Wednesday, May 30, 2012

Novi The Kind Girl

Aku sangat bosan di rumah karena tidak ada yang bisa kulakukan di rumah.
“hadoh, bt gue di rumah…ngapain ya yang enak?”, kataku bicara sendiri.
“gue telpon temen gue ah”, lalu aku mengambil hpku dan menelpon temanku.

Aku menunggu telponku diangkat, tapi tak diangkat-angkat oleh temanku itu. Berkali-kali aku mencoba menelpon temanku, tapi tetap tak diangkat, aku mengirim sms juga tak dibalas.
“ah,,kalo gitu gue langsung ke rumah dia aja deh,,”. aku mengganti baju rumahku dengan baju yang biasa kupakai untuk bepergian.
“Mah, mau pergi ke rumah temen dulu!”, teriakku karena ibuku sedang mandi.
“oh iya,,ati-ati ya,,”, balas ibuku.

Aku hanya pamit ke ibuku karena tentu saja ayahku sedang bekerja dan kakakku juga sedang kuliah. Aku keluar dari rumah dan mendekati ojek untuk mengantarkanku ke alamat rumah temanku. Setelah sudah deal, aku naik ke atas motor.
“neng…kok gak pegangan abang? nanti jatoh lho”.
“nggak ah”.

Aku tidak mau berpegangan ke tukang ojek itu karena aku takut jika tukang ojek itu ngerem mendadak, payudaraku yang berukuran 36 B bisa menempel ke punggungnya. Aku tidak mau itu terjadi lagi, aku berpegangan ke motor. Setelah sampai, aku membayar ongkos ke tukang ojek. Tukang ojek itu berusaha menggodaku, aku jadi illfeel dan langsung meninggalkan tukang ojek itu. Aku mengetuk pintu rumah dan memanggil nama temanku berulang kali, tapi tetap tak ada jawaban. Ketika aku berencana pulang, aku mendengar suara yang pelan. Aku menjadi penasaran dan ketika aku mencoba membuka pintu rumah temanku ternyata tidak terkunci sehingga aku bisa masuk ke dalam rumah temanku. Aku terus mendengarkan suara yang pelan sambil mencari sumber suara itu. Akhirnya, aku menemukan sumber suara itu dari dalam kamar temanku, aku menempelkan kupingku ke pintu kamar.

“oohh,,mmmhhh,,aahhh,,terusshh ,,”, aku bisa mendengar suara itu sangat jelas sekarang. Suara itu ternyata adalah desahan dan aku bisa mengenali desahan itu adalah desahan temanku karena aku sangat hafal suara temanku. Aku masuk ke dalam kamar karena tidak terkunci dan melihat temanku dan seorang cowok sedang bersetubuh dengan sangat bersemangat.
“Maya”, kataku.

Mereka berdua sempat terhenti dan melihat ke arahku.
“oh Novi, gue kirahh siapahh”, kata Maya dengan nafas terengah-engah.
“neng Novi bikin kaget aja,,”.
“udahh…lanjuthh pak!”, pinta Maya ke orang yang penisnya sedang tertanam di dalam vaginanya sehingga orang itu melanjutkan memompa penisnya keluar masuk

Aku duduk di sofa yang tepat menghadap ke ranjang jadi, aku bisa melihat pemandangan Maya yang sedang keenakan. Setelah melihat dengan seksama aku bisa mengenali lelaki yang sedang asyik menggenjot penisnya ke vagina Maya. Lelaki itu bernama pak Joko, dia adalah ketua RT di komplek perumahan Maya. Pak Joko sudah berumur 47 tahun, seperti kebanyakan bapak-bapak perutnya gendut, rambutnya sudah botak, ditambah lagi mukanya jelek, tapi semenjak Maya diperkosa olehnya, Maya malah ketagihan karena pak Joko punya penis yang besar dan dia juga punya stamina yang bisa membuat gadis muda kewalahan. Melihat Maya dan pak Joko yang terlihat sangat menikmati permainan mereka, aku jadi bergairah sehingga tanpa sadar aku menutup mata dan mulai meremas-remas payudara kananku yang masih tertutup bh dan bajuku.
“ookkhh!!”, erang pak Joko.

Spontan aku membuka mata, aku melihat pak Joko sedang diam dan tubuhnya menegang yang menandakan kalau dia sedang menanam benihnya ke dalam rahim Maya sementara aku tetap meremas-remas payudaraku. 2 menit kemudian, pak Joko mencabut penisnya dari vagina Maya dan melihat aku yang sedang dalam keadaan benar-benar terangsang akibat melihat mereka berdua menyatu dalam hawa nafsu. Pak Joko tidak berkata apa-apa, malah dia mencium dan melumat habis bibir Maya. 2 menit kemudian pak Joko melepas cumbuannya dan membisikkan sesuatu ke Maya sehingga Maya langsung melihat ke arahku dan tersenyum.


“Nov…lo mau juga??”.
“ah ng…ng…nggak”, aku menghentikan aktivitasku karena malu dan aku jadi salah tingkah.
“ah lo Nov, udah biasa ama pak Joko pake malu-malu segala”.
“tau neng Novi, udah biasa ama bapak juga,,”.
“ya udah Nov,,gantiin gue dong,,”.
“tapi…”, kataku.
“tenang aja,,tadi gue ama pak Joko udah 3 ronde,,”.
“oh,,pantes aja,,tadi gue telpon gak lo angkat,,”.
“iya,,hehe,,”.
“gue gantiin lo? emang lo mau ngapain?”, tanyaku.
“gue ada urusan bentar,,gantiin gue makanya,,kasian pak Joko lagian tinggal 1 ronde terakhir,,”.
“iya deh,,”, jawabku tidak keberatan karena pak Joko hanya mampu 4 ronde, tapi setiap rondenya bisa berlangsung 30 menit lebih. Maya bangkit dari tempat tidur dan mulai memakai bajunya.
“May,,lo gak mandi ‘n bersihin vagina lo?”, tanyaku.
“ah,,gak usah,,pake minyak wangi juga cukup,,”.
“terus vagina lo?”.
“gak apa-apa, kan pejunya pak Joko gak apa-apa”.
“oh iya ya”, aku baru teringat kalau pak Joko tidak bisa membuat cewek hamil karena dia sudah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan positif mandul sehingga aku tidak khawatir pak Joko bisa membuatku hamil.
“ayo neng Novi,,sini,,”.
“pak Joko udah gak sabar ya?”, aku meledeknya.
“iya,,udah lama gak ketemu nih,,”.
“woo,,dasar!!”

“Dah,,pak Joko,,maen ama Novinya jangan kasar,,kasihan Novi,,”.
“iya Maya sayang,,ati-ati ya,,”, balas pak Joko.

Maya keluar dari kamar meninggalkanku dengan pak Joko.
“neng Novi,,buka bajunya dong,,bapak udah kangen pengen ngeliat body neng Novi,,hehe,,”.
“iya,,iya,,sabar dong pak,,”. Aku mulai membuka pakaianku dengan pak Joko berada di hadapanku yang melihat setiap gerakanku tanpa berkedip sekali pun. Dalam sekejap, aku sudah telanjang di hadapan pak Joko.
“nah,,gitu dong,,bapak kan jadi bisa ngeliat toket neng Novi yang mancung banget,,”.
“ah,,pak Joko bisa aja,,”.
Aku mendekati pak Joko yang sudah menungguku di atas ranjang dengan penisnya yang sudah berdiri tegak lagi.
“ayo neng…mulai yuk!!” Pak Joko mendekat kearahku yang duduk di depannya.

Dia mendorongku hingga aku tidur terlentang. Pak Joko mendekat, dia mencium bibirku, dia lumat bibirku dan kadang dia berhenti sehingga aku bisa membalas melumat bibirnya. Pak Joko sangat bernafsu melumat bibirku hingga aku agak kesulitan bernafas lalu ia menggunakan lidahnya untuk mencari lidahku. Ketika lidahku dan lidahnya bertemu, kami saling membelitkan lidah sehingga kami saling bertukar air liur. Kami berciuman seperti sepasang kekasih yang lama tidak bertemu, begitu panas dan sangat bergairah. Pak Joko melepaskan cumbuannya sehingga air liur kami yang menjadi satu bisa terlihat.
“bibir neng Novi emang manis banget, tapi bibir neng Maya lebih manis,,hehe,,”.
“heemmm…tau deh, yang sering ciuman ama Maya”, balasku.
“iya dong,,neng Novi,,bapak lanjutin ya,,”.
“silakan,,”.
Pak Joko kini memusatkan pandangan matanya ke arah payudaraku.
“neng Novi, toketnya kok mancung banget sih?”.
“ya mana Novi tau, dari sananya pak,,”.

“emang ukuran neng Novi berapa sih?”.
“36 B”.
“wuih…36 B, pantes mancung banget”.
“emang kenapa si pak?”.
“nggak kenapa-kenapa,,bapak cuma jadi gemes aja,,”.
“yee, pak Joko bisa aja nih”.

Pak Joko langsung memegang dan memencet payudaraku sehingga kedua putingku semakin mencuat ke atas, tanpa disuruh lagi dia langsung mengulum puting kiriku dan memencet serta memilin puting kananku.
“oouummhh,,”, desahku sangat pelan.

Aku tak tau harus berbuat apa dengan kedua tanganku jadi, aku menggunakan kedua tanganku untuk mengelus-elus kepala pak Joko yang sedang asik mengeksplorasi setiap senti dari kedua buah payudaraku yang putih, kenyal, besar, dan mancung. Setelah payudaraku sudah terbaluri air liurnya, pak Joko langsung membuka kedua kakiku lebar-lebar karena dia ingin menjilati vaginaku. Aku membantunya dengan melebarkan kakiku sendiri sehingga pak Joko bisa melihat vaginaku.
“wew,,memek neng Novi warnanya bagus,,”.
“ha? maksudnya?”.
“iya, warnanya merah menggoda gitu”.
“haha…bisa aja nih pak Joko, Novi jadi malu nih”.
“hehe…ya udah, bapak jilat ya!”.

Spontan, aku tersentak kaget ketika pertama kali lidah pak Joko menyentuh bibir luar vaginaku yang masih tertutup rapat.
“mmmhhh…terusshh!”, erangku keenakan.

Aku merapatkan kedua kakiku ketika pak Joko mulai menjilati rongga dalam vaginaku karena terasa begitu nikmat hingga badanku terasa ringan dan melayang-layang di langit. Tentu saja, kepala pak Joko terhimpit di antara kedua paha putihku, tapi pak Joko terus melanjutkan aktivitasnya sementara aku menggunakan tangan kiriku untuk meremas-remas kedua buah payudaraku secara bergantian dan kugunakan tangan kananku untuk memainkan klitorisku jika pak Joko sedang tidak menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya. 5 menit penuh kenikmatan, akhirnya aku merasakan kejutan gelombang listrik mengalir di sekujur tubuhku sehingga tubuhku mengejang yang menandakan aku mencapai klimaks.

“ssrruupp!!!”, bunyi seruput terdengar begitu jelas ketika pak Joko menyeruput habis cairan vaginaku.

Setelah selesai, ia menepuk-nepuk pahaku agar aku melepaskan himpitanku.
“enak banget,manis”, komentar pak Joko setelah aku merenggangkan kakiku.
“makasih pak”.
“sekarang maen jilat-jilatan yuk,,”.
“ayo, siapa takut”, jawabku.

Pak Joko tidur terlentang dan aku menaiki tubuhnya dengan posisi terbalik sehingga vaginaku berada di depan wajahnya dan penisnya berada di depan wajahku. Aku mulai dengan mengemut-emut kepala penis pak Joko yang membuat tubuhnya sedikit bergetar mungkin karena geli, ngilu, dan enak campur menjadi satu. Lalu aku menjilati batangnya dari bawah ke atas 3x kemudian aku menjilatinya dari atas ke bawah 3x juga. Aku memandikan penis pak Joko hingga benar-benar basah oleh air liurku sementara aku sendiri sudah 2x orgasme karena sudah lebih dari 10 menit. Setelah itu, aku langsung bangkit dan memposisikan vaginaku tepat berada di atas penis pak Joko. Aku menurunkan tubuhku hingga penis pak Joko menjadi penghuni vaginaku. Aku mulai mengangkat dan menurunkan tubuhku agar penis pak Joko bisa keluar masuk vaginaku, selama menggerakkan tubuhku sendiri, aku membiarkan pak Joko mengendalikan tubuhku dengan memegang payudaraku. Lama juga kami bersetubuh dengan posisi ini, pak Joko mengajakku berganti posisi. Pak Joko menggenjot vaginaku dari belakang dengan aku berpegangan pada kursi.
“aahh…aahh…aahh!!”, desahku.

Tiba-tiba pak Joko menarikku turun dari bangku lalu menarik kedua tanganku ke belakang. Dia menyuruhku berjalan sehingga kami berjalan pelan mengelilingi kamar dengan penis pak Joko terus tertancap di dalam vaginaku, bahkan kadang-kadang berhenti karena pak Joko menyodokkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku yang membuatku mengerang kencang. Lalu pak Joko mendorong tubuhku hingga tubuhku menempel di dinding tepat di sebelah pintu masuk kamar Maya.

Pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku dan memasukkannya ke dalam anusku, tentu saja penis pak Joko masuk dengan mudah karena sudah berlumuran cairan vaginaku yang aku keluarkan dari beberapa orgasmeku. Sambil terus memompa penisnya, pak Joko menjilati kuping kiri dan kananku secara bergantian, kadang-kadang aku juga menolehkan kepalaku ke kiri atau ke kanan agar pak Joko bisa berperang lidah di dalam mulutku. Tiba-tiba pintu yang ada di samping kami terbuka dan Maya langsung masuk.
“Ya ampun, pak Joko belom selesai ama Novi?”.

Pak Joko menarikku menjauh dari tembok sehingga tubuhku tidak menempel lagi di tembok, lalu ia menghadap ke Maya sambil menggerakkan kedua tangannya meremas-remas kedua buah payudaraku, tangan pak Joko jadi seperti bh yang menampung kedua buah payudaraku. Dan karena pak Joko menghadap ke Maya, tentu saja aku dan Maya saling bertatapan muka.
“belum Maya sayang, abisnya memeknya neng Novi seret ‘n sempit banget, sayang kalo buru-buru”.
“oh,,yau da deh,,Maya nonton aja deh,,”.
Maya duduk di kursi sementara aku dan pak Joko kembali ke ranjang. Aku tidur terlentang membuka vaginaku untuk menerima penis pak Joko lagi. Pak Joko mendorong kakiku ke depan sehingga kakiku berada di samping kepalaku lalu dia mencoblos vaginaku. Kali ini, penis pak Joko terasa lebih masuk ke dalam vaginaku. Tidak beberapa lama kemudian, pak Joko menekan penisnya dengan sangat kuat ke dalam vaginaku dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Sambil menunggu selesai, pak Joko menjilati seluruh wajahku hingga basah oleh air liurnya. Setelah isi penis pak Joko sudah disedot oleh vaginaku dan penis pak Joko juga sudah mulai menyusut, pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku lalu dia duduk di depanku.
“gila,,neng Novi,,makasih,,bapak puas banget,,”.
“sama-sama pak,,”, kataku masih agak lemah.
“udah pak?”, tanya Maya.
“udah Maya sayang, bapak udah gak kuat”.
“ya udah, pak Joko pulang ya, soalnya Maya sama Novi mau jalan-jalan,,”, balas Maya.
“oke,,”.

Pak Joko memakai bajunya sementara Maya mendekatiku yang masih terbaring di atas ranjang.
“capek ya Nov??”.
“iya,,capek banget,,”.
“gimana kalo 3 ronde kayak gue,,bisa pingsan deh lo Nov,,”.
“iyaa,,lo kan udah biasa ama pak Joko,,gue sama ini kan baru 4x,,”.
“oh iya ya,,gue lupa,,”.
“bapak beruntung banget ya,,”, sela pak Joko ikut berbicara setelah memakai bajunya.
“kenapa pak?”, tanya Maya.
“iya,,bapak gak nyangka,,bisa gituan sama 2 gadis cantik, sexy, ‘n baek kayak Maya sayang ama neng Novi,,”.
“aah,,pak Joko bisa aja,,”, kataku.
“tau nih, si bapak nge gombal aja, udah sana pulang!”, kata Maya sambil mendorong pak Joko ke pintu kamar.
“iya, iya, tapi besok lagi ya”.
“iya, tapi besok ama Maya aja, Novi gak bisa”.
“yah, gak apa-apa deh, ma Maya sayang juga enak, hehe…”.
“woo dasar!!”, kata Maya.

Setelah mengantar pak Joko ke luar rumah, Maya kembali ke kamar.
“Nov…mandi yuk!!”.
“ayuuk!”. Maya langsung membuka bajunya sehingga kini kami berdua tanpa busana.

Kami langsung masuk ke kamar dan aku mulai mengeksplorasi tubuh Maya begitu juga sebaliknya khususnya daerah vagina karena kami ingin membersihkan vagina kami dari sisa-sisa sperma pak Joko. Setelah selesai, aku dan Maya keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah bersih dan wangi kembali lalu kami memakai baju kami masing-masing hingga rapih.
“jalan-jalan ke mana nih May?”.
“kemana aja yang penting asyik”.
“oke,,”.

Kami menghabiskan waktu siang hingga malam dengan berjalan-jalan ke banyak tempat.
“Nov, gue pulang duluan ya!”, kata Maya sambil naik taksi.
“o ya udah,,ati-ati ya May, daah!”.
“daah,,”. Maya masuk ke dalam taxi dan meninggalkanku.
“hadohh,,lama banget nih,,”. tiba-tiba ada taksi yang berhenti di depanku dan penumpangnya membuka kaca.
“Novi,,”.
“eh Hendrik,,”.
“ngapain Nov,,malem-malem?”.
“tadi abis jalan-jalan ama Maya,,’n sekarang lagi nunggu taksi,,”.
“oh, kalo gitu bareng gue aja”.
“ah, nggak usah, tar ngerepotin”.
“gak apa-apa, lagian lama kalo nunggu taksi,,”.
“bener gak apa-apa?”.
“bener”.
“makasih ya Ndrik,,”.
“yo…santai aje”

Aku masuk ke dalam taxi dan mengobrol dengan Hendrik sampai aku lupa memberi taukan alamat rumahku. Selain itu, aku juga tertidur karena aku sangat kelelahan gara-gara seharian berjalan-jalan dengan Maya sehingga aku tidak tau kemana Hendrik membawaku.

Ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di dalam ruang tamu, tapi bukan ruang tamu rumahku.
“hhooamm, di mane nih gue?”, kataku sambil menguap. Hendrik muncul dengan membawa minuman.
“Nov, minum nih!”.
“makasih, tapi gue dimana?”.
“ni rumah gue,,sori banget gue bawa lo ke rumah gue,,soalnya gue gak tau alamat rumah lo,,”.
“oh iya,,gak apa-apa,,salah gue juga,,kalo gitu gue pulang dulu ya,,”.
“tapi Nov, liat udah jam 11 malem”.
“oh iya…hadoh kalo gitu gue nginep semalem boleh gak?”.
“boleh,,boleh”.
“tapi ortu lo?”.
“lagi gak ada,,”.
“oh, eh Ndrik…gue mau nelpon ibu gue dulu ya,,”.
“kalo mau pake telpon rumah gue, pake aja”.
“thanks banget ya Ndrik”.
“seph,,”.

Aku meminta izin ke orang tuaku dan bilang kalau aku menginap di rumah Maya. Untungnya, orang tuaku percaya dan mengizinkanku untuk menginap. Hendrik dan aku mengobrol sambil minum hingga jam 12 malam. Tak sengaja, aku melihat ke arah selangkangan Hendrik sehingga aku bisa melihat penis Hendrik yang cukup besar tercetak di celana jeansnya, entah kenapa membuat darah yang mengalir di dalam tubuhku menjadi panas dan membuatku penasaran ingin melihat penis Hendrik secara langsung. Tapi, tentu saja aku tidak berani meminta langsung karena aku malu. Rupanya, aku dan Hendrik sama-sama penasaran karena aku sempat melihat dia mencuri-curi pandang ke payudaraku. Tiba-tiba dia bertanya sesuatu yang mengagetkan.
“Nov, lo udah pernah gituan?”.
“he? tiba-tiba kok nanya kayak gitu,,”.
“gak…maap…maap”.
“gak apa-apa, gue udah pernah, kenapa emang?”.
“ha? gue kira lo belum pernah”.
“ya gitu deh, emang kenapa sih??”.
“gak, dari dulu gue penasaran pengen liat toket lo, boleh gak?”.
“ha? mau liat toket gue?”.
“kalo gak boleh juga gak apa-apa kok,,maap ya Nov,,”.
“emm…boleh…asal gue boleh ngeliat punya lo?”.
“ha? deal”.
“gitu baru adil,,”.
“gak nyangka,,ternyata lo cewek agresif ya Nov”.
“iya dong”.
“sekarang gue buka baju lo ye,,”.
“silakan!”.

Aku dan Hendrik saling bertatapan mata lalu dia mulai membuka kaosku. Untuk memudahkannya, aku mengangkat kedua tanganku ke atas. Tinggal bhku saja yang menutupi kedua buah payudaraku.
“kulit lo mulus amat Nov,,”.
“bisa aja lo Ndrik,,”.
“sekarang gue buka ya bh lo”. Hendrik meraih pengait bhku yang ada di belakangku. Setelah bhku terlepas, payudaraku terbebas dari bh.
“wuih Nov! toket lo emang mantep banget, mancung banget!”.
“makasih Ndrik, gantian!”.
“oke, oke, tapi lo mau bukain?”.
“enak aja, buka sendiri dong!”.
“hehe,,kirain gitu”. Hendrik membuka baju dan celananya serta celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat di depanku.
“kok masih tidur Ndrik??”, tanyaku karena penis Hendrik terlihat masih dalam keadaan tidur.
“ya emang belom bangun”.
“yah, berarti gue gak napsuin dong,,”.
“bukannya gitu Nov, tongkol gue emang gak bangun kalo belom disentuh ama cewek,,”.
“oh…kirain gue gak napsuin,,”.
“siapa bilang, lo napsuin banget kok”.
“makasih, tapi kok lo buka semuanya?”.
“tanggung abisnya, lo juga dong!”.
“iya, iya”, jawabku.
“perlu bantuan gak?”.
“gak usah, gue sendiri aja,,”.
“okeh,,”.

Aku membuka sisa pakaian yang masih menempel di tubuhku yaitu celana jeansku dan celana dalamku, kubuka semuanya hingga tubuhku yang putih mulus terekspos jelas tanpa sehelai benang pun ke Hendrik.

“anjrit,,body lo bagus banget Nov,,”.
“ah bisa aja boongnya lo Ndrik,,body gue kan gak bagus,,”.
“gak bagus apanya,,lo bohay tau,,”.
“ah,,bisa aja,,gue jadi malu,,”.

Tiba-tiba Hendrik langsung berdiri dan memeluk tubuhku, tentu saja wajahku dengan wajah Hendrik saling berdekatan sehingga aku dan Hendrik sama-sama bisa merasakan hembusan nafas. Hendrik mendekatkan wajahnya, dia langsung melumat bibirku sambil memelukku dengan sangat erat. Aku juga memeluk Hendrik sambil membalas melumat bibirnya. Lalu dia mengajakku bermain lidah, aku menyetujuinya dengan membiarkan Hendrik memasukkan lidahnya ke rongga mulutku. Sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku, Hendrik menurunkan kedua tangannya yang tadi ada di punggungku turun ke bawah hingga kedua tangannya berada tepat memegangi pantatku. Hendrik meremas-remas pantatku dengan gemasnya sambil sesekali menepuk-nepuk pantatku. Hendrik melepaskan cumbuannya, aku merasa begitu nikmat dicumbu oleh Hendrik.
“gile Nov,,bibir lo kok terasa manis ya?”.
“ah bisa aja,,”.
“iya bener,,lo juga jago nyipok,,”.
“hehe,,”.
“lanjut yuk di kamar gue,,”.
“oke,,”. Kami berdua berjalan masuk ke dalam kamar Hendrik. Hendrik langsung menyuruhku untuk tidur terlentang di atas ranjang, aku menuruti kemauannya dan membuka kakiku selebar-lebarnya untuk Hendrik. Hendrik langsung menempatkan kepalanya di tengah-tengah selangkanganku. Aku merasakan hembusan nafasnya yang hangat membuat sensasi tersendiri. Hendrik memulai serangan lidahnya terhadap vaginaku.

Dia menjilati dari lutut kananku terus menelusuri paha kananku hingga lidahnya menyentuh vaginaku, dia lakukan hal yang sama ke kaki kiriku. Setelah itu, barulah Hendrik menjilati daerah sekitar vaginaku berulang-ulang.
“oouummhh…ouummhh”, desahku ketika dia menyentil-nyentil serta menjilati klitorisku yang sensitif.

Lalu dia memutar-mutarkan lidahnya melingkari bibir luar vaginaku membuatku semakin melayang saja. Hendrik membuka bibir vaginaku kemudian memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam vaginaku, dia menggerakkan 2 jarinya keluar masuk vaginaku membuatku mendesah dan kadang aku megap-megap seperti ikan mas koki. Hendrik menghentikan aktivitasnya, tapi dia menyusupkan lidahnya ke dalam vaginaku sebagai pengganti 2 jarinya. Aku merapatkan kedua kakiku sehingga kepalanya terbenam di antara kedua pahaku. 5 menit kemudian, aku melepaskan orgasme dan cairanku langsung habis diseruput Hendrik hanya dalam beberapa detik saja. Aku meregangkan kedua kakiku agar Hendrik bisa bernafas lagi.
“Nov, cairan lo rasanya manis banget…mantep”.

Aku hanya tersenyum untuk membalasnya karena masih agak lemas sehabis orgasme tadi. Hendrik merayap ke atas tubuhku hingga wajah kami saling bertemu. Ia melumat bibirku sehingga aku bisa merasakan rasa cairanku sendiri yang menempel di bibirnya. Hendrik bangkit dari atas tubuhku dan kini dia yang tidur terlentang. Aku menaruh kepalaku di antara paha Hendrik. Tanpa disuruh, aku menjilati buah zakar Hendrik dulu, setelah itu barulah aku mulai membangunkan penisnya yang masih tertidur. Akhirnya, penis itu terbangun juga dari tidurnya dan mulai membesar di dalam mulutku. Aku gunakan semua teknik oral yang kuketaui dan kupelajari dari Maya dan Nita hingga Hendrik menggeliat-liat tidak tahan merasa kelihaianku memainkan lidahku untuk membaluri seluruh bagian penis Hendrik dengan air liurku tanpa terlewat 1 senti pun.

Aku memasukkan seluruh batang penis Hendrik dari kepalanya hingga pangkalnya ke mulutku. Aku memang menyukai jika penis laki-laki masuk sangat dalam ke mulutku, aku tak tau kenapa. Disaat penis Hendrik berada seluruhnya di dalam mulutku, Hendrik menyemprotkan spermanya ke dalam mulutku yang membuatku tersedak, tapi aku menahan sampai-sampai ada air mata keluar dari sela mataku. Setelah selesai, aku mengeluarkan penis Hendrik sedikit demi sedikit dari mulutku dan ketika tinggal kepalanya saja, aku mengemut-emut kepala penisnya sambil menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku. Setelah penis Hendrik sudah seutuhnya keluar dari mulutku, aku langsung menelan sperma Hendrik yang ada di dalam mulutku.
“anjrit Nov! sumpah jago banget lo ngisepin kontol gue”.
“hmm…makasih”, aku tersenyum padahal di dalam hati aku sedikit kecewa karena baru kuoral selama 10 menit saja Hendrik sudah menyemburkan spermanya ke dalam mulutku, tapi aku terus memperhatikan penisnya yang masih tetap berdiri tegak tanpa menyusut sedikit pun.
“Ndrik, kok punya lo gak lemes?”.
“iya dong…bangunnya gak gampang, tidurnya juga gak gampang dong,,”.
“hm?maksudnya?”.
“iya, tadi kan harus disentuh dulu ma lo baru tongkol gue bangun”.
“he eh…terus?”.
“nah kontol gue gak bakal lemes kalo belum 2 jam,,”.
“waw! 2 jam?”.
“iya makanya, kayaknya kita tidur jam setengah 3an deh”.
“gak apa-apa”, kataku merasa sangat gembira karena berpikir aku akan terus menerus disetubuhi Hendrik selama 2 jam ke depan.
“ayo Nov, gue pengen nyobain memek lo!”.
“oke, beres bos Hendrik”.

Aku langsung menaiki tubuh Hendrik dan menuntun penisnya ke lubang vaginaku. Senti demi senti penis Hendrik yang besar memasuki liang vaginaku hingga hilang ditelan vaginaku. Vaginaku terasa penuh sama seperti ketika penis pak Joko memasuki vaginaku. Aku langsung menggerakkan tubuhku ke atas dan ke bawah agar penis Hendrik bergerak keluar masuk vaginaku.

“mmhh,,mmhh,,mmhh,,”, desahku.
“oh,,sempit ‘n seret banget Nooovv,,!!”.
Hendrik tak tahan melihat kedua buah payudaraku yang berguncang-guncang seiring tubuhku yang bergerak naik turun sehingga dia langsung memegang payudaraku dan meremas-remas payudaraku. Malam yang dingin sama sekali tidak terasa karena aku berkeringat dan aku juga sedang larut dalam kenikmatan. Hendrik memegangi tubuhku dan kini, dia yang menggenjot penisnya dengan sangat kuat dan cepat. Tak lama kemudian, Hendrik menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Meskipun aku sudah orgasme, entah kenapa aku sangat bersemangat sekali dan meminta Hendrik untuk langsung ronde kedua. Hendrik senang melihatku sangat bersemangat sehingga dia langsung buru-buru mengganti posisinya agar dia bisa mencoblos anusku.
“Nov,,susah banget nih masuknya,,”, kata Hendrik karena dia susah payah mendorong penisnya untuk memasuki lubang anusku.
“langsung teken aja deh,,”.
“tapi kalo ntar lo kesakitan?”.
“udah,,gak apa-apa kok,,”.
“oke deh kalo gitu”.

Dia langsung mendorong penisnya ke dalam anusku sehingga terasa sakit sedikit. Tapi, setelah menunggu sebentar, malah aku yang menggerakkan pantatku mundur ke belakang supaya Hendrik tau kalau aku sudah siap. Hendrik mengerti maksudku, dia langsung memompa penisnya keluar masuk anusku. Aku menutup mataku untuk merasakan nikmatnya penis Hendrik yang keluar masuk anusku. 15 menit kemudian, Hendrik menembakkan spermanya bersamaan denganku yang mengalami orgasme. Tapi, Hendrik terus memompa penisnya meskipun sedang menyemburkan sperma sampai akhirnya penisnya berhenti memuntahkan isinya. Dia terus memompa penisnya hingga dia menyemburkan spemanya lagi ke dalam anusku untuk yang kedua kali. Lalu, dia mencabut penisnya dari anusku dan menyodorkan penisnya ke mulutku.

Aku membuka mulutku dan Hendrik mendorong penisnya masuk ke dalam mulutku hingga masuk seluruhnya. Aku menggerakkan kepalaku maju mundur, aku sama sekali tidak jijik terhadap penis Hendrik yang baru saja menghuni anusku dan kini sedang berada di dalam mulutku mungkin karena aku sedang dalam keadaan BT (Birahi Tinggi). Sperma Hendrik kuminum tak bersisa ketika ia mulai menyemburkan spermanya ke dalam mulutku. Ronde demi ronde kulalui bersama Hendrik, wajah dan kedua buah payudaraku menjadi sasaran tembak bagi Hendrik untuk menembakkan spermanya sehingga wajah serta payudaraku sangat belepotan dengan sperma jadi, aku perlu meratakannya. 2 jam berlalu, badanku terasa begitu capek seperti ingin copot rasanya karena sudah berkali-kali aku orgasme, penis Hendrik pun sudah tak sanggup berdiri tegak jadi, kami memutuskan untuk tidur bersama tanpa busana dan saling berpelukan agar tetap hangat. Dengan mudah, kami berdua tertidur setelah saling melepaskan nafsu setan kami. Kejadian malam itulah yang membuatku dan Hendrik sering melakukannya lagi karena aku sangat ketagihan dengan penisnya dan ia juga sangat ketagihan dengan sempit dan seretnya lubang vagina dan anusku dan juga teknik oralku yang top markotop katanya. Aku benar-benar tidak tahan jika seminggu saja tidak disentuh Hendrik. Aku mencari tau kapan Hendrik ulang tahun dan akhirnya aku mengetahui kapan Hendrik ulang tahun sehingga aku menyiapkan kado yang sangat spesial untuknya. Tapi, aku masih bingung dimana aku akan menaruh kado spesial untuknya. Untungnya, orang tuaku hari itu pergi sehingga aku bisa menyiapkan kado spesial di rumahku. Tiba-tiba Hendrik menelponku.
“Nov, jalan yuk!”.
“kemana?”.
“kemana kek, gue bt di rumah”.
“okeh,”, aku menyanggupinya karena aku sudah menyiapkan kado spesialnya. Kami berdua jalan-jalan dari jam 2 siang sampai 6 sore.

“Ndrik, rumah lo lagi rame?”, tanyaku sambil menunggu taksi.
“iya nih, jadi gak bisa seneng-seneng deh,,”.
“kalo gitu di rumah gue aja”.
“rumah lo lagi kosong?”
“iya”.
“wah, asyik kalo gitu, nah kebetulan,,ada taksi, yok!”, kata Hendrik sambil menyetop taxi. Kami masuk ke dalam taxi dan tidak beberapa lama kami sampai di depan rumahku.
“yuk Ndrik, masuk!”.
“yuk!”.
“ntar di dalem langsung yee,,”.
“oke tuan putri,,”.
Aku menyuruhnya duduk di ruang tamu sementara aku langsung membuka bajuku sendiri hingga tubuh putih mulusku tidak tertutup apapun lagi.
“wah, Nov, kayaknya toket lo makin mantep aja”.
“ha? emang iya ya? mungkin gara-gara sering dipijet ama lo kali?”
“iya juga kali ya”, kata Hendrik sambil mendekat ke arahku yang sudah telanjang bulat.
“eit,,tar dulu”, aku memakaikan celana dalamku ke kepala Hendrik sehingga matanya tertutup.
“ada apa si Nov?”.
“udah, pokonya ikut gue dulu, gak boleh ngintip”.
“iya”. aku memegang tangannya dan menuntun Hendrik ke kamarku.
“nah, sekarang boleh dibuka”.
“okeh,,”, setelah Hendrik membuka celana dalamku yang menutupi matanya, aku langsung bernyanyi.
“happy birthday to you…happy birthday dear Hendrik…happy birthday to you!”,

Hendrik sangat kaget dan tak bisa mengedipkan matanya karena hadiah yang kusiapkan sangat spesial. Hadiah yang tak bisa di duga, mengagetkan, dan aku yakin hadiah ini menyenangkan bagi Hendrik. Hadiahnya terbaring di atas ranjang yaitu Maya. Maya telah menyetujui untuk menjadi hadiah spesial. Hendrik tidak bisa berkedip melihat Maya yang telah dihias. Maya menghias dirinya dengan krim kue sehingga vagina dan kedua buah payudaranya tertutup krim kue.
“nih Hendrik…kue ulang taun lo!”.
“Maya?! Bener nih kue ulang taun gue?”, tanya Hendrik sangat kegirangan.
“iya bener,,gue kue ulang taun lo”, jawab Maya.
“wah…asik!!”. Hendrik langsung menuju Maya yang menjadi kue ulang tahun Hendrik. Hendrik langsung menjilati krim yang ada di kedua buah payudara Maya terlebih dulu hingga krimnya tak bersisa. Hendrik masih menjilati setiap senti payudara Maya hingga payudara 32 C yang montok milik Maya benar-benar bersih dari krim. Lalu Hendrik langsung menjilati vagina Maya yang juga ditutupi krim hingga krimnya bersih dan Maya orgasme sehingga Hendrik bisa meminum cairan vaginanya. Aku yang menyaksikan Hendrik sedang ‘memakan’ Maya menjadi terangsang sendiri sehingga aku meremas-remas payudaraku sendiri dan mengelus-elus vagina dan klitorisku.
“gila…udah kuenya enak,,minumannya juga enak,,”.
“makasih Ndrik, hari ini gue ama Novi milik lo seorang, jadi lo boleh ngapain aja ke kita”, kata Maya.
“wokeh, ini ulang taun yang paling enak yang pernah gue alamin”.

Maya mendorong Hendrik hingga Hendrik tidur terlentang, Maya langsung menjilati penis Hendrik hingga penis itu bangun dari tidurnya. Aku menyaksikan dan mengabadikan dengan video mulai dari Hendrik menyemburkan spermanya ke dalam mulut Maya hingga 2 jam kemudian lubang vagina, anus, mulut, wajah, dan payudara Maya telah belepotan sperma Hendrik.

Aku memang tidak ikut campur sebelum Hendrik selesai melampiaskan nafsunya ke teman baikku itu, setelah Maya menjilati sisa-sisa sperma yang ada di ujung kepala penis Hendrik, barulah aku maju untuk menjilati sperma yang berceceran dimana-mana di atas tubuh Maya. Aku membersihkan tubuh Maya dari sperma Hendrik hingga benar-benar bersih, lalu aku melumat bibir Maya agar kami bisa sama-sama merasakan rasa sperma Hendrik.
“nah Nov, sekarang giliran lo!”, kata Hendrik.
“okeh, siapa takut?”.

Aku melayani Hendrik dan Maya mengabadikannya seperti yang kulakukan tadi. 2 jam kemudian, tubuhku jadi belepotan sperma seperti Maya tadi dan Maya membersihkan tubuhku dengan mulutnya juga. Ronde ketiga aku dan Maya mengeroyok Hendrik sehingga tidak heran kalau penis Hendrik mondar mandir dari mulut, anusku, dan vaginaku ke mulut, anus, dan vagina Maya begitu juga sebaliknya berulang kali hingga 3 lubangku dan 3 lubang Maya belepotan sperma Hendrik. Waktu menunjukkan sudah pukul 3 dini hari. Kami bertiga sudah tidak ada tenaga lagi sehingga kami bertiga memutuskan untuk tidur, tapi sebelum tidur kami foto-foto dulu dengan pose kami berdua sedang mencium penis Hendrik dan kadang sedang menjilat kantung buah zakar Hendrik sebagai kenang-kenangan dari ulang tahun Hendrik yang takkan bisa ia lupakan. Sejak saat itu, bukan hanya aku yang ketagihan disetubuhi Hendrik, tapi Maya juga. Kadang kami bertiga main dirumahku dan rumah Hendrik jika sedang sepi, tapi paling sering di rumah Maya. Kalau aku sedang tidak bisa, Maya yang melayani Hendrik, begitu juga sebaliknya. Jika Hendrik sedang tidak bisa, aku dan Maya ke rumah pak Joko yang selalu sepi dan jika Hendrik maupun pak Joko sedang sibuk, aku dan Maya saling memuaskan diri kami berdua. Pernah rumah kami bertiga tidak kosong sehingga aku dan Maya disetubuhi di rumah pak Joko oleh Hendrik dan tentu saja oleh pak Joko juga. Pak Joko benar-benar ketagihan dengan servis kami berdua sehingga dia mengadakan pesta bersama teman-teman sekantornya yang cowok semua dengan aku dan Maya sebagai hiburan utamanya. Kami berdua lah yang membuat pak Joko sukses dalam setiap proyeknya karena kami membolehkan klien-klien pak Joko untuk menyetubuhi kami. Dan untuk Hendrik, bukan hanya aku dan Maya yang pernah disetubuhi, tapi juga Nita karena kami berdua bercerita ke Nita betapa hebatnya penis Hendrik yang bisa bertahan selama 2 jam.

Jadi, aku, Maya, dan Nita resmi menjadi tempat pemuas nafsu bagi Hendrik bahkan aku, Maya, dan Nita menyebut diri kami Hendrik’s Angels karena kami bertiga merasa ada yang kurang jika satu minggu saja tidak disentuh Hendrik. Aku mengenalkan Nita ke pak Joko sehingga Nita juga sering disetubuhi oleh teman-teman bisnis pak Joko. Teman-teman pak Joko sangat puas dan ketagihan denganku, Maya, atau Nita sehingga sering diadakan pesta seks karena itu juga banyak om-om yang memberi hadiah kepadaku, Maya, atau Nita sebagai balasan. Aku, Maya, dan Nita selalu melayani Hendrik, pak Joko dan teman-temannya dengan senang hati karena kami bertiga menjadi maniak seks. Kami bertiga hanya berharap supaya tidak hamil karena kami belum siap.


sumber: www.krucil.com

Penasaran Membawa Nikmat

Kisahku kali ini terjadi belum lama ini di suatu Sabtu pagi. Ketika itu aku yang sedang sendirian di rumah dan tidak ada kegiatan, memulai hari dengan memanjakan diri di sofa ruang keluarga untuk melihat acara TV. Setelah aku pindah-pindah channel TV ternyata tidak ada acara yang menarik. Akhirnya aku putuskan untuk tidur-tiduran saja di kamarku.

Rumah ini terasa sangat sepi pada saat-saat seperti ini. Maklum saja, biasanya rumahku selalu ramai oleh kedua orangtua maupun adik-adikku. Sebagai seorang wanita, tentu aku selalu berusaha untuk merawat tubuh, baik dengan cara luluran di salon maupun di rumah. Apalagi pacarku sekarang menginginkan agar kulitku dapat lebih putih. Teman-temanku sering memuji wajahku yang awet muda dan tubuhku yang mungil tetapi proporsional.

Namun yang cukup membuatku risih adalah saat aku sedang memakai pakaian bebas, anak-anak SMU seringkali menggoda aku. Mungkin mereka mengira aku masih seusia dengan mereka atau setidaknya duduk di bangku kuliah. Tempat tinggalku saat ini terletak di daerah Cibubur yang menurutku masih memiliki suasana asri. Halaman rumahku memang tidak luas, namun di luar rumah banyak ditumbuhi pepohanan. Kamar tidurku mempunyai jendela yang berhadapan langsung dengan halaman luar.

Setelah beberapa menit merebahkan tubuhku, ternyata mata ini tidak mau terpejam. Selain aku memang tidak terbiasa tidur selain pada malam hari, udara pagi itu terasa cukup panas. Akhirnya aku memutuskan untuk SMS-an dengan pacarku saja. Baru beberapa kali SMS, terdengar suara berisik dari halaman depan rumahku. Aku bangkit dan melihat keluar. Kulihat dua anak berseragam SD sedang berusaha untuk memetik buah jambu di depan rumahku. Tentu saja aku sebagai pemilik rumah tidak senang perilaku anak-anak tersebut. Bergegas aku keluar dari kamar.

Seraya berkacak pinggang aku berteriak pada mereka “Dik, jangan dipetik dulu nanti kalau sudah masak pasti Kakak kasih deh…!”

Tentu saja mereka berdua kaget dan ketakutan karena tidak menyangka kalau ada orang yang melihat perbuatan mereka. Kedua anak itu menundukkan wajahnya karena menyesal. Aku yang tadi hendak marah akhirnya merasa iba.

“Nggak apa-apa kok Dik, Kakak hanya minta buahnya jangan dipetik dulu. Kan masih belum matang. Nanti kalau kalian sakit perut gimana coba?” aku mencoba menghibur.

“Maaf ya Kak. Kami mau makan jambu karena haus. Soalnya kami nyasar nyari rumah teman kami. Boleh gak kami minta minum sama Kakak?” kata salah satu anak itu dengan nada memelas sambil mendekat ke arahku.

“Aduh, kasihan banget sih kalian. Boleh kok! Ayo masuk…” jawabku mengiyakan.

Beberapa saat setelah aku membolehkan untuk memberinya minum, anak itu melambaikan tangannya ke arah temannya yang masih berdiri di dekat pohon jambu milikku. Dia mengajaknya untuk segera datang mendekati kami. Setelah beberapa langkah temannya berjalan mendekati kami berdua, aku mengajak kedua anak itu untuk masuk ke dalam dan mempersilakan mereka untuk duduk di ruang tamu.

Dari obrolanku dengan mereka, ternyata usia keduanya masih 11 tahun, dan mereka baru saja duduk di kelas 6 SD. Aku menanyakan nama mereka berdua, anak yang tadi meminta minum kepadaku, berkulit hitam dan berambut keriting mengaku bernama Gani. Sedangkan yang berkulit sawo matang dan berambut cepak bernama Edo. Keduanya memiliki badan yang kecil dan kurus. Mungkin tinggi badan mereka hanya sekitar 140 cm saja.

“Kok Adik-adik gak sekolah hari ini?” tanyaku di sela obrolan dengan mereka.

“Udah pulang kok Kak…” sahut mereka berbarengan. Aku kemudian melirik ke arah jam di HP-ku yang menunjukkan pukul 11.00 siang.

“Oh udah pulang ya. Ya udah, Kakak mau siapin minuman dulu buat kalian ya…”

Kemudian aku tinggal mereka sebentar mereka ke dapur untuk mengambilkan minuman. Lumayan juga pikirku, aku jadi ada teman untuk ngobrol. Karena jarak dapur dan ruang tamu cukup dekat, maka aku dapat mendengar pembicaraan mereka berdua. Apalagi suasana waktu itu cukup sepi.

“Eh Gan, emang elo ngomong apaan ke Kakak itu sampe ditawarin mimum?” tanya anak satunya penasaran.

“Gue bilang aja ke Kakak itu kalo kita lagi nyari rumah temen. Terus kita nyasar deh…” jawabnya yang disambut Edo dengan tertawa.

“Dasar anak jaman sekarang! Kecil-kecil udah tukang bohong…” umpatku kesal ketika mendengar percakapan mereka.

“Tapi ya udah deh, sekalian berbuat baik ke anak-anak itu…” pikirku menghibur diri.

Tidak lama kemudian aku kembali menuju ruang tamu dengan membawa sirup segar buat mereka.

“Ada apa kok ribut-ribut sih? Kelamaan ya minumannya?” tanyaku pura-pura tidak tahu.

“Nggak apa-apa kok Kak…” jawab Gani berbohong.

“Oh iya Kakak belum memperkenalkan diri. Panggil aja aku Kak Tita ya…” kataku sambil memperkenalkan diri ke mereka sembari menaruh minuman di meja.

Kaos longgar yang aku kenakan saat itu memiliki belahan dada yang rendah sehingga di saat aku membungkuk ketika menyajikan gelas kepada mereka semua. Anak-anak itu terlihat melongok-longokkan kepalanya untuk dapat melihat isi yang tersembunyi dibalik kaosku saat itu.

“Ini Kak Tita buatin kalian sirup rasa jeruk yang dingin supaya segar…” jelasku tanpa memperdulikan tingkah mereka.

“Makasih banyak ya Kak Tita! Pasti enak banget deh sirup bikinan Kakak…” jawab Gani.

“Sama-sama Gan. Aduh, ngomong-ngomong hari ini kok panas banget yah?” lanjutku.

“Iya Kak! Edo juga kegerahan nih. Untung Kak Tita baik banget mau ngasih minum ke kami…” jawab Edo.

Saat aku selesai menyajikan minuman, aku kembali berdiri tegak. Tanpa terasa keringat pun mengucur dari dahiku. Saat aku menyeka keringat di dahi, dengan tidak sadar tanganku terangkat tinggi. Tanpa sengaja, payudaraku sedikit terlihat dari lengan kaosku. Tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh anak-anak itu yang melongo melihat pemandangan indah tersebut.

Saat itu juga aku tersadarkan kalau dibalik pakaianku telah basah oleh keringat. Lebih memikat perhatian mereka lagi saat mereka tahu kalau aku tidak mengenakan bra pada saat itu. Kedua buah putingku tercetak di kaos putihku, apalagi karena basah oleh keringatku yang membuatnya semakin terlihat begitu jelas. Aku sendiri tidak ambil pusing dengan tatapan nakal anak-anak ini, malah muncul di pikiranku rasa ingin menggoda mereka. Setelah aku mengambil posisi duduk di depan mereka, kami melanjutkan obrolan yang tadi sempat terhenti.

“Jadi rumah temen kalian belum ketemu ya?” kataku memancing.

“Eh… Be-belum Kak…” jawab Gani dengan gugup.

“Memangnya kalian nggak punya alamat lengkapnya?” tanyaku lagi.

“Ng-nggak Kak. Cu-cuma tahu daerahnya aja…” kali ini Edo yang menjawab.

“Oh gitu…” kataku yang tidak berusaha menanyakan lagi tentang rumah ‘teman’ mereka dan mengalihkan ke topik lain.

Ketika ngobrol aku tahu mata-mata mereka sering mencuri pandang ke bagian dadaku. Aku baru sadar bahwa di dalam kaos warna putihku yang tipis, aku tidak memakai bra, sehingga puting coklatku terlihat transparan dari luar. Aku berpikir, biar masih kecil, namanya laki-laki itu sama saja. Semula aku tidak suka dengan perilaku mereka namun akhirnya ada perasaan lain sehingga aku biarkan mata mereka menikmati keindahan putingku dari luar. Aku menjadi menikmati tingkah laku mereka kepada diriku.

Bahkan aku mempunyai pikiran yang lebih gila lagi untuk menggoda mereka, aku sengaja meregangkan tanganku ke belakang sehingga putingku pasti terlihat semakin jelas. Tentu saja hal ini membuat mereka semakin salah tingkah.

“Hayoo…! Kalian lagi pada ngeliatin apa?” tanyaku mengagetkan mereka.

Tentu saja pertanyaanku tadi membuat mereka menjadi semakin salah tingkah.

“Ng-nggak.. kok.. Kak Tita…” Gani membela diri.

“Ya udah Kalian habisin minumannya dulu ya. Kakak mau ganti baju dulu…” aku menahan diri untuk menggoda mereka lebih jauh.

“Iya Kak…” jawab Gani lega.

Sambil tersenyum puas karena berhasil membuat mereka gugup, aku menuju ke arah kamar tidurku yang cukup dekat jaraknya dari ruang tamu. Di dalam kamar aku mengganti kaos longgarku dengan kaos ketat warna coklat tanpa memakai Bra, sehingga putingku pasti semakin terlihat jelas dari luar. Kemudian celana selutut milikku, aku ganti dengan celana pendek warna hitam dan ketat yang memperlihatkan paha mulusku.

Selang beberapa menit kemudian, aku sudah muncul kembali untuk menemui mereka. Namun satu hal yang membuat wajah polos mereka terkejut adalah melihat pakaianku yang minim, apalagi untuk ukuran anak seumuran mereka. Pemandangan ini pasti menyilaukan pandangan jiwa muda mereka berdua. Aku mengacuhkan saja pandangan mata-mata liar yang sibuk menatapi puting dan pahaku.

“Bagaimana sirup jeruknya? Sudah diminum belum?” tanyaku cepat.

“U-udah Kak…” jawab Gani pendek.

Matanya menatap tajam kearah pahaku yang terlihat sangat menggiurkan baginya.

“Enak gak sirup bikinan Kakak? Pasti bikin ketagihan kan?” candaku.

“Enak sih Kak! Tapi kalo Gani sih lebih suka susu dibanding sirup…” sahut Gani.

“Gitu yah? Sayang Kakak gak ada persediaan susu di rumah…” jawabku tanpa ada prasangka buruk dari perkataan Gani.

“Kalau kata orang susu yang terbaik itu ASI ya Kak?” lanjutnya lagi.

“Betul Gan. Dibandingkan dengan susu sapi, ASI itu jauh lebih bergizi…” tambahku penuh keyakinan.

“Ibu Gani juga suka bikinin susu setiap pagi Kak…” kata Gani menjelaskan.

“Oh ya? Bagus itu…!” jawabku seadanya.

“Tapi susu yang saya minum setiap hari susu sapi Kak!” sambung Gani lagi.

“ASI tetap jauh lebih bagus daripada susu sapi Gan…” kataku.

“Wah, pasti ASI rasanya enak tuh!” sela Edo cepat.

Aku hanya tersenyum simpul. Gani terus menyerocos tentang keinginannya sesekali mencoba ASI. Edo hanya tegang mendengarkan ocehan Gani, di terlihat takut sekali aku marah mendengarkan ocehan temannya yang mulai terasa kurang ajar itu.

Tiba-tiba entah mendapat ide gila dari mana Edo berkata ”Coba ya kami berdua bisa nyicipin ASI! Duh pasti asyik ya?” timpal Edo.

Namun belum lagi selesai kalimat yang diucapkannya, aku kembali menimpali “Ibu kalian kan juga punya, dulu kalian kan sering nyusu dari Ibu kalian”

“Tapi sekarang kami kan sudah nggak nyusu lagi sama Ibu. Lagipula kamu juga udah lupa gimana rasanya minum ASI…” Edo nampaknya sudah mampu menguasai keadaannya.

“Kalo kalian mau, ketika ibu kalian sedang menyusui minta tolong saja untuk ASI-nya di peras dan kemudian dimasukan ke dalam botol…” jawabku yang mulai mengerti arah pembicaraan mereka.

“Bukan itu maksud Edo Kak…” Edo menggelengkan kepalanya.

“Terus maksud kamu bagaimana Do?” Aku menanyakan.

“Edo pengen banget minum ASI punya Kakak…” kata Edo dengan cuek.

Kata-kata tersebut membuat aku berpikiran lebih gila lagi. Gairahku yang semakin meninggi sudah mengalahkan norma-norma yang ada, aku sudah kehilangan kendali bahwa yang ada di depanku adalah anak-anak polos yang masih di bawah umur. Aku kemudian menatap wajah mereka semakin serius.

“Aduh kalian ini nakal banget ya! Kalo langsung berarti kalian bisa lihat payudara Kakak dong?” jawabku.

“Emang kami pengen liat teteknya Kak Tita!” kata Gani semakin berani.

“Kalian nakal banget sih! Lagipula Kakak kan belum punya anak, jadi belum bisa punya ASI…” kataku menjelaskan.

“Emang kenapa kalo belum punya ASI Kak?” Edo memberanikan diri bertanya.

Aku menggosok-gosok rambut Edo dengan lembut.

“Ya percuma saja dong. Kalian kan pengennya ngerasain ASI…” jawabku.

Namun setelah mereka semua tetap membujukku untuk dapat merasakan payudaraku dengan alasan penasaran, aku akhirnya luluh juga. Apalagi setelah melihat mata Edo yang tampak sangat menginginkan pengalaman menghisap payudara di usianya sekarang.

“Ya udah deh Kakak mau. Tapi janji ya kalian nggak minta macam-macam lagi…” jawabku menyanggupi permintaan kedua anak yang sedang dilanda rasa penasaran ini.

“I-iya Kak Tita…!” jawab mereka serempak.

“Biar bagaimanapun kalian kan laki-laki dan berdua pula. Kakak takut juga sendirian di rumah dalam keadaan kosong seperti ini. Kalau tiba-tiba kalian minta lebih dari ini gimana?” kataku serius.

“Nggak Kak! Kami janji gak akan minta yang macem-macem lagi deh…” sambil berkata begitu mata mereka berdua tidak lepas dari payudaraku sambil meneguk ludah berkali-kali.

Aku sadar tentunya mereka akan berkata apapun agar keinginan mereka terpenuhi saat itu. Mereka sudah tidak sabar menanti pemandangan indah itu sebentar lagi. Aku yang menyadari hal itu tersenyum-senyum sendiri melihat tingkah mereka berdua.

“Kalian sudah siap?” godaku.

“S-siap Kak!” kata mereka hampir serentak.

Aku pun menyunggingkan senyum manisku. Jawaban mereka membuat aku semakin bergairah dan terangsang. Aku berpikiran hari ini aku akan mendapatkan sensasi dari anak-anak ini. Aku memang sudah pernah merasakan kenikmatan juga dari dua anak jalanan, yang aku sudah ceritakan sebelumnya, namun tentu saja umur anak-anak ini masih sangat muda. Namun aku juga ingin merasakan sensasi ‘bermain’ dengan anak-anak SD.

Aku mulai mendekati mereka, kemudian dengan agak tergesa aku melepaskan kaos bagian atasku sehingga pemandangan yang mereka tunggu-tunggu pun datang sudah. Namun aku masih berusaha menutup payudara bagian kananku dengan tangan.

Saat ini tubuhku hanya tertutup celana pendek ketat yang pasti membuatku tampak seksi sekali. Jantungku berdetak kencang sekali. Karena mereka adalah korban godaanku yang paling muda. Bagaimana tidak, mereka baru berumur 11 tahun. Jadi bisa dipastikan mereka masih anak-anak sekali. Kini payudara sebelah kiriku benar-benar terpampang di hadapan mereka tanpa terhalang apapun lagi.

“Dua-duanya dong Kak…!!” protes mereka berdua.

“Iiih buat apa? Hayoo kalian mulai nakal ya! Kalian sebenernya cuma mau lihat payudara Kakak aja kan? Dasar anak nakal…!” kataku dengan nada manja.

“Nggak kok Kak! Cuma kan kami ada dua orang, nanti kalo cuma satu yang dibuka gak akan cukup untuk kami…” kilah Gani.

“Kamu pinter banget berdebat sih! Iya deh, tapi janji kalian jangan liar ngeliat Kakak telanjang dada yah…” sambil berkata demikian aku menuruti kemauan mereka dengan membuka tangan yang menutupi payudara sebelah kanan.

“Nih, puas kan?” jawabku sambil melihat ke arah mereka dengan tatapan menggoda.

Mereka berdua hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Mata mereka melotot memandangi payudaraku. Tampaknya mereka masih bingung apa yang harus mereka lakukan.

“Kok malah bengong sih?” tanyaku dengan cuek.

“A-abisnya kami bingung Kak…” jawab Edo dengan nada gemetar.

“Ayo dimulai dong Adik-adik…” aku menyadarkan mereka.

Mendengar kata ‘Ayo dimulai’ dari mulutku, tangan-tangan mereka mulai menggerayangi payudaraku. Aku menjadi geli sendiri melihat tingkah mereka.

“Jangan rebutan dong! Aaaaah.. Gani yang ki.. ri… Edo yang ka-kanan…” perintahku.

Birahiku semakin meninggi, sementara Gani sudah mulai mendekatkan bibirnya ke putingku, Edo masih membelai sambil memilin-milin putingku. Karena melihat temannya sedang menghisap payudaraku, Edo mulai ikut menghisap-hisap puting payudaraku yang lainnya.

Betapa seakan perasaanku sedang melayang ke awan, apalagi ketika mereka berdua menghisap secara bersamaan yang membuat nafasku menjadi tersengal-sengal. Aku juga baru sadar kalau ternyata selain mereka sibuk mengenyoti kedua payudaraku, tangan mereka pun ikut bergerilya mengelusi tubuhku yang mulus. Tadinya aku mau mengingatkan pada janji mereka sebelumnya agar tidak melakukan macam-macam lagi selain memegang atau pun menghisap payudaraku saja.

‘Sleeerrrpp… Sleeerrpp…’ terdengar suara payudaraku disedot-sedot oleh kedua anak-anak ini.

Tanganku membelai, kadang agak sedikit menjambak sambil menekan kepala mereka berdua agar lebih dalam lagi menghisap payudaraku. Mereka semakin menikmati ‘mainan’ mereka, sedangkan aku semakin terhanyut dibuatnya. Aku sadar kalau ingin lebih dari sekedar ini. Aku semakin lupa diri bahwa mereka adalah anak-anak yang masih polos dan belum seharusnya melakukan perbuatan ini.

Ketika sedang nikmat-nikmatnya, tiba-tiba Edo melepaskan hisapannya sambil berkata “Biar tetek Kak Tita nggak keluar air susunya, tapi rasanya tetep enak deh!!”

“Eeehhhmm… Hisaaapaaan kamuuu jugaaa enaaaakk Do! Aaaaaaaaah…” aku mendesah merasakan nikmat yang melanda payudaraku.

Tanpa menggubris perkataan temannya, Gani terlihat semakin lahap menikmati payudaraku. Seperti anak bayi yang sedang menyusu pada ibunya, mereka berdua melumat payudara itu dengan hisapan dan gigitan-gigitan ringan tapi sangat mengusik birahiku. Hal itu menyebabkan aku menggeliat-geliat dan mengeluarkan desahan. Perasaanku terombang-ambing dalam kenikmatan yang tak bisa aku bendung lagi.

“Emmmmmpphh… Aaaaaaahhh…” aku terus mengerang sambil meremas kedua rambut anak-anak itu.

Hisapan kedua anak kecil ini pada putingku semakin menaikkan libidoku, walaupun di dalam hati aku tau ini memang belum sepantasnya dilakukan oleh mereka. Namun aku hanya bisa pasrah saja, tanganku meremas-remas rambut Edo dan Gani karena rasa geli akibat hisapan dan remasan tangan mereka pada payudaraku. Aku melihat jari-jari mereka menggesek-gesek putingku yang memanaskan birahiku.

“Mmmmhh… Remas pelan-pelan… Aaaaaaah…” kataku sambil memejamkan mata.

Tubuhku mulai melemas merasakan sensasi berbeda dari yang pernah aku lakukan sebelumnya. Akibat dirangsang seperti itu terus-menerus, akhirnya aku ingin mereka tidak hanya sekedar menghisap payudaraku saja.

“Gani… Edo.. Ber-berhenti dulu…” pintaku.

“Ada apa Kak?” Gani bertanya.

“Kita terusin di kamar aja yah. Di sini posisinya nggak enak…” jawabku.

Sebenarnya aku juga punya alasan lain, yaitu takut kalau tetanggaku bisa mendengar desahan maupun teriakan kami dari ruangan ini. Aku lalu berdiri menuju ke kamarku. Tentu saja mata mereka menatap penuh nafsu tubuhku yang hanya tinggal tertutup oleh celana pendek ketatku.

“Ayo ikut Kakak…” aku mengajak mereka berdua untuk masuk ke dalam kamar.

Seperti kerbau yang dicocok hidungnya, mereka mengikuti diriku. Sampai di dalam kamar aku duduk di sisi ranjang.

“Gani… Edo… Lepasin seragam kalian deh…” pintaku.

“Tapi Kak…” Edo tampak masih agak ragu.

“Sudahlah turutin aja. Kakak janji kalian akan merasakan nikmat…” aku menyahut.

Dengan malu-malu mereka mulai melepas baju dan celana mereka satu persatu. Tampaklah penis dari anak-anak itu yang sudah tampak tegang. Rambut kemaluan mereka belum tampak tumbuh sama sekali, sedangkan batang penisnya masih agak kecil, mungkin hanya sekitar 9-10 cm saja. Namun entah kenapa, melihat pemandangan seperti ini libidoku naik semakin tinggi.

“Kak Tita curang…” kata Edo tiba-tiba.

“Curang bagaimana maksud kamu Do?” tanyaku.

“Kami berdua udah telanjang. Masa Kak Tita nggak ikutan telanjang sih?” Edo menjawab dengan wajah lugunya.

Aku hanya tersenyum mendengar perkataan polos dari Edo tadi. Namun setelah aku pikir, ternyata benar juga apa yang dikatakan olehnya. Aku kemudian bangkit dari dudukku, lalu celana pendek berikut celana dalam aku lepaskan. Sekarang kami bertiga sudah dalam keadaan telanjang bulat tanpa sehelai benang pun.

“Sekarang Kak Tita udah gak curang lagi kan?” aku bertanya kepada Edo.

“I-iya Kak…” jawab Edo singkat.

Sekarang tatapan mereka tertuju pada benda yang ada dibawah pusarku. Perasaanku campur aduk saat melihat mata anak-anak ini berbinar-binar takjub melihat vaginaku. Aku pun bisa mendengar suara mereka sedang menelan ludah. Pasti ini adalah pengalaman pertama bagi mereka dapat melihat vagina seorang wanita yang lebih dewasa.

Mereka berdua tampak gugup sekaligus senang melihatnya. Sementara jantungku berdegup kencang sekali saat mengingat bahwa yang sedang mengamati vaginaku dengan seksama ini adalah anak-anak kecil. Vaginaku yang masih rapat dan dalam keadaan tanpa bulu sedikit pun, sangat menarik perhatian mereka. Kemudian aku duduk kembali di ranjang lalu menaikkan kakiku dan mengangkangkannya. Vaginaku sekarang dalam keadaan terbuka lebar dan tentu saja semakin terlihat bagian dalamnya. Mereka mendekat ke arahku dan memperhatikan vaginaku dengan wajah penasaran.

“Ini namanya vagina, lain dengan punya kalian…” aku menerangkan ke mereka layaknya seorang guru biologi.

“Ooo… Ini yah yang namanya vagina…” kata Edo sambil manggut-manggut.

“Kalian lahir dari sini…” aku melanjutkan.

Tanpa perlu aku suruh lagi, tangan mereka sudah mulai mengelus-elus bagian di sekitar kemaluanku. Sentuhan mereka ini terasa nikmat sekali. Jari-jari kecil milik Gani sudah masuk ke lobang vaginaku dan bermain-main di dalamnya. Tentu saja hal ini membuat cairan vaginaku mulai tampak membanjiri bibir luarnya.

“Sssssshhh…” mulutku mulai mengeluarkan suara desisan ketika jari Gani menyentuh daging kecil di dalam vaginaku.

Selanjutnya seperti layaknya seorang pria yang sudah berpengalaman, Gani membenamkan wajahnya pada vaginaku lalu dengan rakus menjilatinya. Lidah kecil itu menyapu bibir vaginaku sampai aku menggeliat-geliat dan mendesah nikmat. Gani kelihatan sangat menikmati cairan kewanitaan yang terus keluar dari vaginaku itu.

“Aaaahhh… Gaaann!! Teruuuusss…” aku mendesah menikmati saat lidah Gani menelusuri gundukan bukit kemaluanku.

Tanpa disadari kakiku semakin melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Gani untuk menjilati vaginaku. Tubuhku seperti terkena aliran listrik ketika lidah Gani yang hangat membelah bibir kemaluanku dan memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya.

“Aaaaahhh… Ooooohh…” desahku dengan tubuh bergetar merasakan lidah Gani memainkan klitorisku.

Sementara Edo kelihatannya lebih tertarik dengan kemulusan pahaku.

“Paha Kak Tita mulus banget deh!! Mana putih lagi…” celoteh Edo.

Tangan Edo semakin berani untuk mengelus-elus pahaku. Tak lama kemudian pahaku mulai dia jilati dengan penuh nafsu, sementara tangannya juga ikut aktif mengelusi bagian dalamnya. Aku hanya bisa pasrah membiarkan kenikmatan ini berlangsung. Aku merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas Edo pada kulit pahaku.

“Aa-aduh… Eee.. nak.. banget! Terr.. us… Aaaahh…” aku terus merintih menikmati perlakuan anak-anak ini.

Sungguh mereka memberiku kenikmatan yang hebat. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku tanpa bisa berkata-kata hanya rintihan dan nafas yang tersengal-sengal. Setelah agak lama mereka memainkan vagina beserta pahaku, akhirnya aku mendorong mereka lalu bangkit dan menghampiri mereka yang berdiri di tepi ranjang.

Aku berjongkok dihadapan mereka sambil kedua tanganku memegang diiringi dengan remasan-remasan kecil pada penis mereka. Aku mendekatkan wajahku pada penis Gani, kemudian aku kulum dan jilati kepala penis muda ini. Karena penis Gani ukurannya termasuk kecil, maka aku dapat memasukkan seluruh batang penis itu ke dalam mulutku lalu menghisapnya dengan gerakan maju mundur. Mungkin karena Gani sangat menikmatinya, tanpa sadar tangannya mencengkeram erat kepalaku. Sementara itu, tanganku yang satu mengocok-kocok penis Edo.

“Kak Titaaa… Akuuu… Ma-mau… Kenciiiing…” Gani merintih.

Tampaknya anak ini akan mencapai orgasme. Namun tentu saja aku tidak akan membiarkan hal ini terjadi karena aku masih ingin permainan ini berlanjut lebih lama. Kemudian aku beralih pada penis Edo. Tampak penis ini sedikit lebih besar dari kepunyaan Gani. Aku mulai menjilati penisnya dari pangkal sampai pada ujungnya, lidahku menari di kepala penis Edo. Aku jilat-jilat pelan lubang kencing Edo kemudian aku masukkan seluruh batang penisnya. Sama seperti Gani, Edo juga menjambak rambutku dengan kencang ketika aku semakin mempercepat kulumanku.

“Kaaaaakkk… A-aku… Ju… ga… Mauuu… kencing niiiih!” Edo berteriak kencang.

Aku menghentikan kulumanku pada penis mereka berdua, kemudian aku bergerak naik ke atas ranjang lalu mengangkangkan kakiku dengan lebar sehingga membuat vaginaku terlihat jelas oleh mereka.

“Siapa duluan yang mau tititnya dimasukin ke sini?” aku berkata sambil tanganku menunjuk ke lubang vaginaku yang sudah nampak basah oleh cairanku sendiri.

Mereka saling berpandangan lalu mulai berdiskusi. Akhirnya Gani duluan yang akan menusukku. Gani naik ke atas ranjang dan mengangkangi kakiku lebih lebar. Tampak penisnya yang sudah tegang dan mengkilat siap menusuk lubang vagina wanita yang pantas menjadi kakaknya. Aku menuntun penis Gani untuk masuk ke lubang kenikmatanku. Aku membiarkan pria muda ini melepas keperjakaannya oleh vaginaku. Dan ‘bleeess’, batang penis Gani pun amblas seluruhnya ke dalam vaginaku.

“Aaaaaaaah Ganiii…” aku mendesis.

“Masukin… Le-lebih… Dalam lagi!!” perintahku.

“I-iyaaaa Kak!!” jawab Gani.

Yang dapat aku lakukan sekarang hanya mendesah sambil menggigit bibir bagian bawahku. Tampaknya Gani cepat memahami perkataanku, dia memompa vaginaku dengan seksama. Genjotannya semakin lama semakin cepat. Edo yang menunggu giliran hanya tertegun dengan permainan kami. Genjotan Gani kian cepat aku imbangi dengan goyanganku.

Setelah sekitar 10 menit dalam posisi yang sama, Gani semakin mendesah dan menjerit dengan kuat, karena kali ini penisnya benar-benar aku jepit dengan kuat sehingga pasti memberikan efek yang sangat nikmat.

“Rasanyaa enaaaak bangeeeettt Kaaak…!!” Gani terus mendesah.

“Aaaaaaahhh… Aaaahhh… Teruuusss Gaaan…!!” aku juga mendesah lebih kuat lagi dari sebelumnya karena merasakan penis Gani semakin cepat dan kuat menusukku. Tampaknya hal ini membuat Gani tidak kuat lagi menahan sperma yang akan keluar.

“Aduh Kak… Ssssshhh… Gani gak tahan mau kenciiiiing… E-enaaaak!!” desahnya.

“Aaaaaah… Gani keluarin di dalam ajaaaa…” kataku.

Kakiku aku lipat menahan pantat Gani. Dia merangkul erat tubuhku dan ‘creet… creet…’ cairan hangat membanjiri liang kewanitaanku. Gani terkulai lemas diatas tubuhku, butiran-butiran keringat keluar dari sekujur tubuhnya.

“Gimana Gan? Enak gak barusan?” tanyaku begitu Gani mencabut penisnya yang sudah agak mengempis dan terkapar lemas disampingku.

“Enaaaak bangeettt Kak….!! Gani baru pernah ngerasain yang kayak ginian…” Gani berkata dengan penuh kepuasan.

“Itu tadi namanya orgasme. Kalau udah sampai di puncak kenikmatan ya kayak gitu rasanya” aku berusaha menjelaskan.

“Oohh… Jadi waktu orgasme Gani ngeluarin air kencing kayak tadi itu ya Kak?” tanyanya polos.

“Gani, Edo. Yang tadi keluar itu bukan air kencing, melainkan sperma. Itu adalah cairan yang keluar ketika laki-laki mencapai orgasme…” aku berusaha menerangkan dengan kata-kata yang mudah dicerna oleh anak seusia mereka.

Mereka berdua hanya diam saja sambil mengangguk-anggukan kepala. Mungkin mereka bingung mau bertanya apa lagi kepadaku.

“Ya udah. Sekarang giliran kamu yah Do…” aku berkata kepada Edo.

“Sekarang kamu tusuk vagina Kakak dari belakang yah…” aku memberi arahan kepadanya.

Kemudian aku mengambil posisi menungging sehingga vaginaku pada posisi yang menantang. Edo naik ke atas ranjang dan bersiap menusuk dari belakang. Dan penis Edo mulai memasuki lubang kenikmatanku yang seharusnya belum boleh dia rasakan.

Tampaknya Edo sudah bisa menggerakkan tubuhnya dengan benar, mungkin dia belajar dari melihat permainan Gani denganku sebelumnya. Edo menggerakkan maju mundur pantatnya. Aku sambut gerakannya dengan ikut menggoyang pinggulku. Semakin lama gerakan Edo semakin cepat dan tampaknya puncak kenikmatan akan segera diraih oleh anak ini.

Edo udah mau keluar Kak…!! Edo keluarin dimanaaa Kak?” tanya Edo sambil terus menggenjot pantatku.

“Ahhhhhhhhhh… Kakak juga mau keluaaaar Do…!! Edo keluariiin di dalam aja yaaaah! Kita keluarin sama-sama…” teriakku kencang.

“Enaaaaaaaaaaak Kak…!!!” Edo berteriak nikmat sambil memeluk erat tubuhku dari belakang ketika spermanya menyemprot deras vaginaku.

“Kakaaaaak jugaaaa… Aaaaaaaaaaahhhhh… Sssssshhhhhhhhhh…” desahan nikmat keluar dari mulutku saat mencapai orgasme untuk pertama kalinya.

Lubang vaginaku terasa hangat setelah diisi sperma kedua anak ini. Edo kemudian terkapar disampingku. Aku hanya dapat menatap kedua anak itu dengan perasaan setengah tidak percaya bahwa aku baru saja bersetubuh dengan mereka. Walaupun aku hanya mendapatkan orgasme sekali saja, namun sensasi yang aku dapatkan membuat aku sangat puas. Aku bangkit dan berjalan ke dapur tanpa berpakaian untuk membuatkan sirup dingin, agar tenaga mereka pulih. Setelah berpakaian dan selesai minum mereka minta ijin untuk pulang.

“Gani, Edo. Kalian jangan cerita kepada siapa-siapa tentang semua ini yah. Kalian boleh minta lagi sama Kakak kapan saja, asalkan waktu dan tempatnya memungkinkan…” aku berkata sambil mencium pipi kedua anak itu.

“Iya Kak…!” sahut mereka hampir bersamaan.

Setelah mereka berdua pergi, satu sisi diriku bertanya-tanya, mengapa aku bisa bertindak seperti ini. Namun sisi lain diriku merasa puas karena berhasil menggoda dua orang anak yang masih polos. Aku juga sangat menikmati menggunakan tubuhku untuk merangsang dan menguasai kedua anak tersebut. Aku juga senang bisa membuat keduanya lepas kendali dan jatuh dalam pelukan birahiku.

Namun sampai saat ini, aku tidak pernah melihat keberadaan mereka lagi. Tapi aku juga tidak akan pernah lupa dengan mereka. Karena kedua anak itu dapat memberikan kepuasan dan sensasi yang berbeda. 

sumber: www.krucil.com

istri yg sangat nakal

Usia perkawinan kami menjelang 10 tahun, untuk menghindari kejenuhan biasanya kami refreshing dengan menginap di ubud. Anak anak ditinggal di Surabaya karena mereka juga sudah cukup besar. 2-3 hari suami cuti sudah cukup mencharge ulang hubungan percintaan kami. Kali ini kami berdua kembali menginap di ubud bali. Kamar yang kami dapat sungguh luar biasa karena berada di puncak bukit dengan kaca yang terbuka di sekeliling kamar. Pemandangan yang luar biasa terhampar di depan mata. Bercinta di tempat seperti ini sungguh menggairahkan. Belum lagi acara di malam hari yang diadakan oleh pihak hotel, sungguh menarik, dimulai dari pementasan tari bali yang indah, acara makan malam yang romantic dan diakhiri dengan melepaskan kepenatan di diskotik yang mulai dibuka pukul 10 malam sampai pagi.

Sengaja aku memakai pakaian yang mengundang, rok mini sexy yang melekat erat di tubuhku dengan belahan dada yang sangat terbuka menyembulkan buah dadaku yang montok. Suamiku tidak keberatan bahkan menikmati ketika para mata lelaki melihatku dengan pandangan nafsu. 
“Rin..lihat cowok di ujung itu, matanya tidak lepas dari tubuhmu…heheheh” Suamiku berbisik sambil senyum senyum bangga. 
“mas nggak cemburu, Rini dilihat sama cowok cowok itu…”bisikku sambil memeluk pinggangnya.
“hmmmm…rasa bangganya memiliki kamu mengalahkan cemburuku…sayang…eh coba Rin mereka kamu goda…ajak kenalan gitu…aku pengen tahu sejauh mana keberanian mereka.” Suamiku mencoba bermain api.

“Eh…jangan mas..!” Bisikku “ Kalo kebablasan gimana hayo…”
“hahahaha nggak papa sekali kali ngedate ama cowok lain gak papa asal nggak keterusan…” Suamiku tersenyum senyum.

Aku sempat berkenalan dengan beberapa pemuda menarik, mereka ganteng ganteng juga. Andi, Budi, …hmmm cowok cowok brondong yang menggairahkan. Suasana yang mulai menghangat membuatku berpikir untuk mencoba sedikit nakal. Dari dulu aku mempunyai fantasi threesome atau gang bang…mungkin tidak ada salahnya dicoba, mumpung suamiku sedikit memberi keleluasaan. Dan sepertinya sangat menggairahkan, bercinta dengan orang lain disaat suami ada di dekat kita. Hmmm tapi bagaimana caranya..? Aku biarkan suasana mengalir , lebih panas, lebih menggairahkan, dan mereka mulai berani memelukku. Bahkan Andi sempat meremas payudaraku. Kucari suamiku ternyata dia mabuk di pojok. Aku lebih berani untuk mengundang mereka dan mengutarakan keinginanku dan ternyata mereka antusias sekali, tentu saja…bercinta gratis dengan istri orang..masih sexy lagi…hm..hmmm.hmm.. Cuma aku harus berpikir bagaimana caranya agar suamiku tidak tahu…timbul ide bagus di benakku.

"Rin…dimana kamu ingin making love ? suamimu kan menempel kamu terus tuh..” Bisik Andi. 
“Tenang…gw bisa kasih obat tidur..kita nanti main di sampingnya…ok ? “ Kataku tersenyum.
“Hoho..kamu nakal sekali Rin…ML disamping suami…? ” Tawa Andi.

Seperti yang sudah aku rencanakan, suamiku ketika masuk kamar sudah dalam keadaan mabuk, aku beri sedikit dosis rendah obat tidur di minumannya, membuatnya terlelap dengan cepat. Rencana nakalku berhasil, dengan cepat aku buka pintu kamar hotel dimana Andi sudah menunggu. 
“ Rin…aku ajak Budi ya…supaya lebih seru..gimana” Tanya Andi.

Hmmm aku sungguh tidak keberatan, karena seperti yang sudah aku jelaskan bahwa threesome salah satu fantasi liarku. Aku mempunyai fantasi seks yang cukup liar dimulai dari threesome dan bondage. Memang belum ada salah satupun fantasi yang terealisasi tapi aku sudah memutuskan di bali ini semua harus terlaksana, terutama bondage…entah terkadang aku menikmati kalau suamiku bercinta dengan sedikit kasar, sedikit ganas…sungguh berbeda…entah..

Sebelum menutup pintu Andi sudah memelukku erat dan meremas pantatku. “ hmmmm sekel banget pantatmu Rin…kamu sexy sekali. “ Bisik Andi sambil melumat bibirku. Sementara Budi hanya tersenyum sambil melepas kemejanya. Aku memang menyukai sex singkat. Session pertama harus cepat, session kedua baru santai.
“Rin bener neeeh suamimu gak bangun…hehehe asyik banget dong bercinta di samping suami yang ketiduran…bisa aja idemu…lebih merangsang ya Rin ? “ Tanya Rudi, kini tubuhnya sudah sepenuhnya bugil , terlihat batangnya yang sungguh menarik. Tidak terlalu panjang tapi diameternya mantap, yang penting beda dengan milik suamiku. Ukuran tidak terlalu penting.

Tangan Andi sudah menyelusup ke balik bra ku dan meremas lembut, sementara Budi sibuk menciumi paha…hmmm geli geli enak… Andi menghempaskan tubuhku di samping suamiku yang tertidur nyenyak, dengan cepat melumat buah dada kiriku yang kini terbuka lebar. Budi tidak mau kalah dengan merebahkan badannya di samping kanan tepat di sebelah suamiku, juga sibuk melumat buah dada kananku. Wow..wow.wow sungguh menggetarkan, dadaku bergemuruh mendapatkan perlakuan seperti ini.

“ Rin…jantungmu kok keras banget berdetaknya….gue jadi ngeri “ Bisik Budi sambil sibuk menggigit gigit telingaku. 
“ hei guys….gue belum pernah tidur sama cowok lain…langsung threesome lagi !…kalian beruntung banget…ngerti nggak…”protesku.
“Baru pertama kali !? “ Budi terkaget kaget, Andi sampai harus melepas kuluman bibirnya dari putting dadaku.
“Huuussss…ngapain dilepas..”tanganku menarik kepala Andi dan membenamkannya kembali ke payudaraku.
Sambil tersenyum nakal, lidah Budi menari nari dari perut ke bawah dan makin ke bawah. 
“Tenang Rin…kamu bakal puas dan nggak akan melupakan pengalaman pertamamu…ok ?”

Gilaaaa jilatan Budi lebih canggih dari suamiku. Nafasku mulai tersengal sengal. Aku sungguh tidak menduga kalau kenikmatannya melebihi ekspetasiku. Tiba tiba aku merasa benda tumpul menyelusup penuh ke miss V ku…ups enaaakk..tapi…
” Bud !! pake kondom !! gue gak mau tanpa kondom ! ok ? tarik lagi..! jangan merusak mood ku..”kataku tegas.

“Sorry…sorry Rin…ok ambil dulu. “Sambil berjingkat Budi mengambil kondom di saku celana jeansnya.
“Kalo gitu gue dulu..hehe” Andi yang memasang kondomnya dengan buru buru segera memposisikan batangnya ke hadapan miss V ku, dan dengan tidak menunggu lama segera menghunjamkan dalam dalam…uuuffff.. sekali lagi nikmat.!!

Budi yang tidak jadi mengambil kondomnya segera mengarahkan batangnya ke mulutku. Ahhh threesome memang nikmat….Andi mengocok lebih cepat kali ini, , kulirik suamiku yang meskipun tempat tidur berguncang keras, dia sama sekali tidak terganggu. Memang bercinta di depan suami yang tertidur memberi sensasi yang berbeda. Getaran yang lain dari yang lain, antara takut ketahuan, kenikmatan tiada tara bercampur menjadi satu…hehe gue nakal banget ya…

“Gantian dong…”rintihku, aku ingin disetubuhi bergantian kali ini.
“Gimana Rin?…nikmat Rin?… enak Rin?…ahhhh kamu sexy sekali… kamu nakal sekali “ Kata Andy sambil menepuk keras pantatku. Batangnya makin kencang menghajar miss V ku.

“ Tepuk lagi dooong…please…yang agak keras…ahhh!” Rintihku.
“Lebih keras !! Andi..please ….gigit punggungku…please ahhhh…”Teriakku.
Plak ! tiba tiba Budi menampar pelan pipiku, tangannya segera menjambak rambutku dan menariknya ke atas. Kepalaku yang mendongak ke atas membuat mulutku terbuka lebar, dengan cepat Budi mengisinya dengan batang mantapnya. Ufffff…gue sampe kesedak tapi nikmat…batang Budi tidak panjang tapi diameternya 1,5 kali milik suamiku. Aku lebih suka yang begini, kalau terlalu panjang malah nggak nyaman karena terlalu mentok. Hmmm…baunya khas…beda dengan milik suamiku. Sengaja aku gigit gigit karena gemas. Gila…ada juga batang yang sexy kaya begini. Nggak bosan aku menjilatinya. Kocokanku dan lumatan bibirku membuat keluar cairan bening di ujung batangnya….hmm mulai terangsang neeehh..

“Sepertinya kamu suka bondage Rin…gimana kali kita coba juga ok ? mau ?” 

Tanpa menunggu jawabanku Andi sibuk merobek robek gaun tipisku menjadi tali. Kalo nikmat begini kenapa harus menolak “ Terserah kalian …yang penting gue pengen puas malem ini…! Ayo…Bud..jangan berhenti please…!” Teriakku histeris saking nikmatnya. Ayo Rin aku ikat tanganmu ya…jangan kuatir nggak terlalu keras kok…pengen posisi nungging atau gimana ?….”Tanya Andi mengikat lembut tanganku ke besi tempat tidur, lidahnya menari nari kadang di leherku, buah dadaku membuatku kegelian.” Nungging please Bud..please…masukkan dalam dalam ya…janji lho….yang keras pokoknya…siksa aku please perkosa aku please….ayoooo..”.Rintihku
Posisiku benar benar menggairahkan. Menungging dengan kedua kaki dan tangan terikat di tempat tidur, sementara suamiku menggeletak tertidur dengan nyenyak. Bisa kalian bayangkan…sexy bukan ?

Andi benar benar tidak membuang waktu, posisi yang menungging membuat batangnya menghunjam penuh dalam dalam. Kedua tangannya dengan keras menarik pinggangku agar batangnya masuk seluruhnya. Deritan tempat tidur besi membuat suasana lebih menggairahkan. Badanku terasa bergetar hebat…menjelang orgasme…uhhhh…kedua pahaku terasa kaku. Aku pejamkan mataku, sementara Andi makin mempercepat hentakannya. “Ahhhh !!! aahhh!! Andi ternyata ejakulasi terlebih dahulu. Batangnya terasa berdenyut denyut. “Gantian cepet…aku belum nyampe…cepet! Teriakku.

Sigap sekali Budi mengganti posisi Andi, karena tahu aku menjelang orgasme, Budi tidak mengurangi ritme hentakan yang sudah dibangun oleh Andi. Luar biasa nikmat sekali. Mataku terasa gelap…ohhhhhhh aku …aku orgasmeeee..!!! denyutan vaginaku bertambah cepat. Tiba tiba suami mengerang pelan disebelahku ! kami terdiam terpaku….ups !! mungkin suamiku terganggu gara gara tempat tidur terlalu bergoyang keras. Aku gosok gosok pelan punggungnya agar tertidur lagi…hihihi gue bener bener nakal ya. Budi tersenyum senyum sambil mengocok pelan batangnya di vaginaku.

Agar aman, Budi menurunkan ritmenya, kali ini dia ingin menikmati persetubuhan ini. Sementara tubuhku lemas sekali, tetapi karena kondisi terikat tubuhku tidak bisa bergerak leluasa. Tiba tiba terasa batang Andi mengganti posisi batang Budi…uhhhh kok lebih enak ya… Mataku masih terpejam menikmati. “Kok kamu lagi sih An…Budi kan belum keluar…kasihan dong” Kataku pelan. Tidak sampai 5 menit, Andi sudah mengerang keras hmmm sudah dua kali dia ejakulasi. Aku masih memjamkan mata menikmati. Budi kembali menghunjamkan batangnya tetapi kali ini tangannya meremas rambutku..uhhhh ..”hmmm batang kalian kok lebih enak sihh…kok lain…? Bisikku.

Penasaran aku buka mataku menoleh ke belakang..hah !! Ada beberapa laki laki lain masuk kedalam kamarku ?! Mereka semua sibuk mengocok batangnya masing masing 
“Andiii! Apa apan ini !!..Teriakku.
“Tenang …tenang..Rin…kenalkan ini Robert..”Kata Andi sambil menunjuk laki laki yang tengah menyetubuhiku dari belakang. “Dan yang sebelumnya tadi, kenalkan Doni…”
“Kami ber enam sekarang, kamu nggak keberatan kan dipuaskan oleh 6 laki laki ? Fantasimu bakal terpenuhi Rin”…Kata Andi kalem..
“Aaaaah jangan begitu dong…gue ngeri…aduuuhhh gimana sih….”Aku mulai panik. NGeri juga kalo digilir banyak cowok begini meski aku pernah berfantasi gila gilaan digilir puluhan cowok. Tapi apa harus malam ini…rasanya aku belum siap…Dan lagi kalo suamiku tiba tiba bangun terus melihat aku lagi disetubuhi habis habisan gimana hayo….aduhhh tapi batang Robert yang mengaduk aduk vaginaku sungguh enak..Aku kembali meracau “ lebih cepaaaat…lebih cepat….uhhhh…ayooo…” Robert mengayun pinggangnya lebih kuat membuat pantatku berbunyi keras kena hempasan pahanya. Robert cepat mengerang, dan didalam vaginaku terasa ada cairan mengalir…kurang ajar ! rupanya mereka tidak memakai kondom.
“Hei ! pakai kondomnya dong..! eh kok kalian tambah banyak ?“ Aku protes berat karena kuatir juga kalo mereka nggak bersih dan mengapa sekarang ada 15 cowok ?
“Rin kalo pake kondom dengan 15 cowok begini kamu bakal lecet, mending tanpa kondom deh, aku jamin temen temen bersih kok. Mereka semua masih perjaka loh…bayangin kamu merawanin 13 perjaka…asyik kan ? Andi sibuk promosi.
“nggak mau ! Andi please jangan dong…jangan masukin sperma kalian ke tubuhku……pake kondom dong please…pokoknya jangan masukkan sperma kalian…please”
“Rin…mereka kan masih perjaka…dijamin gak sampe 5 menit semburatlah…ok ? tapi oklah kita semua pake kondom….ok guys !! setuju !! kata Andi ke mereka.

Tanpa menunggu jawabanku lagi, mereka langsung menggilirku habis habisan. Aku hanya bisa pasrah nikmat ketika batang batang mereka bergantian menyetubuhiku. Memang benar rata rata Cuma 3 menit…tapi masalahnya mereka tidak berhenti di ronde pertama, istirahat 5 menit sudah recovery lagi, artinya masing masing cowok rata rata 3 kali menyetubuhiku… sama saja, rasanya bibir vaginaku menebal. Tapi terus terang saja aku mengalami multi orgasme.
Aku benar benar kelelahan ketika Andi mencoba memasukkan batangnya ke anusku. 

“Andi please jangan dong…gue belum pernah…” rengekku.

Tapi Andi tidak menghentikan usahanya. Gila anak ini…” Please jangan dong..”rengekku lagi.
“Hmmm..Rin kamu bilang tadi pengen coba bondage…nanggung dong kalo Cuma begitu aja, gue masukin ya…pokoknya gue masukin deh..loe nangis gue nggak perduli, pokoknya kita semua menikmati tubuhmu sepuas puasnya…bukankah itu yang kamu minta Rin ? “Kata Andi mulai kasar.

Andi mulai menekan batangnya ke anusku…duuuhhh perih banget ! Sementara Robert, Doni, Agung dan cowok cowok lain mengocok batangnya di wajahku sambil sesekali memukulkannya ke wajahku. Agung bahkan memaksa aku melumat batangnya. sementara batang Andi mulai masuk makin dalam…
“jangan keluarkan sperma kalian di wajahku ok ? gue nggak mau…ok ? Pintaku memelas…Aku memang menikmati digilir tapi tidak untuk merasakan sperma mereka, bagiku hanya sperma suamiku yang boleh masuk ke dalam tubuhku. Tadi aku kecolongan si Robert, kurang ajar banget..!!
“Ayo Rin ! nikmati ! ini yang kamu minta bukan ?! “ Andi mulai menggoyangkan batangnya perlahan. Aku belum pernah anal, dan memang ternyata cukup menyakitkan. Tetapi karena sudah terlanjur basah aku harus bisa menikmatinya. Ahhh ternyata masuk depan belakang ini memang nikmat…gila nikmat banget.
“Rin sekarang teman teman ingin mengisi vaginamu dengan sperma mereka bagaimana ….mau kan…? “ Tanya Andi.
“Jangan Di…gue udah bilang jangan…udah nikmati aja…kenapa sih harus masukin sperma kalian…becek..nggak enak…” Rengekku.
“Hmmmm, tapi kamu tidak ada pilihan lain bukan kalau kami paksa….”Senyum culas Andi mengembang.
“Ayolah Rin….Cuma 15 cowok kok….udah gini aja, mereka nggak usah coitus lagi, tadi kan udah..kali ini cuma onani didepan vaginamu, trus vagina elo gue buka lebar lebar agar sperma mereka masuk semua…ok ? Mereka penasaran neeeh …sperma 15 cowok muat nggak ke dalam satu vagina… ok ya Rin…” Rayu Andi.

“Duuuhhh Di..please gue nggak bisa nikmatin…dan lagi sprei jadi basah semua dong…kalo suami gue bangun gimana dong lihat sperma berceceran…ayolah plesase bukain ikatan gue ya…udah puas semua kan ? Dan lagi suami gue bentar lagi bangun, gue gak sempat bersih bersih dong “ Gue kuatir juga kalo mereka melaksanakan aksinya. Terus terang gak siap deh kalo vagina gue di isi sprema mereka…gila apa !

Tapi dasar mereka cowok bandel, tangan tangan mereka sudah sibuk mengocok masing masing batangnya. Arrrghhh !! gue bener bener sebel …hhhh tangan dan kaki gue bener bener terikat, mati kutu sama sekali tidak bisa bergerak. Sementara Jemari Andi sibuk mengobok obok vaginaku…aduh..diapain sih punya gue…! Budi mulai mendekatkan batangnya ke vaginaku dan….ahhh kurang ajar…! Spermanya di**kan keras keras, tentu saja langsung masuk karena bibir vaginaku dibuka lebar oleh jari jari Andi..
Doni mengikuti dari belakang…diikuti Rudi, Robert, Syuman dan aaahhh…sungguh kurang ajar mereka.
“Rin…coba lihat…terisi penuh kan…semua bisa masuk lohhh…” Andi tersenyum senyum.
“Di…coba gue masukin batang gue…luber nggak hahahaha “ Robert segera menghunjamkan batangnya, tentu saja sprema di dalamnya muncrat keluar kena tekanan dari luar…
Ok ..Rin gimana kalo kamu kami biarkan terikat begini…surprise untuk suamimu…ok ? hehehe”
“Andi..jangan dong please…lepasin dong ikatan gue…please..” Aku mulai panik.
“Nggak mau…biar suamimu tahu kalo kamu nakal…ok ? kami pergi thanks honey….” Andi menepuk nepuk pipiku.
Arggghhh bang**t..!! Andi !! lepasin gue dong…gue teriak neeeh !!!” Ancam ku.
Ups !!! kalo gitu mulut kamu perlu ditutup sayang…”Tangan andi mengambil sobekan kain bajuku untuk menyumpal mulutku…ahhhh kurang ajar !!!

Mereka menutup pintu dan membiarkan aku terikat, aduhhh bagaimana kalau suamiku bangun nanti…!! Aduhhh gimana alasanku nanti ? …mataku jadi gelap…


sumber: www.krucil.com