Namaku Andre, aku berasal dari keluarga yang tidak mampu. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup, aku terpaksa bekerja sebagai pesuruh atau
pembantu di sebuah keluarga kaya raya di daerah menteng. Majikanku
adalah seorang ajudan duta besar dari Singapura, beliau mempunyai
seorang putri yang sudah dewasa dan cantik-cantik.
Putrinya berusia 19 setahun lebih muda dariku, namanya Vitara.
Kulitnya sangat putih bersih karena mereka adalah masih keturunan Cina.
Tinggi badannya semampai dan sedikit agak bongsor itu. Walau demikian
bentuk tubuhnya sangat seksi, itu dikarenakan dia sering senam tubuh.
Dengan dada yang besar, dan berisi serta bentuk pantat yang sangat
aduhai.
Sudah tiga bulan aku bekerja disana, selama itu semuanya berjalan
baik. Tetapi pada suatu hari, ketika dirumah sedang kosong karena
semuanya sedang keluar, menghadiri acara liburan di puncak. Hanya Non
Tara (begitu aku memanggilnya) saja yang tidak ikut karena dia sudah ada
janji dengan temannya.
Keesokannya Non Tara bangun pagi sekali, di luar kebiasaannya. Ia
langsung menuju dapur dan membuka kulkas, mencari makanan. Mungkin dia
sedang lapar. Aku dengan sopan menanyakan kalau saya mau sarapan apa.
“Tolong, buatkan aku roti isi, yah”, pintanya.
Sambil ia menuangkan segelas susu dingin yang ada di kulkas ke dalam gelas. ketika Aku sedang sibuk membuatkan pesanannya, Non Tara berteriak kaget dan ada suara gelas jatuh yang membuatku juga merasa kaget. Aku cepat menghampirinya, dan secara refleks dia meloncat dan memelukku erat.
“Ada seekor tikus tadi berlari menginjak kakiku”, katanya ketakutan tanpa melepaskan pelukannya.
“Lari ke mana sekarang tikusnya, Non” tanyaku.
“Ke arah pintu samping itu”, sambil dia menunjukkan pintu samping. Lalu aku berusaha menenangkannya.
“Tolong, buatkan aku roti isi, yah”, pintanya.
Sambil ia menuangkan segelas susu dingin yang ada di kulkas ke dalam gelas. ketika Aku sedang sibuk membuatkan pesanannya, Non Tara berteriak kaget dan ada suara gelas jatuh yang membuatku juga merasa kaget. Aku cepat menghampirinya, dan secara refleks dia meloncat dan memelukku erat.
“Ada seekor tikus tadi berlari menginjak kakiku”, katanya ketakutan tanpa melepaskan pelukannya.
“Lari ke mana sekarang tikusnya, Non” tanyaku.
“Ke arah pintu samping itu”, sambil dia menunjukkan pintu samping. Lalu aku berusaha menenangkannya.
Merasa terus dipeluk, walaupun hanya beberapa detik, tetapi membuat
hatiku bergetar, menahan gelora perasaanku. Aku merasakan dadaku sesak
didekap dengan erat oleh kedua payudaranya yang besar. Setelah beberapa
saat akhirnya dia melepaskan pelukannya, sambil meminta maaf padaku.
Untunglah gelas yang pecah tersebut tidak melukainya, hanya sebagian
dasternya basah akibat tumpahan susu tadi yang tersiram ke badannya
akibat kekagetannya. Karena daster yang dipakainya sangat tipis dan
basah maka dengan jelas bentuk payudaranya terlihat, sangat merangsang.
Lalu aku cepat memberikannya tisue untuk mengeringkan tangan dan mukanya
yang terciprat oleh susu tadi. Aku lalu mengambil sapu dan kain pel
untuk membersihkan bekas pecahan gelas tadi.
Selesai membersihkan, aku lanjutkan lagi membuat roti isi. Tanpa
sadar, Non Tara mendekatiku dan mendekapku dari belakang sambil
mengusapkan tissue ke bajuku yang basah juga akibat dasternya yang basah
menempel di bajuku. Dengan berani ia menyingkapkan bajuku sehingga
dengan leluasa dia bisa mengusapkan tisue ke dada dan perutku. Tangannya
yang halus terasa membelai-belai dadaku yang membuatku salah tingkah,
dan yang terlebih lagi adalah gesekan payudaranya yang berada tepat di
punggungku, ditambah lagi hembusan nafas hangatnya yang tepat mengenai
leherku membuatku merasa makin sangat terangsang, membuat kemaluanku
mendadak terbangun. Tetapi untunglah dia berada dibelakangku sehingga
dia tak melihatnya.
Setelah beberapa saat aku terlena, akhirnya aku tersadar dan
pura-pura kalau rotinya sudah selesai aku buat. Aku bertanya apakah
rotinya mau dibawa ke kamar seperti biasanya, atau aku sajikan di meja
makan.
“Bawa saja ke kamar sekalian aku mau ganti bajuku”, katanya. Aku menurut saja, aku berjalan di belakangnya sambil membawa piring berisi roti. Sambil memasuki kamar, Non Tara berjalan menuju ke lemari bajunya.
“Taruh saja di meja, Ndre”, pintanya.
“Ada lagi yang bisa saya bantu, Non” aku bertanya kalau-kalau masih ada yang dibutuhkannya.
“Tidak, makasih yah”, katanya sambil membuka dan sibuk memilih pakaiannya.
“kalau begitu saya permisi dulu, Non” Kataku sambil bersiap keluar dari kamar Non Tara untuk melanjutkan pekerjaanku.
“Bawa saja ke kamar sekalian aku mau ganti bajuku”, katanya. Aku menurut saja, aku berjalan di belakangnya sambil membawa piring berisi roti. Sambil memasuki kamar, Non Tara berjalan menuju ke lemari bajunya.
“Taruh saja di meja, Ndre”, pintanya.
“Ada lagi yang bisa saya bantu, Non” aku bertanya kalau-kalau masih ada yang dibutuhkannya.
“Tidak, makasih yah”, katanya sambil membuka dan sibuk memilih pakaiannya.
“kalau begitu saya permisi dulu, Non” Kataku sambil bersiap keluar dari kamar Non Tara untuk melanjutkan pekerjaanku.
Ketika aku hendak membuka pintu untuk keluar, Non Tara memanggilku.
“Ndre, tolong dong ambilkan handuk basah di kamar mandi”. Aku langsung
menuju kamar mandi yang terletak tak jauh dari lemari pakaian Non Tara.
“Yang warna pink yah”, pintanya lagi.
Setelah aku sibuk mencari-cari handuk yang dimaksudnya, ternyata handuk tersebut digantungkan di belakang pintu kamar mandi. Ketika aku hendak mengambilnya, ternyata dibalik handuk itu terdapat CD Non Tara. bentuknya berenda-renda, berwarna putih. Aku sempat membayangkan bagaimana kalau Non Tara sedang memakainya pasti akan terlihat sangat seksi dan menawan.
“Ketemu tidak, Ndre” tanyanya, membuatku tersadar dari lamunanku.
“Yah sudah, Non” jawabku pasti.
“Yang warna pink yah”, pintanya lagi.
Setelah aku sibuk mencari-cari handuk yang dimaksudnya, ternyata handuk tersebut digantungkan di belakang pintu kamar mandi. Ketika aku hendak mengambilnya, ternyata dibalik handuk itu terdapat CD Non Tara. bentuknya berenda-renda, berwarna putih. Aku sempat membayangkan bagaimana kalau Non Tara sedang memakainya pasti akan terlihat sangat seksi dan menawan.
“Ketemu tidak, Ndre” tanyanya, membuatku tersadar dari lamunanku.
“Yah sudah, Non” jawabku pasti.
Sambil aku membawanya keluar dan ketika aku berjalan memutar untuk
menyerahkan handuk itu karena pintu lemari pakaian yang terbuka
menghalangi jalanku, aku sangatlah terkejut. Ternyata Non Tara telah
membuka dasternya dan BH-nya yang basah, dan dia hanya mengenakan CD
putih. Aku hanya dapat melihat terpana oleh pesona bentuk tubuhnya yang
indah. Non Tara mempunyai sepasang payudara yang sangat indah, putih,
besar dan padat. walau tanpa mengenakan BH tetapi payudaranya tetap
kencang dan menantang untuk diremas dan dihisap. Puting susunya yang
merah kecoklat-coklatan membuat kemaluanku berdiri lagi dan terasa
sempit karena tertahan oleh CD dan celana panjangku. Lebih ke bawah
lagi, aku dapat melihat jelas kemaluannya karena CD-nya yang berbentuk
jala membuat seluruh bulu-bulu halus yang menutupi liang vaginanya
terlihat. tanpa sadar ia telah memegang tanganku, dan menyuruhku untuk
membersihkan bekas tumpahan susu tadi dengan handuk basah yang aku
pegang.
Tersadar dari itu, aku merasa sangat risih dengan pemandangan di
depanku, bagaimana tidak aku sedang melihat wanita cantik yang hampir
tidak memakai pakaian apapun kecuali hanya CD, itupun aku masih dapat
melihat kemaluannya di balik CD putihnya. lalu aku membalikkan tubuhku
agar tidak melihat tubuhnya yang hampir telanjang.
Lalu dia berkata, “Kamu, kok malu sih, Ndre? tidak apa-apa kok kamu melihat tubuhku”, katanya pasti.
Lalu dia berkata, “Kamu, kok malu sih, Ndre? tidak apa-apa kok kamu melihat tubuhku”, katanya pasti.
Perlahan ia mendekatiku, membalikkan tubuhku. karena dekatnya, aku
dapat merasakan payudaranya yang telah menyentuh dadaku. Dadaku seperti
ditahan oleh segumpal daging yang kenyal tetapi empuk dan hangat. Lalu
aku beranikan diriku untuk mengusap wajahnya dengan lembut, yang tadi
terciprat oleh susu, kemudian pindah ke leher, dia hanya terdiam,
mungkin merasakan kelembutan usapanku di wajah dan di lehernya.
Tiba-tiba ia memelukku erat, lebih erat dari yang tadi ketika di
dapur. Lalu dengan nafsu ia mulai mencium bibirku dengan mesra. Aku
hanya terdiam, aku bingung apakah aku harus membalas ciumannya atau
tidak, tetapi ‘kan dia adalah anak majikanku. Karena aku hanya diam dan
tidak membalas ciumannya. Non Tara melepaskan ciumannya dan berbisik di
dekat telinggaku dengan tetap memelukku.
“Ndre, mengapa kamu tidak membalas ciumanku?”, katanya.
“Aku tidak berani, Non”, jawabku.
“Aku takut nanti akan keterusan dan ketahuan”, bisikku.
“Tidak apa-apa, Ndre. kau tahu kalau sejak pertemuan kita aku sudah jatuh cinta padamu, setiap hari aku membayangkanmu”, kata Non Tara.
Hati sangat berdebar mendengar ucapannya, antara percaya dan tidak. Karena akupun juga sebenarnya telah jatuh hati padanya. tetapi semua itu aku pendam dalam-dalam, karena aku takut dan malu untuk mengatakannya padanya.
“Sungguhkah itu, Non Tara”, tanyaku, untuk meyakinkanku.
“Sungguh, Ndre. apa kamu tidak percaya?” tanyanya kepadaku.
“Aku percaya. dan Akupun mencintaimu, Non Tara” jawabku mesra.
“panggil aku tara saja, ndre” pintanya.
“Ndre, mengapa kamu tidak membalas ciumanku?”, katanya.
“Aku tidak berani, Non”, jawabku.
“Aku takut nanti akan keterusan dan ketahuan”, bisikku.
“Tidak apa-apa, Ndre. kau tahu kalau sejak pertemuan kita aku sudah jatuh cinta padamu, setiap hari aku membayangkanmu”, kata Non Tara.
Hati sangat berdebar mendengar ucapannya, antara percaya dan tidak. Karena akupun juga sebenarnya telah jatuh hati padanya. tetapi semua itu aku pendam dalam-dalam, karena aku takut dan malu untuk mengatakannya padanya.
“Sungguhkah itu, Non Tara”, tanyaku, untuk meyakinkanku.
“Sungguh, Ndre. apa kamu tidak percaya?” tanyanya kepadaku.
“Aku percaya. dan Akupun mencintaimu, Non Tara” jawabku mesra.
“panggil aku tara saja, ndre” pintanya.
Akhirnya aku memberanikan diriku untuk membalas pelukannya, handuk
yang kupegang terlepas dari tanganku dan jatuh di lantai. Kucium
bibirnya yang merah dan basah, sambil mengusap punggungnya. dia pun
membalas ciumanku dengan mesra sambil memejamkan matanya seakan ingin
menikmati nikmatnya ciuman kami.
“Mmhh…, mmhh…”. jujur saja, aku tidak begitu mahir dalam berciuman karena ini adalah pertama kalinya aku berciuman. sebelumnya aku belum pernah pacaran, mendekati wanitapun aku sangat jarang sekali, entahlah mengapa apa aku malu atau takut, aku sendiripun tak tahu. Dengan penuh perasaan aku mengigit halus bibir bawahnya, mengulum dan memainkan lidahku menjelajahi ruang mulutnya. Lidah kami saling bertemu, terasa hangat dan nikmat.
“Mmhh…, mmhh…”. jujur saja, aku tidak begitu mahir dalam berciuman karena ini adalah pertama kalinya aku berciuman. sebelumnya aku belum pernah pacaran, mendekati wanitapun aku sangat jarang sekali, entahlah mengapa apa aku malu atau takut, aku sendiripun tak tahu. Dengan penuh perasaan aku mengigit halus bibir bawahnya, mengulum dan memainkan lidahku menjelajahi ruang mulutnya. Lidah kami saling bertemu, terasa hangat dan nikmat.
Hampir selama 5 menit kami saling berciuman, sampai nafas kami hampir
habis dan terdengar sudah tidak teratur lagi. Setelah puas mencium
bibirnya, aku mulai menciumi lehernya yang jenjang dan putih. Dia hanya
bisa merintih kecil kegelian yang membuatku semakin bernafsu dan
terangsang. Dari kiri ke kanan aku terus menciumi lehernya, yang
membuatnya semakin mengeraskan suara rintihannya. “Aaww…, ooww…, sshh…,
aahh”, desahnya lagi.
Setelah itu aku bimbing dia ke tempat tidur, aku baringkan dia di
sana. Sambil menindihnya dan menciumi bibirnya lagi. Tanganku beraksi,
meremas-remas buah dadanya yang kenyal itu. Memainkan puting susunya
yang mulai mengeras, ini adalah yang pertama kalinya aku memegang
payudara, sungguh nikmat. Setelah itu aku mulai mengeser posisi tubuhku
ke samping sehingga aku bisa dengan leluasa memainkan payudaranya yang
mulai mengeras, mancung ke atas. Kuciumi, kuhisap-hisap putingnya susu
sebelah kirinya, sambil tetap meremas-remas payudaranya yang sebelah
kanan. Terasa manis sekali payudaranya karena tadi payudaranya tersiram
oleh susu yang tumpah. Dia hanya bisa memegang kepalaku seakan
menyuruhku untuk tetap menghisap payudaranya. bergantian aku jilati dan
aku mainkan putingnya dengan lidahku, yang membuat tubuhnya kegelian.
Tampak jelas warna kemerah-merahan dan basah akibat hisapanku di
hampir seluruh bagian payudaranya. Aku pandangi pahanya yang mulus,
putih dan berisi dalam posisi mengangkang seolah dia telah siap
menantangku untuk menyetubuhinya. Tanganku mulai mengelus-elus vaginanya
dari luar CD-nya yang tipis itu, terasa hangat dan basah karena cairan
vaginanya. Lidahku sekarang mulai bergerilya turun menuju perutnya yang
langsing, dan terasa tubuhnya bergerak-gerak tak bisa diam tandanya dia
merasakan kegelian. “Aahh.., Ndre, geelii…, sekaalii…, oohh”, teriaknya
kegelian yang membuatku semakin terangsang. Vaginanya terasa semakin
basah karena sekarang tanganku telah berasa menyusup ke dalam CD-nya,
bulunya yang tipis tetapi lebat. Aku mulai mencari-cari lubang vaginanya
untuk memainkan clitorisnya.
Tampak tubuhnya bergetar, dan bergerak tak karuan karena rasa
kegelian yang amat sangat. Melihat gerakan tubuhnya yang semakin tak
karuan, membuat kemaluanku semakin berdiri dan sakit, karena posisi
badanku yang terlungkup. Lalu aku buka CD-nya sehingga aku bisa melihat
bukit kemaluannya yang telah mengembung basah dan sedikit kemerahan.
Setelah puas memainkan clitorisnya, lalu aku mulai menyorongkan wajahku
ke arah vaginanya untuk menjilatinya. Terasa bau khas vagina wanita yang
harum dan merangsang. “Aawwuuww…, aahh…, sshh…, terus Ndre, terruuss…,
oohh”
Aku hisap air vaginanya sampai kering, asin tetapi nikmat. Seiring
dengan hisapan-hisapanku tubuhnya kembali semakin bergerak liar. Aku
mainkan liang vaginanya dengan lidahku, aku putar-putar dan aku masukan
lidahku ke dalamnya. Terasa lidahku seperti memasuki sesuatu yang hangat
dan sempit. karena setahuku dia masih perawan karena selama ini dia
belum memiliki seorang pacar.
Selama 10 menit aku mainkan vaginanya dengan lidahku yang membuatnya
merasa orgasme. Badannya menegang, pahanya menghimpit kepalaku yang
membuatku susah bernafas. “Oohh…, ooww…, ooww…, uuhh…, aahh… “,
rintihnya lemas menahan nikmat Ketika hanya dalam 2 menit cairan
orgasmenya yang panas kembali menyembur keluar. Vaginanya kini semakin
basah karena dia baru saja orgasme, aku hisap semua cairan yang ada
dalam vaginanya, sungguh luar biasa banyaknya, asin dan hangat tetapi
nikmat sekali. Karena merasa penisku semakin sakit terhimpit oleh
tubuhku, lalu aku balik badanku. melihat aku berbalik, dengan ganas dia
memelukku dari atas, sambil menciumi bibirku dengan nafsu dengan nafas
yang tidak teratur karena habis orgasme.
“Kau hebat sekali, Ndre. membuatku terangsang dan orgasme, nikmat sekali cumbuanmu” bisiknya halus. Aku hanya bisa tersenyum, padahal ini adalah yang pertama kalinya aku mencumbu seorang wanita kataku dalam hati.
“Kau hebat sekali, Ndre. membuatku terangsang dan orgasme, nikmat sekali cumbuanmu” bisiknya halus. Aku hanya bisa tersenyum, padahal ini adalah yang pertama kalinya aku mencumbu seorang wanita kataku dalam hati.
Sambil menciumiku, tangannya mulai bergerak membuka kancing kemejaku
satu persatu, sehingga kini aku tidak memakai kemejaku karena bagian
depannya telah terbuka sebagian besar, lalu dia mulai membuka zipper
celanaku sehingga CD-ku terlihat dengan jelas dan batangankupun tambah
mengeras karena kini tangannya tengah meremas-remas penisku yang mungkin
tidak besar panjangnya hanya 14 cm, sungguh nikmat sekali rasanya,
membuat seluruh tubuhku bergetar oleh aliran-aliran kenikmatan remasan
tangannya.
Kemudian dengan cepat ia buka Cd-ku sehingga kini aku tidak memakai
celana lagi, ia kulum penisku ke dalam mulutnya persis seperti bayi yang
sedang menyusui. Aku merasa seperti ada kehangatan dan hisapan-hisapan
pada batanganku. tangankupun tak mau kalah, aku remas-remas dadanya yang
montok yang membuat dia semakin bernafsu. dengan nikmatnya ia mengocok
penisku dengan mulutnya, nikmat sekali. Semakin lama kocokannya semakin
cepat membuatku semakin terangsang, akhirnya aku merasakan penisku panas
pada ujungnya dan aku sudah tidak tahan untuk mengeluarkan cairan air
maniku.
“Ahh…, ahh…, Oohh…” dan,
Crrtt…, crtr.., crt…, crtt, air maniku nengalir dengan derasnya bak tanggul yang sedang bobol.
“Aaww…, uuhh…”, rintihku nikmat. Badanku menegang dan keluarlah air maniku di dalam mulutnya yang mungil dan seksi. Dia hisap dan telan sampai habis seluruh air maniku sehingga penisku kini terasa kering.
“Oohh Tara…, ahh…, nikmat sekali sayang…”, erangku keenakan.
Setelah itu kami hanya berpelukan mesra karena kami merasa tubuh kami sangat lelah. Lalu kami mandi bersama karena tubuh kami penuh dengan keringat.
“Ahh…, ahh…, Oohh…” dan,
Crrtt…, crtr.., crt…, crtt, air maniku nengalir dengan derasnya bak tanggul yang sedang bobol.
“Aaww…, uuhh…”, rintihku nikmat. Badanku menegang dan keluarlah air maniku di dalam mulutnya yang mungil dan seksi. Dia hisap dan telan sampai habis seluruh air maniku sehingga penisku kini terasa kering.
“Oohh Tara…, ahh…, nikmat sekali sayang…”, erangku keenakan.
Setelah itu kami hanya berpelukan mesra karena kami merasa tubuh kami sangat lelah. Lalu kami mandi bersama karena tubuh kami penuh dengan keringat.
Mungkin dalam hati Non Tara bertanya-tanya kenapa aku tidak sekalian
saja untuk menyetubuhinya karena walau tanpa dipaksapun aku dapat saja
melakukannya. Hanya aku saja yang tahu jawabannya. Itu tidak aku lakukan
karena aku sangat mencintainya, aku tidak ingin merenggut kebahagiaan
hidupnya, karena aku tahu kalau aku bukanlah jodohnya yang tepat.
Setelah permainan kami ini, kami sering melakukan petting dan cumbuan
yang membuat kami mencapai kepuasan. saat keadaan rumah kosong atau
tidak ada siapa-siapa. Selama melakukan petting aku tidak berani
memasukkan penisku ke dalam vaginanya karena kau takut akan merusak
keperawanannya. Walaupun dalam hatiku aku sangat ingin sekali
melakukannya, tetapi aku tahan.
Tiga bulan berikutnya, tugas ayahnya telah selesai di Jakarta
sehingga dia dan keluarganya harus kembali ke Singapura. Aku merasa
kehilangan dirinya demikian pula dengan dirinya.
Aku hanya bisa berharap kalau dia akan tetap mengingatku dan kembali kepadaku. tapi mungkin itu hanyalah anganku, mana mungkin seorang anak orang kaya mau denganku yang seorang pembantu biasa dan miskin lagi.
Tetapi sehari sebelum keberangkatannya, dia mengatakan kepadaku bahwa dia sangat mencintaiku dan akan tetap mencintaiku walaupun dia berada jauh di sana. Dia tidak mempermasalahkan pekerjaan dan ekonomiku karena dia tahu bahwa aku dengan tulus mencintainya. Sungguh indah sekali perkataannya, semoga keinginan kami dapat terkabulkan.
Aku hanya bisa berharap kalau dia akan tetap mengingatku dan kembali kepadaku. tapi mungkin itu hanyalah anganku, mana mungkin seorang anak orang kaya mau denganku yang seorang pembantu biasa dan miskin lagi.
Tetapi sehari sebelum keberangkatannya, dia mengatakan kepadaku bahwa dia sangat mencintaiku dan akan tetap mencintaiku walaupun dia berada jauh di sana. Dia tidak mempermasalahkan pekerjaan dan ekonomiku karena dia tahu bahwa aku dengan tulus mencintainya. Sungguh indah sekali perkataannya, semoga keinginan kami dapat terkabulkan.
sumber:http://www.ceritapanas.com/
No comments:
Post a Comment