendesah dan mengerang.
“Kak Iwan.. terus Kak.. di situ.. iya di situ.. oohh.. sshh..”

Aku terus menghisap dan menjilatinya. Dia menjambak rambutku. Sambil matanya merem-melek. Akhirnya aku sudah dalam kondisi fit lagi (tadi kan kondisinya sudah mau keluar). Kutanya sama adikku,
“Elo berani ML tidak?”
“..” dia diam.
“Gue pengen ML, tapi terserah elo.. gue tidak maksa,” kataku.
“Sebenerya gue takut. Tapi sudah kepalang tanggung nih.. gue lagi ‘on air’,” kata dia.
“OK.. jadi elo mau ya?” tanyaku lagi.
“..” dia diam lagi.
“Ya udah deh, kayanya elo mau,” kataku.
“Tapi tahan sedikit. Nanti agak sakit awalnya. Soalnya elo baru pertama kali,” kataku.
“..” dia diam saja sambil menatap kosong ke langit-langit.

Kubuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Kelihatan bibir kemaluannya yang masih sempit itu. Kuarahkan ke lubang kemaluannya. Begitu aku sentuhkan kepala “anu”-ku ke liang kemaluannya, Dina menarik nafas panjang, dan kelihatan sedikit mengeluarkan air mata. “Tahan ya Din..” Langsung kudorong anu-ku masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tapi masih susah, soalnya masih sempit sekali. Aku terus mencoba mendorong anu-ku, dan.. “Bleess..” masuk juga kepala kemaluanku. Dina agak berteriak,
“Akhh sakit Kak..”
“Tahan ya Din..” kataku.
Aku terus mendorong agar masuk semua. Akhirnya masuk semua kemaluanku ke dalam selangkangan adikku sendiri.
“Ahh.. Kak.. sakit Kak.. ahh..”
Setelah masuk, langsung kugoyang maju-mundur, keluar masuk liang kemaluannya.
“Ssshh.. sakitt Kak.. ahh.. enak.. Kak, teruss.. goyang Kak..”
Dia jadi mengerang tidak karuan. Setelah beberapa menit dengan posisi itu, kami ganti dengan posisi “dog style”. Dina kusuruh menungging dan aku masukkan ke lubang kemaluannya lewat belakang. Setelah masuk, terus kugenjot. Tapi dengan keadaan “dog style” itu ternyata Dina langsung mengalami orgasme. Terasa sekali otot-otot di dalam kemaluannya itu seperti menarik batang kemaluanku untuk lebih masuk.

“Ahh.. ahha.. aku lemess banget.. Kak,” rintihnya dan dia jatuh telungkup. Tapi aku belum orgasme. Jadi kuteruskan saja. Kubalikkan badannya untuk tidur terlentang. Terus kubuka lagi belahan pahanya. Kumasukkan kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya. Padahal dia sudah kecapaian.
“Kak, udah dong! Gue udah lemes..” pintanya.
“Sebentar lagi ya..” jawabku.
Tapi setelah beberapa menit kugenjot, eh, dianya segar lagi.
“Kak, yang agak cepet lagi dong..” katanya.
Kupercepat dorongan dan genjotanku.
“Ya.. kayak gitu dong.. sshh.. ahh.. uhuuh,” desahannya makin maut saja.
Sambil menggenjot, tanganku meraba-raba dan meremas payudaranya yang mungil itu. Tiba-tiba aku seakan mau meledak, ternyata aku mau orgasme. “Ahh, Din aku mau keluar.. ahh..” Ternyata saat yang bersamaan dia orgasme juga. Kemaluanku seperti dipijat-pijat di dalam. Karena masih enak, kukeluarkan di dalam kemaluannya. Nanti kusuruh minum pil KB saja supaya tidak hamil, pikirku dalam hati.

Setelah orgasme bareng itu kucium bibirnya sebentar. Setelah itu aku dan dia akhirnya ketiduran dan masih dalam keadaan bugil dan berkeringat di kamar gara-gara kecapaian. Ketika bangun, aku dengsr dia lagi merintih sambil menangis.
“Kak, gimana nih. Punyaku berdarah banyak,” tangisnya.
Kulihat ternyata di kasurnya ada bercak darah yang cukup banyak. Dan kemaluannya agak sedikit melebar. Aku kaget melihatnya. Gimana nih jadinya?
“Kak, aku udah tidak perawan lagi ya?” tanyanya.
“..” aku diam saja.
Habis mau jawab apa. Gila! aku sudah merenggut keperawanan adikku sendiri.
“Kak, punyaku tidak apa-apakan?” tanyanya lagi.
“Berdarah begini wajar untuk pertama kali,” kataku.
Tiba-tiba, gara-gara melihat dia tidak pakai CD dan memperlihatkan kemaluannya yang agak melebar itu ke aku, anu-ku “On” lagi!