cerita sex yang pernah di alami oleh salah satu gadis desa yang
pernah dekat dengan saya sendiri. Memang sedikit pemalu gadis ini namun
kali ini adalah sebuah pengalaman yang sangat tidak pernah q lupakan
sekali. begini mulainya, Namaku Roni, masih single, sekarang eksekutif
di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Aku mau cerita mengenai
pengalaman pertamaku berhubungan dengan seorang gadis ketika baru naik
ke kelas 3 SMA.
Dalam perbincangan dengan teman-teman sekelas terutama
cowok-cowok, sering kami berbagi pengalaman seru masing-masing. Dari
para sahabatku, cuma aku seorang yang masih perjaka. Yang lainnya sudah
masuk golongan pemanah. Ada yang nyikat pembantunya, pacarnya, dan ada
juga yang melakukannya dengan wanita pro. Sedang aku ? Pacarku seorang
yang tekun menjalani agama. Kalau bertamu ke rumahnya saja selalu ada
orang lain yang menemani entah ayah, ibu atau saudara kandungnya.
Kesempatan yang ada cuma saat pamit ketika ia mengantarkan ke luar
rumah. Itupan hanya ciuman di pipi saja. Main dengan yang pro aku tidak
punya cukup keberanian. Pembantu ? Pembantuku STW berkain kebaya, dan
sama sekali tidak menarik.
Suatu hari sepulang ke rumah setelah latihan band dengan
teman-temanku, aku berteriak memanggil bik Minah pembantuku agar
menyiapkan makanan. “Bik Minah pulang ke kampungnya, dijemput adiknya
tadi pagi, karena salah satu ponakannya akan dinikahi oleh seorang cukup
terpandang di desanya. Nah rupanya akan ada pesta besar-besaran di
kampung. Mungkin bulan depan bik Minah baru balik, ” kata ibuku. “Tapi
nggak usah khawatir, Aryani anak bik Minah yang membantu kita selama bik
Minah tidak ada, kebetulan ini kan musim liburan sekolah. “
Tak lama ada seseorang yang datang membawakan makanan. Aku tidak
memperhatikan karena kupikir anaknya bik Minah pasti kurang lebih sama
dengan ibunya. Tapi ketika aku menoleh, ya ampun, ternyata manis juga
anak ini. Kulitnya bening, wajahnya polos dengan bibir tipis agak
kemerahan, rambut dikepang kuda. Ukurannya sedang-sedang saja. Mungkin
kalau dipermak sedikit orang tidak akan menyangka ia cuma anak pembantu.
Tak lama ibuku berteriak dari ruang depan, mengatakan bahwa ia akan
pergi ke pertemuan wanita sampai malam. Di rumah tinggal aku dan Aryani.
“Yani, sini temenin aku ngobrol sambil aku makan, ” kataku ketika melihat Aryani melintas. “Kamu sekolah kelas berapa Yan ?
“SMP kelas 3, mas. Tapi tidak tahu tahun depan apa bisa melanjutkan ke SMA, ” katanya polos.
“Di kampung sudah punya pacar apa belum ? Atau apa malah sudah dilamar ? ” tanyaku lagi.
“Belum mas, sungguh !” jawab Aryani. “Kalau mas sendiri, pasti sudah punya pacar ya ?”
“Gadis kota mana mau sama aku, Ya ? ” kataku mulai mengeluarkan
rayuan gombal. “Lagipula aku sukanya gadis yang masih polos seperti
kamu. “
“Ah mas, bisa saja, ” katanya malu-malu, “Aku kan cuma anak seorang pembantu. “
“Yan, aku sudah selesai makan. Nanti setelah beres-beres kamu temenin
aku ke ruang atas ya. Soalnya aku kesepian, bapak dan ibu baru pulang
malam hari, ” kataku sambil bergegas naik ke lantai atas sambil mikir
gimana ya bisa ngadalin si Aryani.
Kutunggu-tunggu Aryani tidak naik-naik ke lantai atas. Akhirnya dia
datang juga, rupanya habis mandi, karena tercium wangi sabun luks.
Segera kusuruh ia duduk menemaniku nonton VCD. Sengaja kuputar film
pinjeman temanku yang biasanya kuputar kalau bapak/ ibu tidak di rumah.
Kupilih yang tidak terlalu vulgar, supaya Aryani jangan sampai kaget
melihatnya. Adegan yang ada paling cuma percintaan sampai di ranjang
tanpa memperlihatkan dengan detail.
Rupanya adegan-adegan itu membuat Aryani terpengaruh juga, duduknya
jadi tidak bisa diam. “Mas. sudah ya nontonnya, aku mau ke bawah, ”
katanya.
“Tunggu dulu, Yan, aku mau ngomong, ” kataku yang telah dapat ide
untuk menjeratnya, “Kamu takut tidak bisa melanjutkan sekolah apa karena
biaya ? Kalau cuma itu, soal sepele, aku akan membantumu, asal …”
“Asal apa mas, ” katanya bersemangat.
“Asal kamu mau membantu aku juga, ” kataku sambil pindah ke dekatnya.
Segera kuraih tangannya, kupeluk dan kucium bibirnya. Aryani sangat
kaget dan segera berontak sambil menangis.
“Yani, kamu pikir aku akan memperkosamu ? ” kataku lembut. “Aku cuma mau supaya kamu bersedia menjadi pacarku. “
Ia membelalak tidak percaya. Sebelum ia sempat mngucapkan apa-apa
kuserbu lagi, tapi kali dengan lebih lembut kukecup keningnya, lalu
bibirnya. Kugigit telinganya, dan kuciumi lehernya. Aryani
terengah-engah terbawa kenikmatan yang belum pernah dialami sebelumnya.
Ingin rasanya segera kurebahkan dan kutiduri, tapi akal sehatku
mengatakan jangan terburu-buru. Menikmati kopi panas harus ditiup-tiup
dulu sebelum direguk. Kalau langsung bisa lidah terbakar dan akhirnya
malah tidak dapat apa-apa.
Perlahan-lahan dari menciumi lehernya aku turun ke bagian atas
dadanya, dan kubuka kancing dasternya dari belakang tanpa setahunya.
Tetapi ketika akan kuturnkan dasternya ia tersadar dan mau protes.
Segera kubuka baju kaos t-shirt ku sambil mengatakan udara sangat panas.
Ia tersipu melihat dadaku yang bidang, hasil rajin fitness. “Yan kamu
curang sudah lihat dadaku, sekarang biar impas aku juga mau lihat kamu
punya dong. “
“Ah jangan mas, malu, ” katanya sambil memegang erat bagian depan dasternya.
“Bajunya doang yang dibuka, Yan. kalau malu behanya nggak usah, ”
kataku sambil menyerbunya lagi dengan ciuman. Yani tergagap dan kurang
siap dengan serbuanku sehingga aku berhasil membuka dasternya. Segera
kuciumi bagian seputar payudaranya yang masih tertutup beha berwarna
hitam.
“Aduh mas, mhm, enak sekali, ” katanya sambil menggelinjang. Tangankupun bergerilya membuka pengait behanya.
Tetapi ketika kulepaskan ciumanku karena hendak membuka behanya ia
kembali tersadar dan protes, ” lho mas janjinya behanya tidak dibuka, ”
Tanpa menjawab segera kuserbu payudaranya yang tidak besar tetapi
sangat indah bentuknya, dengan puting yang kecil berwarna coklat muda.
Kukulum payudara kanannya sambil kuemut-emut. Ia tidak dapat
berkata-kata tetapi menjerit-jerit keenakan. Terdengar alunan suara
erangan yang indah, ” mph, ehm, ahhh, ‘ dari bibirnya yang mungil.
Jemariku segera mulai menjelajah selangkangannya yang masih tertutup CD
yang juga berwarna hitam. Rupanya hebat sekali rangsangan demi
rangsangan yang Ayryani terima sehingga mulai keluar cairan dari MQ-nya
yang membasahi CDnya.
“Oh mas, oh mas, mph, enak sekali, ” lenguhnya. Tanpa disadarinya
jariku sudah menyelinap ke balik CD-nya dan mulai menari-nari di celah
kewanitaannya. Jariku berhasil menyentuh klitorisnya dan terus
kuputar-putar, membuatnya badannya gemetaran merasakan kenikmatan yang
amat sangat. Sengaja tidak kucolok, karena itu bukan bagian jariku
tetapi adik kecilku nanti.
“Ahhh !” jerit Aryani, dibarengi tubuhnya yang mengejang. Rupanya ia
sudah mencapai klimaksnya. Tak lama tubuhnya melemas, setelah mengalami
kenikmatan pertama kali dalam hidupnya. Ia terbaring di sofa dengan
setengah telanjang, hanya sebuah CD yang menutupi tubuhnya.
Segera aku berdiri dan melepaskan celana panjang serta CD-ku, pikirku
ia masih lemas, pasti tidak akan banyak protes. “Lho mas, kok mas
telanjang. Jangan mas, jangan sampai terlalu jauh, ” katanya sambil
berusaha untuk duduk. “
“Yan, kamu itu curang sekali. Kamu sudah merasakan kenikmatan, aku
belum. kamu sudah melihat seluruh tubuhku, aku cuma bagian atas saja, ”
kataku sambil secepat kilat menarik cd-nya.
“Mas, jangan ! ” protesnya sambil mau memertahankan CD-nya, tetapi
ternyata kalah tangkas dengan kecepatan tanganku yang berhasil melolosi
CD-nya dari kedua kakinya. Terlihatlah pemandangan indah yang baru
pertama kali kulihat langsung. MQ-nya masih terkatup, dan baru ditumbuhi
sedikit bulu-bulu jarang. Adik kecilku langsung membesar dan mengeras
Segera kuciumi bibirnya kembali dan kulumat payudaranya. Aryani
kembali terangsang. Lalu sambil kuciumi lehernya Kunaiki tubuhnya.
Kubuka kedua kakinya dengan kedua kakiku, “mas, jangan, oh !” katanya.
Tetapi tanpa memperdulikan protesnya kulumat bibirnya agar tidak dapat
bersuara. Perlahan-lahan torpedoku mulai mencari sasarannya. Ah,
ternyata susah sekali memasukkan burung peliaraanku ke sangkarnya yang
baru. Bolak-balik meleset dari sasarannya. Aku tidak tahu pasti di mana
letaknya sang lubang kenikmatan.
“Mas, jangan, aku masih perawan, ” protes Aryani ketika berhasil melepaskan bibirnya dari ciumanku.
“Jangan takut sayang, aku cuma gesek-gesek di luar saja, ” kataku
ngegombal sambil memegang torpedo dan mengarahkannya ke celah yang
sangat sempit.
Ketika tepat di depan gua kewanitaannya, kutempelkan dan
kusegesk-gesek sambil juga kuputar-putar di dinding luar MQ-nya. “Mas,
mas, mphm, oh, uenak sekali, ” katanya penuh kenikmatan. Kurasakan
cairan pelumasnya mulai keluar kembali dan membasahi helmku.
Lalu mulai kepala helmku sedikit demi sedikit kumasukkan ke dalam
MQ-nya dengan menyodoknya perlahan-lahan, “Aw mas, sakit ! Tadi katanya
tidak akan dimasukkan, ” protes Aryani, ketika kepala helmku mulai agak
masuk. “Nggak kok, ini masih di luar. Udah nggak usah protes, nikmatin
aja, Yan !” kataku setengah berbohong sambil terus bekerja.
Sempit sekali lubangnya si Yani, sehingga susah bagiku untuk
memasukkan torpoedoku seluruhnya. Wah kalau begini terus, jangan-jangan
si otong sudah muntah duluan di luar, pikirku. Sambil sedikit demi
sedikit memaju-mundurkan torpedoku, kugigiti telinganya dengan gigitan
kecil-kecil. Tiba-tiba kugigit telinganya agak keras, Yani terpekik, “Aw
!” Saat itu dengan sekuat tenagaku kusodok torpedoku yang berhasil
tenggelam semuanya di MQ-nya Aryani.
Gerakan pantatku semakin menggila memaju-mundurkan torpedoku di dalam
MQ Aryani. Tetapi tidak kutarik sampai kelaut, takut susah lagi
memasukkannya. Rupanya rasa sakit yang dialami Aryani tergantikan dengan
rasa nikmat. Yang keluar dari bibir mungilnya hanyalah suara ah, uh,
ah, uh setiap kali ku maju mundurkan torpedoku, menandakan ia sangat
menikmati pengalaman baru ini.
Torpedoku semakin menegang. Keringat bercucuran dari tubuhku, Akupun
melngalami kenikmatan yang selama ini hanya kuimpikan. Sekitar
selangkanganku terasa ngilu. Rupanya aku sudah mendekati klimaks.
Gerakan pantatku semakin cepat, terasa jepitan MQ perawan desa ini
semakin kencang juga. Empuk sekali rasanya setiap kali torpedoku
terbenam di dalamnya. Terasa hampir meledak torpedoku, siap memuntahkan
lahar panasnya ke dalam surga kenikmatan Aryani. Dengan sekut tenaga
kubenamkan torpedoku sedalam-dalamnya dan crot, crot, cort ! Air maniku
muncrat ke dalam rahim Aryani, Terdengar lenguhan panjang dari bibir
mungil Aryani. Rupanya kami mencapai orgasme bersamaan. Tubuhkupun jatuh
terbaring di atas tubuhnya penuh dengan kenikmatan. Kami berdua
terbaring tak berdaya. Tubuh lemas, tetapi masih terasa kenikmatan yang
sampai ke ubun-bubun.
sumber:http://www.ceritapanas.com/
No comments:
Post a Comment