Tuesday, June 5, 2012

Kesepian Waktu Training

Sebut saja namaku Resi, aku wanita 29 tahun masih single dan bekerja di sebuah bank. Dari kantor aku terkadang diminta untuk meeting atau traning di kantor pusat Jakarta. Pada tahun-tahun sebelumnya kesempatan training ini selalu aku manfaatkan untuk bertemu dengan pacarku yang kebetulan bekerja di Jakarta. Namun demikian sudah setahun lebih aku putus dengan pacarku. Usaha untuk mempunyai teman dekat yang dapat diharapkan menjadi suami telah dicoba dan berakhir gagal. Terus terang aku selalu melakukan hubungan sex dengan pacarku, sehingga putus dengan pacar membuat aku kehilangan dan merasa kesepian. Disamping itu aku kadang-kadang dan pada saat-saat tertentu sangat mendambakan untuk berhubungan sex dan mudah sekali tertarik dengan lawan jenis. 

Saat ini seperti biasanya aku ditugaskan untuk training di Jakarta.Lokasi training adalah di sebuah hotel bintang lima di Jakarta Aku berangkat dengan teman sekantor diantar mobil kantor ke Jakarta dan tiba di hotel tersebut menjelang jam 19:00. Kami bergegas menuju receptionist untuk check in. Ketika aku akan mengambil kunci kamar, di receptonist aku melihat seorang pria tinggi dan besar berkulit agak gelap sedang check in. Terus terang aku lebih tertarik dengan pria-pria yang kelihatan agak kasar, berkulit gelap dan besar tinggi. Semua bekas pacarku berciri seperti ini, meskipun aku sendiri berkulit putih halus dan berparas cantik. Pria yang sedang check in di sampingku ini menarik perhatianku, paling tidak membuat aku memperhatikannya cukup lama. Tangannya berbulu dan matanya agak kedalam mencirikan pria ini berasal dari India atau timur tengah. Karena aku memperhatikan cukup lama, pria itu nampaknya merasa, dan berpaling ke arahku. Aku sempat gelagapan dan buru-buru memalingkan mukaku ke arah formulir yang hrs aku tanda-tangani. Untuk situasi di receptionist cukup sibuk sehingga teman2 ku tidak memperhatikan hal ini. Sekarang giliran dia yang menatapku lama, aku dapat merasakan matanya menelusuri rambut, mukaku, tubuhku hingga keujung kaki dan balik lagi. Merasa diperhatikan seperti itu, darah dalam tubuhku mendesir, tubuhku merasa hangat. Untuk dia kemudai mengalihkan perhatiannya karena receptionist mengajaknya bicara. Setelah aku menerima kunci aku bersama temanku berjalan menuju lift. Aku diberi kamar di lantai 6 sekamar dengan temanku. Ketika lift terbuka aku memasuki lift dan ketika akan menutup, seseorang menahan pintu lift kemudian masuk. Jantungku agak berubah detaknya karena yang masuk adalah pria yang kuamati tadi. Di menatapku sesaat….sebelum kemudian berbalik ketika pintu lift menutup. Aku sempat melhat dia mengajaku tersenyum tetapi sirna begitu aku tak merespon. Ketika lift berhenti di lantai 6 aku keluar, karena agak penuh ketika keluar lenganku sempat bergesekkan dengan lengannya yang berbulu. Mulutku terasa kering menahan sensasi yang ditimbulkan…

Setelah berada dikamar kami mandi bergantian. Temanku bersikukuh mengajak makan di restoran hotel. Aku sebenarnya ingin berisitirahat di kamar. Tetapi karena tidak enak, maka aku beranjak menemaninya berjalan ke restoran. Aku mengenakan celana jean ketat dan kemeja putih longgar. Kamipun segera pesan, dan tanpa basa basi kami langsung menyantap pesanan begitu tiba. Selama makan aku mersa ada seseorang yang sedang memperhatikan aku. Akupun melihat kearahnya, jantungku tercekat karena tercata pria tadi duduk didepan mejaku agak menyerong kekiri. Aku tak tahu sejak kapan dia berada di sana. Dan ketika tatapan kami bertemu, dia tersenyum sambil mengangkat gelasnya…..aku serba salah dan akhirnya tersenyum juga. Sejak saat itu matanya tak lepas-lepas memandangk, dan tiap kali tatapan kami bertemu dia selalu melempar senyum…aku pun…tak tega tak membalasnya. Hal ini membuat aku gelisah dan gerah, tak terasa keringat muncul di dahiku padahal ruang di restoran ACnya cukup dingin. Ketika aku beranjak hendak meningalkan restoran, pelayan resto tersebut menyerahkan secarik kertas yang ternyata adalah berisi pesan darii laki2 tersebut. Aku tak berani membuka karena takut ketahuan temanku. Dalam kamar barulah aku buka lipatan kertas tadi dan ternyata berisi nomor hp pria tersebut. Aku berusaha tidak memperdulikankannya, dan bersiap untuk tidur. Aku sedang berbaring di ranjang dan temanku sedang ke toilet ketika telpon berdering sehingga aku terpaksa mengangkatnya. Yang menelpon nampaknya laki2 tersebut, dengan sopan dia minta maaf karena meminta nomor kamarku dari receptionist, itu dikarenakan aku belum mengirim sms ke nomor hpnya. Dia memperkenalkan diri sebagai Rajiv……dan dengan sangat menunggu sms ku.

Aku sedikit bombang mulanya, tetapi karena takut dia menelpon ke kamar lagi dan temanku tahu, maka aku sms….ke nomor hpnya…..Hi ….aku Resi…Dia segera membalas, setelah berbasa basi dan memperkenalkan diri…akhirnya dia sms aku untuk mengajak aku makan malam besok. Aku segera membalas bahwa aku sekamar dengan temanku dan teman2 lain ada juga di hotel ikut training…..tidak bisa gampang menemani makan malam. Dengan berani kemudian dia mengirim sms bahwa dia mengundang aku untuk makan malam di kamarnya. Aku tak membalas sms itu…hingga aku terlelap. Keesokan harinya dia selalu membayangi ku, pada saat break maupun makan siang. Dia sms berkali-kali bahwa dia ingin sekali ngobrol berdua, di manapun boleh katanya. Karena merasa tidak enak dan risih bila ketahuan teman2 sekantor…aku menyetujui untuk minum teh sama2 di kamarnya pada saat break sore. 

Jantungku berdegup kencang ketika pada saat break aku menyelinap dari teman-teman dan naik ke tingkat 9 untuk menemuinya. Aku hampir mengurungkan niatku mengetuk kamar 901…..namun tiba2 kamar tersebut sudah terbuka dan Rajiv menyambutku dengan ramah. Akupun masuk dan dia sudah menyiapkan the panas dan kue2 kecil. Rajiv orangnya pandai bicar sehingga aku yang semula tegang menjadi rileks. Rajivpun tidak menunjukkan gejala yang aneh-aneh dan ngobrol biasa sebagaimana halnya seorang kawan karib. Dari obrolan itu aku tahu bahwa Rajiv seorang pedagang perhiasan dan permata…..dan dia bercerita banyak tentang macam2 permata…yang juga merupakan benda impianku, karena selama ini aku sulit membeli permata-permata tersebut. Tak terasa kami sudah mengobrol 45 menit, aku harus segera kembali ke ruang training…dan Rajiv mempersilahkan tanpa mempersulit.

Aku agak sedikit lega ketika kembali memasuki ruang training, tapi juga sedikit gelisah karena aku semakin tertarik dengan Rajiv yang pandai bicara itu. Selama mengikuti sisa training hari itu, selalu terbayang gaya bicara Rajiv yang mempersona……aku menjadi tak yakin bahwa aku hanya akan ketemu sekali saja dengan dia.

Benar saja setelah usai training kembali aku mendapat sms dari Rajiv yang mengatakan bahwa dia masih mengajak aku makan malam di kamarnya…sambil menunjukkan sampel permata yang dijualnya. Aku semakin bimbang ketika dia sms lagi bahwa dia akan memberiku hadiah permata apabila aku bersedia. Meskipun hatiku gundah aku tak membalas smsnya dan langsung menuju kamarku. Sesampainya di sana aku mendapati temanku belum pulang ke kamar. Untuk menghilangkan rasa gelisah ku aku bergegas mandi, kulepaskan pakaian seragam kantor dan dengan pakaian dalam saja aku berjalan ke kamar mandi. Aku melihat bayanganku di cermin….dan memandangi tubuhku yang moleg,ak pegang2 buah dadaku sambil berpikir undang Rajiv. Sebenarnya, dia ramah dan sopan, justru aku khawtir diriku sendiri yang tak dapat menahan diri nantinya. Aku bisa membayangkan apa kelanjutan dari makan malam yang ditawarkan Rajiv, tanpa sadar aku membayangkan Rajiv, buah dadaku mengeras perlahan, aku membuka BHku dan terlihat puting dadaku mulai mengeras. Buru2 aku menepis pikiran itu dan bergegas menanggalkan celana dalamku dan menyalakan shower. Tapi siraman air hangat pada tubuhku bunkannya mendinginkan gelora dalam tubuh, malah sebaliknya ditambah dengan gosokkan tangan yang dilumuri sabun pada bagian2 tubuhku membuat gelora it makin menjadi-jadi. Aku terpaksa cepat2 mandinya dan keluar dari kamar mandi dengan buah dada yang mengeras. Putingku yang mungil nampak menonjol, bahkan setelah aku memakai BH yang memang tidak tebal, tonjolan itu masih nampak. Aku telah mencoba beberapa baju untuk menutupinya dan berusaha tenang.

Akhirnya karena merasa sesak menggunakan BHku yang serba ketat, aku putuskan untuk menggunakan tank top putih ketat tanpa BH. Aku terpana sendiri melihat kemontokan buah dadaku dibalut oleh kain tipis itu. Agar tidak terlalu menyolok aku menggunakan sweater. Sesaat setelah itu aku mendapat sms dari Rajiv yang mengajakku makan malam di sebuah restoran di luar hotel. Dia sudah menyewa mobil untuk itu. Karena tidak enak maka aku penuhi permintaannya dan aku pikir karena di restoran di luar hotel mungkin tidak terlalu menjurus. 

Singkat cerita aku sudah berada dalam mobilnya, dia menyetir mobil sewaan yang lumayan lux. Meluncur di jalan yang cukup macet. Kami sama-sama tak banyak bicara Rajiv pun belum memberi tahu aku kemana akan pergi. Saat hening begini aku jadi ingat kebiasaanku mengkhayal. Dan sekarang ini aku berada dalam mobil hanya berdua dengan Rajiv yang beberapa hari ini hadir sebagai obyek khayalanku dalam hubungan seksual. Tak bisa kutahan, mataku melirik ke arah selangkangan di bawah kemudi mobilnya. Dia pakai celana coklat muda. Aku lihat di arah pandanganku itu nampak menggunung. Aku nggak tahu apakah hal itu biasa. Tetapi khayalanku membayangkan itu mungkin keisitimewaannya yang memuatku resah. Saat aku menelan ludahku membayangkan apa di balik celana itu, tiba-tiba tangan Rajiv nyelonong menepuk pahaku. Walaupun jantungku langsung berdegup kencang dan nafasku terasa sesak memburu, aku masih berusaha se-akan-akan tangan Rajiv di pahaku ini bukan hal yang aneh. Tetapi rupanya Rajiv tidak berniat mengangkat lagi tangannya dari pahaku, malah tangannya menepuk-nepuk dan digosok-gosokkanya dengan lembut pada pahaku. Aku merasakan kegelian yang sangat, aku merasakan desakan erotik, mengingat dia selalu menjadi obyek khayalan seksualku. Dan saat Rajiv merabakan tangannya lebih ke atas menuju pangkal pahaku, reaksi spontanku adalah menurunkan kembali ke bawah. Dia ulangi lagi, dan aku kembali menurunkan. Dia ulangi lagi dan aku kembali menurunkan. Anehnya aku hanya menurunkan, bukan menepisnya. Yang aku rasakan adalah aku ingin tangan itu memang tidak diangkat dari pahaku. Hanya aku masih belum siap untuk lebih jauh. Nafasku yang langsung tersengal dan jantungku yang berdegap-degup kencang belum siap menghadapi kemungkinan yang lebih menjurus. Rajiv kemudian mengalah, tetapi bukan mengalah bener-bener. Dia tidak lagi memaksakan tangannya untuk menggapai ke pangkal pahaku, tetapi dia rubah. Tangan itu kini meremasi pahaku. Gelombang nikmat erotik langsung menyergap aku. Aku mendesah tertahan. Aku lemes, tak punya daya apa-apa kecuali membiarkan tangan Rajiv meremas pahaku. Aku benar-benar mendiamkannya. Aku merasakan kenikmatan jantungku yang terpacu dan nafasku yang menyesak dipenuhi rangsangan birahi. Perlahan tangan Rajiv yang meremasi pahaku juga naik-naik ke pangkal pahaku. Tanganku menahan tangannya. tapi malahan ditangkapnya dan diremasinya. Dan aku pasrah. Aku merespon remasannya. Rasanya nikmat untuk menyerah pada kemauan Rajiv. Aku hanya menutup mata dengan tetap bersender di jok sambil remasan di tangan terus berlangsung. 
Melihat perkembangan diriku Rajiv membelokan kembali mobilnya ke arah hotel, aku tidak protes,dia bilang lebih enak makan malam di hotel di kamarnya....aku tertegun tapi tak menjawab. Meskipun awalnya ragu, akhirnya aku mau juga masuk ke kamar Rajiv. Dadaku berdegup kencang karena aku tak yakin apakah dia bisa bertahan kali ini. Namun Rajiv cukup bijak dia tak langsung menyerang, malah mengajaku ngobrol sehingga membuatku sedikit santai dan bebas. Pada suatu kesempatan Rajiv tiba-tiba saja Rajiv mencium pipiku dengan cepat tanpa mengatakan apapun. Hanya sekilas, dan Rajiv membuat seolah-olah itu tak pernah terjadi. Tapi pengaruhnya sangat besar pada diriku. Perasaanku bergemuruh dan membuncah, bercampur aduk hingga aku hanya bisa diam saja seperti orang bodoh. Mataku saat itu tertuju penuh ke televisi, namun pikiranku terbang ke alam tertinggi yang penuh imajinasi. Remasan jari Rajiv di mobil dan ciuman hangat dipipinya barusan mau tak mau membangkitkan gairah terpendam yang selama ini tersembuyi jauh di dasar jiwaku. Aku mengalami semacam sensasi aneh yang memabukkan dan membuatku lupa diri. 

Tanganku gemetar meremas-remas ujung sweaterku, dan tanpa sadar aku menggigit bibirku sendiri saat Rajiv menarik daguku sehingga mereka bisa saling bertatapan serta membelai rambutnya dengan mesra; rambut yang hitam lurus sepanjang bahuku.

“Kamu cantik sekali, …” Suara itu terdengar lirih, dan aku hanya terpejam menahan semua perasaanku. Itu adalah ekspresi terbodoh yang pernah aku lakukan, atau justru yang terbaik, karena semuanya mendorong Rajiv untuk mengecup bibirku dengan lembut. Ciuman hangat dan penuh nafsu, membawaku terbang tinggi dan melupakan dunia ini.

“Mmmh…”

Aku hanya terpejam pasrah. Tubuhku gemetar hebat. Tapi mulutku tak sengaja terbuka saat lidah Rajiv mulai menjulur dan menggelitiki rongga mulutku. Lidahku secara refleks ikut bergerak meski masih sangat kaku, saling menggelitiki untuk mendapatkan sensasi aneh yang sempurna. Waktu seakan berhenti, aku terpaku seperti patung sihir. Hanya helaan nafasku yang terdengar di sela-sela ciuman membara dan dipenuhi gelora. Tubuh Rajiv merapat dan menggesek tubuhku, memberikan rasa hangat yang aneh dan membangkitkan seluruh sarafku yang tertidur. Rajiv baru baru berhenti ketika nafasnya mulai habis dan terengah-engah kelelahan. Aku kaget dan merasa malu mulutku basah akibat ciuman panas itu. Tapi aku tak dapat berbuat apa-apa selain menanti yang terjadi selanjutnya.

Rajiv hanya berhenti sejenak setelah itu kembali kurasakan bibirnya kembali mencium mulutku dan melumat kini dengan lebih bernafsu. Aku tergagap sesaat sebelum aku akhirnya terangsang untuk membalas lumatannya. Aku merasakan lidahnya kembali menyeruak ke rongga mulutku Lidah itu menari-nari di mulutku. Tubuhnya berkringat dan aroma lelaki Rajiv menyergap hidungku memancarkan kelelakian yang bebrapa hari ini selalu menyertai khayalanku aroma yang bisa langsung menggebrak libidoku, sehingga nafsu birahiku lepas dengan liarnya saat ini.

Sambil melumat, tangan-tangan Rajiv juga merambah tubuhku. Jari-jarinya melepasi kancing-kancing sweaterku. Ciuman bibir Rajiv membuat tubuhnya lemas, hingga tak sadar jari-jari Rajiv mulai mengelus bagian-bagian tubuhku, elusan itu aku nikmati saja seperti halnya ciuman di bibirku, sampai suatu saat terasa geli ketika jarinya menyentuh bagian samping dadaku. “Mmmh… Mmhhh…” aku merintih, elusan tangan Rajiv makin mengarah ke dadaku, membelai-belai benda yang lunak dan empuk itu yang hanya terbalut tank top tanpa BH. Rajiv paham benar arti dari pakaian yang dikenakanku sehingga ketika tanganku secara refleks berusaha mencegah, Rajiv memperhebat ciumannya makin liar hingga aku tak bisa mengelak. Remasan di dadaku terasa makin nyata, membuat aku terengah-engah akibat rangsangan hebat. Aku tak kuasa mencegah remasan itu, karena bagaimanapun aku ternyata menikmatinya. 

Aku terengah-engah akibat ciuman yang panjang itu, mukaku makin memerah, karena benar-benar terangsang oleh remasan tangan Rajiv di dadaku. Payudaraku yang berisi membuat genggaman Rajiv terasa penuh. Aku membiarkan diriku terdesak ke dinding, hingga tidak sampai merosot jatuh saat remasan tangan Rajiv makin lincah dan mempermainkan puncaknya yang masih tertutup tank top. Aku hanya mendongak setengah terpejam dan tanganku yang bingung merapat ketat di tembok. Aku makin belingsatan karena di saat yang bersamaan ciuman Rajiv mendarat di dagu dan leherku bertubi-tubi. Leherku cukup panjang dan jenjang, hingga kepala Rajiv dapat terbenam di sana dan memagut-magutnya seperti ular.

Aku merasakan mataku berair tanda nafsuku memuncak Remasan tangan kanan Rajiv berganti menjadi ciuman bibir. Kepala Rajiv terbenam di buah dadaku yang telah mengeras kencang, dan aku dapat mendengar kecipak-kecipuk saat Rajiv melahap dadaku itu dengan sedikit buas.

Rajiv telah menggulung tank top ketatku ke arah atas, berusaha menyingkapkannya agar buah dada itu lebih leluasa dinikmati. Lelaki India itu terus meremas-remas dengan lembut dan penuh perasaan. Menjepit dan mempermainkan puting susuku. Kemudian tangannya dia alihkan, ganti bibirnyalah yang menjemput susuku dan puting-putingnya. Dia jilat dan sedot habis-habisan. Dan yang datang padaku adalah gelinjang dari saraf-sarafku yang meronta. Aku nggak mampu menahan gelinjang ini kecuali dengan rintihan yang keluar dari mulutku. 

Tangannya yang lepas dari susuku turun untuk meraih celana jeansku. Dilepasi kancing celanaku dan dibuka resluitingnya. Tangannya yang besar dan kasar itu mendorongnya hingga celanaku merosot ke paha dan akhirnya ke lantai. Terdengar rayuan Rajiv di sela-sela kesibukannya. Aku hanya mampu menjawabnya dengan erangan-erangan aneh, karena saat itu tangan kanan Rajiv telah menembus langsung ke pangkal pahanya. Jari jemari pria itu menggosok-gosok dan mempermainkan di tempat yang paling sensitif, hingga aku merasakan celanaku mulai basah oleh cairan. Memang sentuhan tersebut bukanlah sentuhan langsung karena masih tertutup CD tipis. Tapi ini adalah sentuhan yang lama tak dirasakanna dan semuanya sudah lebih dari cukup untuk membangkitkan rangsangan dahsyat itu. Apalagi setelah beberapa lama Rajiv tidak juga menghentikan aktivitasnya, melainkan menggesek-gesek dengan lebih liar. Kemaluanku terasa seperti diaduk-aduk, hingga makin lama aku makin merasakan desakan yang aneh, aku tak dapat menahan perasaanku, terus mengerang… mengerang… hingga desakan itu makin menuju ke arah puncak… aku tak sanggup bertahan lagi…

“Aaahh… Aaahh… Akhhhhh….” aku menjerit panjang saat orgasme melanda tubuhku. Tubuhku mengejang kuat, melengkung seperti busur. Kakiku merapat menjepit tangan Rajiv yang tak juga berhenti bergerak. Aku merasakan letupan-letupan dahsyat seperti sebuah terpaan badai. Dunia dipenuhi warna yang berpadu dengan indahnya. Tubuhku yang lemas digolekan di ranjang. Aku melihat Rajiv tak ragu-ragu untuk melepaskan tali di bahuku dan membiarkan tank topku jatuh ke arah perut kemudian dicampakkan ke atas ranjang, hingga dadanya benar-benar terbuka di hadapan Rajiv. Aku sempat berusaha menutupi puting susuku yang mengacung, tapi tangan Rajiv menariknya dan mendorong tubuhku agar berbaring. Aku telentang pasrah, menyaksikan Rajiv berdecak kagum pada buah dadaku yang padat kencang. Puting susunya yang merah muda segera dilahap oleh Rajiv, dan aku merasakan serangan kenikmatan itu datang lagi. Puting susuku kanan dan kiri dicumbu oleh mulut dan jari Rajiv, dan aku hanya mampu menjerit-jerit serta meremas seprai ranjang. Kegiatan itu berlangsung beberapa menit, sampai Rajiv melepaskannya saat kedua puting itu makin mengacung tegak serta basah oleh ludah.

“Oh… Paha kamu indah sekali! Halus… Mulus…” aku menatap Rajiv yang berdecak kagum saat memandangi kedua pahaku. Aku sendiri memang bangga dengan pahaku, tapi tak dapat membayangkan bahwa pria akan sedemikian bernafsunya melihat paha perempuan yang terbuka. Tapi keheranku tak lama, karena darahku berdesir saat kedua tangan Rajiv mulai mengelus-elus pahaku itu, dari lutut… Terus ke arah dalam. “Boleh, kan?” bisiknya “Mmmmhhh…” Tubuhku hanya terbalut CD saja, Pusarku terlihat jelas. Celana dalamku terpampang lebar. Rajiv mulai menyentuhnya dengan kelembutan yang melenakan. Aku menggelinjang saat Rajiv menjilati dan menggelitiki pusarku dengan ujung lidah. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Wajahku semerah udang rebus. Mulutku menganga mengeluarkan rintihan panas. Jilatan dan elusan Rajiv makin terpusat ke satu titik. Dengan tarikan lembut di bagian kanan dan kiri, tali CDku terlepas hingga Rajiv leluasa membukanya. Pria itu berhenti untuk berdecak kagum, memandangi rambut-rambut halus di sebuah bukit indah yang hangat dan masih sangat rapat.

Aku bukan perawan, tapi bagian itu tak pernah tersentuh beberapa lama setalah aku putus dengan pacar terakhirku. Daerah itu putih bersih dan terawat, namun menjadi merah muda dan ‘berumput’ di bagian tengahnya. Bagian lubang lebih seperti sebuah garis lurus. Tentunya perlu perjuangan ekstra keras jika ingin menemukan lubang yang tepat, dan bertambah keras lagi untuk dapat menembusnya.

Meski berkali-kali aku merapatkan kaki, akhirnya aku menyerah dan membiarkan Rajiv melakukan apa yang ia inginkan. Aku hanya menunggu dengan berdebar, dengan tubuh yang sangat gelisah dan nafas terengah-engah, ketika wajah Rajiv tepat berada di depan kemaluanku. Tangan lelaki itu menggenggam tanganku dan menyingkirkannya ke samping, dan aku tak tahu harus melakukan apa lagi.

Ucapanku terpotong eranganku sendiri. Bagaimanapun belaian di pangkal pahanya telah membuatku belingsatan. Pahanku direnggangkan, sementara lelaki itu menelusuri pahaku dengan ciuman-ciuman basah. Makin ke pangkal dan menjilatinya dengan ujung lidah.

Perlahan Rajiv mulai mengarahkan sentuhan tangan dan bibirnya ke bagian bawah tubuhku menyusuri perut yang licin dan berhenti di selangkanganku yang terkuak lebar. Perlahan digosoknya begian selangkanganku dengan jarinya, sentuhan jari pada bibir vaginaku membuatku menjerit tertahan.
Dengan gerakan lembut, Rajiv meloloskan celana dalamku tanpa halangan, celana itu sangat tipis dan nyaris transparan sehingga tidak perlu tenaga besar untuk membukanya. Sekarang Aku sudah sempurna bertelanjang bulat. Rajiv nampak terpana melihat belahan bibir vaginaku yang masih sempurna, dengan hanya sedikit rambut yang tercukur rapih di sana. Rajiv lalu menunduk menempatkan wajahnya tepat di depan liang vaginaku yang terbuka. Matanya menatap tajam kearah kemaluan yang sudah basah itu, hembusan nafasnya makin terasa bersamaan dengan wajahnya yang makin mendekat.

Aahhh ! desahan halus keluar dari mulutku saat Rajiv menyapukan lidahnya pada bibir kemaluanku. Gerakan lidah Rajiv seperti ular yang menggeliat menyabu seluruh permukaan bibir vaginaku. Aku merintih merasakan tubuhku seperti didesak oleh kekuatan dari dalam, seperi gunung berapi yang tersumbat. Hal itu membuatku makin tidak terkendali, desahanku sudah berubah menjadi desah nikmat.
Lidah Rajiv semakin liar saja, sadar kalau aku sudah mulai liar, kini lidah itu memasuki liang vaginaku dan bertemu dengan klitorisku. Badanku bergetar seperti tersengat listrik dengan mata merem-melek Bukan saja menjilati, Rajiv juga memutar-mutarkan telunjuknya di liang itu, sementara tangan lainnya mengelusi paha dan pantatku yang mulus.
Permainan mulut Rajiv pada daerah yang paling pribadiku itu mau tidak mau membawa perubahan pada diriku. Lelaki itu memadukan jilatan lidah, hisapan mulut dan gelitikan jari jemari hingga membuatku benar-benar setengah gila. Eranganku telah memenuhi seluruh kamar, dan remasan tanganku telah mengacak-acak seprai ranjang. 
Rajiv adalah tipe pria yang sabar dan telaten. Ia seakan tahu titik-titik mana yang paling membangkitkan gairahku. Jika ini sejenis penyiksaan, maka ini adalah penyiksaan yang paling menyenangkan. 

Sepuluh menit kemudian, tanpa dapat ditahan lagi cairan pelumas membanjir keluar dari vaginaku diiringi erangan panjang, tubuhku menggelinjang dan menegang tak terkendali. 
AHHHKKHHH... diirngi jeritan tertahan, Aku mengalami orgasme yang kedua, perasaannya bagaikan gunung berapi yang sumbatnya telah lepas, meledak dengan begitu dahsyat melontarkan apa yang tertahan.Cairan vaginaku telah membanjir, dan paha putihku terus mengejang-ngejang akibat kontraksi hebat. Aku menjepit kepala Rajiv kuat-kuat. Letupan hebat membuat pantatku terangkat naik, membawaku mencapai puncak dengan kepuasan yang sempurna.

Saat telah reda, kurasakan tangan Rajiv mengusap-usap rambutku yang basah sambil meniup-niup dengan penuh kasih sayang. Dia eluskan tangannya, dia sisir rambutku dengan jari-jarinya. Hawa dingin merasuki kepalaku. Dan akhirnya tubuhku juga mulai merasai kembali sejuknya AC kamar hotel itu.

Kemudian Rajiv turun dari ranjang. Dia lepaskan sendiri kemejanya, celana panjangnya dan kemudian celana dalamnya. Baru pertama kali ini aku melihat lelaki India telanjang bulat di depanku. Wuuiihh .. aku sangat tergetar menyaksikan tubuh Rajiv. Sungguh dia memiliki tubuh yang sangat seksi bagi para wanita yang memandangnya. Perutnya nggak nampak membesar, dengan otot-otot perut yang kencang. Bukit dadanya yang sangat menantang menunggu gigitan dan jilatan perempuan-perempuan binal. Dan yang paling membuatku serasa pingsan adalah .. batangya .. Batang Rajiv sungguh-sungguh sangat mempesona dalam pandanganku saat ini. Batang itu besar, panjang, keras hingga nampak kepalanya berkilatan dan sangat indah. Kepalanya yang tumpul seperti helm tentara Nazi, sungguh merupakan paduan erotis dan powerful. Sangat menantang. Dengan sobekan lubang kencing yang serasi, batang itu seakan menunggu mulut atau kemaluan para perempuan yang ingin melahapnya.

Kini aku dan Rajiv sama-sama telanjang bulat. dia rebah di antara pahaku. Dia langsung nyungsep di selangkanganku. Lidahnya menjilati kemaluanku. Waduuiihh .. Ampunn .. 
Lidah kasar Rajiv menusuk dan menjilati vaginaku. Bibir-bibir kemaluanku disedotinya. Ujung lidahnya berusaha menembusi lubang vaginaku. Pelan-pelan nafsuku terpancing kembali. Lidah yang menusuk lubang vaginaku itu membuat aku merasakan kegatalan yang hebat. Tanpa kusadari tanganku menyambar kepala Rajiv dan jariku meremasi kembali rambutnya sambil mengerang dan mendesah-desah untuk kenikmatan yang terus mengalir. Tanganku juga menekan-nekan kepala itu agar tenggelam lebih dalam ke selangkanganku yang makin dilanda kegatalan birahi yang sangat. Pantatku juga ikut naik-naik menjemput lidah di lubang vaginaku itu.

Tak lama kemudian, Rajiv memindahkan dan mengangkat kakiku untuk ditumpangkan pada bahunya. Posisi seperti itu merupakan posisi yang paling mudah bagi Rajiv maupun bagi aku. Dengan sedikit tenaga aku bisa mendesak-desakkan kemaluanku ke mulut Rajiv, dan sebaliknya Rajiv tidak kelelahan untuk terus menciumi kemaluanku. Terdengar suara kecipak mulut yang beradu dengan bibir kemaluanku. Dan desahan Rajiv dalam merasakan nikmatnya kemaluanku tak bisa disembunyikan.

Posisi ini membuat kegatalan birahiku semakin tak terhingga hingga membuat aku menggeliat-geliat tak tertahankan. Rajiv sibuk memegang erat-erat kedua pahaku yang dia panggul. Aku tidak mampu berontak dari pegangannya. Dan sampai pada akhirnya dimana Rajiv sendiri juga tidak tahan. Rintihan serta desahan nikmat yang keluar dari mulutku merangsang nafsu birahi Rajiv tidak bisa terbendung.

Sesudah menurunkan kakiku, Rajiv langsung merangkaki tubuhku. Digenggamnya batangnya, diarahkan secara tepat ke lubang kemaluanku. Aku sungguh sangat menunggu detik-detik ini. Detik-detik dimana bagiku untuk pertama kalinya aku mengijinkan batang orang yang baru kukenal merambah dan menembus vagnaku. Seluruh tubuhku kembali bergetar, seakan terlempar ke-awang-awang. Sendi-sendiku bergetar .. menunggu Rajiv menembus kemaluanku .. Aku hanya bisa pasrah.

Aku menjerit kecil saat kepala tumpul yang bulat gede itu menyentuh dan langsung mendorong bibir vaginaku. Rasa kejut saraf-saraf di bibir vaginaku langsung bereaksi. Saraf-saraf itu menegang dan membuat lubang vaginaku menjadi menyempit. Dan akibatnya seakan tidak mengijinkan Rajiv menembusnya. Dan itu membuat dia penasaran. Rajiv menggesekan kepala batangnya dengan lembut disepanjang alur vaginaku yang sudah basah berkali kali, kemudian dia mencoba lagi menekan, kali ini kepala helm tentara itu akhirnya berhasil menguak gerbangnya. Bibir vaginaku menyerah dan merekah.
Kupasrahkan diriku ketika Rajiv membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Rajiv menurunkan pantatnya, kerongkonganku tercekat saat kepala penis Rajiv menembus vaginaku. Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa ngilu. 

Tanpa terburu-buru, Rajiv kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.

Uuhh .. aku merasakan nikmat desakan batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh. Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus mendesak masuk. Rajiv akhirnya memasukan seluruhnya hingga mentok di mulut rahimku. Terus terang belum pernah se-umur-umurku rahimku tersentuh seperti itu. Dengan sisa ruang yang longgar, pacarku yang lalu-lalu paling-paling menembus ke vaginaku sampai tengahnya saja. Saat dia tarik maupun dia dorong aku tidak merasakan sesak atau penuh seperti sesak dan penuhnya batang Rajiv mengisi rongga vaginaku saat ini.
Batang kemaluannya yang kekar besar itu tertelan kedalam lorong kenikmatanku, memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Rajiv mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.

Kemudian Rajiv mulai melakukan pemompaan. Ditariknya pelan kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekwensi yang makin sering dan makin cepat. Dan aku mengimbangi secara reflek. Pantatku langsung pintar. Saat Rajiv menarik, pantatku juga menarik kecil sambil sedikit bergoyang. Dan saat Rajiv menusukkannya, pantatku cepat menjemputnya disertai goyangan.

Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Rajiv kembali menari di putingku. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.

Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar. Rajiv pun berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan maiin perkasa
Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku Ngghh.. nghh.. nghh.. aku tau aku mau keluar lagi, pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Rajiv mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. 
Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti abadi menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Rajiv erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Rajiv terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.

Beberapa detik aku merasakan kenikmatan itu dan akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Rajiv masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Rajiv mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.
Setelah aku kembali "sadar" dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Rajiv untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.
Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar benar tidak menyangka bisa terangsang lagi, Rajiv memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.

Lalu Rajiv memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi "doggy style" tanpa sadar aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, Rajiv menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh sexy dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.
Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju. Bleess , mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. 
Rajiv sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya 'doggy style' ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan maiin..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalam keadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besar dan panjang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap "menanjak" tapi sudah berada diawang awang dipuncak gunung kenikmatan yang tertinggi.
"Hngk.. ngghh...akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!" aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang keempat yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.

Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat, cepat, cepat, cepat, cepaatt ..ceppaatt. Payudaraku bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringat Rajiv mengalir dan berjatuhan di tubuhku. Goncangan makin cepat itu juga membuat ranjang kokoh itu ikut berderak-derak. Lampu-lampu nampak bergoyang, semakin kabur, kabur, kabur. Sementara rasa nikmat semakin dominan. Seluruh gerak, suara, nafas, bunyi, desah dan rintih hanyalah nikmat saja isinya.

Pada akhirnya aku mendapat orgasmeku yang ke 5. Itu yang sering sebut sebagai multi orgasme. Bukan mainn .. baru dari Rajiv aku bisa meraih multi orgasmeku inii .. Dan aku rasakan batang Rajiv berdenyut keras dan kuat sekali.. Kemudian menyusul denyut-denyut berikutnya. Pada setiap denyutan aku rasakan vaginaku sepertinya di** air kawah yang panas. Sperma Rajiv berkali-kali muntah di dalam vaginaku. Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu didalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa..!! 

Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Rajiv yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Rajiv menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Rajivpun sesaat beristirahat dan samar-samar aku masih bisa melihat Rajiv bangkit dan menuju kamar mandi.......mungkin dia membersihkan dirinya......kemudian beberapa saat aku terlelap kelelahan dengan kepuasan yang luar biasa. Aku terbangun ketika Rajiv keluar kamar mandi dengan terbungkus handuk, dia membawa handuk kecil dan berjalan ke arahku.Tubuhku disekanya dengan handuk yang sudah diberi air hangat itu, aku terenyuh mendapat perlakuan seperti itu, tidak hanya bagian atas tubuhku tetapi bagian bawah tubuhkupun tak luput disekanya termasuk pangkal pahaku. Dengan lembut dibersihkannya sisa2 pertempuran kami. Aku sangat terkesan dengan perlakuannya. Kemudian setelah di menyingkirkan handuk dia menyelimuti tubuhku. Aku perhatikan apa lagi yang dikalukannya, ternyata dia mengambil sebotol anggur dari lemari es, membukanya dan menuangkannya ke dalam dua gelas. Aku bangkit duduk tubuhku masih terasa lemas, dan kemudian menyambut gelas anggur yang diberikanya. Ini untuk menyegarkan tubuh lagi katanya.. Setelah kami toast Rajiv meminumnya perlahan-lahan hingga habis akupun tak ragu meminumnya. Anggur itu terasa dingin mengalir dalam tenggorokanku mnyegarkan dan ketika telah sampai diperut terasa hangat.Rasa hangat itu kemudian menyebar ke seluruh tubuh terutama ke bagian2 yang sensitif. Buah dadaku serasa merekah ujungnya mengeras dan sangat sensitif ....kedutan-kedutan kecil terasa di vaginaku..tak terasa sairan mulai merembes.....keringat menetik di dahiku....Rajiv memandangku dengan tersenyum.....aku tersadar Rajiv telah memberiku sesuatu dalam minuman.....Rajiv kemudian membuka handuknya sehingga aku dapat melihat tubuh atletisnya tanpa benang sedikit pun. Baru sekarang aku mengamati tubuh laki2 yang telah meniduriku dan sekaligus memberikan kenikmatan yang telah lama tak kualami. Aku kini bisa mengamati dadanya yang berbulu.....hmmm rupanya itu yg membuat dadaku dan pentilku geli semalam ketika dia meniduriku. Mataku kemudian menelusuri bagian bawahnya....aku terbelalak melihat batang kemaluannya yang telah berdiri tegap.....nampaknya anggur itu juga telah mempengaruhinya. Aku dapat melihat ukurannya yang luar biasa itulah yang menyebabkan aku orgasme berkali-kali semalam. Selain kekerasannya urat-urat nya yang menonjol disekelilingnya memberikan sensasi sendiri. Melihat tubuhnya yang bugil dan mengingat kejadian semalam yang kualami bersamanya dan efek inuman yang diberikan membuatku amat bergairah tubuku sampai menggeliat menahan gairah, aku tanpa malu –malu menyingkap selimut yang menutupiku sambil menggeliat, tak tahan rasa menggelitik di putingku aku meremasnya, kemudian sambil membuka kakiku aku membelai klitorisku aku dapat meraba cairan yang mulai merembes disela-sela vaginaku. Sambil memandangna aku terus menggeliat dan meremas bagian-bagian tubuhku, kakiku kadang-kadang terbuka lebar. Senyum Rajiv makin mengembang, kini dia tak perlu lagi bekerja keras membangkitkan ku .......segalanya telah siap...dia bisa melakukan apa saja.

Meskipun aku sudah sangat siap, tapi Rajiv masih ingin mempermainkanku rupanya, dia tidak langsung menyelesaikannya, dia berjalan menuju ranjang, menaikinya dan mengangkangi kakiku, bukannya membukanya malah dia merapatkan kakiku. Batanganya yang telah mengeras berayun-ayun diatas kakiku. Dia kemudian menyentuhkan batangnya di kakiku digesek-geseknya sepanjang kaki ku kemudian naik ke paha. Tubuhku merespon dengan geliat dan desah. Kemudian batangya menggesek pangkal pahaku, aku meleguh dan memuka pahaku tapi dia hanya menyentuh klitorisku sebentar dan gesekannya berpindah menggesek perut dan pusarku. Tubuhku terasa membara, perlakuannya benar-benar telah membakar diriku. Rajivpun nampaknya terpengaruh oleh kelakuannya sendiri, batangnya bertambah besar dan keras. Dari perut Rajiv kemudian mempermainkan buah dadaku dengan batangnya, ujung kepalnya yang keras disentu-sentuhkan ke sekleilng kedua buah dadaku dan putingnya. Entah mengapa kedua puting itu begitu sensitif sentuhan dan gesekan batang Rajiv membuatku mengejang dan menggeliat serta rintihan tak tertahan lepas dari kedua bibirku. Rajiv makin bersemangat menggesek batangnya ke buah dadaku, malah kini dia mulai menaikannya lagi ke leher dan daguku. Aku mulai mengerti apa yang diinginkannya. Rajiv berusaha menyentuh kan batangnya ke bibirku. Meskipun aku pernah mengulum pria tapi terus terang aku tidak begitu suka oral, sehingga meskipun aku berada di ambang puncak aku masih menghindar dari apa yang diinginkan Rajiv. Rajiv nampaknya kecewa dengan sikap ku tapi dia belum menyerah, dia berbaring di sisiku dengan posisi terbalik kepalanya berada di kakiku sementara pangkal pahanya tepat disamping mukaku. Aku tertegun melihat milik Rajiv, dari segi ukuran belum pernah aku melihat yang seperti ini, pantas aku orgasm berkali-kali pada saat dia menyetubuhi beberapa waktu yang lalu. Warnanya yang coklat tapi mulus urat2nya yang menonjol dan bulu yang dicukur habis membuatnya nampak kekar keras dan bersih. Dalam jarak sedekat ini, akau dapat mencium wangi kelaki-lakiannya, anehnya ini membuatku begairah....sesuatu yang baru terjadi pada diriku.
Kemudian kurasa Rajiv menciumi betis dan kakiku, aku menggelinjang geli. Kemudian ciumannya berubah menjadi jilatan-jilatan kecil. Dalam pembicaran sering dia menyebut-nyebut betapa indah kaki dan betisku. Kini dia lebih dari sekedar menandang dan menganggumi, dan aku baru sadar dan tahu bahwa beberapa titik dikakiku ternyata sangat sensitif. Aku beberapa kali mengejang menahan nikmat ketika Rajiv menyapu lidah dan bibirnya ke daerah itu. Rajiv senang dengan reaksi ku dia terus melakukan itu berkali-kali hingga aku berada diujung orgasme untuk keasekian kalinya. Perlahan Rajiv kemudian mengulum salah satu jariku kemudian mengisapnya dengan lembut, aku terpekik menahan nikmat, ketika aku akan mencapai puncak Rajiv melepaskan kulumannya. Dan kembali menciumi kakiku. Hal itu dilakukan berulang ulang sehingga aku meronta menahan gejolak yang tertahan. Orgasme ku yang hampir mencapai puncak tertahan sesaat sebelum meletup, Rajiv pandai benar mempermainkanku, sehingga aku menjadi penasaran dan ingin segera diselesaikan. Keinginan untuk mencapai klimaks dan pengaruh minuman yang diberikan Rajiv, membuat aku menjadi liar dan tak terkendali. Kalau tadi aku selalu menghindar selangkangan Rajiv yang berada di sebelah mukaku kii aku makin mendekati. Batang Rajiv yang sudah keras itu terasa makn keras ketika menempel di pipiku. Rajiv kemudian memperhebat ciumannya di kakiku, anehnya aku seperti orang latah mengikuti menciumi batangnya. Mula-mula dengan hidungku, aroma kelaki-lakiannya yag terhirup malah menimbulkan gairah yg luar biasa, shingga tanpa sadar bibirku dengan bernafsu menciumi batangnya. Rajiv nampak senang dengan apa yang diperolehnya, dia memperhebat serangannya dengan mengulum jari-jari kakiku. Nampaknya dia terangsang pula dengan tindakanku, terlihat dari batangnya yang semakin menegang dan mengeras. Rajiv meraba seluruh kakiku dengan tangannya, bibirnya mengulum jari kakiku bergantian. Jarinya kini meraba pangkal pahaku dan mengelus celahku dengan lembut membuat aku bertambah menggelinjang. Gelombang orgasm tengah bergulung-gulung bagai ombak dalam tubuhku yang mengeliat. Kesadaranku semakin menipis dipenuhi gelora yang tak terbendung. Bibirku saat ini tak sekedar mencimi batang Rajiv tapi lidahku ikut bermain, menelusuri dari pangkal hingga ujung. Mula-mula perlahan dan lembut, kemudian makin mengganas saat orgasmku mendekat...namu Rajiv yang berpengalaman itu tahu apa yang terjadi, dia tidak ingin kenikmatan yang diperolehnya dari gerakan bibir dan lidahku terhenti. Beberapa saat aku hendak mencapai puncak dia menghentikan akitivitasnya. Aku merasa tergantung ditengah bumi dan langit...hal ini membuat aku tambah beringas dengan lahapnya aku menjilati batang Rajiv, dan itu memang yang diinginkannya sejak awal, nampak batang itu semakin mengeras dan hendak meletus. Teknik Rajiv yang menyerangku putus-putus cukup berhasil, aku menjadi penasaran dan gelisah karena orgasm yang tersendat, aku menjadi tak terkendali. Tak canggung aku menggenggam penis Rajiv yang mengacung keras. Kedua tangannya mengenggam bersama, terasa besar dan penuh penis itu, kedua tangannya tak cukup untuk menutupi batang Rajiv yang berukuran ektra tersebut.. Melihat penis Rajiv dari dekat , aku langsung merasakan rangsangan semakin besar dalam diriku. Biasanya aku tak begitu suka oral, namun malam ini beda perlakuan Rajiv dan tubuhnya yang seksi serta minuman yang diberikan telah membuatku terangsang hebat. Tanpa malu-malu aku lumat batang tersebut dalam mulutku. Dengan sedikit gigitan, aku jilat seluruh permukaannya yang mengkilat itu. Urat-urat di sekujur penis Rajiv semakin membuat nafsuku memuncak. Aku lihat Rajivpun menikmati reamasn tanganku di batangnya dan isapan mulutku dikepala penisnya., ini terlihat dari kakinya yang mengejang dan matanya yang sayup dan mulai memejam. Pinggulnya berusaha menekan kedepan agar penisnya masuk lebih dalam dalam rongga mulutku. Usaha Rajiv ini tak terlalu mendapat rintangan dariku sehingga perlahan penisnya melesak masuk kedalam ronga mulutku. Aku hampir tersedak ketika ujung penisnya menyentuh kerongkonganku. Kemudian Rajiv mengajunkan pinggulnya sehingga penisnya keluar masuk dalam mulutku. Jariku kini meremas zakarnya dengan lembut. Rajiv nampak makin terangsang dengan perlakuanku ini. Batangnya bertambah tegang dan keras............kini bibirnya menciumi pahaku dan merambat ke pangkalnya, tak segan-segan lagi dia langsung menyerang vaginaku yang sudah basah. Dengan lahap bibirnya menyapu belahan bukitku lidahnya menggelitik mencari klitorisku. Mulutnya yang pengalaman dengan cepat menemukan benda sensitif itu dan dengan raku dijilat dan di kecupnya. Orgasme yang beberapa kali tertunda perlahan dan pasti kembali bergejolak hendak meletup, kali ini ku tak ingin tertunda lagi. Untuk memastikan itu, dengan rakus aku melumat batangnya, aku naik turunkan kepalaku, sehinga batangnya keluar masuk mulutku. Tak cukup dengan itu aku mengulum zakar Rajiv satu persatu dengan lembut sementara tanganku mengocok batangnya. Reaksi Rajiv luar biasa dia mengerang ketika zakarna kupermainkan dalam mulutku. Dia menjilat dan mengecup vag ku dengan bernafsu, kelintitku berada dalam jepitan bibirnya sementara lidahnya terus menyapu-nyapu. Orgasme ku tak tertahankan lagi tubuku melengkng dan mengejang orgasme yang sekian kali meletus Rajiv dengan bernafsu menjilati tak terganggu oleh cairanku yang merembes deras. Kala mencampai puncaku aku tak sengaja menyedot panjang zakarnya yang masih dalam kulumanku, Rajiv pun tak kuasa menahan nikmat. Batangnya mengeras dan mengejang kemudian melendut-lendut tanda ejakulasi. Tubuh kami terkulai....dada dan sekitar pipiku basah oleh spermanya. Rajiv dengan lembut dan rajin membersihkan tubuhku dan tubuhnya.

Malam itu aku tak sempat memicingkan mataku, kombinasi antara anggur, kelihaian dan keperkasaannya, membuat kami kembali bekali-kali bercinta hingga matahari mulai menerangi jendela kamar. Untung hari ini tidak ada lagi training.. 

sumber:www.krucil.com

No comments:

Post a Comment